Beranda / Fantasi / Dalam Genggaman Sang Raja / Bab 42 Dorongan Dan Pelukan

Share

Bab 42 Dorongan Dan Pelukan

Penulis: Sunny Zylven
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-01 18:04:38
Bukan itu. Dafandra tidak meminta Alisya untuk melepaskan pakaiannya. Akan tetapi, dia merasa tidak nyaman dengan kalimat perintah.

Sebagai seorang pangeran, Dafandra selalu bertindak dominan di hadapan Alisya. Seumur hidupnya tidak ada yang pernah memberikan kalimat perintah kepadanya selain raja dan ratu.

"Astaga, beraninya kamu memberikan kalimat perintah kepadaku!" umpat Dafandra.

Perlahan Dafandra melepaskan kancing baju sambil menahan rasa perih di bagian luka. Alisya yang menyaksikan kejadian itu sedikit iba. Sebenarnya dia ingin membantu. Tapi melihat Dafandra bisa melakukan sendiri tanpa bantuan, Alisya mengurungkan niatnya.

Setelah melepas baju Dafandra melempar asal-asalan pakaian di salah satu sisi ranjang. Tampak tubuh bagian atas sang pangeran yang dibalut perban. Untuk pertama kalinya Alisya melihat tubuh Dafandra dengan jelas tanpa ada rasa khawatir

"Aku sudah selesai!"

Sesaat kemudian Alisya melepaskan ikatan perban dan membukanya perlahan. Wanita itu memang sa
Sunny Zylven

Halo teman-teman, terima kasih telah menyukai kisah Alisya. Nantikan terus kisah selanjutnya hanya di GoodNovel. Jangan lupa untuk memberikan rate bintang 5, subscribe, dan komen ya šŸ˜ŠšŸ‘

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 43 Menindas Dafandra

    Pangeran bermabut pirang menatap Alisya dengan tatapan tidak suka. Selagi dalam kondisi sadar, dia tidak akan sudi untuk menelan ramuan dengan rasa pait dan aroma menjijikkan. "Apa kamu lupa masih punya hutang kepadaku? Kapan kamu akan membayarnya?" ucap Dafandra mengalihkan perhatian Alisya. Akan tetapi, Alisya tidak terkecoh dengan mudah. Tindakan Dafandra justru menguatkan dugaan sang putri benar. Pandangan Alisya begitu bersemangat ketika menemukan kelemahan Dafandra. Ternyata pria arogan itu punya kelemahan yang sangat sederhana. Alisya tidak sabar ingin menggunakan hal itu untuk menindas pangeran kedua Kosmimazh. Mungkin ini saat yang tepat bagi Alisya untuk membalaskan kekesalannya. "Silahkan Yang Mulia." Alisya menyodorkan mangkuk berisi obat untuk Dafandra. Dafandra bergeming. Perutnya terasa mual karena aroma obat itu. Sementara Alisya semakin mendekatkan mangkok itu ke mulut Dafandra. "Aku tidak mau meminumnya," kata Dafandra seraya membuang muka. "Kalau kamu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 44 Cemburu Atau Waspada

    Tiga hari berlalu, Alisya sama sekali tidak bertemu dengan Dafandra. Meski sebenarnya dia khawatir, tetapi amarah menghalangi sang putri untuk bertemu dengan pangeran kedua. Untuk sesaat Alisya menikmati kesendirian. Bukankah kebebasan yang dia harapkan sebelumnya? Pagi itu udara sangat sejuk. Alisya memutuskan untuk berkuda sesaat di sekitar kastil. Sepulang dari berkuda tanpa sengaja Alisya bertemu dengan Kiron. Sang putri menyempatkan diri untuk menyapa kepala pelayan. Kiron yang terkejut melihat kehadiran Alisya buru-buru memberi hormat. Tiga hari tuanya tidak saling bertemu begitu meresahkan hati Kiron. Akan tetapi, Kiron tidak berkomentar apa pun, karena bukan haknya untuk turut campur urusan rumah tangga sang tuan. "Bagaimana keadaan Pangeran Dafandra?" tanya Alisya tanpa basa-basi. "Yang mulia baik-baik saja," jawab Kiron dengan senyum ramah. "Apakah yang mulia mau minum obatnya?" "Tidak, Putri. Sebenarnya hamba sangat khawatir akan hal ini. Akan tetapi, luka pangera

