Terima kasih telah mendukung karya ini dengan review dan vote 😊
"Apa kamu yakin akan pergi secepat ini, Nak?" tanya pria tua sembari keluar dari bengkel pandai besi yang telah menghidupi keluarganya selama puluhan tahun. "Ya, aku akan pergi," jawab pria bertopeng besi dengan rambut merah tergerai panjang. "Sebelum pergi, aku hanya ingin memastikan berapa biaya yang harus aku bayar kepadamu, Almeta?" Lagi - lagi Efatta mengungkit soal biaya perawatan selama berada di gubuk reot pria tua. "Sudah kukatakan untuk tidak perlu mengungkit itu." Almeta tersenyum lebar seperti biasa. Pria tua itu memang terlihat ramah sejak pada pandangan pertama. Sangat kontras dengan penampilan lusuh dan aroma keringat yang menguar dari tubuhnya. Terdengar sebuah suara kecil dari balik pintu. Sepertinya Brisa mengintip perpisahan Efatta dengan sang ayah. Gadis itu memang sedikit pemalu. Bahkan saat berada di kamar bersama Efatta, gadis itu hanya berucap saat meminya izin untuk membongkar perban, tidak lebih. "Brisa ... itukah kamu?" tanya Almeta. Akan tetapi, ga
Sebuah senyuman menghiasi wajah tampan raja kerajaan Kosmimazh. Surat dalam genggamannya telah menjadikan kebahagiaan memenuhi dada sang raja. "Dia mengundangku ke Crysozh!" gumam Dafandra. Dafandra mengalihkan pandangan dari surat menuju Arys yang masih berdiri di depan sang raja. "Arys, apakah ada berita serius dari mata-mata kita di Crysozh?" tanya sang raja dari balik meja. "Belum ada, Yang Mulia Raja. Semuanya berjalan lancar." Arys menjawab segera. "Bagaimana dengan urusan di pulau Lionysozh?" tanya Dafandra lagi. Setelah Alisya melakukan pernikahan kedua dengan raja Kosmimazh pulau Lionysozh telah berpindah kepemilikan menjadi milik Alisya. Sedikit banyak akan terdapat perubahan di pulau tersebut baik dari segi kepengurusan atau administrasi. "Laporan terbaru, Ratu Alisya telah menyerahkan wewenang kepengurusan pula Lionysozh kepada kerajaan Crysozh." Arys menjawab dengan sopan. Dafandra mengangguk puas mendengar laporan dari Arys. Peperangan di pulau Lionysozh memang ti
Utusan Margaritaryzh memasuki aula kerajaan Crysozh. Sorang pria dengan rahang siku berambut pirang datang dengan sepasang alis nyaris bertautan. Auranya sangat tidak bersahabat. Akan tetapi, ada yang menarik dari pria itu, yaitu sepasang mata berwarna velevet yang langka. Raja Rifian menyambut utusan Margaritaryzh dengan baik, seolah menyambut saudara jauh. Meski begitu, hal yang sama tidak ditunjukkan oleh utusan dari negeri yang baru saja raja kalahkan. Kata pepatah, pecundang memang sering kali banyak tingkah. Setelah memberikan hormat yang terlihat dipaksakan, utusan itu memperkenalkan diri. "Aku Avel putra Adelfo dari Aspozh." "Rupanya kamu putra mendiang jenderal legiun Margaritaryzh yang terkenal gagah itu. Senang bertemu denganmu." Seringai di bibir raja melebar. Serta-merta kedua tangan Avel mengepal erat. "Pasti maksud kedatanganmu kemari untuk membicarakan pernikahan aliansi. Benar, Kan?" tanya raja tanpa basa-basi, kedua alisnya melompat
"Apakah sudah ada kabar dari Efim dan Kay?" tanya Alisya cemas kepada Lana. Perjalanan dari kota Evidz ke ibukota Setmmazh harusnya hanya memakan waktu tiga hari perjalanan bagi seorang pembawa pesan rahasia. Akan tetapi, sudah lebih dari dua pekan tidak mendapatkan kabar apa pun dari kedua orang kepercayaannya. "Belum ada yang mulia," jawab Lana segera. Alisya meraih cangkir berisi lemon hangat di meja. Akhir-akhir ini sang ratu Kosmimazh lebih suka rasa kecut untuk menghalau rasa mual. Meski berusaha tenang, tetap saja sehelai kecemasan berbisik di hati sang ratu. Apakah sang ratu telah mengandung penerus tahta Kosmimazh? "Lana ... Aku merasa telah mengandung anak raja. Bisakah kamu memeriksa keadaanku untuk memastikan?" ucap ratu mengejutkan pelayan wanita yang pernah menempuh pendidikan dokter di akadeni kedokteran kerajaan. "Baik, Yang Mulia." Meski terkejut, tetapi ekspresi kegembiraan tidak dapat Lana sembunyikan. Dengan hati-hati Lana melakukan pemeriksaan pada wanita nom
