Terima kasih telah mendukung karya ini dengan review dan vote 😊
Hari-hari yang damai berjalan di istana kerajaan Kosmimazh tanpa kehadiran ratu. Akan tetapi, hati raja senantiasa gelisah karena memikirkan wanita yang paling dia cintai. Hal itu tidak lepas dari surat yang Alisya kirimkan kepada raja, sebagi balasan akan kerinduan raja. Malam itu seperti biasa raja membersihkan diri sebelum berangkat tidur. Selepas keluar dari kolam pemandian raja, rupanya Arys telah menunggu di depan pintu. "Yang Mulia, ratu mengirimkan surat," ucap pria berseragam pengawal elit dengan tubuh sedikit membungkuk sembari mengulurkan amplop. Sebuah amplop berwarna ungu bergambar kupu-kupu berada di tangan raja. "Kamu yakin ini dari ratu?" tanya raja seolah menyangsikan keaslian surat di tangannya. "Tentu saja, Yang Mulia. Ada nama ratu di depan surat," jawab Arys tanpa ragu. Sebuah senyuman terlukis di bibir raja. Apakah ada berita penting yang akan ratu sampaikan? Saat membaca deretan huruf yang Alisya tulis, semakin lama senyuman raja semakin melebar sedangkan
Setelah tiga pekan lebih tidak ada kabar, akhirnya Efim dan Kay kembali ke istana Crysozh. Rasa lega sesaat menghinggapi hati sang ratu Kosmimazh karena kedua orang kepercayaannya kembali dengan selamat. Akan tetapi, keadaan berubah cepat saat Efim mengkonfirmasi keberadaan penyihir di kota Evidizh. Bukan hanya segelintir penyihir, tetapi sekumpulan besar komunitas penyihir. "Mereka merencanakan kudeta," ucap Efim dengan nada serius. Alisya mengetatkan rahang dengan tangan mengepal erat seakan untuk meninju. Jantung Alisya berdebar kencang. Siapa sangka setelah dikabarkan menghilang selama lebih dari dua puluh tahun, sekelompok penyihir berhasil Alisya temukan dalam keadaan bersiap melakukan kudeta? "Rupanya sudah separah ini .... Bagaimana bisa?" tanya Alisya masih dengan raut wajah tegang. "Mereka sangat terorganisir. Sejumlah besar penyihir yang tersebar di seluruh Benua Barat karena pengejaran kakek Raja Dafandra telah berkumpul di kota itu sejak beberapa tahun lamanya. Selama
Seorang wanita berambut pirang menggendong bayi berselimut merah bermotif matahari. Wanita itu tampak mengayunkan bayi dalam gendongan sambil bersenandung. Pangeran kecil dalam gendongan ibu selir tampak tidur dengan nyaman. Setelah dirasa sang bayi tidur nyenyak, wanita berambut pirang meletakkan bayi di atas ranjang berkelambu merah. Bayi tampan itu adalah anak Raja Rifian dari mendiang selir Avada, putri mentri kebudayaan. Wanita berambut pirang sedikit terkejut menyadari kehadiran Alisya di kamar pangeran Crysozh yang kini telah raja tetapkan sebagai anaknya. Selir raja Crysozh dari Margaritaryzh segera memberikan hormat. "Apa kamu menikmati hari-harimu sebagai wanita tunggal milik raja yang tidak berdaya? Bukankah hal itu membuatmu senang?" ucap Alisya seraya berjalan menuju ranjang keponakannya. Roxelana tidak menjawab apa pun, lagi pula Alisya tidak memerlukan jawaban yang terdengar seperti basa-basi. Selir itu cukup tahu diri dan menyingkir dari ranjang pangeran kecil. Dari
Seorang pria bertopeng berjalan menyusuri jalanan ibu kota Stemmazh. Langkah lelah pria bermantel hitam mengisyaratkan diri untuk segera mencari penginapan terdekat dan murah. Dalam hati Efatta berterima kasih kepada Almeta yang telah menyelipkan sekantong uang emas di dalam jubah hitam pemberian Brisa. Jika tidak, pria kelahiran Crysozh itu tidak akan bisa kembali ke tanah kelahirannya. Saat berjalan mencari penginapan, pandangan Efatta menangkap sosok wanita dalam gendongan seorang pria berbaju serba hitam, yang berjalan terburu-buru. "Alisya!" gumam Efatta. Entah kenapa, pemandangan itu mengingatkan Efatta pada peristiwa di pulau Lanunzah. Saat itu Alisya mengalami perdarahan karena kehilangan bayi. Seketika itu juga hati Efatta teriris perih. 'Begitu banyak kepedihan yang aku torehkan kepadamu, Alisya!' batin pria bertopeng pilu. Mata Efatta masih menatap pria berbaju hitam seakan bernostalgia. Saat sang pria memasukan tubuh wanita ke dalam kereta kuda, tudung biru tua sang w
