Sementara tawaran main film lagi belum ada, Dafa sibuk menciptakan lagu-lagu baru. Gadis itu memainkan gitar, tapi sia-sia saja. Tidak ada satupun inspirasi yang dia dapat. Akhirnya Dafa memutuskan untuk berjalan-jalan di mall.
Orang-orang melihat Dafa dan mengambil foto dirinya dengan kamera ponsel mereka.“Kak Dafa, boleh minta tanda tangan dan foto bareng enggak?” tanya seorang remaja perempuan.“Boleh, dong.” Dafa tersenyum pada gadis remaja yang masih menggunakan seragam sekolah itu. Beberapa orang lainnya ikut-ikutan minta foto bareng dan tanda tangan.Ya ampun, niatnya mau mencari inspirasi malah jadi sibuk foto-foto dan tanda tangan.“Sudah dulu, ya.” Dafa buru-buru pergi, tapi beberapa orang malah mengikuti. Dafa berjalan lebih cepat, tahu begini tadi dia diam saja di rumah.“Maaf,” kata Dafa, karena tidak sengaja menabrak salah seorang yang berdiri berkerumun.“Loh, ini ada Dafa.”Dafa langsung berjalan lagi. Suara-suara di belakang dia bertambah heboh. Dafa bersembunyi di belakang sebuah outlet yang lagi di renovasi, dan ada Senja yang berjalan ke arah dia.“Kamu sedang apa?” tanyanya.“Ssttt, jangan berisik!” Senja menengok ke arah samping. Sekitar lima menit kemudian Dafa berdiri di depan outlet tersebut, begitu juga dengan Senja.“Ada apaan, sih?” tanyanya lagi, kepo banget deh.“Itu Senja dan Dafa!” teriak seseorang dengan suara melengking yang memekakkan telinga.Astaga!“Ya ampun, benaran Senja dan Dafa. Mereka pacaran?”Hah? Enggak sengaja ketemu dibilang pacaran?“Enggak nyangka, katanya enggak akur. Tapi malah pacaran.”“Minta foto, dong!”“Lain kali aja ya, lagi buru-buru soalnya,” kata Senja sambil senyum sok ganteng. Dafa dan Senja berjalan, makin lama makin cepat, dan akhirnya berlari.“Kamu ngapain lari?” tanyanya.“Kamu sendiri, ngapain lari?”“Aku kan, refkeks.”“Seharusnya tadi aku duluan yang pergi, baru kamu,” kata Dafa ketus.“Siap-siap saja entar digosipkan.”“Paling-paling dibilang sombong.”Orang-orang itu masih saja mengejar. Kaya lagi ngejar maling, pantang nyerah. Ini nih yang bikin ribet, fans fanatik.“Mobil kamu di mana?” tanya Dafa dengan ngos-ngosan. Dia memegang perutnya, yang terasa sedikit sakit.“Parkiran depan. Mobil kamu di mana?”“Basement.” Dafa spontan mengikutinya, yang jarak mobilnya paling dekat.“Mau ngapain?” tanyanya heran, karena Dafa ikut masuk ke dalam mobilnya.“Jangan banyak nanya, jalan saja!”Mobil ke luar mall. Dafa masih ngos-ngosan karena berlari, lalu mobil berhenti karena lampu merah.“Kamu enggak mau turun?”“Kamu mau turunin aku di lampu merah?”“Emang maunya diturunkan di mana?”“Di rumah aku, lah.”“Kamu kan bisa naik taksi.”“Ya udah, entar aku bilang ke orang-orang kalau Senja Purnama nurunin Dara Fazia di lampu merah karena ngirit bensin!”“Aku mau ke studio rekaman sekarang, sudah telat.”“Ya udah enggak apa-apa, di sana saja.”Si Senja yang suka sok ngartis itu, menyetel lagunya sendiri.“Ih, kamu narsis bangat sih, dengarin lagu sendiri.” Dafa mengganti lagunya tanpa meminta izin dari si pemilik mobil.“Kamu yang narsis, malah dengarin lagu sendiri juga.” Akhirnya lagu lain yang mereka dengarkan, karena tidak ada yang mau mengalah. Mereka tiba di studio rekaman Senja. Dafa turun dari mobil dan masuk ke dalam studio.“Kamu mau ngapain?” tanyanya.“Ke toilet.” Orang-orang melihat Dafa turun dari mobil Senja, dan mulai bisik-bisik.“Hai!” kata Dafa pada mereka sambil tersenyum basa-basi.Sialan! Pasti bakalan digosipin nih. Nyesel tadi aku jalan-jalan ke mall sendirian, batin Dafa.Setelah dari toilet, Dafa menelepon Rony, sang manager yang entah di mana keberadaannya.