“Stella?”Alika dan Chery bersamaan memanggil Stella saat temannya itu melangkah masuk ke dalam kantin. Sesaat kening mereka tampak berkerut melihat wajah muram Stella. Ya, kelas kosong karena dosen berhalangan untuk hadir membuat Alika dan Chery memutuskan untuk menunggu Stella di kantin. Seperti sebelumnya mereka telah janjian untuk makan bersama.“Stella? Kau sudah selesai bicara dengan Raynold?” Alika bertanya kala Stella sudah duduk di hadapannya.“Apa terjadi sesuatu, Stella?” sambung Chery dengan raut wajah bingung melihat Stella.Stelal menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan. “Aku sudah bicara dengan Raynold.”“Apa kalian membicarakan tentang gossip kalian itu?” tebak Alika ingin tahu. Pasalnya, meski berita tentang Stella dan Raynold sudah selesai, tetap masih banyak orang yang menggiring opini sendiri. Tidak sedikit pula banyak yang masih menjelek-jelekan nama Stella. Namun, foto-foto Stella dan Raynold yang seperti tengah tidur bersama sudah dihapus. Beberapa situs t
“Hari ini Raynold datang ke kampusku, dia berbicara denganku.”Seketika raut wajah Sean berubah mendengar apa yang dikatakan oleh Stella. Sorot matanya menjadi tajam. Rahangnya mengetat. Menatap Stella penuh dengan geraman yang Sean tahan. Amarah dalam dirinya membakar. Namun, Sean masih seolah tenang. Ya, Sean membenci Stella menyebut nama itu kembali. Meski kebenaran sudah terungkap, tidak ada hubungan apa pun dengan Raynold. Akan tetapi Sean tetap tidak akan pernah membiarkan Stella dekat dengan pria itu. Sean memilih diam beberapa hari ini, meredakan dirinya dan pikiranya karena Sean tidak ingin kembali membahas tentang masalah yang sudah berlalu.“Untuk apa dia datang menemuimu, Stella?” Sean bertanya dengan nada penuh ketegasan dan sorot mata tajam yang menuntut agar Stella menjelaskan padanya. “Bukannya kau tahu aku tidak suka kau bertemu dengannya tapi kenapa kau masih tetap bertemu dengannya?” lanjutnya dengan penuh kemarahan tertahan.Stella menarik napas panjang. Dia sudah
Stella berdiri di balkon kamar. Menatap langit gelap yang indah dengan bertaburan bintang dan bulan di sana. Udara malam yang menyejukan. Sesaat Stella menutup matanya, menikmati embusan angin yang menyentuh kulitnya. Sungguh, Stella begitu merindukan suasana malam seperti ini. Langit yang indah ini begitu Stella rindukan. Biasanya Stella selalu berdiri di balkon kamar jika menunggu Sean pulang dari kantor.Saat Stella tengah asik menikmati udara malam di balkon kamar, dia mendengar suaar dering ponsel berbunyi. Stella mengalihkan pandangannya pada ponsel yang tak kunjung berdering itu. Kini Stella berbalik dan mengambil ponselnya yang terletak di atas meja dan menatap ke layar ponsel, tertera nama Alika di sana. Tanpa menunggu, Stella menjawab panggilan telepon itu sebelum kemudian meletakan ke telinganya.“Ya, Alika?” jawab Stella saat panggilan terhubung.“Stella, kau mengirimkan uang ke rekeningku dan Chery?” tanya Alika dengan nada terkejutnya dari seberang sana.“Iya, aku memil
Pagi hari, Stella sudah berada di dapur membuatkan sarapan untuk Sean. Menu kali ini Stella khusus membuatkan Fettuccine Cream untuk Sean. Sebenarnya Stella ingin membuat nasi goreng di pagi hari, namun saat baru saja Stella ingin membuat nasi goreng sang pelayan sudah memberitahu bahwa Sean tidak menyukai makan nasi di pagi hari. Biasanya Sean akan makan nasi di siang hari. Pantas saja setiap kali Stella ingin membuat nasi goreng, Sean selalu memakan sandwich atau beef cheese potato.“Selesai,” ucap Stella dengan riang kala dirinya sudah selesai masak.“Nyonya, apa Nyonya butuh bantuan?” Seorang pelayan menawarkan diri. Dia menatap Stella yang tengah menata piring yang berisikan Fettuccine Cream ke atas meja makan.“Hm, boleh kau tolong ambilkan apel dan anggur?” pinta Stella dengan lembut.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan itu. Kemudian, dia membuka kulkas. Menghidangkan apel dan anggur ke atas meja makan.Kini meja makan itu telah tertata masakan yang dibuat oleh Stella bersmaan d
