Dira dan Disa menunggui papa mereka di rumah sakit. Ruang VVIP itu dijaga ketat oleh lima orang anak buah Adrian. Dira dan Disa selalu mendapatkan laporan rutin dari Alvin, dan besok Dira, Disa dan Adrian akan keluar kota, ke tempat tanah sengketa yang dibeli oleh perusahaan papa mereka.
Dira dan Disa terlihat sangat sedih saat memandangi wajah papa mereka yang pucat. Pria beruban namun masih terlihat gagah tersebut masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Adrian memandangi wajah pria tua yang terbaring lemah tersebut. Saya berjanji akan melindungi kedua putri Anda, Tuan. Dira dan Disa belum pernah terlihat sesedih ini. Mereka berdua dibesarkan oleh ayah mereka tanpa kasih sayang seorang ibu, yang lebih dulu pergi meninggalkan mereka karena penyakit gagal ginjal.Saat itu Dira masih berumur tujuh tahun, sedangkan Disa berumur empat tahun. Karena keterbatasan ekonomi, papa mereka tidak dapat memberikan pengobatan terbaik. Saat itu papa mereka hanya buruh harian di proyek perumahan. Setelah ibu mereka meninggal, mereka pergi ke kota. Lalu dia berkenalan dengan mandor yang mengawasi proyek perhotelan dan mal yang saat itu membutuhkan buruh tambahan. Dari situlah tuan Alex mulai belajar tentang banyak hal mengenai konstruksi bangunan juga bidang marketing.Tuan Alex tidak pernah menikah lagi sejak kepergian istri tercintanya. Pernah mengalami masa-masa sulit dan terpuruk, membuat tuan Alex menjadi orang yang selalu berbuat baik pada orang-orang. Dia sering membantu orang, memberikan bonus lebih kepada semua pekerjanya, memberikan beasiswa kepada anak-anak dari karyawannya yang berprestasi.Itulah salah satu hal yang menyebabkan dia sangat dihormati oleh semua bawahannya dan perusahaannya semakin berkembang pesat. Alvin adalah salah satu bukti dari bentuk kesetiaan itu. Alvin sudah dibiayai oleh tuan Alex sejak kelas satu SMA hingga lulus kuliah. Begitu juga dengan adik-adiknya yang berjumlah tiga orang. Adiknya yang pertama saat ini kuliah semester empat, yang satu lagi kelas dua SMA lalu yang terakhir kelas tiga SMP.Alvin telah berjanji dalam hatinya akan terus setia kepada tuan Alex dan keluarganya. Dia akan menjaga Dira dan Disa, bukan hanya karena mereka adalah anak dari tuan Alex, tapi juga karena mereka bertiga adalah sahabat.Hari ini Adrian, Dira dan Disa menuju lokasi tanah sengketa itu. Letaknya ada di luar kota dan memang masih sangat sepi. Belum sampai tujuan, mobil mereka tiba-tiba saja ditabrak dengan sangat kencang dan membentur pohon besar yang ada di hadapan mereka. Mereka langsung turun dari mobil. Sudah dapat dipastikan kalau kecelakaan ini adalah kesengajaan. Perkelahian tidak dapat dihindari lagi. Mereka bertempur dengan mati-matian. Sekejam inikah bisnis? Mungkin itulah yang ada dalam pikiran Dira dan Disa.Adrian sendiri melawan dua orang yang badanya sangat besar, tapi dia juga berusaha melindungi Dira dan Disa. Memang itulah pekerjaannya. Melindungi mereka berdua, bukan melindungi diri sendiri. Tuan Alex sudah berjasa besar padanya dan yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya. Tapi, apakah tuan Alex benar-benar mengetahui siapa Adrian yang sebenarnya? Adrian mengeluarkan seluruh kemampuannya. Bibirnya sobek, namun dia tidak peduli sama sekali. Yang dia pedulikan adalah kedua gadis cantik itu selamat. Harus!Jika seperti ini terus, bisa saja mereka akan kehabisan tenaga dan akhirnya kalah. Itu tidak dapat dibiarkan.