"Cukup! Berhenti! Jangan pukul Kak Adnan!"
Jeritan menggema. Dengan suaranya yang parau, Senja berusaha menghentikan aksi pengeroyokan atas Adnan. Rencana melarikan dirinya gagal total.
Air mata yang semula mengering, kembali bercucuran. Senja tidak tega melihat pria pujaan hatinya menjadi bulan-bulanan para Bodyguard.
"Hentikan, Dirga! Kau sudah keterlaluan!" Senja berteriak murka pada Dirga yang bersandar di mobil.
"Cepat! Perintahkan anak buahmu untuk berhenti memukuli Kak Adnan. Dia tidak bersalah!"
Mendengar pembelaan itu, Dirga yang tengah asyik menyaksikan penyiksaan atas Adnan beralih melihat ke arah calon istrinya yang kini tengah berurai air mata. Melihatnya membuat Dirga muak.
"Tidak salah katamu?" sentak Dirga menggeram. "Pria ini telah berani mengambil milikku. Dia pantas dihukum."
"Kau iblis! Tidak punya hati," maki Senja dengan tubuh yang masih ditahan para pengawal. Pemberontakan kembali dilancarkan.
"Tidak masalah. Aku rela menjadi iblis jika itu untuk memilikmu."
"Persetan! Kau tidak waras," cela Senja lalu berteriak histeris ketika melihat Adnan memuntahkan darah segar. Pria itu kembali melawan, tetapi mengalami kegagalan. Senja tak kuat melihatnya.
"Hiks ... kumohon, Dirga! Kumohon hentikan ini!" pinta Senja memelas.
Dirga meliriknya sekilas. "Apa? Hentikan apa?"
"Tolong hentikan! Jangan pukul Kak Adnan lagi."
Dirga bungkam. Wajahnya jelas menunjukan raut tak senang. Mulai cemburu akan sikap perhatian Senja pada pria lain.
"Kau perhatian sekali padanya. Ada hubungan apa kalian?" Dirga menatap penuh selidik. Kecurigaan itu semakin berkembang ketika Senja terdiam dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Terlihat sekali bahwa mantan kakaknya itu tengah menyembunyikan sesuatu.
Dirga menggeram. Langkah kakinya lalu menuju Adnan yang terbaring menelungkup memegangi perut. Tanpa aba-aba, Dirga menginjak dada Adnan. Sontak hal itu membuat Senja terbelalak.
"Bedebah! Apa yang kau lakukan, Bajingan?!" umpat Senja mulai hilang kendali.
"Jauhkan kaki busukmu dari sana! Kalau tidak____"
"Kalau tidak apa?" potong Dirga menantang semakin menekan lebih kuat, tak ayal Adnan pun terbatuk hebat, tersedak darahnya sendiri.
"Kak Adnaaaann!"
Senja menjerit frustrasi. Air mata terus berlomba-lomba membasahi pipi putihnya. Pandangan mata beralih menatap bengis Dirga. Akan tetapi, beberapa detik setelahnya, tatapan itu melunak.
Senja sadar, tidak akan mempan jika menyuruh Dirga berhenti. Jelas sekali tuan muda arogant itu dikuasai kabut emosi. Mengancam pun hanya akan menjadi peluru kematian.
"Dirga ...." Senja memanggil dengan suara yang amat lirih, cukup ampuh untuk membuat Dirga menoleh.
"Kumohon lepaskan Kak Adnan. Dia tidak bersalah. Akulah yang melarikan diri dari pernikahan kita. Kak Adnan tidak ada kaitannya dengan ini. Kumohon lepaskan dia!"
Dirga mendengkus, terlihat semakin kacau. "Aku tidak menyangka. Kau sesuka itu padanya."
Dirga lalu berbalik dan melangkah mendekati Senja sambil memberi perintah. "Habisi dia! Aku tidak ingin melihat pria ini muncul di hadapanku lagi!"
"Hah?" Senja melotot ngeri.