“Halo Ron, kamu di mana?”“Lagi di jalan, mau meeting. Kenapa?”“Jemput aku dong, sekarang.”“Enggak bisa, minta tolong sama Anto saja.”“Anto kan lagi cuti pulang kampung. Ibunya sakit. Kamu suruh siapa, kek, gitu, jemput aku, atau pesanin taksi. Buruan, ya!”“Memang kamu di mana sekarang? Mobil kamu kenapa?”“Mobil aku tinggal di mall. Aku sekarang lagi di studio rekamannya si Senja.”“Kok bisa? Ngapain di sana?”“Ke toilet.”“Jauh banget ke toilet doang?”“Ck, sudah deh jangan kebanyakan nanya. Suruh orang jemput aku sekarang. Aku tunggu!”Dafa duduk di sofa sambil menunggu jemputan datang. Artis berbakat itu melihat foto-foto penyanyi yang berada di bawah managemant yang sama. Ada foto Senja, Dimas, Cyntia dan lain-lain.“Itu Dafa ngapain di sini?” tanya seseorang sambil berbisik kepada temannya. Bisik-bisik kok masih kedengaran sama orang yang lagi diomongin, sih? Enggak niat banget.“Lagi nungguin Senja. Tadi ke sini sama Senja.”Woooiiii, aku enggak lagi nungguin Senja loh, tapi lagi tunggu jemputan datang, dalam hati Dafa protes.“Pacaran?”“Iya, kali.”Astaga, memangnya aku sama Senja kelihatan seperti orang yang pacaran apa?”Dafa menunggu jemputan dengan gelisah. Satu jam kemudian orang suruhan Rony datang. Dafa langsung pergi begitu saja.“Loh, kok pergi?”“Ngambek kali sama Senja. Entar juga baikan lagi.”Dih, benar-benar ya mereka ini. Jangan-jangan pekerjaan utama mereka tuh pencipta gosip terkini, ishh. Andai saja Dafa dan Senja mendengar apa yang mereka katakan, pasti mereka akan adu mulut lagi.“Lama banget, sih?”“Macet Mbak, di jalan.”“Ayo buruan!”“Ke mana?”“Pulang. Setelah itu ambil mobil aku di mall. Nih, kuncinya.”Keesokkannya.“Daf, kamu sudah tahu beritanya belum?” tanya Rony sambil mengambil sebotol air dingin dari dalam kulkas.“Berita apaan?”“Kamu lihat saja di internet!”Dafa melihat judul-judul berita. Salah satunya berita tentang Dafa.DARA FAZIA DAN SENJA PURNAMA MERESMIKAN HUBUNGAN MEREKA. FANS HEBOH!Dara Fazia atau yang sering dipanggil Dafa, kepergok jalan bersama Senja Purnama di sebuah mall di Jakarta Pusat. Sebelumnya, mereka pernah beradu akting di sebuah film yang sama. Banyak yang melihat kemesraan mereka saat berjalan di mall tersebut. Namun, mereka langsung pergi begitu saja saat ditanya soal hubungan mereka.Dafa, artis kelahiran Jakarta 30 April 2002 ini membuat fans Senja patah hati. Banyak yang mengatakan bahwa mereka terlibat cinta lokasi. Akting mereka di film tersebut pun menuai banyak pujian. Komentar dari fans pun bermunculan.Kembang Desa:Cocok kok. Miga langgeng ya.Pemuda Tampan:Paling juga gimic, buat naikin pamor.Pria Baik Hati@pemuda tampan bilang aja kamu ngiri sama SenjaPutri Bulan:Enggak rela ... ! hiks.Dan seterusnya.Dafa menghela nafas membaca berita itu, sudah seperti yang dia duga.“Kamu kemaren jalan sama Senja?”“Enggak.”“Terus, berita itu dari sumbernya?”“Aku kemaren jalan ke mall. Terus ada fans minta foto dan tanda tangan. Makin lama, makin banyak. Ya aku kabur. Terus ketemu sama si Senja, eh ada yang lihat. Dia malah teriak-teriak nyebut nama aku dan Senja. Ya aku lari aja, si Senja malah ikut-ikutan lari. Aku heran, di mana letak mesranya, sih? Nih orang bikin tulisan asal-asalan, aku tuntut baru tahu rasa dia!”“Terus, kenapa kamu kemaren ada di studio rekaman Senja?”“Aku kabur pake mobilnya Senja. Mobil aku, kan, di basement. Kejauhan kalau aku ke situ.”