“Lari!” perintah Adrian pada Dira dan Disa.Mereka bertiga berlari dan memasuki area hutan. Pohon bambu, jati dan entah pohon apalagi yang tidak mereka ketahui menghalangi langkah mereka untuk berlari lebih cepat. Tapi ada untungnya juga, para pengejar itu juga merasakan gangguan yang sama. Terdengar suara air di kejauhan. Semakin lama semakin terdengar deras. Dira tiba-tiba saja menghentikan langkahnya.“Tidak ada jalan lain.” Mereka melihat ke bawah. Sungai yang mengalir deras.“Terjun!” perintah Adrian lagi.Apa dia sudah gila? Pikir Disa.“Terjun sekarang atau bertempur dengan mereka.”Tanpa pikir panjang ternyata Dira lebih memilih terjun. Oke, Disa tahu ini bukanlah saat yang tepat untuk berdiskusi apalagi melakukan voting. Tapi, haruskah seperti ini? Adrian sepertinya tahu kecemasan Disa. Dia langsung memeluk erat tubuh gadis galak itu.“Tahan nafas dan rileks.”“AARGHH ....”“ARGGHH ...!”Bagaimana mungkin dia disuruh menahan nafas di saat dia juga harus berteriak dan kaget.BYURRR ....Hantaman yang sangat keras. Walaupun bukan jatuh ke lantai, tapi jatuh ke kedalaman air dari tempat yang setinggi itu tentu saja membuat badan mereka kesakitan. Apalagi untuk Disa yang tidak siap dan harus terjun tanpa suka rela. Disa memeluk tubuh Adrian erat-erat.“Kalian baik-baik saja?” suara Dira terdengar gemetar.“Mereka tidak ada yang ikut terjun, kan?”Tidak ada yang menjawab kedua pertanyaan Dira tersebut. Disa masih sibuk mengumpulkan nyawa yang sepertinya masih melayang-layang. Mungkin belum ikut terjun juga.Adrian menggendong Disa ala bridal style, syukur deh, daripada digendong ala karung beras.“Dis, Disa?” Dira menepuk-nepuk pipi Disa. Suara mereka semakin jauh, dan pandangan Disa semakin buram.Entah berapa lama Disa tertidur. Eh, bukan tidur, tapi pingsan. Yang jelas saat dia membuka mata, hari sudah gelap.“Syukurlah, kamu sadar juga.” Raut wajah Dira terlihat sangat cemas, begitu juga dengan Adrian.“Kita masih ada di dalam hutan. Besok saat mulai terang kita akan cari jalan keluar.”“Bagaimana dengan papa?”“Jangan khawatir, ada banyak orang yang menjaganya dua puluh empat jam setiap hari di berbagai sudut rumah sakit.”Dira dan Disa sedikit merasa lega, tapi tetap saja mereka cemas sebelum melihat sendiri papa mereka. Disa dan Adrian duduk bersisian. Mata mereka saling menatap, mereka dapat merasakan hembusan nafas masing-masing.“Akkhhh!"“Woiii, apaan sih teriak-teriak begitu? Sakit nih kuping.”“CUT!” sutradara memanyunkan bibirnya, dih sok imut banget deh. Enggak cocok tau.“Kenapa sih, Daf?”“Ini Bang, tangan aku digigit semut rangrang. Sakit banget tauuu. Lihat nih merah dan bentol gede bangat.”“Ya sudah obatin dulu sana, sekalian kita juga istirahat dulu.” Dafa segera memanggil Nani— asisten pribadi Dafa untuk mengobati tangannya. Tidak lupa juga Dafa meminta untuk dipijitin.Pegel bangat deh nih badan. Remuk rasanya.“Nan, ambil cemilan sama buah.” Nani segera membawakan donat dan beberapa buah. Dafa memakan satu donat, beberapa butir anggur dan dua buah jeruk. Mila menghampiri Dafa yang sedang beristirahat di atas bangku lipat.“Lapar?”“Enggak. Tapi aku butuh tenaga.”“Sebentar lagi syuting film ini selesai. Setelah itu kita akan disibukkan dengan promo di berbagai kota dan beberapa negara.” Dafa dan Mila melanjutkan obrolan.“Sebelum promo aku mau melakukan perawatan.”