Pagi yang cerah menyapa penguasa Crysozh bersama selir barunya, Roxelana. Setelah menghabiskan malam bersama, raja dan selir tampak bersemangat menikmati sarapan. Berbagai hidangan tertata rapi di atas meja. Aroma kelezatan menerobos penciuman seolah berucap, selamat makan. "Sup kalkun ini sangat enak! Apakah ini makanan khas dari Aspozh?" tanya raja antusias. "Benar, Yang Mulia. Konon katanya, sup ini adalah salah satu dari lima makanan yang diberkahi di Aspozh. Orang-orang sering mengaitkannya dengan keberuntungan." Senyuman manis merekah di bibir merah muda sang selir. Sesuai permintaan Roxelana, sarapan raja kali ini disuguhi berbagai hidangan yang berasal dari Margaritaryzh. Mendengar penjelasan singkat dari wanita di seberang meja, pria berambut merah semakin bersemangat menyantap sup kalkun yang kusus di masak untuk raja. Tidak butuh lama bagi penguasa Crysozh untuk menghabiskan potongan daging kalkun dan menyisakan sedikit kuah berwarna kuning. "Astaga ...." desis raja begi
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" teriak seorang wanita berperut buncit. "Aku tidak ada hubungannya dengan racun di makanan raja! Jalang itu pelakunya!" Avada berteriak histeris. Akan tetapi, kedua pengawal yang menyeret putri mentri kebudayaan seakan tidak perduli. Alisya berdiri mematung menyaksikan pemandangan yang sangat janggal di matanya. Kedua selir Raja Rifian telah terlibat dalam usha pembunuhan raja. Apakah para selir telah memulai memainkan sebagian trik dari persaingan kotor di antara mereka? "Athan, apa kamu tidak salah?" tanya Alisya dengan pandangan mata masih tertuju pada Avada yang diseret paksa dua pria bertubuh besar. "Racun hitam itu memang ditemukan di kamar Selir Avada." Athan menjawab apa adanya. "Apakah yang mulia raja telah sadar?" tanya Alisya lagi. "Ya, baru beberapa menit yang lalu baginda raja sadar." Begitu mendengar jawaban Athan, adik penguasa Crysozh segera menuju kamar raja. Dari balik kelambu berw
Sumpah serapah Avada masih nyaring terdengar di ingatan Alisya sesaat sebelum sebilah pedang menembus jantungnya. Berbulan-bulan menjadi istri Efatta, menyaksikan kekejaman sang kapten menebas kepala musuh atau membelah perut lawan hingga usus terburai, tidak lantas mbuat Alisya sanggup menyaksikan eksekusi selir pertama Raja Crysozh. Terlebih lagi, Avada dihukum mati selagi mengandung anak raja. Dalam prosesi eksekusi keluarga selir dan pegawai dapur dihadiri oleh seluruh keluarga kerajaan, mentri, bangsawan, dan ribuan rakaya, kecuali raja. Penguasa Crysozh justru masih terbaring tidak sadarkan diri sejak pingsan terakhir kali di akhir persidangan. "Aargggh!" desis Aliaya seraya kedua tangan meremas sisi kiri-kanan kepala. Sirkulasi udara yang bagus juga aroma olibanum yang dibakar dalam prapen serupa pot berkubah emas menguasai ruangan penguasa Crysozh. Akan tetapi, suasan nyaman di kamar raja tidak lantas membuat hati Alisya terbebas dari rasa gelisah. Saat Alisya memejamkan ma
Selama lebih dari satu pekan dokter kerajaan lalu-lalang memaskuki kamar penguasa Crysozh. Raja yang sebelumnya sempat terlihat sehat kini harus berkali-kali tidak sadarkan diri dalam sehari. Keadaan ini tentu saja membuat gelisah bukan hanya keluarga kerajaan, tetapi juga para menteri. Para menteri mulai berunding tentang kursi pemerintahan yang kosong. Meski dalam kondisi tidak berdaya, tetapi Rifian masih tetap hidup dan status kekuasaannya tidak gugur. Oleh karena itu, para menteri memutuskan untuk mengangkat pemimpin yang akan memimpin kerajaan Crysozh sementara. Pilihan para menteri jatuh kepada penasahat kerajaan yang bernama Ega. Selain karena Ega adalah paman Rifian yang itu juga berarti memiliki darah biru Crysozh, sang paman juga dikenal sebagai pejabat yang bijaksana. Terbukti selama periode kepemimpinan mendiang Raja Nandri, tidak pernah terjadi perselisihan di antara kakak beradik itu. Setidaknya itu yang publik tahu. "Suatu hal yang sangat tidak disangka oleh kita sem