Share

101. Kenapa Tidak?

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-10 14:22:05

Lisa memasuki ruang pakaian pribadi Vincent. Ruangan itu dipenuhi aroma harum dari lemari pakaian berbahan kayu mahoni. Busana-busana desainer terkenal menggantung rapi di dalam lemari berlapis kaca. Sebuah meja besar dengan lapisan kaca tampak terisi dengan berbagai aksesori mewah, mulai dari dasi sutra hingga beragam jam tangan mahal edisi terbatas.

Sesuai dengan dresscode untuk acara pesta nanti malam, Lisa membawa keluar jas putih yang telah dipilihnya untuk Vincent. Dia menyusun jas tersebut di bagian tengah meja, diperhatikannya setiap lipatan dan detailnya. Sebuah kemeja dan celana panjang putih, diletakkannya di sebelah jas.

Dalam kotak khusus, Lisa telah menyiapkan topeng putih yang sesuai dengan tema pesta. Topeng itu terbuat dari bahan ringan dan berhiaskan bulu yang lembut. Dengan hati-hati, Lisa meletakkan topeng itu di atas setelan jas.

Lisa juga memilih aksesori-aksesori lain seperti dasi, lencana bunga mawar merah, dan jam tangan mewah untuk melengkapi penampilan Vin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Adistha
Menikhlah klian seruuu moga bisa move on dri si nuning pak vint
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   102. Masih Terpatri di Hati

    Lisa terburu-buru pergi ke kamar mandi pribadi Vincent dan sedikit muntah di wastafel. Dia berkumur-kumur, lalu mencuci mulut dan wajahnya dari sisa air mani milik Vincent yang terasa hangat dan sedikit asin. Lisa menggerutu, “Ternyata sensasinya tak seperti yang selama ini kubayangkan.” Dia tadi nekat melakukannya karena penasaran. Sebelumnya dia pernah membaca adegan semacam itu di novel-novel steamy, yaitu sejenis novel yang fokus pada kisah cinta yang penuh gairah dan adegan intim. Novel stemy seringkali menggambarkan hubungan romantis yang intens dan penuh gairah antara karakter utama. Lisa banyak membacanya karena ingin bisa menuliskan hal serupa. “Lisa?” Vincent mengetuk pintu kamar mandi. “Lisa?” Suara pria itu memanggil lagi karena Lisa belum juga menyahutinya. Lisa terkejut melihat pintu kamar mandi perlahan terbuka, dan di sana, dalam kemegahan maskulinnya, Vincent berdiri hanya berbalut handuk putih yang menutupi bagian pinggang ke bawah, tubuhnya tampak mengesankan. D

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   103. Upaya Perjodohan

    Sebuah taman yang luas dan cantik di sebuah tempat yang mewah dihiasi dengan gemerlap lampu-lampu kecil yang tergantung di antara pepohonan hijau dan taman bunga yang indah. Suasana malam yang cerah membuat pesta ulang tahun Lisa Alessio yang ke-21 menjadi lebih istimewa. Dengan konsep pesta topeng dan garden party, para tamu memasuki area pesta melalui gerbang yang dihiasi dengan aneka bunga berwarna putih yang anggun.Gazebo putih yang dikelilingi oleh pohon-pohon anggun menjadi tempat para tamu berkumpul dan menikmati suasana outdoor yang romantis. Setiap meja dihiasi dengan bunga putih yang segar, menciptakan nuansa elegan dan mewah. Lampu-lampu putih yang tertanam di tanah memberikan sentuhan magis pada pesta malam itu.Para tamu yang mengenakan dresscode serba putih memperindah taman dengan keanggunan busana mereka. Wanita-wanita muda yang memakai gaun putih dengan sentuhan aksen bunga memperkuat konsep garden party, sementara pria-pria dengan setelan jas putih menambah kesan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   104. Partner Menari

    Vincent mendatangi sebuah meja bundar yang besar dan bertaplak putih bersih, di mana orang tuanya dan keluarga Alessio terlihat berkumpul dalam suasana ceria. Meskipun mereka memakai topeng yang menutupi sebagian wajah, namun Vincent bisa mengenali wajah mereka semua dengan baik. Vincent menyapanya satu per satu. “Wah, percuma ditutupi topeng, ketahuan juga ya ini aku?” canda sepupu Vincent. Orang-orang itu tertawa dan memuji ketelitian Vincent yang sangat baik dalam mengenali wajah mereka, dia tidak pangling sedikitpun. Nuning, mantan istrinya, duduk di antara mereka, berbaur dengan keluarga besar Alessio. Meskipun telah menjadi jandanya Vincent, namun kehangatan keluarga Alessio tetap mengalir padanya. Dalam setiap acara keluarga Alessio, Nuning dan Dennis selalu diundang hadir, bahkan mereka juga meminta Jaka ikut serta datang bersamanya. “Mana Jaka dan Dennis, Ning?” tanya Vincent setelah menyapa semua anggota keluarga besar Alessio. Nuning menjawab sambil menunjuk ke area p