“Pasti dong. Ayo kita perawatan sama-sama.”“Hayo aja.”Kedua artis itu menikmati makan mereka bersama. Banyak adegan ekstrim di film ini, dsn mereka yakin film ini akan booming.Syuting masih terus berlanjut hingga beberapa hari ke depan. Dira, Disa dan papa mereka berpelukan penuh haru dan senang.“CUT!” sorak-sorai bergemuruh, menandakan syuting telah selesai dan film ini akan segera tayang di bioskop-bioskop setelah proses finishing selesai.“Setelah ini kita pesta." Bang Doni terlihat senang. Tentu saja, syuting hari ini berjalan lancar. Tanpa ada gangguan dari Dafa dan si rese Senja. Sepertinya Dafa dan Senja ingin benar-benar hari terakhir syuting ini tidak ingin membuat bang Doni murka tujuh turunan. Bagaimana tidak, ada-ada saja kesalahan yang mereka buat. Sepertinya Dafa ketularan Senja, yang melakukannya dengan sengaja. Seperti Dafa yang menginjak kaki Senja. Senja yang sengaja membuat Dafa kejedot tembok. Dafa yang sengaja membuat tangan Senja kejepit pintu. Senja dengan sengaja menyenggol Dafa dan membuatnya jatuh.Aiihh, berbahaya sekali kesengajaan yang mereka lakukan di lokasi syuting.Bodo ah, yang penting hati senang dan puas, hahaha, batin
Mereka melakukan promo di beberapa kota di Indonesia. Juga beberapa negara lain. Dafa juga mengajak bude Ning untuk mengurutnya di hotel, untuk menghilangkan rasa pegal-pegal. Kalau harus menunggu kembali ke Jakarta, rasanya badannya akan sekaku kayu dan sekeras batu. Gak sanggup rasanya.Bayangkan saya bagaimana senangnya Bude Ning saat artis papan atas itu mengajaknya keliling Indonesia, bahkan ke luar negeri juga, tanpa dia mengeluarkan biaya sedikit pun.Mila dan beberapa artis lainnya juga meminta jasanya. Laris manis nih, si bude.Kenapa tidak ke salon perawatan? Ya karena tidak ada waktu, pergi dari satu kota ke kota lain. Dari satu negara ke negara lain. Tidak apa, yang penting Dafa semakin terkenal. Ya kan? Mereka menyempatkan diri berfoto di bandara. Tentu saja Senja selalu berada di tengah antara Dafa dan Mila. Dafa terus mengembangkan senyum indah nan menawan, meskipun bibirnya sudah sangat pegal. Daya tarik gadis cantik seperti dia harus selalu terpancar.Rony sering bil
Sementara tawaran main film lagi belum ada, Dafa sibuk menciptakan lagu-lagu baru. Gadis itu memainkan gitar, tapi sia-sia saja. Tidak ada satupun inspirasi yang dia dapat. Akhirnya Dafa memutuskan untuk berjalan-jalan di mall.Orang-orang melihat Dafa dan mengambil foto dirinya dengan kamera ponsel mereka.“Kak Dafa, boleh minta tanda tangan dan foto bareng enggak?” tanya seorang remaja perempuan.“Boleh, dong.” Dafa tersenyum pada gadis remaja yang masih menggunakan seragam sekolah itu. Beberapa orang lainnya ikut-ikutan minta foto bareng dan tanda tangan.Ya ampun, niatnya mau mencari inspirasi malah jadi sibuk foto-foto dan tanda tangan.“Sudah dulu, ya.” Dafa buru-buru pergi, tapi beberapa orang malah mengikuti. Dafa berjalan lebih cepat, tahu begini tadi dia diam saja di rumah.“Maaf,” kata Dafa, karena tidak sengaja menabrak salah seorang yang berdiri berkerumun.“Loh, ini ada Dafa.”Dafa langsung berjalan lagi. Suara-suara di belakang dia bertambah heboh. Dafa bersembunyi di b
