Terima kasih telah mendukung karya ini dengan review dan vote. 😊
Utusan Margaritaryzh memasuki aula kerajaan Crysozh. Sorang pria dengan rahang siku berambut pirang datang dengan sepasang alis nyaris bertautan. Auranya sangat tidak bersahabat. Akan tetapi, ada yang menarik dari pria itu, yaitu sepasang mata berwarna velevet yang langka. Raja Rifian menyambut utusan Margaritaryzh dengan baik, seolah menyambut saudara jauh. Meski begitu, hal yang sama tidak ditunjukkan oleh utusan dari negeri yang baru saja raja kalahkan. Kata pepatah, pecundang memang sering kali banyak tingkah. Setelah memberikan hormat yang terlihat dipaksakan, utusan itu memperkenalkan diri. "Aku Avel putra Adelfo dari Aspozh." "Rupanya kamu putra mendiang jenderal legiun Margaritaryzh yang terkenal gagah itu. Senang bertemu denganmu." Seringai di bibir raja melebar. Serta-merta kedua tangan Avel mengepal erat. "Pasti maksud kedatanganmu kemari untuk membicarakan pernikahan aliansi. Benar, Kan?" tanya raja tanpa basa-basi, kedua alisnya melompat
"Apakah sudah ada kabar dari Efim dan Kay?" tanya Alisya cemas kepada Lana. Perjalanan dari kota Evidz ke ibukota Setmmazh harusnya hanya memakan waktu tiga hari perjalanan bagi seorang pembawa pesan rahasia. Akan tetapi, sudah lebih dari dua pekan tidak mendapatkan kabar apa pun dari kedua orang kepercayaannya. "Belum ada yang mulia," jawab Lana segera. Alisya meraih cangkir berisi lemon hangat di meja. Akhir-akhir ini sang ratu Kosmimazh lebih suka rasa kecut untuk menghalau rasa mual. Meski berusaha tenang, tetap saja sehelai kecemasan berbisik di hati sang ratu. Apakah sang ratu telah mengandung penerus tahta Kosmimazh? "Lana ... Aku merasa telah mengandung anak raja. Bisakah kamu memeriksa keadaanku untuk memastikan?" ucap ratu mengejutkan pelayan wanita yang pernah menempuh pendidikan dokter di akadeni kedokteran kerajaan. "Baik, Yang Mulia." Meski terkejut, tetapi ekspresi kegembiraan tidak dapat Lana sembunyikan. Dengan hati-hati Lana melakukan pemeriksaan pada wanita nom
Pagi yang cerah menyapa penguasa Crysozh bersama selir barunya, Roxelana. Setelah menghabiskan malam bersama, raja dan selir tampak bersemangat menikmati sarapan. Berbagai hidangan tertata rapi di atas meja. Aroma kelezatan menerobos penciuman seolah berucap, selamat makan. "Sup kalkun ini sangat enak! Apakah ini makanan khas dari Aspozh?" tanya raja antusias. "Benar, Yang Mulia. Konon katanya, sup ini adalah salah satu dari lima makanan yang diberkahi di Aspozh. Orang-orang sering mengaitkannya dengan keberuntungan." Senyuman manis merekah di bibir merah muda sang selir. Sesuai permintaan Roxelana, sarapan raja kali ini disuguhi berbagai hidangan yang berasal dari Margaritaryzh. Mendengar penjelasan singkat dari wanita di seberang meja, pria berambut merah semakin bersemangat menyantap sup kalkun yang kusus di masak untuk raja. Tidak butuh lama bagi penguasa Crysozh untuk menghabiskan potongan daging kalkun dan menyisakan sedikit kuah berwarna kuning. "Astaga ...." desis raja begi
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" teriak seorang wanita berperut buncit. "Aku tidak ada hubungannya dengan racun di makanan raja! Jalang itu pelakunya!" Avada berteriak histeris. Akan tetapi, kedua pengawal yang menyeret putri mentri kebudayaan seakan tidak perduli. Alisya berdiri mematung menyaksikan pemandangan yang sangat janggal di matanya. Kedua selir Raja Rifian telah terlibat dalam usha pembunuhan raja. Apakah para selir telah memulai memainkan sebagian trik dari persaingan kotor di antara mereka? "Athan, apa kamu tidak salah?" tanya Alisya dengan pandangan mata masih tertuju pada Avada yang diseret paksa dua pria bertubuh besar. "Racun hitam itu memang ditemukan di kamar Selir Avada." Athan menjawab apa adanya. "Apakah yang mulia raja telah sadar?" tanya Alisya lagi. "Ya, baru beberapa menit yang lalu baginda raja sadar." Begitu mendengar jawaban Athan, adik penguasa Crysozh segera menuju kamar raja. Dari balik kelambu berw