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   105. Teman Menyenangkan

    Lisa dan Jaka menari dalam irama lembut lagu "Something Stupid". Lisa, dengan gaun malam putihnya yang indah, terlihat memikat dengan langkah-langkah ringan dan anggunnya. Rambutnya yang tergerai indah mengikuti setiap gerakan tubuhnya, menambah pesona saat dia berputar di tangan Jaka. Jaka memimpin langkah tarian dengan percayaan diri. Sorot matanya menciptakan koneksi yang dalam dengan Lisa, menunjukkan kekompakan dan keindahan tarian mereka. Kedua pasangan menari ini terlihat saling memahami, seakan-akan mereka memiliki bahasa tarian tersendiri. Sorot lampu yang lembut menyinari mereka, menciptakan aura romantis di sekitar lantai dansa. Gerakan mereka yang serasi, senyuman yang terpampang di wajah keduanya, serta alunan musik yang memukau menjadikan adegan ini begitu indah dan penuh keharmonisan. Vincent dan Tamara, yang menyanyikan lagu dari atas panggung, juga terlihat terkesan melihat Lisa dan Jaka menari. Vincent memberikan sorotan ekstra pada pasangan tersebut, membuatnya se

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   106. Trenyuh

    “Jadi wanita yang berdansa denganmu tadi itu Lisa, asisten pribadinya Vincent?” Nuning bertanya setelah mereka jauh dari Lisa. “Yup.” Jaka menyahut dengan singkat, seraya melingkarkan tangannya di pinggang sang istri.“Terus, kenapa nggak bilang kalau kamu sebenarnya bisa berdansa?” protes Nuning.Jaka tersenyum mendengar nada merajuk dalam suara Nuning. “Kamu nggak pernah tanya,” jawabnya santai.“Perlukah hal semacam itu aku pertanyakan dulu, Jak? Kenapa bukan mengajakku saja? Malah mengajak Lisa. Oke-oke, dia cantik dan masih muda. Tariannya juga lebih luwes dariku. Kamu memang pintar pilih pasangan berdansa, Jak. Hebat!” ketusnya dengan gigi terkatup.“Sayang, jangan berpikir sejauh itu,” Jaka mengetatkan pelukannya di pinggul sang istri yang sedang ngambek. “Aku tadi tak sengaja berdiri di dekat Lisa, dia terlihat seperti ingin berdansa dan secara spontan aku mengajaknya, aku tak ada niat apa-apa kok, tadi itu betul-betul ajakan spontan. Lagipula dia itu asisten pribadinya Vince

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   107. Ingin Memeluknya

    Lisa berada di kamar apartemennya yang tenang, dengan cahaya lampu nakas yang menyorot lembut keemasan, menciptakan suasana yang nyaman. Ranjang empuknya menjadi tempat favorit ketika ide-ide kreatif membanjiri pikirannya. MacBook terbuka di atas pangkuan, dan dengan sepenuh perasaannya Lisa mengetikkan setiap kata dalam naskah novelnya. Jemarinya menari dengan ringan di atas keyboard, menciptakan melodi kata-kata yang terhubung dengan perasaannya. Ceritanya berkembang, menggambarkan adegan-adegan yang penuh emosi. Tidak hanya para tokohnya yang mengalami konflik, tetapi Lisa juga ikut tenggelam dalam dunia ciptaannya. “Kenapa tiba-tiba aku sesedih ini?” gumamnya sambil berusaha fokus mengetik. Adegan kesalahpahaman antara Dona dan Lukas ia ungkapkan dalam kata-katanya yang mencubit perasaan. Lisa merasakan bagaimana detak jantung Dona dan Lukas saling bertabrakan, seolah-olah itu adalah detak jantungnya sendiri. Dalam keheningan kamar, suara ketikannya terdengar mendominasi ruangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   108. Kesepian