“Oh.”Ponsel Dafa berbunyi. Banyak pesan yang menanyakan soal Dafa dan Senja.Fina Fathia [Daf, kamu beneran jadian sama Senja?]Sekar Arifa [Cieee jadian, nih? Katanya sebell, hahaha]Andri Mirza [Dari benci jadi cinta, kualat kan kamu wkwkwk]Novita Angela [Beneran Daf, kamu jadian sama Senja?]Masih banyak lagi pertanyaan serupa. Capek Dafa membacanya satu-satu. Terutama di grup, mereka malah ngomongin Dafa di sana.Woi, enggak sadar apa, kalau orang yang kalian omongin itu, anggota di grup itu? Susah dah, apalagi kalau salah satu anggotanya pembawa acara gosip. Awas aja ya, omongan di grup, malah di omongin di depan kamera infotainment!Dafa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia langsung mengirim chat pribadi kepada temannya yang membawa acara gosip di salah satu stasiun televisi.[Awas, jangan digosipin aku!][Kalau ingat. Lagian kan aku hanya membacakan berita, harus ikut apa kata atas. Jadi itu deritamu, wkwkwk,] balas temannya.Dasar!🍂Hari ini, Dafa menjadi bintang tamu di sebuah acara live. Sebenarnya malas sih, paling yang ditanya masalah pribadi. Tapi apa boleh buat, biar tetap eksis. Apalagi punya manager seperti Roni, enggak bisa apa milih-milih tawaran pekerjaan? Seolah Dafa ini artis yang baru meniti karir, apaan aja diembat biar cepat tenar!“Dafa, katanya
Dafa bengong. Lebih tepatnya syok.“Mukanya jangan galak gitu, ini siaran langsung. Enggak bisa diedit-edit.” Senja membisikkan itu di telinga Dafa. Dia memberikan Dafa bunga itu, dengan senyum yang sok menawan.Orang-orang semakin histeris. Dafa langsung tersenyum, seolah sangat bahagia. Padahal mah jangan ditanya deh, keselnya luar biasa.“Makasih, bunganya bagus bangat.” Ngapain Senja di sini? Rony enggak bilang kalau Senja juga bakalan datang.“Cieee, yang grogi,” celetuk Ayung.“Putri, maaf ya aku datang terlambat, jangan marah lagi.”“Iya.” Senja mengusap-usap rambut Dafa dari belakang, satu helai rambut Dafa fitarik sama dia hingga kecabut.Kamvreett, sialan kau Senja!“Udah Daf, baikan lah sama Senja,” ucap Yoyo seolah memohon.Kenapa jafi Dafa dan Senja? Kan ceritanya putri sama pangeran. Gimana sih? Plin plan nih, acara. Senja memeluk Dafa sesaat.Eh eh ehhhh, apa-apaan ini. Tidak ada di script kalau ada adegan peluk-pelukkan.Penonton lagi-lagi dibuat heboh. Dafa merangkul
Seharusnya Rony, sang manager yang juga belum laku itu, tidak hanya menyodorkan tawaran pekerjaan, tapi juga laki-laki yang sepadan denganku.Ah, pikiran Dafa jadi melantur ke mana-mana, kan. Tapi untung saja dia juga belum laku, tidak adil rasanya kalau dia bisa mendapat perhatian dari pacarnya, sedangkan Dafa? Merana sendiri. Tentu saja itu tidak boleh terjadi. Kembali lagi ke masalah film di Thailand, judulnya ‘THE SECRET’. Dafa akan beradu akting dengan aktor pendatang baru. Menurut Rony, orangnya ganteng.Tetapi selera Rony juga harus dipertanyakan soal mana yang bisa dibilang ganteng, mana yang enggak. Contohnya saja—bagi Rony—Senja itu ganteng.Ck, ganteng dari mana, coba? Jangan-jangan dia fans sejati Senja? Dasar pengkhianat, batin Dafa yang kesal sendiri dengan pikirannya. “Daf, ada pengusaha yang minta kamu menemani dia, satu malam.” Tentu saja yang berbicara itu, Rony.Mendengar itu, Dafa merasa ada yang aneh. perka
