Share

Bab 9 Pengakuan

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-24 21:18:07

Malam itu juga Belle berdiri di depan The Dominion Club, sebuah bangunan megah dengan lampu-lampu kristal. Pintu masuknya dijaga oleh dua pria berseragam. Keduanya memandang Belle dengan tatapan penuh curiga. Belle menarik napas panjang, membenahi blazer tipis yang dia kenakan. 

Ini bukan tempatnya, dia tahu itu. Tapi dia tidak peduli.

“Maaf, Nona. Ini tempat khusus untuk anggota dan tamu undangan,” Salah satu penjaga menghentikannya.

Belle menatap penjaga itu dengan mata melotot. “Aku di sini untuk bertemu Dante Hudson,” katanya dengan suara ketus.

Penjaga itu mengerutkan dahi, tampak ragu. “Nama Anda?”

“Belle. Bilang itu,”

Setelah jeda singkat, penjaga itu berbicara melalui earpiece-nya. Beberapa saat kemudian, dia membuka pintu.

“Silahkan masuk, Nona Belle,”

Belle melangkah masuk. Musik jazz lembut mengalun dan kelompok-kelompok kecil orang berpakaian mahal mengobrol sambil menikmati minuman mereka. Namun, perhatian Belle hanya tertuju pada satu orang: Dante.

Di tengah ruangan, Dante duduk di sebuah sofa mewah. Dikelilingi oleh beberapa anggota Dominion Club—Lex, Vicky, dan Jamie. Mereka tertawa, sesekali mengobrol.

Belle menggenggam erat tas kecil di tangannya. Mencoba mengendalikan rasa gugup.

Belle mendekat dan langkahnya menarik perhatian. Dante adalah orang pertama yang menyadari kehadirannya. Mata pria itu menyipit saat melihat Belle. Bahkan bibirnya melengkung membentuk seringai kecil.

“Lihat siapa yang datang,”  seru Lex, menunjuk Belle. “Apa yang membawamu ke sini, nona kelas menengah?”

Tawa kecil terdengar dari banyak orang di tempat itu. Tapi Belle tidak terintimidasi. Dia menatap Dante langsung ke matanya.

“Dante Hudson, kita perlu bicara,” tandas Belle. Dia mencoba untuk bicara lebih lantang, demi mengusir gugup.

Dante mengangkat alis sambil terus menyeringai. “Kau datang jauh-jauh ke sini hanya untuk itu? Kau tahu, ini bukan tempat untuk orang sepertimu,”

“Aku tidak peduli,” jawab Belle. “Kau sudah menghancurkan reputasiku di kantor. Apa yang kau inginkan sebenarnya?”

Dante berdiri dari sofa. Tubuh tinggi dan posturnya yang tegap, mendominasi, membuat Belle harus menegakkan dagu untuk mempertahankan keberaniannya.

Dante kini tertawa. Ekspresinya tampak begitu puas saat melihat kemarahan di wajah Belle. 

“Apa yang aku inginkan?” Dante mengulangi. “Kau datang ke sini, hanya untuk menanyakan itu?”

“Aku mungkin bukan siapa-siapa dibandingkan denganmu,” Belle sedikit mendekat. Dia mengepalkan tangannya erat. “Tapi aku tidak akan diam sementara kau dan kelompokmu menghancurkan hidupku. Aku akan melawanmu, Dante! Apapun yang terjadi,”

Ruangan menjadi hening. Anggota Dominion Club yang lain tampak terkejut dengan keberanian Belle. Namun Dante hanya tersenyum tipis.

Dari sisi sofa, Vicky mendengus pelan sambil mengambil gelas champagne yang ada di meja. “Kau … berisik,” umpatnya. “Selain orang yang tidak berguna, kau juga pandai merusak suasana,” Dia berdiri, berjalan mendekati Belle dengan langkah anggun.