"Apa yang kau lakukan, Brengsek!" Senja meronta hebat dalam pelukan Dirga.
"Lepaskan aku! Cepat hentikan anak buahmu sekarang!"
Dirga tidak menanggapi.
"Kak Adnan ... Kak Adnan ...." Senja terus berteriak pilu. Tangan kanan terjulur berusaha menggapai pria korban cinta pertamanya.
Merasa terbakar api cemburu, Dirga membungkam mulut Senja dengan ciuman panas. Senja tersentak, memproses apa yang terjadi.
Loading ....
Dirga pun melepaskan tautan bibir mereka. Menyeret Senja masuk mobil dan menyuruh sopir untuk bergegas menyalakan mesin.
"Aku tidak mau. Lepaskan aku!"
Senja yang tersadar dari trans, segera menggedor-gedor kaca mobil. Namun, tentu saja gagal karena mobil Dirga terbuat dari matrial yang tak mudah pecah.
"Kak Adnaaaann!"
Senja menjerit putus asa sambil melihat bodyguard Dirga yang datang mengerumuni pria itu. Entah, apa yang terjadi selanjutnya ketika Senja tak bisa lagi melihatnya.
***
Bruk!
Senja tersungkur di tanah. Dengan kasarnya Dirga mengempaskannya begitu saja. Tiada kelembutan sedikit pun. Dirga bahkan seakan tak tidak peduli dengan kerumunan warga yang mulai berbisik-bisik.
"Bagus! Kau berani mengacaukan pernikahan kita?" Dirga mendesis sinis.
Dengan dibantu Ivvona, Senja bangkit berdiri dan menatap tajam calon suaminya. "Iya. Dan aku akan melakukannya sampai kau melepaskanku."
Dengan penuh kepercayaan diri, Senja menunjuk-nunjuk wajah Dirga. "Dasar iblis! Di mana hati nuranimu memaksa seorang wanita melakukan omong kosong ini?"
Dirga menatap tajam. Darahnya bergejolak kian memanas. Senja benar-benar kelewatan dalam menguji batas kesabaran. Sudah tadi dengan terang-terangan menunjukan rasa sukanya pada Adnan. Sekarang mempermalukannya di hadapan umum.
"Memaksa?!" Dirga tersenyum kecut. "Baik. Kita akhiri pernikahan ini. Tapi bayar hutang ayahmu sekarang juga berikut bunganya."
Mendengar pernyataan angkuh itu, sontak Senja terdiam. Degup jantungnya berdetak kencang. Urat di wajah menegang. Kedua tangan pun terkepal kuat di sisian gaun pengantin.
"Kenapa diam? Tidak bisakan?" Dirga mencemooh. "Jangan bertingkah jika kau tidak punya apa-apa."
Senja menggeram. Benar-benar merasa diremehkan. Namun, itu memang kenyataan. Apa yang dikatakan Dirga adalah kebenaran. Senja tidak mampu melunasi hutang ayahnya.
Dirga kemudian menoleh ke arah sang penghulu yang sendari awal menunggu. "Cepat nikahkan kami!"
Bapak Penghulu itu tersentak. "Eh, tapi ...."
"Tidak ada tapi-tapian. Aku tidak punya banyak waktu!"
"Tidak bisa!" tolak Bapak Penghulu tegas. Lirikan mata melihat ke arah Senja yang masih tersendu-sendu.
"Kenapa tidak bisa?" Dirga bertanya tak sabar. Gereget sekali dia dengan situasi ini.
"Jika pihak wanitanya merasa terpaksa melakukan akad ini. Maka pernikahan harus dibatalkan."
Sangkalan itu membuat tangis Senja mendadak terhenti. Matanya memandang penuh harap pada Bapak Penghulu.
Menyadari akan ada halangan lain, Dirga menghardik. "Jangan ikut campur! Dan Senja tidak merasa terpaksa. Dia mau saya nikahi dengan sukarela."