    Lisa duduk di samping tempat tidur Ardi yang masih terbaring lemah. Dia memperhatikan setiap napas yang diambil mantan suaminya itu, tatapan penuh cemas memenuhi matanya. Ruangan perawatan intensif terasa hening, hanya terdengar suara berirama dari alat-alat medis yang memantau kondisi Ardi.Telepon genggamnya bergetar di dalam tasnya. Dia melihat pesan singkat dari Niken, yang memberitahukan bahwa mereka sudah pulang ke Bandung dan membawa serta jenazah almarhum Pak Iman. Naura, adik bungsu Ardi, juga ikut bersama mereka. Lisa menarik napas panjang, merasa iba pada kedua mantan adik iparnya yang tengah terpukul dengan kepergian Pak Iman kali ini. Padahal ibu mereka belum lama pergi. Ditambah kondisi kakak lelaki mereka yang tengah terbaring tak berdaya ini.Lisa tahu dia tak mungkin bisa bekerja untuk sementara waktu, setidaknya sampai ada anggota keluarga Ardi yang datang menggantikannya untuk menjaga Ardi. Saat ini semua keluarga Ardi sedang berkumpul di Bandung untuk mengantarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   109. Sorot yang Sama

    Vincent Alessio duduk di ujung meja oval ruang rapat yang mewah. Dengan tatapan tajam dan wibawa yang melekat padanya, dia memandang para direktur yang hadir dengan sikap yang penuh profesionalisme. Ruangan itu dipenuhi aura ketenangan, di sinilah pusat kendali dari segala keputusan bisnis yang akan diambil. Vincent mengenakan setelan jas abu-abu gelap yang membuatnya semakin tampak tegas dan kharismatik. Rambut cokelatnya yang teratur dan sorot mata sewarna karamelnya yang tajam menambah kesan kepercayaan dirinya sebagai seorang CEO. Ponsel pintar dan dokumen-dokumen rapat tersebar di sekitarnya, dia terlihat siap menghadapi diskusi yang kompleks. “Pak Vincent, ini dokumen yang Bapak minta tadi,” kata Rini, sang sekretaris, sambil meletakkan sebuah berkas di sisi kiri Vincent. Vincent mengangguk dan membacanya sejenak. Tak lama kemudian dia segera memimpin rapat. Para direktur yang duduk di sekitar meja memandang Vincent, menyimak ucapannya dengan raut wajah serius. Mereka tahu b

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18

Bab terbaru

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   TAMAT

    Dennis mengucapkan “selamat” pada Vincent dan Lisa melalui telepon. Vincent merasa bahagia mendengar ucapan putranya yang terasa betul-betul tulus kali ini. Bahkan Dennis secara khusus bicara pada Lisa untuk minta maaf padanya. "Tante, maaf atas semua sikap burukku selama ini," ucapnya dengan rendah hati. "Aku tahu ayah dan Tante saling mencintai, ayah pasti akan bahagia dengan Tante.” Dennis terdiam sejenak. “Tante Lisa memang layak bersanding dengan ayah, sebab aku tahu... ayah tidak mungkin sembarangan memilih orang yang akan mendampinginya seumur hidupnya. Aku percaya pada pilihan ayah," tambah Dennis dengan suara yang penuh dukungan. Lisa tersenyum, meskipun Dennis tidak bisa melihat senyumnya di telepon. "Terima kasih, Dennis. Kamu anak yang luar biasa, dan Tante bahagia bisa menjadi bagian dari keluargamu." “Aku juga bahagia memiliki ayah Vincent dan Tante Lisa.” Lisa dan Vincent saling berpandangan mendengar ungkapan Dennis yang terasa tulus. Setelah selesai menelepon, Vin

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   199. Ayah yang Membanggakan

    Jaka menghela napas, mencoba menenangkan diri di tengah tekanan yang dirasakannya. Tatapannya terpaku pada dinding putih ruangan yang pucat. Wajah pria tampan itu mencerminkan perasaan yang selama ini sulit untuk diungkapkan."Saya masih merasa bersalah, Pak," ucapnya dengan suara lirih. Tatapannya kemudian turun pada genggaman tangannya pada tangan Dennis yang masih tak bergerak. Setiap sentuhan, setiap simpul jemari, terasa penuh makna baginya.Pak Priyo memandang Jaka, siap mendengarkan apapun yang ingin diungkapkan oleh anak menantu yang sangat disayanginya itu."Saya menyesal telah menikahi Erna, padahal Nuning sedang mengandung Dennis, anak kami," lanjut Jaka perlahan, suaranya semakin rendah, hampir tersendat oleh rasa sesak di dadanya. "Andai waktu bisa diulang, saya tidak akan menikahi Erna saat itu." Matanya kembali naik menatap dinding pucat di depan sana. "Saya ingin tetap bersama Nuning, harusnya saya mengambil keputusan tegas dan tak perlu larut dalam situasi yang membua