Masih banyak lagi pertanyaan serupa. Capek Dafa membacanya satu-satu. Terutama di grup, mereka malah ngomongin Dafa di sana.Woi, enggak sadar apa, kalau orang yang kalian omongin itu, anggota di grup itu? Susah dah, apalagi kalau salah satu anggotanya pembawa acara gosip. Awas aja ya, omongan di grup, malah di omongin di depan kamera infotainment!Dafa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia langsung mengirim chat pribadi kepada temannya yang membawa acara gosip di salah satu stasiun televisi.[Awas, jangan digosipin aku!][Kalau ingat. Lagian kan aku hanya membacakan berita, harus ikut apa kata atas. Jadi itu deritamu, wkwkwk,] balas temannya.Dasar!🍂Hari ini, Dafa menjadi bintang tamu di sebuah acara live. Sebenarnya malas sih, paling yang ditanya masalah pribadi. Tapi apa boleh buat, biar tetap eksis. Apalagi punya manager seperti Roni, enggak bisa apa milih-milih tawaran pekerjaan? Seolah Dafa ini artis yang baru meniti karir, apaan aja diembat biar cepat tenar!“Dafa, katanya
Dafa bengong. Lebih tepatnya syok.“Mukanya jangan galak gitu, ini siaran langsung. Enggak bisa diedit-edit.” Senja membisikkan itu di telinga Dafa. Dia memberikan Dafa bunga itu, dengan senyum yang sok menawan.Orang-orang semakin histeris. Dafa langsung tersenyum, seolah sangat bahagia. Padahal mah jangan ditanya deh, keselnya luar biasa.“Makasih, bunganya bagus bangat.” Ngapain Senja di sini? Rony enggak bilang kalau Senja juga bakalan datang.“Cieee, yang grogi,” celetuk Ayung.“Putri, maaf ya aku datang terlambat, jangan marah lagi.”“Iya.” Senja mengusap-usap rambut Dafa dari belakang, satu helai rambut Dafa fitarik sama dia hingga kecabut.Kamvreett, sialan kau Senja!“Udah Daf, baikan lah sama Senja,” ucap Yoyo seolah memohon.Kenapa jafi Dafa dan Senja? Kan ceritanya putri sama pangeran. Gimana sih? Plin plan nih, acara. Senja memeluk Dafa sesaat.Eh eh ehhhh, apa-apaan ini. Tidak ada di script kalau ada adegan peluk-pelukkan.Penonton lagi-lagi dibuat heboh. Dafa merangkul
Seharusnya Rony, sang manager yang juga belum laku itu, tidak hanya menyodorkan tawaran pekerjaan, tapi juga laki-laki yang sepadan denganku.Ah, pikiran Dafa jadi melantur ke mana-mana, kan. Tapi untung saja dia juga belum laku, tidak adil rasanya kalau dia bisa mendapat perhatian dari pacarnya, sedangkan Dafa? Merana sendiri. Tentu saja itu tidak boleh terjadi. Kembali lagi ke masalah film di Thailand, judulnya ‘THE SECRET’. Dafa akan beradu akting dengan aktor pendatang baru. Menurut Rony, orangnya ganteng.Tetapi selera Rony juga harus dipertanyakan soal mana yang bisa dibilang ganteng, mana yang enggak. Contohnya saja—bagi Rony—Senja itu ganteng.Ck, ganteng dari mana, coba? Jangan-jangan dia fans sejati Senja? Dasar pengkhianat, batin Dafa yang kesal sendiri dengan pikirannya. “Daf, ada pengusaha yang minta kamu menemani dia, satu malam.” Tentu saja yang berbicara itu, Rony.Mendengar itu, Dafa merasa ada yang aneh. perka
Hari ini Dafa, Rony dan asistennya kembali ke Jakarta. Saat di Jakarta nanti, tentu saja tidak ada waktu bagi Dafa untuk beristirahat. Dia akan melakukan pemotretan untuk salah satu produk makanan.Lelah rasanya, tapi Rony—manager matre—itu selalu mengingatkan Dafa agar saldo rekeningnya semakin bertambah. Dafa memiliki keinginan untuk mendirikan rumah produksi sendiri. Jadi saat sudah tua dan tidak bisa lagi bermain film, dia masih punya sarang duit yang lain.Mereka tiba di Bandara. Dafa memakai masker dan kaca mata hitamnya agar orang-orang tidak ada yang mengenalinya. Dia lagi malas untuk berfoto-foto dan memberikan tanda tangan, juga beramah tamah. Sopir sudah menunggu kedatangan mereka, dan langsung membantu membawa dua koper Dafa. Setelah ada di dalam mobil, Dafa melepaskan kaca mata hitamnya dan masker."Kita makan dulu, lapar banget aku.""Mau makan apa?""Ikan bakar."Satu setengah jam kemudian mereka tiba di