Hari ini Dafa, Rony dan asistennya kembali ke Jakarta. Saat di Jakarta nanti, tentu saja tidak ada waktu bagi Dafa untuk beristirahat. Dia akan melakukan pemotretan untuk salah satu produk makanan.Lelah rasanya, tapi Rony—manager matre—itu selalu mengingatkan Dafa agar saldo rekeningnya semakin bertambah. Dafa memiliki keinginan untuk mendirikan rumah produksi sendiri. Jadi saat sudah tua dan tidak bisa lagi bermain film, dia masih punya sarang duit yang lain.Mereka tiba di Bandara. Dafa memakai masker dan kaca mata hitamnya agar orang-orang tidak ada yang mengenalinya. Dia lagi malas untuk berfoto-foto dan memberikan tanda tangan, juga beramah tamah. Sopir sudah menunggu kedatangan mereka, dan langsung membantu membawa dua koper Dafa. Setelah ada di dalam mobil, Dafa melepaskan kaca mata hitamnya dan masker."Kita makan dulu, lapar banget aku.""Mau makan apa?""Ikan bakar."Satu setengah jam kemudian mereka tiba di
Dafa pergi ke Thailand subuh ini. Dua hari lagi dia akan memulai syuting pertamanya. Ini adalah film pertamanya yang perdana sebagai hantu.Bayangkan saja, hantu!Rony terus saja meyakinkan dirinya kalau ini akan menjadi dobrakan baru dalam karirnya."Awas saja ya, kalau si Japur itu malah menertawakan aku.""Dia tidak akan menertawakan kamu, selama akting kamu bagus dan sangat memuaskan.""Akting aku memang selalu bagus dan memuaskan, tapi kamu tahu sendiri lah, bagaimana si Japur itu, gak jelas. Dia selalu saja mencari celah untuk menjatuhkan aku.""Aku yakin, kali ini dia akan kagum dan terpesona padamu.""Kagum dan terpesona pada seorang hantu?"Rony menutup mulutnya rapat-rapat. Bicara dengan Dafa, apalagi yang menyangkut Senja, akan selalu salah di mata gadis itu.Mereka akhirnya tiba juga di negara tujuan. Sudah ada supir yang menunggu kedatangan mereka. Barang-barang yang dibawa oleh Dafa cukup banyak.Mereka diantar ke apartemen yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama
Seorang perempuan muda dan cantik sedang menikmati potongan buah dan melihat pemandangan dari jendela kondominium mewahnya.Nama Dara Fazia, yang dipanggil Dafa oleh para fansnya.“Daf, kamu dapat tawaran main film. Judulnya ‘Mr. Bodyguard’" ucap Rony, manager Dafa.“Ceritanya tentang apa?”“Tentang dua bersaudara, Dira dan Disa, anak seorang pengusaha yang dikawal oleh pria yang bernama Adrian. Kamu yang jadi Disa—adiknya Dira. Rencananya, Dira akan diperankan oleh Mila Yusuf.”“Terus, yang jadi Adrian siapa?”“Hmmm...itu, Senja Purnama.”“Hah, enggak salah? Memangnya dia bisa akting?”“Ya kalau enggak bisa, enggak mungkin dipilih, dong.”“Kan modal tampang. Aku enggak mau ah, kalau main film sama dia!”“Jangan ditolak! Bayarannya mahal loh, sudah gitu film ini karya Roze. Dia itu penulis terkenal, karya-karyanya selalu mendapat penghargaan. Ini kan buat popularitas kamu juga. Dua hari lagi ada meeting sama sutradara, produser dan pemain lainnya. Aku jemput kamu jam tujuh malam. Ini
Satu bulan sudah Adrian melatih Dira dan Disa. Dan selama satu bulan ini mereka mencari cara bagaimana agar Adrian dipecat oleh papa mereka.“Jangan dikira kamu bisa seenaknya, hanya karena papa percaya sama kamu.”Adrian menatap tajam pada Disa.“Aku bisa melatih kalian dengan cara aku sendiri. Pak Alex sudah mengizinkannya. Sekarang jangan banyak bicara, kita mulai lagi latihannya.” Adrian menggendong Disa dan BYURR ...“CUT!” kata sutradara.“Sen, aku kan belum kasih aba-aba. Itu si Dafa jangan langsung dilempar ke kolam renang,” lanjutnya.Dafa naik ke sisi kolam renang. Beberapa kru mencoba membantu Dafa yang terlihat kesusahan dan memberikan gadis itu handuk untuk mengeringkan badan.“Bukannya tadi sudah?” tanya Senja.“Belum! Sudah, kita ulang lagi. Itu si Dafa keringkan dulu semuanya,” perintah sang sutradara.Setelah semuanya kering dan penampilan Dafa sudah normal lagi, pengambilan adegan dimulai lagi. Senja menggendong Dafa dan BYURR ....“CUT!”“Sorry, tanganku kesemutan.
