Share

108. Kesepian

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-17 00:38:46

Lisa duduk di samping tempat tidur Ardi yang masih terbaring lemah. Dia memperhatikan setiap napas yang diambil mantan suaminya itu, tatapan penuh cemas memenuhi matanya. Ruangan perawatan intensif terasa hening, hanya terdengar suara berirama dari alat-alat medis yang memantau kondisi Ardi.

Telepon genggamnya bergetar di dalam tasnya. Dia melihat pesan singkat dari Niken, yang memberitahukan bahwa mereka sudah pulang ke Bandung dan membawa serta jenazah almarhum Pak Iman. Naura, adik bungsu Ardi, juga ikut bersama mereka. Lisa menarik napas panjang, merasa iba pada kedua mantan adik iparnya yang tengah terpukul dengan kepergian Pak Iman kali ini. Padahal ibu mereka belum lama pergi. Ditambah kondisi kakak lelaki mereka yang tengah terbaring tak berdaya ini.

Lisa tahu dia tak mungkin bisa bekerja untuk sementara waktu, setidaknya sampai ada anggota keluarga Ardi yang datang menggantikannya untuk menjaga Ardi. Saat ini semua keluarga Ardi sedang berkumpul di Bandung untuk mengantarkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sophia Setiawan
baru ngerasa yaa mas, itu Lisa baru pergi btr loh.. ntar kalo udh pergi beneran trus balikan lg sm Mantan hmm.. jgn kelamaan nyadarnya mas Vin..
goodnovel comment avatar
Gita Novianty
makanya vincent cpet sadar dong kalo cinta sama lisa keburu balikan sama ardi tuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   109. Sorot yang Sama

    Vincent Alessio duduk di ujung meja oval ruang rapat yang mewah. Dengan tatapan tajam dan wibawa yang melekat padanya, dia memandang para direktur yang hadir dengan sikap yang penuh profesionalisme. Ruangan itu dipenuhi aura ketenangan, di sinilah pusat kendali dari segala keputusan bisnis yang akan diambil. Vincent mengenakan setelan jas abu-abu gelap yang membuatnya semakin tampak tegas dan kharismatik. Rambut cokelatnya yang teratur dan sorot mata sewarna karamelnya yang tajam menambah kesan kepercayaan dirinya sebagai seorang CEO. Ponsel pintar dan dokumen-dokumen rapat tersebar di sekitarnya, dia terlihat siap menghadapi diskusi yang kompleks. “Pak Vincent, ini dokumen yang Bapak minta tadi,” kata Rini, sang sekretaris, sambil meletakkan sebuah berkas di sisi kiri Vincent. Vincent mengangguk dan membacanya sejenak. Tak lama kemudian dia segera memimpin rapat. Para direktur yang duduk di sekitar meja memandang Vincent, menyimak ucapannya dengan raut wajah serius. Mereka tahu b

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   110. Galau

    Hari-hari di rumah sakit terus berjalan, dan Ardi masih terbaring tak berdaya. Namun dia sudah melewati masa kritisnya. Keheningan kamar perawatannya hanya terputus oleh bunyi perangkat medis yang terus-menerus memonitor kondisinya. Lisa duduk di samping ranjang, mata lelahnya tetap memandang wajah Ardi yang tak kunjung membuka mata. Niken dan Naura, adik-adik Ardi, bergantian berjaga bersama Lisa. Kedua adik Ardi itu merasa terharu melihat Lisa masih setia mendampingi Ardi meskipun mereka sudah bercerai. Terlebih Lisa bersikap seperti kakak bagi Niken dan Naura. Dia memastikan Niken dan Naura tak lupa makan, meskipun kadang dirinya sendiri lupa. “Mbak Lisa juga makan, kalau nggak ntar dicerewetin loh sama orang yang suka ngomel itu. Siapa sih lelaki itu, Mbak? Dia naksir Mbak Lisa ya?” tegur Naura, lelaki yang dia maksud adalah Bona. “Dih, nggak. Mana mungkin dia naksir aku? Kami aja kerjaannya berantem terus kok,” Lisa geleng-geleng kepala dan langsung bergidik membayangkan diri

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   111. Sudah Saatnya Mundur