“Aku rasa,” lanjut Vicky sambil mengangkat gelasnya. “Kau butuh sesuatu untuk mendinginkan kepala sombongmu itu,” Vicky mengarahkan gelasnya pada Belle.

Belle tidak bergerak, menatap langsung ke arah Vicky. Tapi sebelum Vicky bisa mengangkat gelasnya lebih tinggi, Jamie tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya dan meraih tangan Vicky dengan cepat.

“Sudah cukup, Vic!” kata Jamie.

Vicky menoleh ke Jamie, wajahnya kesal. “Apa maksudmu? Jadi kau membiarkan dia berbicara seperti itu pada Dante? Pada kita?”

Jamie menghela napas dan melepaskan cengkeramannya perlahan. “Kita punya cara lain untuk menangani orang seperti dia,” Jamie memandang Belle sedikit kesal. “Jangan kotori club-ku,”

Vicky mendengus, wajahnya masih dipenuhi rasa kesal. Namun, dia menurunkan gelas champagne-nya dan kembali duduk dengan ekspresi masam.

Dante yang sejak tadi memperhatikan semuanya, kini bergerak satu langkah mendekati Belle. “Jadi … sampai mana kita tadi?” Dia menyeringai.

Belle tidak bergeming. Meskipun jantungnya berdebar kencang. “Lakukan apapun yang kau mau, Dante. Aku tidak akan lari darimu!”

Sebuah senyum penuh arti muncul di wajah Dante. “Benarkah? Benarkah kau tidak akan lari dariku?”

Belle mengangkat dagunya demi menyeimbangkan tinggi Dante. Namun tetap, Belle tidak seimbang.

“Aku bahkan tidak pernah tidur dengan pria manapun sepanjang hidupku!” aku Belle tiba-tiba. Suaranya bergetar. “Jadi bagaimana bisa kalian menyebarkan rumor menjijikkan seperti itu?”

Tatapan semua orang kini tertuju pada Belle. Bahkan Lex sampai menganga lebar tidak percaya. Sementara Dante, seakan dia tidak berkedip mendengar pengakuan apa adanya itu.

Sebuah langkah pelan mendekati mereka. Eddie muncul, dengan ekspresinya yang tenang.

“Belle? Benarkah kau tidak pernah tidur dengan pria manapun?” sapa Eddie.

“E-Eddie?” Belle terkejut mendengar suara Eddie. Dia menoleh ke belakang.

Pria itu berdiri dengan mata lebar. Tentu saja dia mendengar pengakuan mengejutkan itu. Kini suasana yang semula tegang, sedikit mencair.

“Ed, kau dengar dia, kan? Dia masih perawan!” teriak Lex. Dia tertawa kencang sekali, lalu melakukan tos dengan Jamie.

Vicky memutar bola matanya, semakin kesal. “Dasar wanita kampungan!” gerutunya.

Eddie menunduk, untuk menyamakan kedudukan dengan Belle. “Belle?” Kemudian dia berjalan, ikut duduk bersama Lex dan Jamie.

Sementara itu, Dante melangkah maju. Mendekat hingga jaraknya tidak lebih dari beberapa langkah dari Belle.

“Kau melawan seperti ini ... Apa kau melakukannya karena berharap aku akan menidurimu?” tanya Dante. Lalu menyeringai sinis.

Pernyataan itu menghantam Belle seperti bom. Vicky terkekeh kecil. Lex menyeringai, sementara Jamie hanya menghela napas panjang. Dan Eddie tidak berekspresi.

“Apa maksudmu?” Suara Belle bergetar, wajah merah. Dia merasa sangat malu dan dihina habis-habisan oleh Dante.

Dante menyeringai, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana dengan santai. “Aku hanya penasaran,” jawabnya. “Orang-orang sepertimu biasanya mencari cara untuk mendapatkan keuntungan dari pria seperti aku. Kau melawan karena apa, Belle? Karena kau ingin perhatian? Atau karena kau ingin sesuatu yang lebih?”

