Terima kasih telah mengikuti kisah Alisya dan memberikan dukungan berupa vote dan review š
Nyaring tawa raja mengejutkan semua orang. Bahkan sang raja sampai harus menahan perutnya yang sakit karena tawa. "Kamu memandangku seperti seekor macan betina melihat mangsa! Apa jadinya jika kamu menjadi istri sahku di kemudian hari?" Seringai Raja Rifian melebar. Gadis bermata velevet terdiam. Kecurigaan raja memang masuk akal. Apalagi peperangan kedua kerajaan bukan untuk pertama kalinya. "Jika Raja Crysozh menjadikanku sebagai istri sah, setidaknya jaminan keamanan di perbatasan utara itu ada," ujar Roxelana masih dengan nada dingin. Tidak seperti yang Rifian duga, ternyata Roxelana menawarkan dirinya dengan dalih politik yang jitu. Sepertinya Rifian salah menilai, tidak semua gadis bangsawan hanya bisa memoles bibir tanpa mengisi kepala. "Aku menghargai sikapmu yang sangat politis dalam urusan percintaan. Akan tetapi, aku masih belum berminat mempunyai seorang istri sah. Bahkan wanita yang mengandung anakku saat ini berstatus selir." Raja tersenyum simpul memandang Roxelana
Suara hantaman palu pada besi yang serupa bara api nyaring terdengar seperti melodi. Seorang pria dengan wajah dan tubuh berbalut perban duduk di atas ranjang seolah sedang menikmati dentingan palu. Garak daun pintu terbuka tidak membuat sang pria terkejut. Seorang gadis berambut cokelat dengan mata kelabu memasuki ruangan sembari membawa obat-obatan dan perban. "Anda sudah bangun, Tuan!" sapa gadis ramah. Sedang seorang di atas ranjang tidak menjawab sapaan ramah sang tuan rumah. "Maaf, biar kuganti perbannya dulu ..." ucap gadis berambut cokelat dengan sulas senyum. Perlahan tangan gadis membongkar simpul perban dan membuka lilitan yang membungkus tubuh keker di depannya. Gerak tangan sang gadis tampak ragu-ragu. Mungkin dia sedikit malu, akan tetapi tangan lentik sang gadis mengoleskan obat ke permukaan luka setelah perban berhasil dibongkar. Gadis bermata perak yang tengah fokus mengobati tamu tidak diundang itu adalah Brisa. Dia adalah pu
"Lana ... Lana ..." ucap Alisya setengah teriak memanggil pelayan pribadinya. "Kenapa gelap sekali? Apakah gadis itu lupa menyalakan lilin?" gumam Alisya seraya berjalan dengan tangan berada di depan untuk meraba-raba. Tangan Alisya menangkap sesuatu. Seperti permukaan benda yang keras tetapi mempunyai aroma yang khas. Sebelum Alisya sempat menyadari benda yang ada di hadapannya, sepasang lengan kekar melingkari tubuh sang ratu. Menghirup aroma serai dan mint bersamaan, hati ratu berdebar-debar. "Ini aku, Alisya ...." Suara berat seorang pria berbisik di daun telinga ratu Kosmimazh. Sepontan mata Alisya melebar. Bulu kuduknya meremang sedangkan jantungnya memompa darah lebih cepat. "Aku sangat merindukanmu. Apa kamu tidak merindukanku?" ucap pria itu lagi diiringi kecupan di ubun-ubun sang ratu. "Efatta ... itukah kamu?" gumam Alisya. "Ya, ini Efatta ...." "Apa kamu baik-baik saja? Bagaimana bisa kamu berada di sini? Di mana saja kamu selama ini?" Sang ratu memberondong pria ya