Dafa pergi ke Thailand subuh ini. Dua hari lagi dia akan memulai syuting pertamanya. Ini adalah film pertamanya yang perdana sebagai hantu.Bayangkan saja, hantu!Rony terus saja meyakinkan dirinya kalau ini akan menjadi dobrakan baru dalam karirnya."Awas saja ya, kalau si Japur itu malah menertawakan aku.""Dia tidak akan menertawakan kamu, selama akting kamu bagus dan sangat memuaskan.""Akting aku memang selalu bagus dan memuaskan, tapi kamu tahu sendiri lah, bagaimana si Japur itu, gak jelas. Dia selalu saja mencari celah untuk menjatuhkan aku.""Aku yakin, kali ini dia akan kagum dan terpesona padamu.""Kagum dan terpesona pada seorang hantu?"Rony menutup mulutnya rapat-rapat. Bicara dengan Dafa, apalagi yang menyangkut Senja, akan selalu salah di mata gadis itu.Mereka akhirnya tiba juga di negara tujuan. Sudah ada supir yang menunggu kedatangan mereka. Barang-barang yang dibawa oleh Dafa cukup banyak.Mereka diantar ke apartemen yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama
Dafa pergi ke Thailand subuh ini. Dua hari lagi dia akan memulai syuting pertamanya. Ini adalah film pertamanya yang perdana sebagai hantu.Bayangkan saja, hantu!Rony terus saja meyakinkan dirinya kalau ini akan menjadi dobrakan baru dalam karirnya."Awas saja ya, kalau si Japur itu malah menertawakan aku.""Dia tidak akan menertawakan kamu, selama akting kamu bagus dan sangat memuaskan.""Akting aku memang selalu bagus dan memuaskan, tapi kamu tahu sendiri lah, bagaimana si Japur itu, gak jelas. Dia selalu saja mencari celah untuk menjatuhkan aku.""Aku yakin, kali ini dia akan kagum dan terpesona padamu.""Kagum dan terpesona pada seorang hantu?"Rony menutup mulutnya rapat-rapat. Bicara dengan Dafa, apalagi yang menyangkut Senja, akan selalu salah di mata gadis itu.Mereka akhirnya tiba juga di negara tujuan. Sudah ada supir yang menunggu kedatangan mereka. Barang-barang yang dibawa oleh Dafa cukup banyak.Mereka diantar ke apartemen yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama
Hari ini Dafa, Rony dan asistennya kembali ke Jakarta. Saat di Jakarta nanti, tentu saja tidak ada waktu bagi Dafa untuk beristirahat. Dia akan melakukan pemotretan untuk salah satu produk makanan.Lelah rasanya, tapi Rony—manager matre—itu selalu mengingatkan Dafa agar saldo rekeningnya semakin bertambah. Dafa memiliki keinginan untuk mendirikan rumah produksi sendiri. Jadi saat sudah tua dan tidak bisa lagi bermain film, dia masih punya sarang duit yang lain.Mereka tiba di Bandara. Dafa memakai masker dan kaca mata hitamnya agar orang-orang tidak ada yang mengenalinya. Dia lagi malas untuk berfoto-foto dan memberikan tanda tangan, juga beramah tamah. Sopir sudah menunggu kedatangan mereka, dan langsung membantu membawa dua koper Dafa. Setelah ada di dalam mobil, Dafa melepaskan kaca mata hitamnya dan masker."Kita makan dulu, lapar banget aku.""Mau makan apa?""Ikan bakar."Satu setengah jam kemudian mereka tiba di