    Dengan langkahnya yang tegap dan mantap, Vincent memasuki coffee shop yang dipenuhi dengan aroma kopi yang khas dan menyegarkan. Cahaya lampu yang lembut menyinari ruangan yang ramai dengan obrolan para pelanggan yang sedang menikmati minuman mereka. Di sudut ruangan, dia melihat meja yang ditempati oleh Yuna dan Tamara, dua wanita yang sudah menanti kedatangannya. Yuna, melambaikan tangan dan memberikan isyarat ke arah kursi kosong di depannya. "Memangnya si Bona nggak mengingatkan kamu tentang jadwal kita ini?” tegurnya ketika Vincent sampai di hadapannya. “Sorry-sorry. Sudah kok, tapi tadi aku sedang keasyikan mengerjakan sesuatu.” Vincent memberikan senyuman lembut sebagai tanggapan, lalu beralih ke arah Tamara yang duduk di sebelah kakaknya. Tatapan keduanya bertemu dan mereka berbagi senyum. Kedua wanita itu segera berdiri menyambut Vincent. Yuna merentangkan tangan dan Vincent segera memeluk sang kakak disertai tepukan lembut di pundak Yuna. Vincent kemudian mengarahkan lang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   112. Di Area Publik

    Setengah jam berlalu, Lisa merenung dalam kenikmatan kopinya, sementara itu Vincent dan Tamara masih asyik dengan percakapan pribadi mereka. Di dalam ruangan coffee shop yang dipenuhi aroma kopi, Lisa tersenyum tipis memperhatikan keduanya. “Dia cantik, kelihatan cerdas dan juga berkelas," gumam Lisa pada dirinya sendiri. "Wanita itu cocok bersanding dengan Pak Vincent, sebagai istrinya … bukan sebagai simpanan sepertiku.” Setelah menghirup sedikit lagi kopi yang tersisa di cangkirnya, Lisa menatap jam di pergelangan tangannya. Waktunya untuk kembali ke apartemennya untuk mandi dan menyiapkan pakaian ganti sebelum menuju rumah sakit. Besok, pagi-pagi sekali, Niken dan Naura harus kembali ke Bandung, karena Naura harus bersiap menghadapi ujian skripsinya dan Niken harus bekerja, meskipun sudah memohon tapi perusahaan tempat Niken bekerja tidak mengabulkan permintaannya tentang cuti tambahan untuk mengurus sang kakak. Karena itulah, atas dasar iba, maka dengan lapang dada Lisa mengaj

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   113. Si Bodoh Lisa

    Di dalam restoran, Vincent memperlakukan Tamara dengan lembut. Dengan langkah yang halus, ia mendekati kursi yang hendak ditempati Tamara, sambil tersenyum ramah, Vincent menarik kursi itu keluar untuknya. Tamara balas tersenyum sebagai ucapan terima kasihnya. Vincent juga ingin memberikan perlakuan yang sama kepada Lisa. Dia ingin menunjukkan kelembutan yang sama pada asisten pribadinya tersebut. Dengan gerakan halus, Vincent pun beranjak menuju kursi yang akan ditempati Lisa. Namun, sebelum ia sempat menarik kursi itu, Lisa dengan sigap sudah melakukannya untuk dirinya sendiri. Lisa sepertinya tak ingin diperlakukan istimewa oleh Vincent. Vincent duduk di kursinya, berseberangan dengan Tamara. "Kamu mau pesan apa, Tamara?" tanya Vincent sambil membuka buku menu restoran yang disajikan di meja. Tamara menyampaikan pesanannya, menyebutkan menu kesukaannya dengan senyum di wajahnya. Sementara itu, ketika Vincent menoleh ke arah Lisa, dia melihat pandangan wanita itu tidak sepenuhnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   114. Gelombang Perasaan

    Setelah santap malam, Vincent dan Tamara melangkah bersama menuju lobi hotel, dan seperti sebelumnya, Lisa mengikuti di belakang mereka. Sedan mewah Vincent sudah menunggu, Vincent membuka pintu mobil bagian belakang untuk Tamara."Saya masih ada urusan dengan Lisa, nanti ada sopir lain yang akan menjemput kami. Kamu pulanglah lebih dulu, Tamara. Terima kasih telah bersedia menjadi teman duetku untuk menyanyi di acara ulang tahun orang tuaku nanti," ucap Vincent dengan suara lembut, mencoba memberikan penjelasan tanpa menyakiti perasaan wanita itu.Tamara terkejut, dia mengira Vincent akan mengantarnya pulang dengan mobil yang sama. Dalam hatinya, ia berharap Vincent akan mengubah keputusannya dan menyertainya pulang. Namun, dia segera menyadari bahwa Vincent seperti tak sepenuhnya berminat kepadanya. Vincent tampaknya hanya menghargainya sebatas teman duet belaka. Tamara menyembunyikan kekecewaannya dengan tersenyum. “Baiklah. Terima kasih atas makan malamnya, Vin.” Dia lalu memanda