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 45 Menjadi Penawar untuk Sebuah Tawaran

    Setelah sampai di depan pintu kamar Dafandra, Alisya dicegat oleh dua orang pengawal. "Apa-apaan ini?" Alisya tampak kesal. "Yang Mulia Dafandra sedang tidak ingin diganggu," jawab salah seorang penjaga pintu. Alisya mengabaikan kedua pengawal dan menerobos pintu kamar. Di dalam kamar Dafandra tengah duduk bersandar di sofa sambil menikmati teh hangat dan beberapa cemilan. Pangeran itu terlihat tidak terkejut dengan kedatangan Alisya. Dia masih menikmati teh tanpa mengubah ekspresi. Alisya ragu untuk berjalan mendekat. Dia teringat akan kejadian terakhir kali yang meninpanya saat bersama pria itu. Akan tetapi, dia sudah terlanjur masuk ke dalam ruangan dan terlihat oleh Dafandra. Tidak mungkin aku dia kembali secara tiba-tiba. Akhirnya Alisya berjalan mendekat dan memberi hormat. Sementara Dafandra masih menikmati teh tanpa memperdulikan kehadiran putri berambut merah. "Yang Mulia." Alisya berhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. Dia bingung harus memulai dari ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 46 Kembalinya Pasukan Elit Pangeran Kedua

    "Bagaimana? Apa kamu menerima tawaranku?" tanya Dafandra tidak sabar menunggu jawaban Alisya. Perasaan tidak nyaman kembali berkecamuk di dada Alisya seolah ledakan bola api yang menghantam dinding perbatasan suatu negeri. "Tidak!" Alisya bangkit dari tempat duduk hendak meninggalkan ruangan Dafandra. "Sudah sejauh ini usahamu mendekatiku. Aku akan sungguh-sungguh mempertimbangkan Kirila untuk kembali. Kamu bisa memegang janjiku." "Jika hanya itu persyaratannya aku batalkan permohonanku." Alisya berucap tegas. "Astaga, kenapa mudah sekali menyerah? Itu tidak seperti Alisya yang kukenal," ejek Dafandra. "Apa kamu tidak ingat, bagaimana kamu memegang tanganku saat memohon untuk pergi ke lokasi kebakaran?" Ingatan Alisya terbang sesaat menuju kejadian itu. Ah benar saja, Alisya tampak malu mengingat kejadian itu. Bisa-bisanya dia memegang tangan Dafandra terlebih dahulu. Tiba-tiba terdengar suara gaduh di luar pintu. Alisya dan Dafandra menoleh bersamaan ke asal suara. "Yang Mul

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 47 Menjadi Penawar Untuk Terakhir Kali

    Setelah beberapa saat memandang Alisya, Dafandra memberi isyarat kepada kedua pengawal elitnya untuk pergi. Kini hanya tinggal Alisya dan Dafandra yang berada di dalam ruangan itu. "Duduklah kembali!" Dafandra menepuk sebelah tempat duduknya yang kosong, memberikan isyarat pada Alisya untuk kembali pada posisi semula. Meski ragu, Alisya tetap menuruti perintah sang pangeran. Sesaat kebisuan menjadikan ruangan lebih dingin berkali-kali lipat. "Apa kamu punya ide?" tanya Dafandra lagi. "Aku tidak punya ide, tetapi kedua pengawal elit itu menjalani hukuman yang berat karena kesalahanku. Oleh karena itu, aku bersedia dihukum bersama mereka," kata Alisya penuh penyesalan, meski sebenarnya dia takut. "Kamu yakin ingin mendapatkan hukuman cambuk?" Sebuah seringai mengejek terlukis di bibir Dafandra. "Menurutmu apa yang akan Raja Nandri lakukan jika putrinya dicambuk di saat berbulan madu?" tanya Dafandra tidak percaya. Pandangan Alisya jatuh ke lantai. Dia tidak tahu pasti perasaan sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 48 Soal cinta