Wajah Belle semakin memerah. Bukan karena rasa malu. Itu adalah amarah yang tidak bisa lagi dia tahan.

“Kau ... sangat menjijikkan,” kata Belle, penuh kebencian.

Dante tertawa kecil. Kini sorot matanya berubah lebih gelap. “Di dunia ini, orang seperti aku yang memegang kendali. Kau harus terima itu,”

“Kau salah!” sambar Belle. “Orang sepertimu memegang kendali karena ada yang mau dikendalikan. Tapi tidak denganku. Tidak akan!”

Ruangan kembali sunyi. Dante tertegun, tidak menduga jawaban itu. Selama ini, tidak ada seorang pun yang berani melawannya seperti Belle.

Belle tidak menunggu jawaban. Dia berbalik cepat dan berjalan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Dante dan anggota Dominion Club lainnya.

Semua masih terdiam, begitu pula Dante yang masih berdiri. Dia benar-benar tercengang dengan perlawanan Belle.

Eddie menatap Dante dengan ekspresi datar. “Kau benar-benar sudah keterlaluan kali ini, Dan,” gumamnya.

Dante tetap berdiri di tempat. Diam, dengan rahangnya mengeras. Tapi di balik ekspresi dingin itu, pikiran Dante penuh gejolak. Belle berhasil mengganggu keseimbangannya, dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa dia biarkan begitu saja.

“Tapi menarik, sangat menarik,” ujar Lex. Dia berhasil memecah keheningan. “Ternyata si mungil dan manis itu belum pernah ditiduri siapapun. Apa aku perlu menjadi yang pertama?”

Jamie spontan meninju lengan Lex. “Kau … diam,” bisiknya. Dia memberi isyarat pada Lex untuk diam. Kemudian melirik ke arah Dante yang masih mematung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 10 Rumor Buruk

    Belle tiba di rumah dengan langkah gontai. Tubuhnya terasa begitu lelah. Bukan hanya karena perjalanan panjang, tetapi juga karena beban yang menekan pikirannya. Aroma masakan ibunya bercampur dengan suara televisi yang samar-samar terdengar dari ruang keluarga."Belle, kau sudah pulang?" seru ibunya–Emily, keluar dari dapur. “Kenapa malam sekali?”Belle memaksakan senyuman kecil. “Apa Ayah belum pulang?” jawabnya singkat sambil melepas sepatu di dekat pintu.Emily menggeleng. “Ayahmu sibuk di bengkel. Katanya ada yang harus diselesaikan sebelum besok pagi,”“Lagi?” sahut Belle dengan alis terangkat.Emily angkat bahu, lalu kembali ke dapur. “Belle, besok kau mau sarapan apa?”Belle merasa dadanya semakin sesak. Dia ingin menangis, ingin mengakui semuanya—bahwa dia telah dipecat karena tuduhan kejam yang bahkan tidak benar. Tapi dia tidak tega. Keluarganya sudah cukup cemas memikirkan ekonomi.“Tidak perlu,” jawab Belle pelan. “Aku harus berangkat sangat pagi besok,”“Jangan bilang ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 11 Undangan Mewah

    Belle meletakkan kartu itu di meja. "Tapi kenapa aku diundang? Aku tidak kenal dia,"Liam mengangkat bahu. “Mungkin seseorang ingin kamu ada di sana?”Ucapan itu membuat Belle tertegun. Pikirannya langsung melayang ke sosok Eddie. Tatapan hangatnya, senyum samar yang Eddie berikan saat menyerahkan sapu tangan, dan caranya memberikan jaket tanpa basa-basi.Apakah Eddie yang mengirim gaun ini? pikir Belle, hatinya tiba-tiba berdebar.Belle bisa membayangkan Eddie, dengan caranya yang tenang dan misterius, memikirkan cara agar Belle bisa datang ke pesta Cassie Beaumont.Wajah Belle sedikit memerah saat bayangan itu memenuhi pikirannya. Dia tersipu, dan senyum kecil tak sengaja merekah di bibirnya. Mungkin, ini adalah bentuk perhatian Eddie. Mungkin, dia ingin Belle hadir di pesta itu agar mereka bisa bertemu lagi.“Jangan mimpi, Belle!” Belle menepuk pelan pipinya sendiri. Mencoba mengusir perasaan itu.“Ada apa?” Liam menatap Belle dengan dahi berkerut. “Dasar aneh!” celetuknya, lalu ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 12 Menikmati Pesta