Sumpah serapah Avada masih nyaring terdengar di ingatan Alisya sesaat sebelum sebilah pedang menembus jantungnya. Berbulan-bulan menjadi istri Efatta, menyaksikan kekejaman sang kapten menebas kepala musuh atau membelah perut lawan hingga usus terburai, tidak lantas mbuat Alisya sanggup menyaksikan eksekusi selir pertama Raja Crysozh. Terlebih lagi, Avada dihukum mati selagi mengandung anak raja. Dalam prosesi eksekusi keluarga selir dan pegawai dapur dihadiri oleh seluruh keluarga kerajaan, mentri, bangsawan, dan ribuan rakaya, kecuali raja. Penguasa Crysozh justru masih terbaring tidak sadarkan diri sejak pingsan terakhir kali di akhir persidangan. "Aargggh!" desis Aliaya seraya kedua tangan meremas sisi kiri-kanan kepala. Sirkulasi udara yang bagus juga aroma olibanum yang dibakar dalam prapen serupa pot berkubah emas menguasai ruangan penguasa Crysozh. Akan tetapi, suasan nyaman di kamar raja tidak lantas membuat hati Alisya terbebas dari rasa gelisah. Saat Alisya memejamkan ma
Selama lebih dari satu pekan dokter kerajaan lalu-lalang memaskuki kamar penguasa Crysozh. Raja yang sebelumnya sempat terlihat sehat kini harus berkali-kali tidak sadarkan diri dalam sehari. Keadaan ini tentu saja membuat gelisah bukan hanya keluarga kerajaan, tetapi juga para menteri. Para menteri mulai berunding tentang kursi pemerintahan yang kosong. Meski dalam kondisi tidak berdaya, tetapi Rifian masih tetap hidup dan status kekuasaannya tidak gugur. Oleh karena itu, para menteri memutuskan untuk mengangkat pemimpin yang akan memimpin kerajaan Crysozh sementara. Pilihan para menteri jatuh kepada penasahat kerajaan yang bernama Ega. Selain karena Ega adalah paman Rifian yang itu juga berarti memiliki darah biru Crysozh, sang paman juga dikenal sebagai pejabat yang bijaksana. Terbukti selama periode kepemimpinan mendiang Raja Nandri, tidak pernah terjadi perselisihan di antara kakak beradik itu. Setidaknya itu yang publik tahu. "Suatu hal yang sangat tidak disangka oleh kita sem
Hari-hari yang damai berjalan di istana kerajaan Kosmimazh tanpa kehadiran ratu. Akan tetapi, hati raja senantiasa gelisah karena memikirkan wanita yang paling dia cintai. Hal itu tidak lepas dari surat yang Alisya kirimkan kepada raja, sebagi balasan akan kerinduan raja. Malam itu seperti biasa raja membersihkan diri sebelum berangkat tidur. Selepas keluar dari kolam pemandian raja, rupanya Arys telah menunggu di depan pintu. "Yang Mulia, ratu mengirimkan surat," ucap pria berseragam pengawal elit dengan tubuh sedikit membungkuk sembari mengulurkan amplop. Sebuah amplop berwarna ungu bergambar kupu-kupu berada di tangan raja. "Kamu yakin ini dari ratu?" tanya raja seolah menyangsikan keaslian surat di tangannya. "Tentu saja, Yang Mulia. Ada nama ratu di depan surat," jawab Arys tanpa ragu. Sebuah senyuman terlukis di bibir raja. Apakah ada berita penting yang akan ratu sampaikan? Saat membaca deretan huruf yang Alisya tulis, semakin lama senyuman raja semakin melebar sedangkan
Setelah tiga pekan lebih tidak ada kabar, akhirnya Efim dan Kay kembali ke istana Crysozh. Rasa lega sesaat menghinggapi hati sang ratu Kosmimazh karena kedua orang kepercayaannya kembali dengan selamat. Akan tetapi, keadaan berubah cepat saat Efim mengkonfirmasi keberadaan penyihir di kota Evidizh. Bukan hanya segelintir penyihir, tetapi sekumpulan besar komunitas penyihir. "Mereka merencanakan kudeta," ucap Efim dengan nada serius. Alisya mengetatkan rahang dengan tangan mengepal erat seakan untuk meninju. Jantung Alisya berdebar kencang. Siapa sangka setelah dikabarkan menghilang selama lebih dari dua puluh tahun, sekelompok penyihir berhasil Alisya temukan dalam keadaan bersiap melakukan kudeta? "Rupanya sudah separah ini .... Bagaimana bisa?" tanya Alisya masih dengan raut wajah tegang. "Mereka sangat terorganisir. Sejumlah besar penyihir yang tersebar di seluruh Benua Barat karena pengejaran kakek Raja Dafandra telah berkumpul di kota itu sejak beberapa tahun lamanya. Selama