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   115. Panggilan Itu Bukan Untukku

    Lisa membuka mata dengan perlahan, dan pandangannya segera disambut oleh suasana yang asing baginya. Kamar yang berukuran luas, perabotan yang elegan, semuanya jauh berbeda dengan kamar yang biasa ia tempati di sebuah apartemen yang ukurannya lebih sempit dari ini. Namun, kebingungannya tergantikan rasa nyaman saat merasakan kehangatan lengan Vincent yang melingkari perutnya dengan lembut. Senyum mengembang di wajah Lisa ketika dia menoleh dan menatap Vincent yang masih terlelap. Rambut ikal cokelatnya yang berantakan sama sekali tak mengurangi ketampanannya. Dengan lembut, Lisa menyentuh wajah Vincent, merayapi setiap lekuk halus yang ada. Tangannya meraba rambut cokelatnya yang berantakan, dan dia tak bisa menahan rasa yang tiba-tiba melanda hatinya. "Jujur saja, aku merindukanmu," bisiknya dalam hati, sambil merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Namun, tiba-tiba saja Lisa tercekat ketika teringat sesuatu, dia harus ke rumah sakit pagi-pagi sekali. Dia sudah janji pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   116. Tak Mau Ambil Pusing

    Lisa menegakkan tubuh di bawah air pancuran yang mengguyur dirinya, wajahnya tersembunyi di balik tetesan-tetesan air hangat. Hatinya sesak, dia berusaha menyembunyikan kekecewaannya di balik guyuran air. “Memangnya apa yang kuharapkan? Aku hanyalah wanita bayaran.” Lisa menegur dirinya sendiri. Dia tak boleh menyimpan harapan yang terlampau tinggi. Vincent Alessio hanyalah pria yang membayarnya untuk seks, tak lebih. Lisa sadar tak perlu melibatkan hati dan perasaan dalam menjalani hubungannya dengan Vincent yang berdiri di atas sebuah kontrak yang akan berakhir beberapa bulan lagi. Sementara itu di dalam kamar, Vincent duduk di tepi ranjang, dia memandang ke arah kamar mandi pribadinya yang sedang dipakai Lisa. Pria itu menghela napasnya dalam-dalam. Dia menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya. Lalu dia mengusap wajahnya dengan tangannya yang sedikit gemetar. “Apa yang sudah kulakukan tadi? Aku sedang bercinta dengan Lisa, tapi kenapa nama Nuning yang masih saja kusebut-sebu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21

Bab terbaru

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   TAMAT

    Dennis mengucapkan “selamat” pada Vincent dan Lisa melalui telepon. Vincent merasa bahagia mendengar ucapan putranya yang terasa betul-betul tulus kali ini. Bahkan Dennis secara khusus bicara pada Lisa untuk minta maaf padanya. "Tante, maaf atas semua sikap burukku selama ini," ucapnya dengan rendah hati. "Aku tahu ayah dan Tante saling mencintai, ayah pasti akan bahagia dengan Tante.” Dennis terdiam sejenak. “Tante Lisa memang layak bersanding dengan ayah, sebab aku tahu... ayah tidak mungkin sembarangan memilih orang yang akan mendampinginya seumur hidupnya. Aku percaya pada pilihan ayah," tambah Dennis dengan suara yang penuh dukungan. Lisa tersenyum, meskipun Dennis tidak bisa melihat senyumnya di telepon. "Terima kasih, Dennis. Kamu anak yang luar biasa, dan Tante bahagia bisa menjadi bagian dari keluargamu." “Aku juga bahagia memiliki ayah Vincent dan Tante Lisa.” Lisa dan Vincent saling berpandangan mendengar ungkapan Dennis yang terasa tulus. Setelah selesai menelepon, Vin

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   199. Ayah yang Membanggakan

    Jaka menghela napas, mencoba menenangkan diri di tengah tekanan yang dirasakannya. Tatapannya terpaku pada dinding putih ruangan yang pucat. Wajah pria tampan itu mencerminkan perasaan yang selama ini sulit untuk diungkapkan."Saya masih merasa bersalah, Pak," ucapnya dengan suara lirih. Tatapannya kemudian turun pada genggaman tangannya pada tangan Dennis yang masih tak bergerak. Setiap sentuhan, setiap simpul jemari, terasa penuh makna baginya.Pak Priyo memandang Jaka, siap mendengarkan apapun yang ingin diungkapkan oleh anak menantu yang sangat disayanginya itu."Saya menyesal telah menikahi Erna, padahal Nuning sedang mengandung Dennis, anak kami," lanjut Jaka perlahan, suaranya semakin rendah, hampir tersendat oleh rasa sesak di dadanya. "Andai waktu bisa diulang, saya tidak akan menikahi Erna saat itu." Matanya kembali naik menatap dinding pucat di depan sana. "Saya ingin tetap bersama Nuning, harusnya saya mengambil keputusan tegas dan tak perlu larut dalam situasi yang membua

