Milan – Italia. “Ah, welcome Milan. Aku sudah lama sekali tidak ke Milan, Sayang.” Alika berujar seraya memeluk lengan Kelvin. Tampak wajah Alika begitu bahagia. Pun Kelvin mengecup kening Alika dengan lembut.Ya, kini Sean, Stella, Ken, Chery, Kelvin, dan Alika telah tiba di Milan. Jika Alika dan Chery memeluk pasangan mereka masing-masing, lain halnya dengan Stella yang duduk di kursi roda. Well… Tentu saja Sean begitu overprotective. Perjalanan Jakarta ke Milan sangat jauh membuat Sean meminta dokter memberikan kursi roda. Sebelumnya, Sean memang meminta petugas medis menyiapkan segalanya yang dibutuhkan sang istri untuk pertolongan pertama jika terjadi sesuatu pada istrinya itu. Termasuk menyiapkan kursi roda.“Sean, apa kita akan langsung ke rumah sakit?” tanya Stella seraya melihat sang suami.“Ya, kita akan langsung ke rumah sakit. Tadi aku sudah mendapatkan pesan dari ibuku Miracle sudah melahirkan. Bayinya perempuan,” jawab Sean sambil terus mendorong kursi roda sang istri.
Sepulang dari rumah sakit, Sean langsung mengajak Stella pulang ke mansion-nya. Sama halnya dengan Ken dan Kelvin yang juga memiliki mansion pribadi mereka di Milan. Hanya saja jarak mansion milik Sean, Ken, dan Kelvin tidaklah berdekatan. Dan tidak bisa juga dibilang terlalu jauh. Chery dan Alika tentu ikut dengan Ken dan Kelvin. Ya, hari sudah gelap tentu Sean tidak mungkin membiarkan Stella berlama-lama di luar. Mengingat kondisi Stella saat ini sedang mengandung.Kini Stella baru saja membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan dress berbahan kaus nyaman khusus ibu hamil. Semakin hari kandungan Stella semakin bertumbuh besar. Tentu saja, perut Stella mudah membuncit. Usia kandungan masih memasuki bulan ketiga tapi perut sudah membuncit layaknya hamil lima bulan.“Nyonya Stella.” Seorang pelayan melangkah mendekat pada Stella seraya membawakan nampan yang berisikan jus apel.“Ya?” Stella mengalihkan pandangannya pada pelayan yang berdiri di hadapannya. Dia pun memberikan seny
Chery menatap cermin dengan raut wajah yang gugup dan cemas. Ya, hari ini Ken akan membawanya pada kedua orang tua kekasihnya itu. Meski bukan pertama kali bertemu dengan orang tua Ken, tapi ini pertama kali bagi Chery untuk berbicara dengan kedua orang tua Ken sebagai kekasih Ken. Jujur saja, banyak ketakutan dalam diri Chery. Selama ini Chery tahu keluarga Ken sangat baik. Bahkan beberapa kali bertegur sapa dengan kedua orang tua Ken—mereka terlihat begitu ramah dan sangat hangat. Namun, tak dipungkiri kalau ketakutan itu akan tetap ada. Mengingat status keluarga Ken yang tinggi. Sedangkan dirinya tetap jauh di bawah keluarga Ken.“Sayang? Apa kau sudah siap?” Ken melangkah mendekat pada Chery seraya memakai arloji di tangannya. Sesaat Ken melihat Chery yang tampak memikirkan sesuatu. Kini Ken langsung memeluk Chery dari belakang dan sontak membuat Chery terkejut.“Ken! Kenapa kau mengejutkanku seperti itu?” seru Chery sambil mendengkus sebal.Ken tersenyum. Kemudian membalikan tubu
Desahan merdu lolos di bibir ranun nan indah Stella kala sang suami menjelajahkan tangannya pada tubuhnya. Sean mengecupi setiap inchi tubuh polos Stella. Ya, kandungan Stella sudah tiga bulan. Memasuki tahap ‘Aman’ untuk Sean dan Stella melakukan pergulatan panas seperti biasa. Pagi ini kala Stella baru saja membuka mata dan sudah langsung mendapatkan serangan dari sang suami.“Sean…” Stella memejamkan matanya kala Sean memberikan hujaman dengan tempo yang keras. Dia memeluk erat sang suami. Menikmati setiap hujaman yang diberikan sang suaminya itu. Inti bagian tubuh bagian bawah Stella berkedut.“Katakan jika aku menyakitimu,” bisik Sean di telinga sang istri.Stella mengangguk pelan, tatapannya menatap sang suami dengan tatapan penuh hasrat dan mendamba. Stella terus mendesah. Sean bermain dengan luar biasa. Sang suami terus mengujamnya dengan liar. Namun Sean tetap berhati-hati tak ingin melukai kandungan istrinya itu.Hingga kemudian, keduanya mencapai puncaknya. Sean menyemburka