Sean melangkah keluar dari ruang meeting. Sesaat dia melirik arloji—waktu menunjukan pukul lima sore. Ya, Sean tidak menyadari hari telah sore. Terlalu banyak pekerjaan yang dia selesaikan sampai membuat dirinya lupa akan waktu. Kini Sean hendak melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja. Namun, tiba-tiba langkah Sean terhenti melihat Tomy, asistennya yang berlari cepat ke arahnya.“Tuan.” Tomy menyapa Sean dengan ketakutan yang menelusup di dalam dirinya. Tampak Tomy yang begitu panik dan cemas.“Ada apa, Tomy? Kenapa kau berlari seperti ini?” Sean bertanya dengan tatapan dingin pada asistennya itu.“T-Tuan.” Tomy menggaruk kepalanya tidak gatal, raut wajahnya bingung untuk mengutarakan apa yang akan dia katakan.Sean mengembuskan napas kasar. “Jika kau ingin bicara, maka bicaralah! Jangan membuang waktuku dengan menunggumu seperti ini!” serunya kesal.“M-Maaf, Tuan. Saya hanya ingin memberitahu di ruang kerja Tuan Kelvin ada dua orang wanita yang tengah rebut. Pengawal berusaha meler
Hari berjalan begitu cepat. Weekend ini adalah pesta barberque di rumah. Sungguh tampak Stella begitu bahagia. Jika biasanya weekend Sean sibuk bekerja, kali ini tidak. Sean meluangkan waktu untuknya. Ya, Sean memang selalu mengutamakan dirinya. Seperti dulu saat di Yogyakarta, Sean memiliki meeting penting namun pria itu memilih menunda sampai kembali keJakarta. Itu yang membuat Stella benar-benar bersyukur memiliki Sean sebagai suaminya. Cinta dan kasih sayang Sean begitu luar biasa. Membat hatinya tersentuh dengan segala apa yang dilakukan oleh suaminya itu.Kini Stella mematut cermin, memoles wajahnya dengan rangkaian perawatan kulit. Serum, moisturizer dan sunblock demi membuat kulitnya tetap sehat meski terkadang Stella pun sering lupa memakainya. Namun sebisa mungkin Stella berusaha menjaga kulitnya agar tetap sehat dna indah. Tidak lupa Stella memakai lip balm. Stella jarang memakai lipstick. Bahkan di kampus saja Stella sering memakai lip balm atau lip gloss saja. Bibir Stell
“Shit! Kau ini bodoh atau apa! Lihat bajuku basah semua akibat kebodohanmu!” Suara Kelvin berseru dengan kencang membuat tubuh Alika bergetar ketakutan. Chery yang melihat Alika menumpahkan minuman ke baju Kelvin hanya meringis seraya menggarukkan kepalanya tidak gatal. Bagaimana bisa ada orang seceroboh itu. Astaga, Alika mencari masalah saja. Padahal pesta barbeque saja belum benar-benar dimulai.“M-Maaf, Tuan. Aku tidak sengaja,” ucap Alika gugup dan takut. Dia terus menundukan kepalanya tak berani menatap Kelvin yang tengah marah.“Kelvin, maafkan Alika. Dia tidak sengaja. Kau bisa pakai baju milik Sean.” Stella berusaha menenangkan kekesalan Kelvin.Kelvin mengembuskan napas kasar. Meredakan kekesalannya. Dia ingin kembali membentak wanita ceroboh yang menumpahkan minuman soda susu yang membuat tubuhnya lengket, namun ada rasa kasihan dalam dirinya. Terlebih wanita itu sejak tadi terus menunduk tak berani menatap dirinya.“Kelvin, jangan marah, ya? Nanti kau bisa memakai baju mi
“Stella… Alika… Kita main truth or dare, yuk. Kalian mau tidak?” ujar Chery dengan riang kala sudah selesai menyantap daging sapi panggang dan ayam panggang. Terlihat semua orang di sana pun sudah kenyang. Chery sengaja mengajak bermain truth or dare agar tidak mengantuk. Ya, kebiasaan manusia jika terlalu kenyang pasti akan mengantuk.“Truth or dare?” Stella dan Alika merespon bersamaan tentang ajakan Chery.Chery mengangguk. “Iya, tapi semuanya harus ikut, ya. Sean dan Kelvin juga harus ikut. Kalau kita bertiga saja pasti kurang asik. Kalian semuanya mau, kan?” tanyanya lagi dengan wajah yang riang dan senyuman manisnya.“Setuju, aku akan ikut dalam permainan itu,” sambung Kelvin dengan santai seraya menyesap wine di tangannya. Didetik selanjutnya, Kelvin menatap Sean dengan menantang, “Sean, jangan sampai kau tidak ikut. Kalau kau tidak ikut pasti kau terlihat seperti anak kecil yang ketakutan.”Sean menatap dingin Kelvin. Saat wajah Sean mulai kesal, Stella langsung mengelus dadan