Seharusnya Rony, sang manager yang juga belum laku itu, tidak hanya menyodorkan tawaran pekerjaan, tapi juga laki-laki yang sepadan denganku.Ah, pikiran Dafa jadi melantur ke mana-mana, kan. Tapi untung saja dia juga belum laku, tidak adil rasanya kalau dia bisa mendapat perhatian dari pacarnya, sedangkan Dafa? Merana sendiri. Tentu saja itu tidak boleh terjadi. Kembali lagi ke masalah film di Thailand, judulnya ‘THE SECRET’. Dafa akan beradu akting dengan aktor pendatang baru. Menurut Rony, orangnya ganteng.Tetapi selera Rony juga harus dipertanyakan soal mana yang bisa dibilang ganteng, mana yang enggak. Contohnya saja—bagi Rony—Senja itu ganteng.Ck, ganteng dari mana, coba? Jangan-jangan dia fans sejati Senja? Dasar pengkhianat, batin Dafa yang kesal sendiri dengan pikirannya. “Daf, ada pengusaha yang minta kamu menemani dia, satu malam.” Tentu saja yang berbicara itu, Rony.Mendengar itu, Dafa merasa ada yang aneh. perka
Dafa bengong. Lebih tepatnya syok.“Mukanya jangan galak gitu, ini siaran langsung. Enggak bisa diedit-edit.” Senja membisikkan itu di telinga Dafa. Dia memberikan Dafa bunga itu, dengan senyum yang sok menawan.Orang-orang semakin histeris. Dafa langsung tersenyum, seolah sangat bahagia. Padahal mah jangan ditanya deh, keselnya luar biasa.“Makasih, bunganya bagus bangat.” Ngapain Senja di sini? Rony enggak bilang kalau Senja juga bakalan datang.“Cieee, yang grogi,” celetuk Ayung.“Putri, maaf ya aku datang terlambat, jangan marah lagi.”“Iya.” Senja mengusap-usap rambut Dafa dari belakang, satu helai rambut Dafa fitarik sama dia hingga kecabut.Kamvreett, sialan kau Senja!“Udah Daf, baikan lah sama Senja,” ucap Yoyo seolah memohon.Kenapa jafi Dafa dan Senja? Kan ceritanya putri sama pangeran. Gimana sih? Plin plan nih, acara. Senja memeluk Dafa sesaat.Eh eh ehhhh, apa-apaan ini. Tidak ada di script kalau ada adegan peluk-pelukkan.Penonton lagi-lagi dibuat heboh. Dafa merangkul
Masih banyak lagi pertanyaan serupa. Capek Dafa membacanya satu-satu. Terutama di grup, mereka malah ngomongin Dafa di sana.Woi, enggak sadar apa, kalau orang yang kalian omongin itu, anggota di grup itu? Susah dah, apalagi kalau salah satu anggotanya pembawa acara gosip. Awas aja ya, omongan di grup, malah di omongin di depan kamera infotainment!Dafa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia langsung mengirim chat pribadi kepada temannya yang membawa acara gosip di salah satu stasiun televisi.[Awas, jangan digosipin aku!][Kalau ingat. Lagian kan aku hanya membacakan berita, harus ikut apa kata atas. Jadi itu deritamu, wkwkwk,] balas temannya.Dasar!🍂Hari ini, Dafa menjadi bintang tamu di sebuah acara live. Sebenarnya malas sih, paling yang ditanya masalah pribadi. Tapi apa boleh buat, biar tetap eksis. Apalagi punya manager seperti Roni, enggak bisa apa milih-milih tawaran pekerjaan? Seolah Dafa ini artis yang baru meniti karir, apaan aja diembat biar cepat tenar!“Dafa, katanya
Sementara tawaran main film lagi belum ada, Dafa sibuk menciptakan lagu-lagu baru. Gadis itu memainkan gitar, tapi sia-sia saja. Tidak ada satupun inspirasi yang dia dapat. Akhirnya Dafa memutuskan untuk berjalan-jalan di mall.Orang-orang melihat Dafa dan mengambil foto dirinya dengan kamera ponsel mereka.“Kak Dafa, boleh minta tanda tangan dan foto bareng enggak?” tanya seorang remaja perempuan.“Boleh, dong.” Dafa tersenyum pada gadis remaja yang masih menggunakan seragam sekolah itu. Beberapa orang lainnya ikut-ikutan minta foto bareng dan tanda tangan.Ya ampun, niatnya mau mencari inspirasi malah jadi sibuk foto-foto dan tanda tangan.“Sudah dulu, ya.” Dafa buru-buru pergi, tapi beberapa orang malah mengikuti. Dafa berjalan lebih cepat, tahu begini tadi dia diam saja di rumah.“Maaf,” kata Dafa, karena tidak sengaja menabrak salah seorang yang berdiri berkerumun.“Loh, ini ada Dafa.”Dafa langsung berjalan lagi. Suara-suara di belakang dia bertambah heboh. Dafa bersembunyi di b