“Sayang, kau ingin membawaku ke mana? Tadi Chery mengajakku ke mansion Sean dan Stella, tapi kerena kau bilang ingin mengajakku ke suatu tempat jadi aku mengatakan pada Chery, tidak bisa ikut menemui Sean dan Stella.”Alika berujar seraya menatap sang tunangan yang tengah memakai arloji. Ya, sejak tadi Alika bingung ke mana Kelvin akan membawanya. Dia bertanya berkali-kali tetapi kekasihnya itu tidak juga menjawab. Hanya mengatakan ‘Nanti kau akan tahu’ Well… jawaban yang bosan sekali Alika dengar. Tentu saja nanti dia akan tahu. Tapi Alika menginginkan jawabannya sekarang.Kelvin melangkah mendekat pada Alika yang tengah menatap dirinya—dia membelai lembut pipi Alika sambil berkata, “Kalau aku memberitahumu sekarang, sama saja aku tidak memberikan kejutan untukmu.”Alika mendesah pelan. “Kau ini ingin memberi kejutan apa? Apa kau berniat memberikanku berita buruk? Atau jangan-jangan kau ingin meninggalkanku? Iya? Katakan, Kelvin!” cercanya dengan nada satu oktaf lebih tinggi. Bayanga
Stella duduk di sofa kamar seraya membalas email Dina—asistennya serta Ayu dan Suri yang telah dia percayakan mengurus konveksinya yang ada di Yogyakarta. Ya, sejak di mana Chery menyetujui dirinya yang merancang gaun pengantin, Stella segera mendesign gaun untuk Chery. Meski belum selesai, tapi Stella sudah meminta Dina membelikan bahan-bahan yang dibutuhkan. Karena paling lambat besok atau lusa, Stella sudah harus selesai merancang gaun pengantin untuk Chery dan juga tuxedo untuk Ken. Tak hanya itu, tapi Stella pun yang menyediakan seragam untuk keluarganya dan keluarga Chery.“Selesai,” ucap Stella dengan riang kala sudah membalas email. Kini Stella mengambil orange juice dan langsung menyesapnya perlahan. Didetik selanjutnya, Stella meletakan gelasnya ke atas meja—lalu mengalihkan pandangan ke jam dinding, waktu menunjukan pukul sepuluh pagi.“Sean ke mana, ya? Kenapa belum kembali?” gumam Stella seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari keberadaan sang suami. Sebelumn
Sebuah restoran mewah yang berada di Milan menjadi tempat makan malam Sean dan Stella. Setelah mengunjungi beberapa tempat indah di Milan, mulai dari Katedral hingga Galleria Vittorio Emanuele II—pusat perbelanjaan aktig dan tertua; kini Sean memutuskan mengajak Stella untuk makan di salah satu restoran terkenal di Milan. Well… Tentu Sean dan Stella tak sendirian. Mereka berdua ditemani oleh Ken, Chery, Kelvib, dan Alika.Ya, awalnya Sean hanya ingin mengajak Stella berkeliling di kota Milan. Menunjukan pada istrinya keindahan kota Milan. Namun, ternyata Ken dan Kelvin berserta Chery dan Alika ikut bersama Sean dan Stella. Sean tidak memiliki pilihan lain selain membiarkan kedua sepupunya bersama dengan pasangan mereka ikut dengannya. Pasalnya, Stella tampak begitu bahagia ketika Chery dan Alika ikut.“Sean, sepertinya aku ingin lobster. Aku masih lapar, Sayang,” ucap Stella kala sudah selesai memakan udang dan juga steak bersamaan.Sean membelai lembut pipi Stella. “Tunggu sebentar,”
Sudah satu minggu Sean dan Stella berada di Milan. Selama satu minggu ini, tentu saja Sean banyak mengajak Stella ke tempat-tempat yang indah selama di Milan. Tak hanya itu, tapi Sean pun sering mengajak sang istri dipertemuan keluarga besarnya dan keluarga besar Mateo—suami dari Miracle. Ya, saat ini memang keluarga Sean hampir semua berada di Milan. Baik kedua orang tuanya, saudara-saudaranya, sepupu, paman dan bibi serta kakek dan neneknya berada di Milan. Tentu mereka berkumpul karena kelahiran putri pertama Miracle.Dan hari ini, sudah waktunya Sean dan Stella untuk kembali ke Jakarta. Kandungan Stella sudah semakin membesar. Sean tidak mau berlama-lama di Milan. Lepas dari itu, masih banyak yang harus Sean kerjakan di Jakarta. Sedangkan Ken, Chery, Kelvin, dan Alika sudah lebih dulu pulang ke Jakarta sejak dua hari lalu. Mereka harus lebih awal pulang karena mereka harus mengurus pernikaha mereka. Meski dibantu oleh asisten mereka tetap saja Chery dan Alika menyukai mengurus per