    Seperti malam-malam sebelumnya, Dafandra menikmati makan malam tanpa Alisya. Hanya ada Kiron yang selalu siap sedia di sisi pangeran. Tidak ada suara apapun di kamar itu, bahkan suara garpu dan sendok Dafandra nyaris tidak terdengar. Tiba-tiba sang pangeran meletakan alat makan, "Apa Arys dan Kalfani telah menjalankan hukuman mereka?" "Benar, Pangeran," jawab kiron sopan. Setelah mendapatkan jawaban memuaskan dari Kiron, Dafandra kembali melanjutkan makan malam dan menambahkan beberapa potong daging dan sayur ke piring. "Kiron, aku perintahkan kepadamu untuk merekrut dokter baru untuk merawat mereka berdua." "Bagaimana dengan Yang Mulia?" Kepala pelayan itu malah balik bertanya kepada Dafandra. Pasalnya pangeran itu justru tidak memiliki dokter pribadi saat ini. "Aku?" Dafandra diam sesaat. "Alisya yang akan merawatku," jawab Dafandra sambil memasukkan potongan daging ke dalam mulut. Meskipun sebenarnya kiron merasa hubungan tuannya sangat tidak wajar, lagi-lagi dia tidak beran

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 49 Perpustakaan Kastil Nikyzh

    Pagi itu Alisya telah selesai berdandan di depan cermin. Sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu berwarna biru menghiasi rambut sang putri dipadukan dengan sepasang anting-anting berbentuk sekumpulan kuncup bunga. Setelah puas berdandan Alisya keluar kamar. Di depan pintu Seorang gadis pelayan telah menunggu. Pelayan itu memberi hormat dan meminta Alisya untuk mengikutinya. Tidak lama Alisya dan pelayan berjalan dipertemukan dengan Dafandra dan Kiron. Alisya dan pelayan itu memberikan hormat pada pangeran kedua Kosmimazh. "Mari Putri." Kiron sedikit membungkukkan badan mempersilahkan Alisya untuk mengikutinya. Selanjutnya Kiron memimpin rombongan melewati tangga kastil dengan ornamen floral di pegangan tangga dan tembok dengan batuan berwarna putih. Setelah mencapai puncak kastil, langkah kaki Kiron berhenti di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari besi dengan ukiran kepala rusa jantan. Pintu itu nampak kokoh dan misterius. Di kedua sisi pintu terdapat tempat lilin yang masin

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 50 Terlelap

    Tidak lama setelah kepergian Dafandra, beberapa gadis pelayan datang membawa peralatan tidur Alisya, beberapa pakaian ganti, dan makanan untuk sarapan pagi. Tanpa diberikan perintah para pelayan itu menata semua keperluan putri dari Crysozh dengan baik. Bagi Alisya dipenjara di perpustakaan antik milik mendiang raja Faran bukanlah hal yang buruk. Meski Alisya hanya tidur beralaskan kasur tipis, tetapi ruangan itu cukup hangat. Setelah para pelayan pergi Alisya menyantap makanan di atas meja. Dia harus bergegas karena ada tumpukan buku yang menanti untuk dibaca. Tidak butuh waktu lama bagi putri berambut merah untuk menghabiskan sarapan. Sejak kecil Alisya telah terbiasa menjalani hukuman kurungan. Kesendirian bukanlah hal asing dan menakutkan, melainkan telah menjadi teman karib sejak dahulu. Buku pertama yang Alisya ambil adalah buku tentang silsilah pendiri kerajaan Kosmimazh. Pendiri Kerajaan ini adalah kakek buyut dari kakek Dafandra. Jika diurutkan Dafandra adalah generas

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09

Bab terbaru

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 3

    Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 2

    "Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Ekstra part 1

    Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Terima Kasih Pembaca

    Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ā¤ļøā¤ļøā¤ļø

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 234 Pelukan Ibu

    Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 233 Melabuhkan Rindu

    "Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 232 Jangan Pernah Tinggalkan Aku

    Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 231 Layang-layang

    "Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe

  • Dalam Genggaman Sang RajaĀ Ā Ā Bab 230 Lima Puluh Gadis Dan Tiga Bangsawan

    "Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan

DMCA.com Protection Status