“Shit! Kau ini bodoh atau apa! Lihat bajuku basah semua akibat kebodohanmu!” Suara Kelvin berseru dengan kencang membuat tubuh Alika bergetar ketakutan. Chery yang melihat Alika menumpahkan minuman ke baju Kelvin hanya meringis seraya menggarukkan kepalanya tidak gatal. Bagaimana bisa ada orang seceroboh itu. Astaga, Alika mencari masalah saja. Padahal pesta barbeque saja belum benar-benar dimulai.“M-Maaf, Tuan. Aku tidak sengaja,” ucap Alika gugup dan takut. Dia terus menundukan kepalanya tak berani menatap Kelvin yang tengah marah.“Kelvin, maafkan Alika. Dia tidak sengaja. Kau bisa pakai baju milik Sean.” Stella berusaha menenangkan kekesalan Kelvin.Kelvin mengembuskan napas kasar. Meredakan kekesalannya. Dia ingin kembali membentak wanita ceroboh yang menumpahkan minuman soda susu yang membuat tubuhnya lengket, namun ada rasa kasihan dalam dirinya. Terlebih wanita itu sejak tadi terus menunduk tak berani menatap dirinya.“Kelvin, jangan marah, ya? Nanti kau bisa memakai baju mi
“Stella… Alika… Kita main truth or dare, yuk. Kalian mau tidak?” ujar Chery dengan riang kala sudah selesai menyantap daging sapi panggang dan ayam panggang. Terlihat semua orang di sana pun sudah kenyang. Chery sengaja mengajak bermain truth or dare agar tidak mengantuk. Ya, kebiasaan manusia jika terlalu kenyang pasti akan mengantuk.“Truth or dare?” Stella dan Alika merespon bersamaan tentang ajakan Chery.Chery mengangguk. “Iya, tapi semuanya harus ikut, ya. Sean dan Kelvin juga harus ikut. Kalau kita bertiga saja pasti kurang asik. Kalian semuanya mau, kan?” tanyanya lagi dengan wajah yang riang dan senyuman manisnya.“Setuju, aku akan ikut dalam permainan itu,” sambung Kelvin dengan santai seraya menyesap wine di tangannya. Didetik selanjutnya, Kelvin menatap Sean dengan menantang, “Sean, jangan sampai kau tidak ikut. Kalau kau tidak ikut pasti kau terlihat seperti anak kecil yang ketakutan.”Sean menatap dingin Kelvin. Saat wajah Sean mulai kesal, Stella langsung mengelus dadan
Waktu menunjukan pukul delapan malam. Pesta barbeque dan permainan truth or dare telah berakhir. Tampak Stella begitu bahagia. Meski tidak bisa dipungkiri tantangan Chery yang meminta Sean menciumnya lima menit membuat Stella kesulitan bernapas. Namun, setiap kali bibir terbuka meraih lumatan demi lumatan memuat Stella menarik napasnya. Ya, jika bukan karena diajarkan oleh Sean mungkin Stella akan kalah dengan tantangan yang diberikan oleh Chery. Well, hari adalah hari yang menyenangkan. Stella bisa berkumpul dengan teman-temannya. Bersama dengan Kelvin dan juga suami tercintanya.“Ah, lelah sekali.” Stella mengganti pakaiannya dengan gaun tidur satin tipis yang nyaman. Gaun tidur ini sukses membuat lekuk tubuh Stella begitu terlihat. Beberapa bentuk ukuran tubuhnya tampak begitu pas. Tidak berlalu besar dan tidak terlalu kecil. Pinggang yang ramping. Meski bertubuh mungil tapi Stella memiliki lekuk tubuh yang menawan.Setelah mengganti pakaiannya dengan gaun tidur, Stella duduk di ku
Suara alarm berbunyi membuat Stella yang tengah tertidur pulas langsung terbangun. Stella Mengerjapkan mata beberapa kali. Menguap dan menggeliat. Sesaat ketika mata Stella sudah terbuka—dia langsung mematikan alarm di ponselnya itu. Tampak wajah Stella yang terkejut melihat pukul sembilan pagi.“Astaga, aku kesiangan. Sean—” Baru saja Stella menoleh ke samping. Dia harus kecewa kala ranjang Sean sudah kosong. Stella berdecak kesal. Didetik selanjutnya, tatapan Stella teralih pada sebuah note yang ada di atas nakas. Kini Stella mengambil note itu dan langsung membacanya.*Sayang, maaf aku tidak membangunkanmu. Aku berangkat lebih awal karena ada meeting pagi hari ini. Tadi kau tertidur begitu lelap, aku tidak tega membangunkanmu. Nanti malam aku akan pulang lebih awal. Your husband, Sean. G.*Stella mengembuskan napas kasar kala membaca note yang dituliskan oleh Sean. Meski kesal karena Sean tidak membangunkanya tapi Stella tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa dipungkiri alasan Sean
