Sean melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menelusuri malam di Jakarta. Meski langit gelap tapi bintang beraburan di langit dan bulan yang sebagai pelengkap keindahan langit malam. Ya, hari ini Sean sedikit pulang terlambat karena ada pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Dan beruntung, saat Sean tadi menghubungi Stella akan pulang terlambat; istrinya itu mengerti dan tidak marah. Karena memang biasanya, Stella sering merengek kala dirinya harus pulang di malam hari.Tak berselang lama, mobil yang dilajukan Sean mulai memasuki gerbang rumahnya. Tampak para penjaga langsung membungkukan kepala kala mobil Sean memasuki halaman parkir rumah. Kini Sean turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah.“Selamat malam, Tuan.” Sang pelayan menundukan kepalanya menyapa Sean dengan sopan dan hormat.Sean mengangguk singkat membalas sapaan pelayan itu. “Di mana istriku? Apa dia sudah tidur?” tanyanya.“Belum, Tuan. Tadi baru saja saya mengantarkan tiramisu cake untuk Nyonya Stella. Saat
“Alika, apa kau yakin Kelvin akan menjemputmu? Ini sudah jam tiga sore tapi kau masih belum juga dijemput. Stella saja sudah dijemput oleh sopirnya. Kau malah sampai sekarang masih belum juga dijemput. Kenapa Kelvin hobby sekali datang menjemputmu terlambat? Apa dia itu tidak memiliki jam?” seru Chery mengomel di area lobby kampus.Ya, sudah hampir tiga puluh menit Chery menemai Alika di lobby kampus. Sore ini Kelvin akan menjemput Alika, namun kenyataannya hingga detik ini Kelvin masih belum juga muncul. Padahal sudah sejak tadi Stella dijemput oleh sopir. Well, sopir pribadi Stella jauh lebih tepat waktu dari pada Kelvin.“Kelvin tadi bilang sedang dijalan. Kau tahu, kan, Jakarta itu macet. Jadi sabar saja,” jawab Alika yang berusaha berpikir positive. “Sekarang lebih baik kau pulang, tidak perlu menungguku. Biar aku saja yang menunggu Kelvin di sini. Lagi pula aku yakin Kelvin sebentar lagi akan datang,” lanjutnya lagi.Chery mengembuskan napas kasar. “Kau benar aku tinggal sendiri
Kabar kehamilan Stella yang tengah mengandung tiga bayi kembar sudah terendus oleh media. Ditambah dengan berita pertunangan Kelvin dan Alika berhasil membuat Stella dan Alika menjadi para incaran media. Setiap harinya para wartawan selalu datang ke Rafles Design Institute, membuat Stella dan Alika kini dalam penjagaan yang ketat. Baik Sean dan Kelvin, tidak bisa melepaskan Stella maupun Alika seperti biasanya. Ya, terutama Sean begitu menjaga ketat Stella. Kehamilan Stella kini memasuki minggu ke dua belas. Perut Stella sudah semakin besar. Sudah tak terhitung berapa pengawal yang menjaga Stella, semua Sean lakukan demi para wartawan tidak mewawancari istrinya. Dan hal yang membuat wartawan semakin mengincar Stella karena berita kehamilan Stella berdekatan dengan berita pertunangan Kelvin dan Alika. Ditambah Alika adalah teman dekat Stella, itu yang membuat para wartawan ingin sekali mewawancari Stella.Pertunangan Kelvin dan Alika hanya menghitung hari. Segala persiapan pertunangan
Stella menatap kebaya hasil rancangannya. Senyuman di bibirnya terukir melihat hasil rancangan kebaya miliknya tampak indah. Warna perpaduan hijau dan emas membuat kebaya itu terlihat sangat mewah dan berkelas. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Hari di mana pertunangan Kelvin dan Alika. Seluruh keluarga Geovan dan keluarga besar Alika memakai rancangan kebaya Stella. Untuk para pria, Stella mendesign jas formal berwarna hitam. Ya, Alika memang meminta khusus batuan Stella untuk merancangkan kebaya untuknya dan keluarga besarnya. Tentu saja Stella menyambut itu dengan bahagia. Pertama kali dalam hidup, Stella merancangkan kebaya untuk keluarga besar sang suami serta keluarga besar temannya sendiri. Tak ketinggalan, Stella juga merancangkan kebaya untuk Chery. Karena bagaimana pun, Chery sudah dianggap seperti keluarga sendiri bagi Stella dan Alika.Suara ketukan pintu terdengar, membuat Stella mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan menginterupsi untuk masuk.“Selamat pagi,