Senja menggeleng hebat, menolak argument Dirga. Saat akan menjawab, anak buah CEO muda itu sudah lebih dulu membekap mulutnya. "Sebaiknya nona diam saja."
Mereka lalu menyeret Senja ke dalam rumah. Diikuti oleh Ivvona yang panik dan berteriak untuk melepaskan adiknya.
"Para perias cepat lakukan tugas kalian!" Lukman memberi perintah, sedangkan Nurul hanya memeluk lengan suaminya dalam diam.
"Tidak masalah, Bu. Semua akan baik-baik saja."
***
Pernikahan pun berjalan lancar. Dengan Senja yang masih berselimutkan air mata. Senja bahkan menolak untuk menyalami tangan Dirga selepas ijab kabul. Tindakannya membuat Bapak Penghulu kembali bingung, tetapi memilih untuk tidak berkomentar.
Malam pun datang menyapa. Semua tamu undangan telah pulang. Yang tinggal hanya kerabat dekat dan keluarga besar saja.
"Hei, Ivvona! Bereskan pakaian Senja sekarang!" Dirga memberi perintah dengan nada otoriter yang tak ingin dibantah.
"Apa?! Kenapa tiba-tiba?"
Bukan hanya Ivvona yang terbelalak kaget. Namun, Senja pun langsung bangkit dari duduknya. "Apa maksudmu, hah? Kau mau apa lagi?"
Dirga beralih menatap istri barunya, kemudian menyeringai keji. "Tentu saja membawamu pulang ke rumahku!"
Deg!
Senja tahu kehidupan bebasnya telah direnggut secara tidak manusiawi.
Bersambung.
"Makanlah sebelum hidangannya dingin."Senja menatap sajian mewah di depannya dengan pandangan datar. Bukan Senja tidak lapar, sejatinya dia belum makan sejak kemarin sore. Namun, pikirannya masih melalang buana pada peristiwa beberapa saat lalu.Di mana dengan tidak beradabnya, Dirga memanggul Senja ke mobil dan membawanya pergi. Di sinilah Senja berakhir. Di rumah Dirga.Mansion besar yang ada di ujung pusat kota.Senja mencebik. Moodnya terjun bebas. Apalagi saat mengingat tentang Adnan. Bagaimana keadaan cinta pertamanya itu? Apa dia baik-baik saja?Jika sampai Senja mendengar kabar bahwa Adnan meninggal dunia. Maka sampai mati pun Sekar tidak akan pernah memaafkan Dirga.Senja bersumpah akan membalas dendam."Kenapa tidak dimakan? Apa makanannya tidak enak?" Dirga memecah kesunyian. Suara baritonnya berhasil menyentak Senja dari lamunan."Kau masih marah karena aku membawamu sini?" tanya Dirga lagi. Sen
Senja mengerjap saat cahaya menusuk retina matanya. Perih sekali. Akantetapi, ada yang lebih menyakitkan dari itu. Bukan hanya rasa sakit, namun juga sesak yang ada.Mengingat moment pemaksaan semalam, membuat Senja ingin mati.Dirga telah memaksakan kehendaknya tanpa kelembutan sedikitpun. Senja yang tidak berdaya hanya mampu menangis, meronta pun menambah luka hati.Sudah tak terhitung berapa banyak gigitan, tamparan dan pukulan yang hinggap di wajahnya saat Dirga bermain kasar semalam. Menguasai ranjang dan memperlakukan Senja layaknya wanita malam.Jangankan itu, ketika Senja menjerit sampai suaranya serak, Dirga tak bergeming dan sibuk meraih kepuasan sendiri.Tidak ada kenikmatan di sana. Yang ada hanya rasa sakit dan perih yang membuat Senja menangis keras. Bukan hanya di area pinggang yang remuk, tetapi hatinya pun ikut hancur berkeping-keping."Kau sudah bangun?!"Pertanyaan bodoh itu membuat Senja menengadah. Wajah