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   198. Unconditional Love

    Di antara para tamu undangan, Mei yang merupakan mantan kekasih Vincent juga tampak hadir di sana, dia datang bersama suaminya, Juna, dan putranya, Vi. Rambut panjang Mei disanggul cantik berhiaskan aksesori yang serasi dengan gaun rancangan desainer ternama berwarna pastel yang melekat indah di tubuh langsingnya. Wajahnya yang jelita terpancar dalam senyuman lembut, memberikan kesan hangat kepada siapa pun yang bertemu dengannya. Sementara itu, Juna terlihat tampan dan karismatik dengan setelan tuksedo hitamnya. Ekspresi wajahnya yang percaya diri menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang menguasai situasi. Dia berbicara dengan sesama tamu yang dikenalnya sambil memperkenalkan sosok Vi, putranya yang berusia 7 tahun. Senyum bangga terukir di wajahnya setiap kali mendengar orang-orang memuji ketampanan Vi yang sangat mirip dengan dirinya. Dalam setelan tuksedo kecilnya, Vi memang terlihat begitu memesona dengan senyuman polosnya. Postur tubuhnya yang tinggi menjadikannya tampak gagah

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   197. Until I Found You

    Lisa sebenarnya ingin resepsi pernikahannya dengan Vincent bisa diadakan di tepi pantai yang cantik di Bali. Namun, pada trimester pertama kehamilannya ini, Lisa masih mengalami mual, muntah, dan mudah lelah, sehingga bakal menyulitkan dirinya sendiri saat harus melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Bali dan sebaliknya. Selain itu, risiko keguguran juga lebih tinggi pada trimester pertama. Vincent pun menolak keinginan Lisa dan menetapkan agar resepsi digelar di Jakarta saja. “Bersabarlah, Sayang. Setelah anak kita lahir nanti dan kalian berdua dalam kondisi sehat untuk melakukan perjalanan, bukan hanya ke Bali…, aku akan membawa kalian pergi ke tempat-tempat indah manapun yang kamu sukai,” janji Vincent sambil mencium kening Lisa. Dia tak ingin melihat wanita yang dicintainya itu merasa kecewa menjalani resepsi pernikahan mereka nanti. Dan Vincent merasa lega setelah melihat Lisa mengangguk.“Nggak apa-apa, kok. Sebenarnya nggak terlalu jadi soal bagiku resepsinya nanti mau diada

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   196. Akan Baik-Baik Saja

    Jaka menggenggam erat gagang kursi pesawat, tatapan kosongnya menatap ke luar jendela yang menampilkan pemandangan langit biru dan awan putihnya yang berderak. Pemandangan yang indah, tetapi dia tak bisa menikmati pemandangan itu karena pikirannya terus melayang ke rumah sakit tempat Dennis dirawat. "Dennis kecelakaan," dua kata yang terlontar lewat telepon dari Bambang seperti palu yang membelah dadanya. Beban yang menghantamnya terasa begitu berat, seakan-akan dunianya runtuh dalam sekejap. Meskipun hanya dua kata, namun rasanya dua kata itu menjelma seperti dua ton beban yang meremukkan hati Jaka sebagai seorang ayah. Dia sengaja tidak memberitahu Nuning tentang kecelakaan Dennis. Kondisi Nuning yang belum begitu baik membuatnya khawatir akan dampak stres yang bisa mempengaruhi kandungan Nuning yang lemah. Jaka tidak ingin menambah masalah baru di tengah situasi yang sudah sulit.Pesawat terbang melaju dengan kecepatan tinggi, namun perjalanan yang dilaluinya terasa begitu lamba