Mereka melakukan promo di beberapa kota di Indonesia. Juga beberapa negara lain. Dafa juga mengajak bude Ning untuk mengurutnya di hotel, untuk menghilangkan rasa pegal-pegal. Kalau harus menunggu kembali ke Jakarta, rasanya badannya akan sekaku kayu dan sekeras batu. Gak sanggup rasanya.Bayangkan saya bagaimana senangnya Bude Ning saat artis papan atas itu mengajaknya keliling Indonesia, bahkan ke luar negeri juga, tanpa dia mengeluarkan biaya sedikit pun.Mila dan beberapa artis lainnya juga meminta jasanya. Laris manis nih, si bude.Kenapa tidak ke salon perawatan? Ya karena tidak ada waktu, pergi dari satu kota ke kota lain. Dari satu negara ke negara lain. Tidak apa, yang penting Dafa semakin terkenal. Ya kan? Mereka menyempatkan diri berfoto di bandara. Tentu saja Senja selalu berada di tengah antara Dafa dan Mila. Dafa terus mengembangkan senyum indah nan menawan, meskipun bibirnya sudah sangat pegal. Daya tarik gadis cantik seperti dia harus selalu terpancar.Rony sering bil
Syuting masih terus berlanjut hingga beberapa hari ke depan. Dira, Disa dan papa mereka berpelukan penuh haru dan senang.“CUT!” sorak-sorai bergemuruh, menandakan syuting telah selesai dan film ini akan segera tayang di bioskop-bioskop setelah proses finishing selesai.“Setelah ini kita pesta." Bang Doni terlihat senang. Tentu saja, syuting hari ini berjalan lancar. Tanpa ada gangguan dari Dafa dan si rese Senja. Sepertinya Dafa dan Senja ingin benar-benar hari terakhir syuting ini tidak ingin membuat bang Doni murka tujuh turunan. Bagaimana tidak, ada-ada saja kesalahan yang mereka buat. Sepertinya Dafa ketularan Senja, yang melakukannya dengan sengaja. Seperti Dafa yang menginjak kaki Senja. Senja yang sengaja membuat Dafa kejedot tembok. Dafa yang sengaja membuat tangan Senja kejepit pintu. Senja dengan sengaja menyenggol Dafa dan membuatnya jatuh.Aiihh, berbahaya sekali kesengajaan yang mereka lakukan di lokasi syuting.Bodo ah, yang penting hati senang dan puas, hahaha, batin
Dira dan Disa menunggui papa mereka di rumah sakit. Ruang VVIP itu dijaga ketat oleh lima orang anak buah Adrian. Dira dan Disa selalu mendapatkan laporan rutin dari Alvin, dan besok Dira, Disa dan Adrian akan keluar kota, ke tempat tanah sengketa yang dibeli oleh perusahaan papa mereka.Dira dan Disa terlihat sangat sedih saat memandangi wajah papa mereka yang pucat. Pria beruban namun masih terlihat gagah tersebut masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Adrian memandangi wajah pria tua yang terbaring lemah tersebut. Saya berjanji akan melindungi kedua putri Anda, Tuan. Dira dan Disa belum pernah terlihat sesedih ini. Mereka berdua dibesarkan oleh ayah mereka tanpa kasih sayang seorang ibu, yang lebih dulu pergi meninggalkan mereka karena penyakit gagal ginjal.Saat itu Dira masih berumur tujuh tahun, sedangkan Disa berumur empat tahun. Karena keterbatasan ekonomi, papa mereka tidak dapat memberikan pengobatan terbaik. Saat itu papa mereka hanya buruh harian di proyek perumahan. S