Share

Bab 7 Tidak Pantas

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2025-01-21 11:42:54

Vicky tersenyum puas, memainkan ponselnya sambil melihat unggahan forum itu. 

“Bagaimana?” tanyanya, menatap Lex. “Cukup untuk ‘peringatan kecil’, kan?”

Lex menyeringai. “Sempurna,” balasnya. “Meski aku tidak yakin berita seperti ini akan berdampak besar?”

“Tentu saja!” sahut Vicky cepat. “Orang rendahan seperti dia, akan menganggap gosip ini seperti aib,”

Lex manggut-manggut dengan bibir melengkung. Dia tidak mengerti tentang pertikaian sesama wanita. 

“Dan, bagaimana menurutmu?” Lex kini memusatkan perhatian pada Dante.

Dante yang duduk di sudut dengan tatapan gelap, tidak mengatakan apa-apa. Meski ini sesuai dengan rencananya untuk mengintimidasi Belle, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

“Aku mau semua beres. Jangan sampai nama kita dibawa,”

“Tentu saja tidak, Dan! Kau tahu betapa jeniusnya Vicky, kan?” Lex melirik Vicky sambil menyeringai. Lalu keduanya saling adu kepalan tangan. Cara kerja otak Lex dan Vicky memang hampir sama.

***

Di meja kopi, sekelompok karyawan tertawa kecil sambil melirik ke arah Belle yang baru saja keluar dari ruangan Nate.

“Dia kelihatan polos, ya?” Salah satu dari mereka berbisik dengan nada mencemooh. “Siapa sangka dia punya masa lalu seperti itu?”

“Makanya,” sahut yang lain sambil menyeruput kopinya. “Lihat saja caranya berjalan. Dia pura-pura tidak tahu, padahal kita semua tahu rahasianya sekarang,”

Belle berjalan melewati mereka dengan kepala tertunduk, berusaha keras untuk mengabaikan cemoohan itu. Dia bisa merasakan tatapan mereka menusuk di punggungnya, seolah-olah setiap orang di kantor tengah menghakimi Belle.

Di lorong, sekelompok karyawan lain berhenti bicara begitu Belle lewat. Salah satu dari mereka—seorang wanita dengan lipstik merah mencolok, pura-pura berbisik keras pada temannya.

“Kau tahu kan, kalau rumor itu biasanya benar?” katanya dengan nada yang sengaja dibuat keras. 

Belle berhenti sejenak, ingin membalas. Tetapi mulutnya terasa terkunci. Dia melangkah cepat menuju kamar kecil, berharap bisa menemukan tempat untuk menenangkan diri. Begitu masuk, Belle mengunci pintu salah satu bilik dan membiarkan air mata yang ditahannya sejak pagi tumpah. 

Tiba-tiba Belle teringat pada malam gala itu. Wajah-wajah angkuh The Dominion Club muncul di pikirannya. Terutama Dante Hudson. Belle mulai merangkai potongan-potongan kejadian, menyadari bahwa semua ini mungkin bukan kebetulan.

“Sialan, Dante … “ desisnya geram.

***

Di ruang rapat, Nate berdiri di depan timnya memberikan arahan seperti biasa. Matanya sesekali melirik Belle. Meski Nate tidak ikut menyebarkan rumor itu, dia tahu betul bagaimana hal ini bisa terjadi.

“Baiklah, rapat selesai,” kata Nate akhirnya. “Belle, tetap di sini. Aku ingin bicara denganmu,”

Setelah semua orang meninggalkan ruang rapat, hanya Nate dan Belle yang tersisa. Nate berjalan perlahan ke ujung meja. Tangannya menyusuri permukaan kayu yang mengkilap.

“Belle, aku langsung saja pada intinya,” tukas Nate setelah beberapa saat diam. “Situasi yang terjadi saat ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut,"

Belle menatap Nate dengan mata melebar. “Situasi?”

Nate mengangkat alis. "Gosip atau bukan, itu tidak bisa diterima. Terutama untuk perusahaan sebesar Hudson Group,"

"Dengan segala hormat, Pak Whitmore. Saya tidak pernah melakukan apa pun yang dapat mencemarkan nama baik perusahaan ini. Ini semua adalah fitnah." Belle keras membela diri.