“Kamu apaan sih, kok namparnya benaran?” tanya Senja.“CUT! Ada apaan sih? Lagi seru-serunya juga!” tanya sutradara memberengut kesal.“Kamu tampar Senja benaran, Daf?” tanya sang sutradara lagi.“Sorry, aku terlalu menghayati karakter. Lupa kalau ini cuma akting.”“Ya sudah, mulai lagi.”Disa mengangkat tangan kanannya dan melayangkannya pada Adrian. Adrian memegang tangan kanan Disa dan PLAK ... Disa menamparnya dengan tangan kiri.“WOOOIIII ...!” teriak Senja.“CUT! Kalian ini kenapa sih?” sutradara semakin kesal karena harus berhenti lagi.“Bukan salah aku. Dia tiba-tiba pegang tangan aku. Aku jadi refleks pakai tangan kiri.” Dafa membela diri, tentu saja tidak ingin disalahkan.“Kamu kenapa sih, Ja? Kan enggak ada adegan kamu menahan tangan Dafa.”“Lagian dia kayak mau nampar benaran.” Senja terlihat sangat kesal kepada perempuan yang menjadi kawan mainnya itu.“Cobalah yang benar, kalian ini!”Yes yes yes ... rasain tuh, tamparan aku. Ahayyyy!Dafa menunduk, tersenyum senang. Di
Dafa pergi ke Thailand subuh ini. Dua hari lagi dia akan memulai syuting pertamanya. Ini adalah film pertamanya yang perdana sebagai hantu.Bayangkan saja, hantu!Rony terus saja meyakinkan dirinya kalau ini akan menjadi dobrakan baru dalam karirnya."Awas saja ya, kalau si Japur itu malah menertawakan aku.""Dia tidak akan menertawakan kamu, selama akting kamu bagus dan sangat memuaskan.""Akting aku memang selalu bagus dan memuaskan, tapi kamu tahu sendiri lah, bagaimana si Japur itu, gak jelas. Dia selalu saja mencari celah untuk menjatuhkan aku.""Aku yakin, kali ini dia akan kagum dan terpesona padamu.""Kagum dan terpesona pada seorang hantu?"Rony menutup mulutnya rapat-rapat. Bicara dengan Dafa, apalagi yang menyangkut Senja, akan selalu salah di mata gadis itu.Mereka akhirnya tiba juga di negara tujuan. Sudah ada supir yang menunggu kedatangan mereka. Barang-barang yang dibawa oleh Dafa cukup banyak.Mereka diantar ke apartemen yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama
Hari ini Dafa, Rony dan asistennya kembali ke Jakarta. Saat di Jakarta nanti, tentu saja tidak ada waktu bagi Dafa untuk beristirahat. Dia akan melakukan pemotretan untuk salah satu produk makanan.Lelah rasanya, tapi Rony—manager matre—itu selalu mengingatkan Dafa agar saldo rekeningnya semakin bertambah. Dafa memiliki keinginan untuk mendirikan rumah produksi sendiri. Jadi saat sudah tua dan tidak bisa lagi bermain film, dia masih punya sarang duit yang lain.Mereka tiba di Bandara. Dafa memakai masker dan kaca mata hitamnya agar orang-orang tidak ada yang mengenalinya. Dia lagi malas untuk berfoto-foto dan memberikan tanda tangan, juga beramah tamah. Sopir sudah menunggu kedatangan mereka, dan langsung membantu membawa dua koper Dafa. Setelah ada di dalam mobil, Dafa melepaskan kaca mata hitamnya dan masker."Kita makan dulu, lapar banget aku.""Mau makan apa?""Ikan bakar."Satu setengah jam kemudian mereka tiba di