“K-Kelvin?”Tubuh Alika membeku. Wajahnya tampak menujukan keterkejutan. Sepasang iris mata hitamnya menatap seksama sosok pria di hadapannya. Memastikan bahwa dirinya tidak salah melihat. Sayangnya apa yang Alika lihat adalah nyata. Penglihatannya masih sangat baik dalam mengenali seseorang. Hal yang membuat Alika yakin adalah aroma parfume maskulin yang telah dia hafal. Kemarin saat permianan truth or dare di mana Alika menerima tantangan itu, membuatnya mengenali aroma parfume maskulin ini.“Apa aku mengganggumu?”Suara berat itu membuat darah Alika berdesir. Bagaikan air panas yang mendidih. Alika menjadi salah tingkah melihat Kelvin yang kini sudah di hadapannya. Pria itu begitu tampan. Membuat jantung Alika berdegup kencang. Bahkan lidahnya terada begitu kelu.“Kelvin, kau di sini?” Alika berusaha bersikap normal. Seolah dirinya baik-baik saja. Pesona seorang Kelvin Geovan memang menaklukan dirinya. Alika bersumpah, dirinya tidak nyaman dengan jantung yang terus berdegup kencang
“Ah, romantis sekali. Pria itu melamar wanitanya di depan banyak orang. Astaga, manis sekali. Tentu saja wanitanya akan bahagia. Terlebih banyak orang-orang yang melihat mereka.” Stella bergumam seraya menopangkan tangannya di dagu. Menonton drama kesukaannya. Well, Stella mamang selalu menonton drama kalau dirinya sudah selesai menyelesaikan pekerjaan dan juga tugas-tugas kuliahnya.Suara dering ponsel terdengar membuat Stella yang tengah menonton televisi, langsung mengalihkan pandangannya pada ponsel berdering miliknya yang terletak di atas meja. Ya, dering ponsel yang menandakan pesan masuk itu segera membuat Stella membaca pesan masuk.Chery : Stella, tadi aku menghubungi Alika. Dia bilang tadi dia pulang bersama dengan Kelvin karena ban mobilnya kempes. Wah, sepertinya sebentar lagi aku akan mendengar Alika menjadi adik iparmu, Stella. Hehe.Senyum di bibir Stella terukir melihat pesan msuk dari Chery. Manik mata abu-abunya tampak menunjukan kebagian. Bagaimana tidak? Akhirnya K
“Selamat pagi, Nyonya.”Suara lembut dan sopan seorang pelayan menyapa Stella yang baru saja keluar kamar. Hari ini Stella tidak memiliki jadwal kelas. Itu kenapa dia memilih bermalas-malasan di rumah. Sebelumnya, Stella melakukan panggilan telepon dengan Ayu, temannya yang mengawasi konveksi miliknya yang di Yogyakarta. Sejauh ini, Stella bersyukur pesanan selalu berdatangan. Tingginya permintaan dalam membuat kebaya, dan pakaian wanita lainnya sedikit membuat Stella kewalahan karena kekurangan penjahit. Namun, Stella masih menunda menambah penjahit. Paling tidak Stella akan menunggu hingga bulan depan dan melihat bagaimana perkembangan konveksinya.“Pagi, apa kau lihat di mana suamiku?” tanya Stella seraya menatap sang pelayan.“Tuan berada di ruang kerjanya, Nyonya. Ada Tuan Tomy di dalam ruang kerjanya,” jawab sang pelayan memberitahu.Stella menghela napas dalam. Kini dia mengalihkan pandangannya pada jam dinding—waktu menunjukan pukul sembilan pagi. Ya, bahkan Sean sudah bangun
Sean menatap Stella yang tertidur di pangkuannya. Ya, setelah berjam-jam menonton drama akhirnya Stella mengantuk dan berakhir tidur di pangkuannya. Tampak Stelal yang menggemaskan kala memejamkan mata. Ditambah istrinya itu memeluk bantal kecil agar tidurnya lebih nyaman. Stella sudah terbiasa tidur dipeluk. Itu kenapa Stella membutuhkan bantal agar membuatnya lebih nyaman.Televisi sudah mati. Tepat di saat Stella tertidur lelap, Sean langsung mematikan televisi. Well, tidak mungkin Sean menonton drama yang tidak jelas. Cukup istri kecilnya saja yang sering menonton drama-drama aneh yang tidak masuk akal sehatnya.Kini Sean membopong tubuh Stella gaya bridal, membaringkannya di ranjang. Kemudian, Sean menarik selimut; menutupi tubuh sang istri dengan selimut terbal. Sesaat Sean melihat wajah polos Stela yang tertidur pulas. Entah sudah berapa ratus bahkan ribuan kali dia melihat wajah Stella yang tertidur seperti ini. Tidak pernah ada kata bosan. Yang ada hanya tatapan mendamba dan