Nate menyilangkan lengannya, berdiri tegak. "Mungkin itu benar, mungkin tidak. Tapi persepsi adalah segalanya dalam bisnis, Belle. Dan saat ini, persepsi publik tentang perusahaan kita sedang terancam,"

Tubuh Belle gemetar. "Jadi, apa maksud Anda?" Belle bertanya dengan suara serak.

Nate menarik napas dalam. Dia memejamkan mata sejenak. "Aku meminta kamu untuk mengundurkan diri. Dengan tenang, tanpa membuat keributan. Itu akan menjadi langkah terbaik untuk semua pihak,"

Belle terhenyak. "Mengundurkan diri? Kenapa saya yang harus pergi? Saya tidak bersalah!" belanya. “Kenapa Anda tidak mengusut dulu semuanya dan mencari tahu dalang dibalik semua ini?”

"Ini bukan soal bersalah atau tidak," jawab Nate tanpa emosi. "Ini soal melindungi citra perusahaan. Jika kamu tetap di sini, situasi hanya akan semakin memburuk. Orang-orang akan terus bicara, dan dampaknya akan lebih besar daripada yang bisa kita tanggung," Jawaban Nate diplomatis. Sekaligus tanpa belas kasihan.

Mata Belle mulai berkaca-kaca, tetapi dia menahan air matanya. Dia menatap Nate dengan pandangan penuh luka. "Jadi Anda lebih peduli pada reputasi perusahaan daripada mencari tahu kebenaran?”

Nate mendesah. Dia memalingkan pandangan dari Belle. "Belle, aku tidak punya pilihan,” ujarnya. “Kau tahu aku sangat senang kau ada di sini. Tapi ini bukan keputusan pribadiku,”

“Lalu keputusan siapa?” sambar Belle. Suaranya hampir parau karena menahan tangis.

Belle menegakkan punggung. Meskipun hatinya terasa hancur. "Saya akan membersihkan nama saya," lanjut Belle dengan suara yang gemetar karena emosi. "Dan saya akan membuktikan bahwa saya tidak pantas diperlakukan seperti ini,"

Nate mengerutkan dahi. Tidak menyangka Belle akan menolak begitu keras. Tanpa menunggu jawaban, Belle berbalik dan meninggalkan ruangan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 8 Seharusnya Marah

    Langit sore tampak kelabu. Angin dingin menyapu atap gedung Hudson Group. Di sudut yang sepi, Belle duduk dengan lutut ditekuk. Memeluk dirinya sendiri. Pipinya basah oleh air mata yang tak henti-hentinya mengalir.Gosip kejam di kantor, Nate yang memintanya mengundurkan diri dan reputasinya yang tercoreng membuatnya merasa seolah-olah sedang dihakimi. Dia tidak tahu bagaimana harus menghadapi keluarganya di rumah.Namun, suara langkah kaki di belakangnya membuat Belle mengangkat kepala. Belle menghapus air mata dengan cepat dan bangkit berdiri.“Maaf, aku tidak tahu ada orang di sini,”Belle menoleh dan melihat seorang pria berdiri beberapa langkah darinya. Eddie. Dengan jaket kulit hitam dan senyum yang samar, dia terlihat begitu tenang. Hampir seperti tidak nyata.“Maaf, aku akan pergi,” tukas Belle. Mengemasi tasnya.“Tidak masalah,” sahut Eddie.Ucapan itu membuat langkah Belle terhenti.“Aku melihatmu menangis dari jauh,” kata Eddie. “Kupikir kamu butuh seseorang untuk diajak bi

    Last Updated : 2025-02-24
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 9 Pengakuan

    Malam itu juga Belle berdiri di depan The Dominion Club, sebuah bangunan megah dengan lampu-lampu kristal. Pintu masuknya dijaga oleh dua pria berseragam. Keduanya memandang Belle dengan tatapan penuh curiga. Belle menarik napas panjang, membenahi blazer tipis yang dia kenakan. Ini bukan tempatnya, dia tahu itu. Tapi dia tidak peduli.“Maaf, Nona. Ini tempat khusus untuk anggota dan tamu undangan,” Salah satu penjaga menghentikannya.Belle menatap penjaga itu dengan mata melotot. “Aku di sini untuk bertemu Dante Hudson,” katanya dengan suara ketus.Penjaga itu mengerutkan dahi, tampak ragu. “Nama Anda?”“Belle. Bilang itu,”Setelah jeda singkat, penjaga itu berbicara melalui earpiece-nya. Beberapa saat kemudian, dia membuka pintu.“Silahkan masuk, Nona Belle,”Belle melangkah masuk. Musik jazz lembut mengalun dan kelompok-kelompok kecil orang berpakaian mahal mengobrol sambil menikmati minuman mereka. Namun, perhatian Belle hanya tertuju pada satu orang: Dante.Di tengah ruangan, Dan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 10 Rumor Buruk