Seharusnya Rony, sang manager yang juga belum laku itu, tidak hanya menyodorkan tawaran pekerjaan, tapi juga laki-laki yang sepadan denganku.Ah, pikiran Dafa jadi melantur ke mana-mana, kan. Tapi untung saja dia juga belum laku, tidak adil rasanya kalau dia bisa mendapat perhatian dari pacarnya, sedangkan Dafa? Merana sendiri. Tentu saja itu tidak boleh terjadi. Kembali lagi ke masalah film di Thailand, judulnya ‘THE SECRET’. Dafa akan beradu akting dengan aktor pendatang baru. Menurut Rony, orangnya ganteng.Tetapi selera Rony juga harus dipertanyakan soal mana yang bisa dibilang ganteng, mana yang enggak. Contohnya saja—bagi Rony—Senja itu ganteng.Ck, ganteng dari mana, coba? Jangan-jangan dia fans sejati Senja? Dasar pengkhianat, batin Dafa yang kesal sendiri dengan pikirannya. “Daf, ada pengusaha yang minta kamu menemani dia, satu malam.” Tentu saja yang berbicara itu, Rony.Mendengar itu, Dafa merasa ada yang aneh. perka
Dafa bengong. Lebih tepatnya syok.“Mukanya jangan galak gitu, ini siaran langsung. Enggak bisa diedit-edit.” Senja membisikkan itu di telinga Dafa. Dia memberikan Dafa bunga itu, dengan senyum yang sok menawan.Orang-orang semakin histeris. Dafa langsung tersenyum, seolah sangat bahagia. Padahal mah jangan ditanya deh, keselnya luar biasa.“Makasih, bunganya bagus bangat.” Ngapain Senja di sini? Rony enggak bilang kalau Senja juga bakalan datang.“Cieee, yang grogi,” celetuk Ayung.“Putri, maaf ya aku datang terlambat, jangan marah lagi.”“Iya.” Senja mengusap-usap rambut Dafa dari belakang, satu helai rambut Dafa fitarik sama dia hingga kecabut.Kamvreett, sialan kau Senja!“Udah Daf, baikan lah sama Senja,” ucap Yoyo seolah memohon.Kenapa jafi Dafa dan Senja? Kan ceritanya putri sama pangeran. Gimana sih? Plin plan nih, acara. Senja memeluk Dafa sesaat.Eh eh ehhhh, apa-apaan ini. Tidak ada di script kalau ada adegan peluk-pelukkan.Penonton lagi-lagi dibuat heboh. Dafa merangkul
Masih banyak lagi pertanyaan serupa. Capek Dafa membacanya satu-satu. Terutama di grup, mereka malah ngomongin Dafa di sana.Woi, enggak sadar apa, kalau orang yang kalian omongin itu, anggota di grup itu? Susah dah, apalagi kalau salah satu anggotanya pembawa acara gosip. Awas aja ya, omongan di grup, malah di omongin di depan kamera infotainment!Dafa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia langsung mengirim chat pribadi kepada temannya yang membawa acara gosip di salah satu stasiun televisi.[Awas, jangan digosipin aku!][Kalau ingat. Lagian kan aku hanya membacakan berita, harus ikut apa kata atas. Jadi itu deritamu, wkwkwk,] balas temannya.Dasar!🍂Hari ini, Dafa menjadi bintang tamu di sebuah acara live. Sebenarnya malas sih, paling yang ditanya masalah pribadi. Tapi apa boleh buat, biar tetap eksis. Apalagi punya manager seperti Roni, enggak bisa apa milih-milih tawaran pekerjaan? Seolah Dafa ini artis yang baru meniti karir, apaan aja diembat biar cepat tenar!“Dafa, katanya
Sementara tawaran main film lagi belum ada, Dafa sibuk menciptakan lagu-lagu baru. Gadis itu memainkan gitar, tapi sia-sia saja. Tidak ada satupun inspirasi yang dia dapat. Akhirnya Dafa memutuskan untuk berjalan-jalan di mall.Orang-orang melihat Dafa dan mengambil foto dirinya dengan kamera ponsel mereka.“Kak Dafa, boleh minta tanda tangan dan foto bareng enggak?” tanya seorang remaja perempuan.“Boleh, dong.” Dafa tersenyum pada gadis remaja yang masih menggunakan seragam sekolah itu. Beberapa orang lainnya ikut-ikutan minta foto bareng dan tanda tangan.Ya ampun, niatnya mau mencari inspirasi malah jadi sibuk foto-foto dan tanda tangan.“Sudah dulu, ya.” Dafa buru-buru pergi, tapi beberapa orang malah mengikuti. Dafa berjalan lebih cepat, tahu begini tadi dia diam saja di rumah.“Maaf,” kata Dafa, karena tidak sengaja menabrak salah seorang yang berdiri berkerumun.“Loh, ini ada Dafa.”Dafa langsung berjalan lagi. Suara-suara di belakang dia bertambah heboh. Dafa bersembunyi di b