Satu sejam berlalu sejak kepergian Dirga, Senja kini mulai bersiap ke luar dari kamar. Iniadalah waktu yang pas untuk melarikan diri.Senja sudah merencanakan semua ini sejak lama. Dengan mengamati kegiatan para bodyguard di tempat post jaga, Senja menemukan satu celah kecil.Ada satu lorong yang ketika tengah malam selalu sepi dari penjagaan.Itu adalah lorong di dekat gudang tak terpakai. Sebuah tempat rahasia yang entah berujung ke mana. Namun, Senja percaya bahwa lorong gelap itu adalah jalan menuju ke luar Mansion.Entah kenapa, para bodyguard selalu tidak berani berjaga di lorong yang minim pencahayaan itu. Mereka bilang ada hantu.Yang benar saja. Memang ada hantu di zaman milenial ini?Akan tetapi, tingkah pengecut mereka memberikan celah untuk Senja melarikan diri.Senja harus cepat sebelum Dirga pulang. Saatnyabertaruh nasib.Dengan mengendap-endap penuh perhitungan, Senja membuka pintu dan mulai menjelajahi
Oktober 2015Raut wajah gadis cantik itu berubah pias. Bibirnya bergermetuk menahan amarah ketika pria yang lebih muda berkata, "Aku datang untuk melamarmu, Senja!""Jangan becanda! Kau sudah gila!"Senja berdiri menatap tajam si pelaku yang duduk tenang di sofa. Dialah Dirga Gee Xaperius, pewaris utama perusahaan GXA Company."Tidak! Aku serius mau menikahimu!" balas Dirga tidak terprovokasi dengan kemarahan gadis di depannya."Keparat! Kau berniat memperistri saudaramu sendiri?!""Saudara?!" Dirga mendengkus. "Sejak kapan kau menjadi saudaraku, Senja?""Itu ...." Senja kehilangan kata-kata. Lidahnya terasa kelu. Meski begitu hatinya teramat sakit mendengar pria yang dianggap sebagai adik tidak mengakui hubungan kekeluargaan di antara mereka."Kau tahu sendiri aku tak pernah dianggap di keluarga ini." Dirga tersenyum sinis. Pemuda berusia 25 tahun itu kembali mengingat moment 10 tahun lalu saat pertam
Satu sejam berlalu sejak kepergian Dirga, Senja kini mulai bersiap ke luar dari kamar. Iniadalah waktu yang pas untuk melarikan diri.Senja sudah merencanakan semua ini sejak lama. Dengan mengamati kegiatan para bodyguard di tempat post jaga, Senja menemukan satu celah kecil.Ada satu lorong yang ketika tengah malam selalu sepi dari penjagaan.Itu adalah lorong di dekat gudang tak terpakai. Sebuah tempat rahasia yang entah berujung ke mana. Namun, Senja percaya bahwa lorong gelap itu adalah jalan menuju ke luar Mansion.Entah kenapa, para bodyguard selalu tidak berani berjaga di lorong yang minim pencahayaan itu. Mereka bilang ada hantu.Yang benar saja. Memang ada hantu di zaman milenial ini?Akan tetapi, tingkah pengecut mereka memberikan celah untuk Senja melarikan diri.Senja harus cepat sebelum Dirga pulang. Saatnyabertaruh nasib.Dengan mengendap-endap penuh perhitungan, Senja membuka pintu dan mulai menjelajahi
Senja mengerjap saat cahaya menusuk retina matanya. Perih sekali. Akantetapi, ada yang lebih menyakitkan dari itu. Bukan hanya rasa sakit, namun juga sesak yang ada.Mengingat moment pemaksaan semalam, membuat Senja ingin mati.Dirga telah memaksakan kehendaknya tanpa kelembutan sedikitpun. Senja yang tidak berdaya hanya mampu menangis, meronta pun menambah luka hati.Sudah tak terhitung berapa banyak gigitan, tamparan dan pukulan yang hinggap di wajahnya saat Dirga bermain kasar semalam. Menguasai ranjang dan memperlakukan Senja layaknya wanita malam.Jangankan itu, ketika Senja menjerit sampai suaranya serak, Dirga tak bergeming dan sibuk meraih kepuasan sendiri.Tidak ada kenikmatan di sana. Yang ada hanya rasa sakit dan perih yang membuat Senja menangis keras. Bukan hanya di area pinggang yang remuk, tetapi hatinya pun ikut hancur berkeping-keping."Kau sudah bangun?!"Pertanyaan bodoh itu membuat Senja menengadah. Wajah