Hotel Indonesia Kempiski Jakarta adalah tempat yang dipilih untuk pesta pertunangan Kelvin dan Alika. Dengan hiasan bunga lily yang dipadukan dengan batu Swarovski menghiasi ballroom hotel ini tampak begitu mewah dan mengagumkan. Para wartawan yang sejak tadi menyorot acara pesta pertuangan Kelvin dan Alika. Terutama pada saat Kelvin dan Alika saling bertukar cincin, membuat ballroom itu riuh dengan suara tepuk tangan serta ketika Kelvin mencium bibir Alika di depan para seluruh keluarga besar, membauat kilat kamera terus terarah pada dua insan yang begitu berbahagia pada hari ini.Ya, jika Alika terlihat malu-malu ketika Kelvin mencium bibirnya di depan keluarga, berbeda dengan Kelvin yang terlihat biasa mengumbar kemesraan. Well, dua budaya menjadi satu. Sayangnya, Kelvin tetaplah Kelvin. Pria itu akan selalu mengumbar kemesraan di depan umum. Meski berkali-kali Alika memberitahu bahwa mencium bibir di depan umum bagi orang Indonesia adalah sesuatu hal yang tabu. Akan tetapi jaman s
Pesta pertunangan Kelvin dan Alika berakhir. Kini Sean dan Stella tengah dijalan pulang. Ya, Malam kian larut, Stella dan Sean langsung berpamitan lebih dulu. Sean tak bisa membiarkan terlalu lama-lama Stella berada di luar rumah. Padahal setelah pesta pertunangan Kelvin dan Alika—masih ada acara keluarga besar Geovan dengan keluarga besar Alika. Biasanya acara hanya membahas tentang bisnis dan minum bersama. Sean tak mungkin ikut dalam acara itu. Mengingat saat ini Stella tengah mengandung. Tentu Sean tidak ingin menanggung resiko.“Sean,” panggil Stella seraya melirik Sean yang tengah berkutat pada ponsel di tangannya.“Hm?” Sean mengalihkan pandangannya, menatap Stella.“Sean, tadi Ken terlihat mengenal Chery. Apa kau tahu tentang itu, Sean? Aku juga berusaha menghubungi Chery tapi ponselnya tidak aktif. Apa dulunya mereka adalah teman?” tanya Stella yang sejak tadi pensaran. Ya, tepat di mana Ken mengejar Chery tentu saja membuat semua orang tertuju pada mereka. Selama ini Ken tin
Mobil mewah yang membawa Sean dan Stella telah memasuki halaman parkir rumah mereka. Sesaat Sean menoleh pada Stella yang tengah tertidur dalam dekapannya—dia mengembuskan napas panjang melihat sang istri yang tampak begitu pulas. Tentu saja Sean tidak mungkin membangunkan istrinya itu. Ketika sopir sudah membukakan pintu mobil—Sean turun dari mobil seraya membopong tubuh sang istri gaya bridal, menuju kamar mereka.Saat Sean melangkah memasuki kamar, tatapannya menatap Stella yang meringkuk layaknya anak kecil dalam pelukannya. Istrinya itu memang tidak mudah terbangun. Ditambah kehamilan Stella, membuat istrinya itu lebih sering tertidur begitu lelap.Kini Sean membaringkan tubuh Stella di atas ranjang. Lalu dia membantu sang istri melepaskan flatshoes yang masih dikenakan oleh istrinya itu. Ya, sejak hamil Sean memang tak pernah mengizinkan Stella memakai sepatu hak tinggi. Meski berkali-kali Stella membujuk Sean, mengatakan tak akan terjadi sesuatu tetap saja—Sean tidak memberikan
Pelupuk mata Stella bergerak kala merasakan silau matahari menyentuh wajahnya. Perlahan Stella mengerjapkan matanya. Menggeliat dan menguap. Ya, senyuman manis di wajah Stella terlukis kala pagi telah menyapa. Seketika ingatan Stella berputar mengingat kejadian tadi malam. Sudah tiga bulan Sean harus berpuasa. Tentu itu karena sang dokter sebelumnya masih tidak mengizinkan Sean dan Stella melakukan hubungan suami istri. Kandungan Stella yang sebelumnya lemah membuat kecemasan sendiri akan terjadi sesuatu. Dan tadi malam adalah moment yang sangat indah. Stella tak menyangka bisa menggoda suaminya itu. Entah sudah berapa kali percintaan panasnya dengan Sean. Stella pun tak menghitungnya. Pasalnya Sean terus menginginkannya lagi dan lagi. Yang Stella ingat tadi malam—dia sampai tidur jam tiga pagi. Well… Tentu saja itu semua karena ulah sang suami.“Apa yang kau pikirkan, hm?” Sean berdiri di ambang pintu, membawakan segelas cokelat hangat. Sejak tadi dia memang sudah berdiri di amnang p