"Apa kamu yakin akan pergi secepat ini, Nak?" tanya pria tua sembari keluar dari bengkel pandai besi yang telah menghidupi keluarganya selama puluhan tahun. "Ya, aku akan pergi," jawab pria bertopeng besi dengan rambut merah tergerai panjang. "Sebelum pergi, aku hanya ingin memastikan berapa biaya yang harus aku bayar kepadamu, Almeta?" Lagi - lagi Efatta mengungkit soal biaya perawatan selama berada di gubuk reot pria tua. "Sudah kukatakan untuk tidak perlu mengungkit itu." Almeta tersenyum lebar seperti biasa. Pria tua itu memang terlihat ramah sejak pada pandangan pertama. Sangat kontras dengan penampilan lusuh dan aroma keringat yang menguar dari tubuhnya. Terdengar sebuah suara kecil dari balik pintu. Sepertinya Brisa mengintip perpisahan Efatta dengan sang ayah. Gadis itu memang sedikit pemalu. Bahkan saat berada di kamar bersama Efatta, gadis itu hanya berucap saat meminya izin untuk membongkar perban, tidak lebih. "Brisa ... itukah kamu?" tanya Almeta. Akan tetapi, ga
Sebuah senyuman menghiasi wajah tampan raja kerajaan Kosmimazh. Surat dalam genggamannya telah menjadikan kebahagiaan memenuhi dada sang raja. "Dia mengundangku ke Crysozh!" gumam Dafandra. Dafandra mengalihkan pandangan dari surat menuju Arys yang masih berdiri di depan sang raja. "Arys, apakah ada berita serius dari mata-mata kita di Crysozh?" tanya sang raja dari balik meja. "Belum ada, Yang Mulia Raja. Semuanya berjalan lancar." Arys menjawab segera. "Bagaimana dengan urusan di pulau Lionysozh?" tanya Dafandra lagi. Setelah Alisya melakukan pernikahan kedua dengan raja Kosmimazh pulau Lionysozh telah berpindah kepemilikan menjadi milik Alisya. Sedikit banyak akan terdapat perubahan di pulau tersebut baik dari segi kepengurusan atau administrasi. "Laporan terbaru, Ratu Alisya telah menyerahkan wewenang kepengurusan pula Lionysozh kepada kerajaan Crysozh." Arys menjawab dengan sopan. Dafandra mengangguk puas mendengar laporan dari Arys. Peperangan di pulau Lionysozh memang ti
Utusan Margaritaryzh memasuki aula kerajaan Crysozh. Sorang pria dengan rahang siku berambut pirang datang dengan sepasang alis nyaris bertautan. Auranya sangat tidak bersahabat. Akan tetapi, ada yang menarik dari pria itu, yaitu sepasang mata berwarna velevet yang langka. Raja Rifian menyambut utusan Margaritaryzh dengan baik, seolah menyambut saudara jauh. Meski begitu, hal yang sama tidak ditunjukkan oleh utusan dari negeri yang baru saja raja kalahkan. Kata pepatah, pecundang memang sering kali banyak tingkah. Setelah memberikan hormat yang terlihat dipaksakan, utusan itu memperkenalkan diri. "Aku Avel putra Adelfo dari Aspozh." "Rupanya kamu putra mendiang jenderal legiun Margaritaryzh yang terkenal gagah itu. Senang bertemu denganmu." Seringai di bibir raja melebar. Serta-merta kedua tangan Avel mengepal erat. "Pasti maksud kedatanganmu kemari untuk membicarakan pernikahan aliansi. Benar, Kan?" tanya raja tanpa basa-basi, kedua alisnya melompat