"Makanlah sebelum hidangannya dingin."Senja menatap sajian mewah di depannya dengan pandangan datar. Bukan Senja tidak lapar, sejatinya dia belum makan sejak kemarin sore. Namun, pikirannya masih melalang buana pada peristiwa beberapa saat lalu.Di mana dengan tidak beradabnya, Dirga memanggul Senja ke mobil dan membawanya pergi. Di sinilah Senja berakhir. Di rumah Dirga.Mansion besar yang ada di ujung pusat kota.Senja mencebik. Moodnya terjun bebas. Apalagi saat mengingat tentang Adnan. Bagaimana keadaan cinta pertamanya itu? Apa dia baik-baik saja?Jika sampai Senja mendengar kabar bahwa Adnan meninggal dunia. Maka sampai mati pun Sekar tidak akan pernah memaafkan Dirga.Senja bersumpah akan membalas dendam."Kenapa tidak dimakan? Apa makanannya tidak enak?" Dirga memecah kesunyian. Suara baritonnya berhasil menyentak Senja dari lamunan."Kau masih marah karena aku membawamu sini?" tanya Dirga lagi. Sen
"Cukup! Berhenti! Jangan pukul Kak Adnan!"Jeritan menggema. Dengan suaranya yang parau, Senja berusaha menghentikan aksi pengeroyokan atas Adnan. Rencana melarikan dirinya gagal total.Air mata yang semula mengering, kembali bercucuran. Senja tidak tega melihat pria pujaan hatinya menjadi bulan-bulanan para Bodyguard."Hentikan, Dirga! Kau sudah keterlaluan!" Senja berteriak murka pada Dirga yang bersandar di mobil."Cepat! Perintahkan anak buahmu untuk berhenti memukuli Kak Adnan. Dia tidak bersalah!"Mendengar pembelaan itu, Dirga yang tengah asyik menyaksikan penyiksaan atas Adnan beralih melihat ke arah calon istrinya yang kini tengah berurai air mata. Melihatnya membuat Dirga muak."Tidak salah katamu?" sentak Dirga menggeram. "Pria ini telah berani mengambil milikku. Dia pantas dihukum.""Kau iblis! Tidak punya hati," maki Senja dengan tubuh yang masih ditahan para pengawal. Pemberontakan kembali dilancarkan.
Oktober 2015Raut wajah gadis cantik itu berubah pias. Bibirnya bergermetuk menahan amarah ketika pria yang lebih muda berkata, "Aku datang untuk melamarmu, Senja!""Jangan becanda! Kau sudah gila!"Senja berdiri menatap tajam si pelaku yang duduk tenang di sofa. Dialah Dirga Gee Xaperius, pewaris utama perusahaan GXA Company."Tidak! Aku serius mau menikahimu!" balas Dirga tidak terprovokasi dengan kemarahan gadis di depannya."Keparat! Kau berniat memperistri saudaramu sendiri?!""Saudara?!" Dirga mendengkus. "Sejak kapan kau menjadi saudaraku, Senja?""Itu ...." Senja kehilangan kata-kata. Lidahnya terasa kelu. Meski begitu hatinya teramat sakit mendengar pria yang dianggap sebagai adik tidak mengakui hubungan kekeluargaan di antara mereka."Kau tahu sendiri aku tak pernah dianggap di keluarga ini." Dirga tersenyum sinis. Pemuda berusia 25 tahun itu kembali mengingat moment 10 tahun lalu saat pertam