    “Ah, Belle?!” Lex juga ikut terkejut. “Kenapa dia di sini?”“Itu yang kutanyakan sejak tadi!” teriak Nate, kesal.Lex segera berjalan cepat masuk ke dalam. Dia tentu saja ingin melaporkan temuannya pada Dante dan yang lain. Sementara Nate mengikuti langkah Lex, namun lebih pelan.Dante sedang berdiri di dekat meja bar, berbicara santai dengan Jamie tentang bisnis keluarga mereka yang terus berkembang. Pandangan Dante acuh tak acuh, seperti biasa. Hingga Jamie yang sedang menyesap champagne mendadak bersiul pelan dan mengangguk ke arah pintu masuk ballroom.“Lihat siapa yang datang,” gumam Jamie sambil tersenyum kecil.Dante mengerutkan alis, menoleh dengan sedikit rasa ingin tahu. Namun, saat matanya menangkap sosok Belle yang melangkah masuk ke ruangan, seluruh fokusnya langsung tertuju pada wanita itu.Belle terlihat berbeda malam ini. Gaun berwarna biru gelap yang membalut tubuhnya memancarkan kesan anggun. Rambutnya yang biasanya diikat rapi kini tergerai lembut, dengan gelombang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 13 Perusak Suasana

    Dante berdiri di salah satu sudut ruangan, gelas kristal berisi minuman berwarna keemasan berada di tangannya. Matanya tak pernah lepas dari Belle, yang kini berdiri sendirian di tengah pesta. Wajah Belle masih terlihat sedikit pucat setelah apa yang baru saja terjadi.Sorot mata Dante penuh dengan campuran emosi yang sulit dijelaskan. Belle bukan wanita yang biasa dia temui di lingkungan seperti ini. Ada sesuatu tentang keberanian dan keteguhan Belle yang terus-menerus menarik perhatian Dante, meskipun dia ingin menyangkalnya.Dante meneguk minuman, membiarkan cairan itu meluncur melewati tenggorokannya. Demi mencoba mengusir pikiran yang tak diinginkan. Namun, pandangan Dante tetap terkunci pada Belle. Gaun itu membingkai tubuh Belle dengan sempurna, membuat hati Dante berdesir hebat.“Kau tidak bisa berhenti memandangnya, ya?” goda Jamie, menyadari perubahan sikap Dante.Dante mendengus ringan. “Ya, aku akui itu,” jawabnya. “Tapi dia juga terlalu keras kepala,”Jamie tertawa pelan,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 14 Kabur

    “Apa yang kau pikirkan? Kau sengaja mempermalukannya di depan semua orang?” serang Dante pada Vicky. Saat mereka berada di sudut ruangan, jauh dari keramaian pesta. “Dia pantas mendapatkannya. Wanita itu tidak tahu tempatnya. Berani sekali datang ke pesta ini seakan dia bagian dari kita,” Vicky justru makin muntab.“Itu bukan urusanmu!” bentak Dante, nadanya kini naik. “Kau memalukan dirimu sendiri dengan tingkah seperti itu,”“Kenapa kau begitu peduli padanya, Dan?” Vicky mendekat. “Setahuku, kau tidak akan membiarkan siapapun membuatmu tampak lemah. Tapi yang kulihat sekarang, kau sedang dikuasai wanita rendahan itu,”Rahang Dante mengeras. “Aku memperingatkanmu, Vicky,” Dante mendekatkan wajahnya ke wajah Vicky. “Jika kau menyentuhnya lagi, atau mencoba mempermalukannya, kau akan berurusan denganku,” ancamnya lirih.Vicky mendengus kecil, kemudian melangkah menjauh. “Lakukan saja apa yang kau mau, Dan. Kau tahu aku tidak bisa dihentikan!”Dante mengepalkan tangan, mengawasi Vicky