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   195. Janji Suci

    Suasana gereja dipenuhi dengan aroma harum dari bunga-bunga segar yang menghiasi setiap sudut. Sinar matahari pagi membelai lembut melalui jendela-jendela gereja, menciptakan permainan cahaya yang mempercantik momen sakral ini. Seperti berkah dari langit, cahaya itu memberikan sentuhan hangat pada momen ini, menambahkan keindahan pada detik-detik yang tak terlupakan.Gaun putih Lisa mengalir indah di belakangnya, mengikuti setiap langkahnya dengan lembut. Rambutnya dihiasi dengan sebuah tiara yang manis. Setiap langkah yang diambilnya terlihat begitu anggun dan memikat.Di sekeliling gereja, keluarga besar Alessio dan keluarga Lisa berkumpul, penuh dengan senyuman dan kegembiraan. Sorot mata yang penuh cinta dari kedua belah pihak keluarga mencerahkan suasana, menunjukkan dukungan dan kasih sayang yang mereka miliki untuk pasangan yang akan menikah.Daniel Sutomo juga tampak hadir di sana. Keberadaan sosok konglomerat itu memberikan aura kebijaksanaan dan kemuliaan yang tak terbantahk

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   194. Pertanyaan yang Mengganggu

    Bambang duduk di samping Dennis, merangkulnya dengan lembut sambil memandang jauh ke laut yang tenang di depan mereka. "Dennis, janganlah sedih karena pernikahan ayah Vincent dengan tante Lisa," ucapnya dengan suara lembut.Dennis menoleh ke arah Bambang, tatapan matanya masih penuh dengan kesedihan. "Tapi, Om, aku merasa sedih. Aku merasa seperti kehilangan sesuatu yang penting," gumamnya sambil memandang ke lautan di hadapannya.Bambang tersenyum lembut, memahami perasaan keponakannya. "Dennis, kamu harus tahu bahwa pernikahan adalah bagian dari takdir yang telah diatur oleh Gusti Allah. Ayah Vincent selama ini belum aja ketemu sama jodohnya, makanya nggak nikah-nikah sejak cerai sama bundamu. Jangan kamu sesali juga perceraian bundamu sama ayah Vincent. Itu namanya nggak jodoh.”Dennis mendengarkan, sesekali ia menghela napasnya yang terdengar berat. sepertinya bocah remaja itu berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Bambang. "Nggak usahlah kamu repot-repot mikir kenapa

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   193. Cinta yang Tulus

    Suasana makan malam antara keluarga Vincent dan keluarga Lisa dari Italia berlangsung dalam atmosfer kekeluargaan yang hangat dan penuh keakraban. Dante masih terkesima setelah mengetahui tentang kesuksesan Tuan Rain di Indonesia, begitu pula dengan putranya yang akan segera menikahi cucunya, Lisa."Putramu sangat tampan, Rain," puji Dante yang masih merasa terpukau melihat ketampanan Vincent sejak awal mula mereka bertemu. Vincent pun hanya tersenyum mendengar pujian dari calon mertuanya."Cucumu juga sangat cantik, Dante. Mereka sepadan," balas Tuan Rain dengan rendah hati, tersenyum bangga pada Lisa, calon menantunya."Selain cantik, Lisa juga cerdas. Dia bahkan menguasai 6 bahasa asing. Bukankah itu luar biasa?" timpal Nyonya Rose, mengumumkan bakat dan kecerdasan Lisa di hadapan semua orang.Tuan Rain menoleh kepada istrinya, "Sayangku, perlu kamu tahu,” ucapnya seraya mengerling pada Dante yang duduk berhadapan dengan mereka. “Kemampuan Dante menguasai bahasa asing sangat menonj

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   192. Ternyata Bukan Kebohongan

    Hari-H pernikahan Vincent dan Lisa semakin dekat, dengan hitungan hari yang semakin berkurang. Kedatangan keluarga Lisa dari Italia telah menjadi momen yang sangat dinantikan. Di tengah suasana persiapan yang kian sibuk, Nyonya Rose telah menyusun rencana untuk menyambut mereka dengan sebuah jamuan makan malam di sebuah hotel mewah terbaik di Jakarta. Di sana pula tempat menginap bagi para tamu dari keluarga Lisa yang telah tiba dari Italia. Ketika Nyonya Rose dan Tuan Rain memasuki restoran di hotel itu, sorot mata mereka segera tertuju pada seorang pria tua yang duduk di sebelah Lisa. Tuan Rain, yang pertama kali melihatnya, mendesis pelan. “Dante?” gumamnya dengan suara rendah, matanya menyipit saat mencoba mengidentifikasi sosok tersebut. Semua orang memandang kehadiran Nyonya Rose dan Tuan Rain dengan tatapan hormat disertai senyuman hangat di mata mereka, termasuk pria berambut putih di sana. Pada saat itulah, Tuan Rain mengamati lagi pria tua yang ada di sebelah Lisa itu denga

DMCA.com Protection Status