    Belle tiba di rumah dengan langkah gontai. Tubuhnya terasa begitu lelah. Bukan hanya karena perjalanan panjang, tetapi juga karena beban yang menekan pikirannya. Aroma masakan ibunya bercampur dengan suara televisi yang samar-samar terdengar dari ruang keluarga."Belle, kau sudah pulang?" seru ibunya–Emily, keluar dari dapur. “Kenapa malam sekali?”Belle memaksakan senyuman kecil. “Apa Ayah belum pulang?” jawabnya singkat sambil melepas sepatu di dekat pintu.Emily menggeleng. “Ayahmu sibuk di bengkel. Katanya ada yang harus diselesaikan sebelum besok pagi,”“Lagi?” sahut Belle dengan alis terangkat.Emily angkat bahu, lalu kembali ke dapur. “Belle, besok kau mau sarapan apa?”Belle merasa dadanya semakin sesak. Dia ingin menangis, ingin mengakui semuanya—bahwa dia telah dipecat karena tuduhan kejam yang bahkan tidak benar. Tapi dia tidak tega. Keluarganya sudah cukup cemas memikirkan ekonomi.“Tidak perlu,” jawab Belle pelan. “Aku harus berangkat sangat pagi besok,”“Jangan bilang ka

    Last Updated : 2025-02-24
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 11 Undangan Mewah

    Belle meletakkan kartu itu di meja. "Tapi kenapa aku diundang? Aku tidak kenal dia,"Liam mengangkat bahu. “Mungkin seseorang ingin kamu ada di sana?”Ucapan itu membuat Belle tertegun. Pikirannya langsung melayang ke sosok Eddie. Tatapan hangatnya, senyum samar yang Eddie berikan saat menyerahkan sapu tangan, dan caranya memberikan jaket tanpa basa-basi.Apakah Eddie yang mengirim gaun ini? pikir Belle, hatinya tiba-tiba berdebar.Belle bisa membayangkan Eddie, dengan caranya yang tenang dan misterius, memikirkan cara agar Belle bisa datang ke pesta Cassie Beaumont.Wajah Belle sedikit memerah saat bayangan itu memenuhi pikirannya. Dia tersipu, dan senyum kecil tak sengaja merekah di bibirnya. Mungkin, ini adalah bentuk perhatian Eddie. Mungkin, dia ingin Belle hadir di pesta itu agar mereka bisa bertemu lagi.“Jangan mimpi, Belle!” Belle menepuk pelan pipinya sendiri. Mencoba mengusir perasaan itu.“Ada apa?” Liam menatap Belle dengan dahi berkerut. “Dasar aneh!” celetuknya, lalu ke

    Last Updated : 2025-03-06
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 12 Menikmati Pesta

    “Ah, Belle?!” Lex juga ikut terkejut. “Kenapa dia di sini?”“Itu yang kutanyakan sejak tadi!” teriak Nate, kesal.Lex segera berjalan cepat masuk ke dalam. Dia tentu saja ingin melaporkan temuannya pada Dante dan yang lain. Sementara Nate mengikuti langkah Lex, namun lebih pelan.Dante sedang berdiri di dekat meja bar, berbicara santai dengan Jamie tentang bisnis keluarga mereka yang terus berkembang. Pandangan Dante acuh tak acuh, seperti biasa. Hingga Jamie yang sedang menyesap champagne mendadak bersiul pelan dan mengangguk ke arah pintu masuk ballroom.“Lihat siapa yang datang,” gumam Jamie sambil tersenyum kecil.Dante mengerutkan alis, menoleh dengan sedikit rasa ingin tahu. Namun, saat matanya menangkap sosok Belle yang melangkah masuk ke ruangan, seluruh fokusnya langsung tertuju pada wanita itu.Belle terlihat berbeda malam ini. Gaun berwarna biru gelap yang membalut tubuhnya memancarkan kesan anggun. Rambutnya yang biasanya diikat rapi kini tergerai lembut, dengan gelombang