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 15 Jangan Pergi

    Belle mengangkat wajah perlahan, menatap Dante dengan mata yang masih berkaca-kaca. Sorot matanya tampak rapuh dan terluka. Sesuatu yang asing, terasa begitu menusuk hati Dante. Melihat luka di ekspresi wajah Belle. Tapi semakin lama dia menatap Belle, semakin sulit untuk menghindari daya tarik Belle. Yang entah mengapa kini terasa begitu kuat.“Kau … “ Belle berbisik pelan, suaranya bergetar. Beberapa kali mengerjapkan mata, mencoba melihat lebih jelas dalam pandangannya yang masih kabur.Tanpa memberi waktu Belle untuk berpikir, Dante segera mengulum bibir Belle. Sementara Belle tampak terkejut, tubuhnya menegang. Tapi dia tidak menarik diri. Meski dia tidak bisa melihat dengan jelas pria yang kini tengah menciumnya, namun hati Belle terasa hangat. Dia bahkan memejamkan mata, mencoba untuk menikmati ciuman yang terasa nyata namun juga seper

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 16 Berkeliaran

    “Ah … “ desah Belle lirih, meski matanya masih terpejam.Dante spontan menggeram. Dia membenci dirinya sendiri. Namun di satu sisi juga tidak bisa berhenti. Dia merasa tubuhnya begitu panas. Ada sesuatu dalam tubuhnya yang memberontak ingin keluar saat melihat Belle yang tak berdaya.Dante mulai menyesap seluruh bagian tubuh Belle, terutama lehernya. Aroma khas tubuh Belle yang bercampur dengan aroma parfum manis membuat Dante tidak bisa lagi mengontrol pikirannya.Seharusnya dia tidak melakukannya. Seharusnya dia bangkit dan pergi.Tapi Dante justru menggeram bak hewan buas ketika Belle terus-menerus mendesah dalam tidurnya.Sambil menggagahi Belle, Dante menyadari satu hal. Untuk pertama kali dalam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 17 Bayangan Belle

    Dante duduk di tepi ranjang. Jari-jarinya mengusap pelipis dengan gerakan lambat. Tatapan Dante kosong, tapi ada bara api yang menyala di matanya.Belle menolaknya. Bukan hanya sekadar menolak, tapi dengan tegas dan tanpa ragu.Dante tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Tidak ada seorangpun yang berani menentangnya seperti Belle.Dante mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. “Bagaimana mungkin dia menolak tawaranku?” gumamnya.Dante bisa memberikan segalanya. Keamanan, kekuasaan, kenikmatan. Apapun yang diinginkan Belle, bisa dia berikan. Tapi wanita itu malah pergi begitu saja. Seolah Dante tidak penting.Darah Dante mendidih. Dalam sekejap, dia berdiri dan menyambar vas kristal di meja samping temp

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16

Bab terbaru

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 54 Sedang Terluka

    Belle duduk di sudut kamar, memeluk kedua lututnya sambil menatap kosong ke luar jendela. Langit senja yang seharusnya indah terasa kelabu di matanya.Semuanya terjadi begitu cepat. Terlalu rapi. Terlalu sempurna untuk disebut sebagai kebetulan. Namun, siapa yang membenci keluarganya sampai tega menghancurkan mereka seperti ini?Tanpa sadar, air mata Belle kembali mengalir. "Apakah ini hukuman darimu, Dante?" isaknya.Belle menggigit bibirnya. Dia tahu Dante pria yang kejam, tapi... tidak mungkin Dante tega menghancurkan hidupnya sampai seperti ini, kan? Tapi siapa lagi yang bisa melakukannya?Di luar, Eddie masih berdiri di depan rumah Belle. Dia tahu wanita itu sedang terluka. Tetapi Belle terlalu keras kepala untuk membiarkan siapa pun masuk ke dalam dinding pertahanannya.“Apa benar ini ulahmu, Dan?” gumam Eddie, mendongak menatap rumah Belle.***Malam itu, Eddie langsung menghubungi seseorang yang selama ini menjadi "telinga dan mata" Dominion Club di balik layar, Alexander Har