Mereka melakukan promo di beberapa kota di Indonesia. Juga beberapa negara lain. Dafa juga mengajak bude Ning untuk mengurutnya di hotel, untuk menghilangkan rasa pegal-pegal. Kalau harus menunggu kembali ke Jakarta, rasanya badannya akan sekaku kayu dan sekeras batu. Gak sanggup rasanya.Bayangkan saya bagaimana senangnya Bude Ning saat artis papan atas itu mengajaknya keliling Indonesia, bahkan ke luar negeri juga, tanpa dia mengeluarkan biaya sedikit pun.Mila dan beberapa artis lainnya juga meminta jasanya. Laris manis nih, si bude.Kenapa tidak ke salon perawatan? Ya karena tidak ada waktu, pergi dari satu kota ke kota lain. Dari satu negara ke negara lain. Tidak apa, yang penting Dafa semakin terkenal. Ya kan? Mereka menyempatkan diri berfoto di bandara. Tentu saja Senja selalu berada di tengah antara Dafa dan Mila. Dafa terus mengembangkan senyum indah nan menawan, meskipun bibirnya sudah sangat pegal. Daya tarik gadis cantik seperti dia harus selalu terpancar.Rony sering bil
Syuting masih terus berlanjut hingga beberapa hari ke depan. Dira, Disa dan papa mereka berpelukan penuh haru dan senang.“CUT!” sorak-sorai bergemuruh, menandakan syuting telah selesai dan film ini akan segera tayang di bioskop-bioskop setelah proses finishing selesai.“Setelah ini kita pesta." Bang Doni terlihat senang. Tentu saja, syuting hari ini berjalan lancar. Tanpa ada gangguan dari Dafa dan si rese Senja. Sepertinya Dafa dan Senja ingin benar-benar hari terakhir syuting ini tidak ingin membuat bang Doni murka tujuh turunan. Bagaimana tidak, ada-ada saja kesalahan yang mereka buat. Sepertinya Dafa ketularan Senja, yang melakukannya dengan sengaja. Seperti Dafa yang menginjak kaki Senja. Senja yang sengaja membuat Dafa kejedot tembok. Dafa yang sengaja membuat tangan Senja kejepit pintu. Senja dengan sengaja menyenggol Dafa dan membuatnya jatuh.Aiihh, berbahaya sekali kesengajaan yang mereka lakukan di lokasi syuting.Bodo ah, yang penting hati senang dan puas, hahaha, batin
Dira dan Disa menunggui papa mereka di rumah sakit. Ruang VVIP itu dijaga ketat oleh lima orang anak buah Adrian. Dira dan Disa selalu mendapatkan laporan rutin dari Alvin, dan besok Dira, Disa dan Adrian akan keluar kota, ke tempat tanah sengketa yang dibeli oleh perusahaan papa mereka.Dira dan Disa terlihat sangat sedih saat memandangi wajah papa mereka yang pucat. Pria beruban namun masih terlihat gagah tersebut masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Adrian memandangi wajah pria tua yang terbaring lemah tersebut. Saya berjanji akan melindungi kedua putri Anda, Tuan. Dira dan Disa belum pernah terlihat sesedih ini. Mereka berdua dibesarkan oleh ayah mereka tanpa kasih sayang seorang ibu, yang lebih dulu pergi meninggalkan mereka karena penyakit gagal ginjal.Saat itu Dira masih berumur tujuh tahun, sedangkan Disa berumur empat tahun. Karena keterbatasan ekonomi, papa mereka tidak dapat memberikan pengobatan terbaik. Saat itu papa mereka hanya buruh harian di proyek perumahan. S