"Apakah sudah ada kabar dari Efim dan Kay?" tanya Alisya cemas kepada Lana. Perjalanan dari kota Evidz ke ibukota Setmmazh harusnya hanya memakan waktu tiga hari perjalanan bagi seorang pembawa pesan rahasia. Akan tetapi, sudah lebih dari dua pekan tidak mendapatkan kabar apa pun dari kedua orang kepercayaannya. "Belum ada yang mulia," jawab Lana segera. Alisya meraih cangkir berisi lemon hangat di meja. Akhir-akhir ini sang ratu Kosmimazh lebih suka rasa kecut untuk menghalau rasa mual. Meski berusaha tenang, tetap saja sehelai kecemasan berbisik di hati sang ratu. Apakah sang ratu telah mengandung penerus tahta Kosmimazh? "Lana ... Aku merasa telah mengandung anak raja. Bisakah kamu memeriksa keadaanku untuk memastikan?" ucap ratu mengejutkan pelayan wanita yang pernah menempuh pendidikan dokter di akadeni kedokteran kerajaan. "Baik, Yang Mulia." Meski terkejut, tetapi ekspresi kegembiraan tidak dapat Lana sembunyikan. Dengan hati-hati Lana melakukan pemeriksaan pada wanita nom
Pagi yang cerah menyapa penguasa Crysozh bersama selir barunya, Roxelana. Setelah menghabiskan malam bersama, raja dan selir tampak bersemangat menikmati sarapan. Berbagai hidangan tertata rapi di atas meja. Aroma kelezatan menerobos penciuman seolah berucap, selamat makan. "Sup kalkun ini sangat enak! Apakah ini makanan khas dari Aspozh?" tanya raja antusias. "Benar, Yang Mulia. Konon katanya, sup ini adalah salah satu dari lima makanan yang diberkahi di Aspozh. Orang-orang sering mengaitkannya dengan keberuntungan." Senyuman manis merekah di bibir merah muda sang selir. Sesuai permintaan Roxelana, sarapan raja kali ini disuguhi berbagai hidangan yang berasal dari Margaritaryzh. Mendengar penjelasan singkat dari wanita di seberang meja, pria berambut merah semakin bersemangat menyantap sup kalkun yang kusus di masak untuk raja. Tidak butuh lama bagi penguasa Crysozh untuk menghabiskan potongan daging kalkun dan menyisakan sedikit kuah berwarna kuning. "Astaga ...." desis raja begi
Saat makan malam tiba. Dalam satu meja makan terdapat Dafandra, Alisya dan ibu suri. Suasana di meja makan sangat hening, sampai ibu suri angkat bicara. "Aku dengar kamu telah mengalami perdarahan. Apakah ketubanmu telah pecah?" "Belum, Ibu Suri." Alisya menjawab sopan. "Makanlah yang banyak agar tubuhmu lebih kuat menghadapi persalinan! Mungkin nanti malam atau besok pagi anakmu akan lahir. Semoga persalinanmu berjalan lancar." Ibu suri menatap Alisya yang terlihat sedikit malas menyendok makanan. "Terima kasih atas perhatiannya, Ibu Suri." Alisya membalas ucapan ibu mertuanya dengan senyuman. Sepertinya ibu raja juga turut bahagia karena akan menyambut cucu pertamanya. Setelah acara makan malam usai ibu suri meninggalkan ruang makan. Di ruang makan Alisya masih terduduk di kursinya. Sang ratu kembali menahan sakit dengan tangan mengelus perut yang menegang. Pada saat yang sama janin Alisya juga bergerak seakan mengabarkan dirinya tidak sabar untuk segera terlahir. "Ayo, Alisya!