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   198. Unconditional Love

    Di antara para tamu undangan, Mei yang merupakan mantan kekasih Vincent juga tampak hadir di sana, dia datang bersama suaminya, Juna, dan putranya, Vi. Rambut panjang Mei disanggul cantik berhiaskan aksesori yang serasi dengan gaun rancangan desainer ternama berwarna pastel yang melekat indah di tubuh langsingnya. Wajahnya yang jelita terpancar dalam senyuman lembut, memberikan kesan hangat kepada siapa pun yang bertemu dengannya. Sementara itu, Juna terlihat tampan dan karismatik dengan setelan tuksedo hitamnya. Ekspresi wajahnya yang percaya diri menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang menguasai situasi. Dia berbicara dengan sesama tamu yang dikenalnya sambil memperkenalkan sosok Vi, putranya yang berusia 7 tahun. Senyum bangga terukir di wajahnya setiap kali mendengar orang-orang memuji ketampanan Vi yang sangat mirip dengan dirinya. Dalam setelan tuksedo kecilnya, Vi memang terlihat begitu memesona dengan senyuman polosnya. Postur tubuhnya yang tinggi menjadikannya tampak gagah

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   197. Until I Found You

    Lisa sebenarnya ingin resepsi pernikahannya dengan Vincent bisa diadakan di tepi pantai yang cantik di Bali. Namun, pada trimester pertama kehamilannya ini, Lisa masih mengalami mual, muntah, dan mudah lelah, sehingga bakal menyulitkan dirinya sendiri saat harus melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Bali dan sebaliknya. Selain itu, risiko keguguran juga lebih tinggi pada trimester pertama. Vincent pun menolak keinginan Lisa dan menetapkan agar resepsi digelar di Jakarta saja. “Bersabarlah, Sayang. Setelah anak kita lahir nanti dan kalian berdua dalam kondisi sehat untuk melakukan perjalanan, bukan hanya ke Bali…, aku akan membawa kalian pergi ke tempat-tempat indah manapun yang kamu sukai,” janji Vincent sambil mencium kening Lisa. Dia tak ingin melihat wanita yang dicintainya itu merasa kecewa menjalani resepsi pernikahan mereka nanti. Dan Vincent merasa lega setelah melihat Lisa mengangguk.“Nggak apa-apa, kok. Sebenarnya nggak terlalu jadi soal bagiku resepsinya nanti mau diada

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   196. Akan Baik-Baik Saja

    Jaka menggenggam erat gagang kursi pesawat, tatapan kosongnya menatap ke luar jendela yang menampilkan pemandangan langit biru dan awan putihnya yang berderak. Pemandangan yang indah, tetapi dia tak bisa menikmati pemandangan itu karena pikirannya terus melayang ke rumah sakit tempat Dennis dirawat. "Dennis kecelakaan," dua kata yang terlontar lewat telepon dari Bambang seperti palu yang membelah dadanya. Beban yang menghantamnya terasa begitu berat, seakan-akan dunianya runtuh dalam sekejap. Meskipun hanya dua kata, namun rasanya dua kata itu menjelma seperti dua ton beban yang meremukkan hati Jaka sebagai seorang ayah. Dia sengaja tidak memberitahu Nuning tentang kecelakaan Dennis. Kondisi Nuning yang belum begitu baik membuatnya khawatir akan dampak stres yang bisa mempengaruhi kandungan Nuning yang lemah. Jaka tidak ingin menambah masalah baru di tengah situasi yang sudah sulit.Pesawat terbang melaju dengan kecepatan tinggi, namun perjalanan yang dilaluinya terasa begitu lamba