    Last Updated : 2025-03-06
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 13 Perusak Suasana

    Dante berdiri di salah satu sudut ruangan, gelas kristal berisi minuman berwarna keemasan berada di tangannya. Matanya tak pernah lepas dari Belle, yang kini berdiri sendirian di tengah pesta. Wajah Belle masih terlihat sedikit pucat setelah apa yang baru saja terjadi.Sorot mata Dante penuh dengan campuran emosi yang sulit dijelaskan. Belle bukan wanita yang biasa dia temui di lingkungan seperti ini. Ada sesuatu tentang keberanian dan keteguhan Belle yang terus-menerus menarik perhatian Dante, meskipun dia ingin menyangkalnya.Dante meneguk minuman, membiarkan cairan itu meluncur melewati tenggorokannya. Demi mencoba mengusir pikiran yang tak diinginkan. Namun, pandangan Dante tetap terkunci pada Belle. Gaun itu membingkai tubuh Belle dengan sempurna, membuat hati Dante berdesir hebat.“Kau tidak bisa berhenti memandangnya, ya?” goda Jamie, menyadari perubahan sikap Dante.Dante mendengus ringan. “Ya, aku akui itu,” jawabnya. “Tapi dia juga terlalu keras kepala,”Jamie tertawa pelan,

    Last Updated : 2025-03-07
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 14 Kabur

    “Apa yang kau pikirkan? Kau sengaja mempermalukannya di depan semua orang?” serang Dante pada Vicky. Saat mereka berada di sudut ruangan, jauh dari keramaian pesta. “Dia pantas mendapatkannya. Wanita itu tidak tahu tempatnya. Berani sekali datang ke pesta ini seakan dia bagian dari kita,” Vicky justru makin muntab.“Itu bukan urusanmu!” bentak Dante, nadanya kini naik. “Kau memalukan dirimu sendiri dengan tingkah seperti itu,”“Kenapa kau begitu peduli padanya, Dan?” Vicky mendekat. “Setahuku, kau tidak akan membiarkan siapapun membuatmu tampak lemah. Tapi yang kulihat sekarang, kau sedang dikuasai wanita rendahan itu,”Rahang Dante mengeras. “Aku memperingatkanmu, Vicky,” Dante mendekatkan wajahnya ke wajah Vicky. “Jika kau menyentuhnya lagi, atau mencoba mempermalukannya, kau akan berurusan denganku,” ancamnya lirih.Vicky mendengus kecil, kemudian melangkah menjauh. “Lakukan saja apa yang kau mau, Dan. Kau tahu aku tidak bisa dihentikan!”Dante mengepalkan tangan, mengawasi Vicky

    Last Updated : 2025-03-14
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 15 Jangan Pergi

    Belle mengangkat wajah perlahan, menatap Dante dengan mata yang masih berkaca-kaca. Sorot matanya tampak rapuh dan terluka. Sesuatu yang asing, terasa begitu menusuk hati Dante. Melihat luka di ekspresi wajah Belle. Tapi semakin lama dia menatap Belle, semakin sulit untuk menghindari daya tarik Belle. Yang entah mengapa kini terasa begitu kuat.“Kau … “ Belle berbisik pelan, suaranya bergetar. Beberapa kali mengerjapkan mata, mencoba melihat lebih jelas dalam pandangannya yang masih kabur.Tanpa memberi waktu Belle untuk berpikir, Dante segera mengulum bibir Belle. Sementara Belle tampak terkejut, tubuhnya menegang. Tapi dia tidak menarik diri. Meski dia tidak bisa melihat dengan jelas pria yang kini tengah menciumnya, namun hati Belle terasa hangat. Dia bahkan memejamkan mata, mencoba untuk menikmati ciuman yang terasa nyata namun juga seper