Sepasang mata Efatta melebar. Seorang wanita berambut merah yang Efatta kenal tertidur di dalam kereta dengan sangat damai. "Alisya ...." ucap Efatta segera memeluk wanita yang tampak tidak sadarkan diri. Untuk sesaat pria bertopeng terdiam menikmati keindahan wajah yang lama dia rindukan. Jari Efatta mengelus bibir merah delima Alisya yang sedikit terbuka, seolah membiarkan gigi putih mengintip pria bertopeng. Serta-merta Efatta mendekatkan bibir pada ubun-ubun wanita dalam pelukan. Saat itu juga mantan kapten Skorpiozh tersadar, topeng besi pemberian Almeta menjadi penghalang untuk melepas rindu. 'Jangan sekarang!' sebuah bisikan dari kepala Efatta memperingatkan. Menyadari Alisya dalam kondisi bahaya, Efatta menggendong sang putri Crysozh keluar kereta. Salah satu dari dua kuda pengangkut kereta Efatta bebaskan. Pria bertopeng segera membawa wanita berambut merah meleset meninggalkan kereta dengan menunggang kuda. Saat dalam perjalanan, Efatta terus memikirkan berbagi kemungkin
"Pertanda baik?" sebelah alis Alisya terangkat karena penasaran. Sekian lama tidak bertemu, tentu saja ada banyak hal yang Efatta lalui tanpa sepengetahuan Alisya. "Kembali hidup bersamamu ..." biskim Efatta sembari mencondongkan tubuh ke arah Alisya. Penciuman Efatta menghirup rakus aroma khas milik Alisya dengan mata terpejam. Aroma yang membuat mantan kapten Skorpiozh merasa nyaman dan tidak ingin beranjak dari sang putri Crysozh. Mundur menghidari Efatta, Alisya hanya tersenyum kecut mendengar ucapan pria bertopeng. Lidah sang ratu terasa kelu untuk mengucapkan fakta sebenarnya. "Kenapa? Apa kamu tidak merindukanku?" tanya Efatta dengan kedua alis mengernyit di balik topeng. "Hubungan kita sudah berakhir, Kapten!" ucap Alisya seraya membuang muka. "Kenapa? Aku tidak mati dan tidak menceraikanmu!" tanya Efatta disambut gelengan pelan wanita berambut merah masih dengan membuang muka. Dua bulan lamanya Efatta hidup tanpa seks dan alkohol. Hati mantan kapten Skorpiozh begitu men
Terdengar bunyi dari dalam perut Alisya disertai rasa mual yang menjadi-jadi. Nafsu makan Alisya memang menghilang, tetapi janin dalam kandungannya tetap butuh asupan untuk tumbuh kembang selama masa kehamilan. Setelah menghapus sisa-sisa air mata, Alisya memperhatikan keadaan di sekitar gua. Sang ratu Kosmimazh tidak membawa peralatan apa pun untuk bertahan di hutan. Hanya ada seekor kuda yang Efatta tinggalkan. Bahkan kuda yang berpostur tinggi itu tidak memiliki pelana. Pasti Alisya akan kesusahan saat naik tanpa bantuan orang lain. "Sabar ya, Sayang! Ibu akan cari makanan di sekitar sini," ucap Alisya sembari mengelus perut yang masih rata. Alisya berjalan keluar gua, Rupanya matahari telah setinggi tombak di langit. Di luar gua Alisya mulai mencari buah-buahan yang bisa dimakan. Tidak banyak yang bisa Alisya temukan, kecuali buah berry. Langsung saja buah-buahan itu Alisya makan untuk mengganjal perut. Saat kehamilan pertama, rasa mual, mudah lelah, mudah lapar dan ngatuk sang
"Apa kamu telah menemukan penyihir itu di istana?" tanya Efatta tiba-tiba membuat Alisya sedikit melonjak. Kebekuan membuat kedua penunggang kuda terjebak suasana yang tidak nyaman. "Ya. Diduga kuat Selir Neelam berhubungan dengan penyihir. Wanita itu telah meracuni selir-selir ayahku hingga mereka menjadi sakit, gila, kemudian mati. Aku pun telah mengirimkan orang-orangku untuk menyelidiki kota asal Selir Neelam, dan hasilnya sangat mengejutkan. Ternyata kelompok penyihir itu merencanakan kudeta. Apa kamu tahu di mana kota itu?" tanya Alisya semabari tetap memandang ke depan. "Evidizh." Efatta menjawab tepat sasaran. "Bagaimana kamu bisa tahu?" refleks Alisya menoleh kebelakang, memandang jakun dan rahang Efatta yang mengintip di balik topeng. Kulit cokelat terang mantan kapten Skorpiozh tertimpa cahaya matahari, menambah kesan seksi dan maskulin. Jarak yang begitu dekat membuat jantung Alisya berdebar tidak karuan. Buru-buru membalikkan wajah, sang ratu Kosmimazh tidak ingin keik