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 53 Datang Padaku

    Sofia berdiri dengan wajah tegang sambil menyerahkan sebuah map tebal berisi semua informasi tentang Belle. Evelyn duduk di kursi beludru berwarna gading, dengan secangkir teh di tangan. Wanita itu tampak tenang."Sudah kau dapatkan semuanya?" tanya Evelyn tanpa menoleh.Sofia mengangguk sambil meletakkan map itu di meja. "Semua yang Anda minta,”Evelyn meletakkan cangkir tehnya dan membuka map itu perlahan.Di sana ada foto Belle yang tersenyum lembut di depan toko bunga miliknya, Emily's Garden. Foto keluarganya. Foto bengkel kecil milik Patrick, ayahnya. Bahkan informasi tentang Belle yang sempat putus kuliah karena ibunya sakit keras juga ada di dalam laporan itu.Evelyn tersenyum miring.“Dia menyedihkan… tapi justru itu yang membuat Dante begitu terikat padanya," gumam Evelyn sambil membolak-balik halaman."Saya juga menemukan sesuatu yang... menarik, Nyonya," ujar Sofia.Sofia menarik napas dalam, lalu menyerahkan sebuah amplop lain yang berisi foto-foto lama."Isabella pernah

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 52 Titik Lemah

    Eddie memperhatikan Belle yang sejak tadi diam dan terus melirik ke arah Dante. mendekatkan wajahnya ke Belle. “Apa kau ingin pergi dari sini?”Belle tersentak. "Hah? Tidak... Aku baik-baik saja."Eddie tersenyum kecil. "Kalau begitu... ayo berdansa," ajak Eddie, menarik tangan Belle menuju lantai dansa.Belle terkejut. "Eddie, aku—"Tapi Eddie sudah terlanjur menarik tangan Belle ke tengah lantai dansa. Dan Belle tidak bisa menolak lagi.Dante yang sejak tadi memperhatikan mereka dari kejauhan, matanya semakin gelap saat melihat Eddie memeluk pinggang Belle dan mulai berdansa. Dante meremas gelas wine di tangannya hingga retak.Lex bersandar di bar dengan gelas

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 51 Malam yang Panjang

    Dante dan Evelyn tiba di pesta eksklusif yang diadakan oleh salah satu anggota The Dominion Club. Di sebuah ballroom mewah dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan malam kota yang berkilauan.Evelyn mengenakan gaun hitam sederhana, tanpa banyak detail berlebihan. Tetapi caranya melangkah dengan penuh percaya diri membuat semua orang di ruangan itu terdiam. Bahkan para wanita sosialita yang selama ini memuja Dante.Evelyn bukan sekadar wanita cantik. Dia berbahaya. Elegan, cerdas, dan tak terjamah.Dante yang berdiri di samping Evelyn dalam setelan jas hitam, terlihat semakin dingin dan tak tersentuh. Namun di balik matanya yang tajam, ada kekacauan berkecamuk di hatinya. Sejak Belle menolaknya, Dante kehilangan arah.Lex dan Jamie yang memperhatikan dari

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 50 Pernikahan Bisnis

    "Belle, kau sakit?" tanya Emily khawatir.“Tidak, Mom... Aku hanya... lelah,” jawab Belle dengan suara parau. Dia tidak ingin bangun. Tidak ingin menghadapi dunia setelah kejadian semalam.Ibunya membuka pintu dan melangkah masuk. Dengan lembut, Emily duduk di tepi ranjang dan mengelus rambut putrinya."Kau tidak perlu memaksakan diri untuk ke toko hari ini," ucap Emily lembut. "Kalau kau butuh waktu untuk sendiri, istirahatlah," Meski tidak terlalu tahu apa yang terjadi, namun Emily bisa menebak jika ini ada hubungannya dengan kisah cinta anaknya.“Terima kasih, Mom,” bisik B