    Last Updated : 2025-03-15

Latest chapter

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 54 Sedang Terluka

    Belle duduk di sudut kamar, memeluk kedua lututnya sambil menatap kosong ke luar jendela. Langit senja yang seharusnya indah terasa kelabu di matanya.Semuanya terjadi begitu cepat. Terlalu rapi. Terlalu sempurna untuk disebut sebagai kebetulan. Namun, siapa yang membenci keluarganya sampai tega menghancurkan mereka seperti ini?Tanpa sadar, air mata Belle kembali mengalir. "Apakah ini hukuman darimu, Dante?" isaknya.Belle menggigit bibirnya. Dia tahu Dante pria yang kejam, tapi... tidak mungkin Dante tega menghancurkan hidupnya sampai seperti ini, kan? Tapi siapa lagi yang bisa melakukannya?Di luar, Eddie masih berdiri di depan rumah Belle. Dia tahu wanita itu sedang terluka. Tetapi Belle terlalu keras kepala untuk membiarkan siapa pun masuk ke dalam dinding pertahanannya.“Apa benar ini ulahmu, Dan?” gumam Eddie, mendongak menatap rumah Belle.***Malam itu, Eddie langsung menghubungi seseorang yang selama ini menjadi "telinga dan mata" Dominion Club di balik layar, Alexander Har

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 53 Datang Padaku

    Sofia berdiri dengan wajah tegang sambil menyerahkan sebuah map tebal berisi semua informasi tentang Belle. Evelyn duduk di kursi beludru berwarna gading, dengan secangkir teh di tangan. Wanita itu tampak tenang."Sudah kau dapatkan semuanya?" tanya Evelyn tanpa menoleh.Sofia mengangguk sambil meletakkan map itu di meja. "Semua yang Anda minta,”Evelyn meletakkan cangkir tehnya dan membuka map itu perlahan.Di sana ada foto Belle yang tersenyum lembut di depan toko bunga miliknya, Emily's Garden. Foto keluarganya. Foto bengkel kecil milik Patrick, ayahnya. Bahkan informasi tentang Belle yang sempat putus kuliah karena ibunya sakit keras juga ada di dalam laporan itu.Evelyn tersenyum miring.“Dia menyedihkan… tapi justru itu yang membuat Dante begitu terikat padanya," gumam Evelyn sambil membolak-balik halaman."Saya juga menemukan sesuatu yang... menarik, Nyonya," ujar Sofia.Sofia menarik napas dalam, lalu menyerahkan sebuah amplop lain yang berisi foto-foto lama."Isabella pernah

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 52 Titik Lemah

    Eddie memperhatikan Belle yang sejak tadi diam dan terus melirik ke arah Dante. mendekatkan wajahnya ke Belle. “Apa kau ingin pergi dari sini?”Belle tersentak. "Hah? Tidak... Aku baik-baik saja."Eddie tersenyum kecil. "Kalau begitu... ayo berdansa," ajak Eddie, menarik tangan Belle menuju lantai dansa.Belle terkejut. "Eddie, aku—"Tapi Eddie sudah terlanjur menarik tangan Belle ke tengah lantai dansa. Dan Belle tidak bisa menolak lagi.Dante yang sejak tadi memperhatikan mereka dari kejauhan, matanya semakin gelap saat melihat Eddie memeluk pinggang Belle dan mulai berdansa. Dante meremas gelas wine di tangannya hingga retak.Lex bersandar di bar dengan gelas

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 51 Malam yang Panjang

    Dante dan Evelyn tiba di pesta eksklusif yang diadakan oleh salah satu anggota The Dominion Club. Di sebuah ballroom mewah dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan malam kota yang berkilauan.Evelyn mengenakan gaun hitam sederhana, tanpa banyak detail berlebihan. Tetapi caranya melangkah dengan penuh percaya diri membuat semua orang di ruangan itu terdiam. Bahkan para wanita sosialita yang selama ini memuja Dante.Evelyn bukan sekadar wanita cantik. Dia berbahaya. Elegan, cerdas, dan tak terjamah.Dante yang berdiri di samping Evelyn dalam setelan jas hitam, terlihat semakin dingin dan tak tersentuh. Namun di balik matanya yang tajam, ada kekacauan berkecamuk di hatinya. Sejak Belle menolaknya, Dante kehilangan arah.Lex dan Jamie yang memperhatikan dari