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   195. Janji Suci

    Suasana gereja dipenuhi dengan aroma harum dari bunga-bunga segar yang menghiasi setiap sudut. Sinar matahari pagi membelai lembut melalui jendela-jendela gereja, menciptakan permainan cahaya yang mempercantik momen sakral ini. Seperti berkah dari langit, cahaya itu memberikan sentuhan hangat pada momen ini, menambahkan keindahan pada detik-detik yang tak terlupakan.Gaun putih Lisa mengalir indah di belakangnya, mengikuti setiap langkahnya dengan lembut. Rambutnya dihiasi dengan sebuah tiara yang manis. Setiap langkah yang diambilnya terlihat begitu anggun dan memikat.Di sekeliling gereja, keluarga besar Alessio dan keluarga Lisa berkumpul, penuh dengan senyuman dan kegembiraan. Sorot mata yang penuh cinta dari kedua belah pihak keluarga mencerahkan suasana, menunjukkan dukungan dan kasih sayang yang mereka miliki untuk pasangan yang akan menikah.Daniel Sutomo juga tampak hadir di sana. Keberadaan sosok konglomerat itu memberikan aura kebijaksanaan dan kemuliaan yang tak terbantahk

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   194. Pertanyaan yang Mengganggu

    Bambang duduk di samping Dennis, merangkulnya dengan lembut sambil memandang jauh ke laut yang tenang di depan mereka. "Dennis, janganlah sedih karena pernikahan ayah Vincent dengan tante Lisa," ucapnya dengan suara lembut.Dennis menoleh ke arah Bambang, tatapan matanya masih penuh dengan kesedihan. "Tapi, Om, aku merasa sedih. Aku merasa seperti kehilangan sesuatu yang penting," gumamnya sambil memandang ke lautan di hadapannya.Bambang tersenyum lembut, memahami perasaan keponakannya. "Dennis, kamu harus tahu bahwa pernikahan adalah bagian dari takdir yang telah diatur oleh Gusti Allah. Ayah Vincent selama ini belum aja ketemu sama jodohnya, makanya nggak nikah-nikah sejak cerai sama bundamu. Jangan kamu sesali juga perceraian bundamu sama ayah Vincent. Itu namanya nggak jodoh.”Dennis mendengarkan, sesekali ia menghela napasnya yang terdengar berat. sepertinya bocah remaja itu berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Bambang. "Nggak usahlah kamu repot-repot mikir kenapa

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   193. Cinta yang Tulus

    Suasana makan malam antara keluarga Vincent dan keluarga Lisa dari Italia berlangsung dalam atmosfer kekeluargaan yang hangat dan penuh keakraban. Dante masih terkesima setelah mengetahui tentang kesuksesan Tuan Rain di Indonesia, begitu pula dengan putranya yang akan segera menikahi cucunya, Lisa."Putramu sangat tampan, Rain," puji Dante yang masih merasa terpukau melihat ketampanan Vincent sejak awal mula mereka bertemu. Vincent pun hanya tersenyum mendengar pujian dari calon mertuanya."Cucumu juga sangat cantik, Dante. Mereka sepadan," balas Tuan Rain dengan rendah hati, tersenyum bangga pada Lisa, calon menantunya."Selain cantik, Lisa juga cerdas. Dia bahkan menguasai 6 bahasa asing. Bukankah itu luar biasa?" timpal Nyonya Rose, mengumumkan bakat dan kecerdasan Lisa di hadapan semua orang.Tuan Rain menoleh kepada istrinya, "Sayangku, perlu kamu tahu,” ucapnya seraya mengerling pada Dante yang duduk berhadapan dengan mereka. “Kemampuan Dante menguasai bahasa asing sangat menonj

  • Dalam Dekap Hangat Bos Dinginku   192. Ternyata Bukan Kebohongan

    Hari-H pernikahan Vincent dan Lisa semakin dekat, dengan hitungan hari yang semakin berkurang. Kedatangan keluarga Lisa dari Italia telah menjadi momen yang sangat dinantikan. Di tengah suasana persiapan yang kian sibuk, Nyonya Rose telah menyusun rencana untuk menyambut mereka dengan sebuah jamuan makan malam di sebuah hotel mewah terbaik di Jakarta. Di sana pula tempat menginap bagi para tamu dari keluarga Lisa yang telah tiba dari Italia. Ketika Nyonya Rose dan Tuan Rain memasuki restoran di hotel itu, sorot mata mereka segera tertuju pada seorang pria tua yang duduk di sebelah Lisa. Tuan Rain, yang pertama kali melihatnya, mendesis pelan. “Dante?” gumamnya dengan suara rendah, matanya menyipit saat mencoba mengidentifikasi sosok tersebut. Semua orang memandang kehadiran Nyonya Rose dan Tuan Rain dengan tatapan hormat disertai senyuman hangat di mata mereka, termasuk pria berambut putih di sana. Pada saat itulah, Tuan Rain mengamati lagi pria tua yang ada di sebelah Lisa itu denga

DMCA.com Protection Status