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 49 Pelarian

    “Tidak!” Belle berkata dengan suara bergetar. “Kau … kau sudah milik orang lain. Aku tidak mungkin—”"Siapa yang memberitahumu?" sambar Dante, cukup terkejut."Apakah itu penting?" Belle menatapnya penuh luka. "Kau pikir aku ini apa? Tempat pelarian saat kau bosan dengan wanita kaya pilihan keluargamu?"Dante mendekat, tetapi Belle melangkah mundur.“Kau salah paham,” terang Dante."Tidak ada yang perlu dijelaskan," Belle memotong. “Harusnya memang sejak awal aku mengerti, dunia kita terlalu berbeda,”Dante terdiam. Rahangnya mengeras menahan emosi yang bergejolak. Sementara Belle menahan air matanya yang hampir jatuh.

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 48 Jatuh Cinta

    Eddie bersandar di ambang pintu toko bunga milik Belle, memperhatikan wanita itu yang sibuk merangkai bunga. Jari-jari Belle yang lentik dengan cekatan memilih kelopak demi kelopak, mengatur warna, tekstur, dan aroma dengan keahlian yang membuat Eddie terpesona.Cahaya matahari sore membiaskan sinar keemasan yang membingkai sosok Belle dengan indah. Eddie merasa hatinya menghangat hanya dengan melihat Belle begitu damai di tengah kesibukannya.“Kenapa kau terus menatapku seperti itu?” tanya Belle tanpa menoleh.Eddie tersenyum kecil, lalu mendekat. “Karena aku suka melihatmu bekerja. Kau terlihat... hidup,”Belle terkekeh pelan, tapi wajahnya sedikit memerah. “Aku hanya merangkai bunga, Eddie,”

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 47 Ada di Hidupnya

    Dante melangkah keluar dari Dominion Club, menyusul Eddi yang keluar lebih dulu. Udara malam yang dingin menyambut mereka. Tetapi ketegangan di antara dua pria itu jauh lebih menusuk.Dante berhenti di tangga depan club, menyalakan rokoknya dengan gerakan santai, tetapi matanya tetap tajam seperti biasa."Jadi ... dia benar-benar calon istrimu?" tanya Eddie tanpa basa-basi, matanya menatap lurus ke depan.Dante menghela napas pelan, menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Valeria yang mengatur ini. Aku hanya mengikutinya,”Eddie mendengus sinis. “Mengikuti? Sejak kapan kau menuruti ucapan Valeria?” ejeknya.Dante menegang. Mata gelapnya beralih ke Eddie dengan tatapan tajam, tetapi Eddie tidak gentar. M

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 46 Kebencian Vicky

    Sofia—asisten Evelyn, berdiri dengan ekspresi serius. Di tangannya terdapat sebuah folder hitam tebal berisi informasi yang baru saja dikumpulkan tentang Dante Hudson.“Ini semua tentang Dante Hudson, dan wanita yang Anda tanyakan, Nyonya” ucap Sofia sambil menyerahkan folder itu pada Evelyn.Evelyn menerima folder tersebut dan membukanya dengan penuh rasa ingin tahu. Matanya tajam menelusuri setiap lembar informasi yang telah dikumpulkan Sofia.“Isabella Monaghan … “ Evelyn membaca nama itu dengan nada meremehkan. “Si gadis toko bunga yang berhasil membuat pria seperti Dante Hudson jatuh cinta?”Sofia mengangguk pelan. “Sepertinya Dante Hudson terobsesi padanya. Berdasarkan catatan yang berhasil saya kumpulkan, Dant

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status