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 50 Pernikahan Bisnis

    "Belle, kau sakit?" tanya Emily khawatir.“Tidak, Mom... Aku hanya... lelah,” jawab Belle dengan suara parau. Dia tidak ingin bangun. Tidak ingin menghadapi dunia setelah kejadian semalam.Ibunya membuka pintu dan melangkah masuk. Dengan lembut, Emily duduk di tepi ranjang dan mengelus rambut putrinya."Kau tidak perlu memaksakan diri untuk ke toko hari ini," ucap Emily lembut. "Kalau kau butuh waktu untuk sendiri, istirahatlah," Meski tidak terlalu tahu apa yang terjadi, namun Emily bisa menebak jika ini ada hubungannya dengan kisah cinta anaknya.“Terima kasih, Mom,” bisik B

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 49 Pelarian

    “Tidak!” Belle berkata dengan suara bergetar. “Kau … kau sudah milik orang lain. Aku tidak mungkin—”"Siapa yang memberitahumu?" sambar Dante, cukup terkejut."Apakah itu penting?" Belle menatapnya penuh luka. "Kau pikir aku ini apa? Tempat pelarian saat kau bosan dengan wanita kaya pilihan keluargamu?"Dante mendekat, tetapi Belle melangkah mundur.“Kau salah paham,” terang Dante."Tidak ada yang perlu dijelaskan," Belle memotong. “Harusnya memang sejak awal aku mengerti, dunia kita terlalu berbeda,”Dante terdiam. Rahangnya mengeras menahan emosi yang bergejolak. Sementara Belle menahan air matanya yang hampir jatuh.

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 48 Jatuh Cinta

    Eddie bersandar di ambang pintu toko bunga milik Belle, memperhatikan wanita itu yang sibuk merangkai bunga. Jari-jari Belle yang lentik dengan cekatan memilih kelopak demi kelopak, mengatur warna, tekstur, dan aroma dengan keahlian yang membuat Eddie terpesona.Cahaya matahari sore membiaskan sinar keemasan yang membingkai sosok Belle dengan indah. Eddie merasa hatinya menghangat hanya dengan melihat Belle begitu damai di tengah kesibukannya.“Kenapa kau terus menatapku seperti itu?” tanya Belle tanpa menoleh.Eddie tersenyum kecil, lalu mendekat. “Karena aku suka melihatmu bekerja. Kau terlihat... hidup,”Belle terkekeh pelan, tapi wajahnya sedikit memerah. “Aku hanya merangkai bunga, Eddie,”

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 47 Ada di Hidupnya

    Dante melangkah keluar dari Dominion Club, menyusul Eddi yang keluar lebih dulu. Udara malam yang dingin menyambut mereka. Tetapi ketegangan di antara dua pria itu jauh lebih menusuk.Dante berhenti di tangga depan club, menyalakan rokoknya dengan gerakan santai, tetapi matanya tetap tajam seperti biasa."Jadi ... dia benar-benar calon istrimu?" tanya Eddie tanpa basa-basi, matanya menatap lurus ke depan.Dante menghela napas pelan, menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Valeria yang mengatur ini. Aku hanya mengikutinya,”Eddie mendengus sinis. “Mengikuti? Sejak kapan kau menuruti ucapan Valeria?” ejeknya.Dante menegang. Mata gelapnya beralih ke Eddie dengan tatapan tajam, tetapi Eddie tidak gentar. M

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 46 Kebencian Vicky

    Sofia—asisten Evelyn, berdiri dengan ekspresi serius. Di tangannya terdapat sebuah folder hitam tebal berisi informasi yang baru saja dikumpulkan tentang Dante Hudson.“Ini semua tentang Dante Hudson, dan wanita yang Anda tanyakan, Nyonya” ucap Sofia sambil menyerahkan folder itu pada Evelyn.Evelyn menerima folder tersebut dan membukanya dengan penuh rasa ingin tahu. Matanya tajam menelusuri setiap lembar informasi yang telah dikumpulkan Sofia.“Isabella Monaghan … “ Evelyn membaca nama itu dengan nada meremehkan. “Si gadis toko bunga yang berhasil membuat pria seperti Dante Hudson jatuh cinta?”Sofia mengangguk pelan. “Sepertinya Dante Hudson terobsesi padanya. Berdasarkan catatan yang berhasil saya kumpulkan, Dant

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status