"Benarkah?" Alisya bangkit untuk melihat secara langsung darah yang Dafandra maksud. Sang raja menelan ludahnya sendiri. Alisya bukan lagi gadis perawan. Kenapa kewanitaannya mengeluarkan darah? Seketika wajah pria nomor satu di Kosmimazh berubah pucat. Sang raja tidak habis pikir jika perbuatannya dapat mengakibatkan sang istri mengalami perdarahan. "Aku akan segera memanggil dokter!" tangan raja segera meraih baju di sisi ranjang. "Yang Mulia!" Alisya menahan lengan kekar Dafandra. "Darah ini pertanda aku akan segera melahirkan, Yang Mulia." Alisya tersenyum lebar. "Benarkah?" Alis raja melengkung ke atas seakan tidak percaya dengan ucapan yang baru saja dia dengar. Entah karena Hujaman raja yang terlalu keras atau karena efek peleasan hormon cinta di tubuh ratu, yang jelas usia kehamilan Alisya sudah lebih dari cukup untuk melahirkan bayi. "Jika kontraksinya bagus, mungkin nanti sore atau malam, bayimu akan lahir." Senyuman di bibir merah delima Alisya merekah indah, membuat
Malam yang dingin menyelimuti kota Asteryzh. Ibu kota kerajaan Kosmimazh. Dingin yang seakan menusuk tulang membuat siapa pun ingin meringkuk di bawah selimut tebal. Akan tetapi, malam ini Alisya menyibak selimut dengan rasa gusar. Bintik-bintik keringat menghiasi dahi wanita nomor satu di Kosmimazh. "Ada apa?" Gerkaan kasar ratu membuat raja terbangun dari mimpi. "Aku hanya merasa gelisah, Yang Mulia." Alisya Menjawab segera pertanyaan suaminya seraya duduk di ranjang. Merapatkan tubuh pada wanita berambut merah, Dafandra berbisik di telinga putri Crysozh. "Kenapa?" Tangan raja mengelus perut bulat wanita dalam dekapan. "Seharusnya, bayi ini sudah lahir. Tetapi, aku belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan." Alisya menundukkan wajah sehingga wajah tertutup rambut merah bagaikan tirai. Raja berpindah posisi tepat di hadapan ratu. Tangan menyibak rambut, Dafandra memegang kedua sisi wajah sang putri Crysozh. Pria nomor satu di Kosmimazh sangat mengerti kegundahan hati istrinya.
Terima kasih kepada segenap pembaca yang telah mengikuti kisah Alisya sampai akhir. Bagi saya, Alisya adalah cinta pertama saya dalam dunia novel, karena dia dalah original character pertama buatan saya. Dengan kata lain, novel ini adalah novel pertama saya. Mohon maaf jika karya ini masih jauh dari kata sempurna. Maaf juga jika ada yang kurang puas dengan akhir dari jovel ini. Yang jelas, saya berusaha menulis novel ini dengan sepenuh hati. Sudah tidak terhitung banyaknya waktu dan revisi yang saya lakukan untuk novel ini. Semua itu saya lakukan untuk mencoba memberikan yang terbaik bagi pembaca. Ikuti juga novel-novel author Sunny Zylven selanjutnya, Ya! Salam sayang, Sunny Zylven ā¤ļøā¤ļøā¤ļø
Memasuki kamar Raja Rifian, Alisya tidak menyangka akan bertemu ibu suri. Meski canggung, adik kandung penguasa Crysozh tetap berusaha tenang dan tersenyum. "Hormat kepada Ibu Suri," ucap Alisya, selanjutnya memberikan hormat kepada raja yang masih terbaring di ranjang. "Syukurlah, akhirnya kakak sadar juga!" Seulas senyuman terlukis di bibir sang putri Crysozh. Setelah dokter menemukan penyebab utama raja tidak kunjung sadar, perawatan ekstra diberikan kepada pria normor satu di kerajaan Crysozh. Kesehatan Raja Rifian memang belum pulih sempurna. Wajah kakak Alisya juga masih terlihat pucat. Akan tetapi, itu masih lebih baik dari pada terus terpejam tidak sadarkan diri. "Ya, semua ini berkat suamimu," balas Rifian. "Suamiku?" Alis sang ratu Kosmimazh melompat bersamaan. "Tentu saja, jika tidak karena pertolongannya, baik aku, kamu, ibu, dan rakyat tidak berdaya pasti sudah mati di tangan Paman Ega. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Kamu sangat beruntung Alisya, mempunyai seo
"Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Dafandra kepada pria berambut putih. Dengan wajah cerah Iason berkata, "Yang Mulia tenang saja, kondisi janin Ratu Alisya baik-baik saja." Setelah sekian lama di Crysozh, baru kali ini Alisya mendapatkan pemeriksaan medis oleh dokter kerajaan Crysozh. Keadaan sebelumnya yang memaksa sang ratu Kosmimazh untuk menyembunyikan kehamilan. Spontan senyuman di bibir pria nomor satu Kosmimazh melebar, "Terima kasih, Dokter." "Sebaiknya Yang Mulia beristirahat terlebih dahulu di Crysozh, jangan buru-buru kemabli ke Kosmimazh. Biarkan Ratu Alisya beristirahat setelah hari-hari yang buruk menimpanya." Kepala dokter kerajaan memandang Alisya dan Dafandra bergantian. "Tentu, Dokter! Aku akan memberikan waktu istirahat yang banyak untuk ratuku," jawab Dafandra segera. "Guru, ngomong-ngomong bagaimana keadaan kakakku?" tanya Alisya dengan kedua alis melengkung ke atas. Rasa di hati putri Crysozh belum lega jika sang kakak belum pulih kembali. "Yang Mulia b
Layang-layang di angkasa terlihat berpencar. Lysias dan beberapa penyihir lain menembakan sihir ke langit. Saat fokus para penyihir tertuju pada puluhan layang-layang dan terjadi ledakan berkali-kali di ketinggian, sekumpulan pria entah dari mana menggiring pengunjung alun-alun menjauhi pusat keributan melalui jalan yang sepertinya telah disiapkan. Pertempuran di darat dan udara pun pecah. Setelah semua penduduk di pesta berhasil dievakuasi, ratusan panah api turun dari langit bagaikan hujan deras. Prajurit sihir yang kehilangan kemampuan sihir karena tangan dan mulut tidak bisa digerakkan lari kocar-kacir. Tidak membutuhkan waktu lama kobaran api membakar beberapa sisi alun-alun yang terbuat dari kayu. "Mungkinkah mereka pasukan Yang Mulia ..?" gumam sang ratu Kosmimazh. Para gadis di dalam sangkar mulai panik, mereka berteriak dan menangis. Melirik ke sisi kiri, Alisya mendapati ibu kandungnya menatap keributan dengan santai. Begitu juga dengan Gelsi, si Mentri pertahanan. Keduan
"Apa ada di antara kalian yang ingin mengikuti jejak Gelsi? aku akan menerimanya dengan senang hati" tanya Ega dengan salah satu alis terangkat. Semua orang di dalam aula kerajaan terdiam. Para menteri yang tamak tentu saja akan lebih memilih nyawa mereka masing-masing. *** "Yang Mulia, tiga hari lagi kerajaan akan mengadakan upacara pengangkatan raja. Pada malam pengangkatan raja, akan diadakan upacara pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga orang bangsawan." Arys memberikan laporan kepada pria berambut pirang yang tengah duduk termenung memandang peta ibu kota Stemmazh. "Apa? Pengorbanan lima puluh gadis perawan dan tiga bangsawan? Apa maksudnya?" tanya Dafandra dengan kedua alis melompat bersamaan. Pria nomor satu di Kosmimazh tidak dapat menyembunyikan keterkejutan. "Mereka akan menggelar ritual sihir!" jelas Arys. "Sial!" umpat pria nomor satu di Kosmimazh sambil mengepalkan tangan di atas meja. "Menurut informasi dari intelejen, Pangeran Ega akan mengorbankan para pe
"Kasihan sekali raja baru kita, belum lama menjabat kini harus merelakan diri turun dari tahta," ucap seorang wanita bergaun biru di salah satu gang ibu kota. "Benar sekali. Akan tetapi, aku rasa itu yang terbaik demi kemajuan kerajaan. Kita tidak bisa terus-terusan menunggu orang yang tertidur untuk bangun, sedangkan rakyat setiap hari bangun pagi untuk mencari sepotong roti," saut wanita bergaun cokelat. "Setuju! Apalagi yang akan menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Ega. Bukankah dia pejabat yang bijaksana?" Wanita bergaun ungu turut angkat bicara. "Benar ... Benar sekali!" Jawab wanita bergaun biru dan cokelat serempak. Suasana di ibu kota benar-benar kondusif untuk segera melengserkan Raja Crysozh yang berkuasa. Segala lini kehidupan telah memberikan dukungan kepada calon raja baru. Bahkan, pada lapisan masyarakat paling bawah. Penduduk kota telah menyambut pengangkatan raja baru dengan mendekorasi kota sedemikian rupa. Siapa sangka, di saat yang sama pasukan penyihir yan