Tampak kesibukan para pegawai yang mulai mempersiapkan menu dan meja-meja agar rumah makan itu dapat siap menyambut para pengunjung yang datang mulai pukul sepuluh nanti. Jam operasional rumah makan memang dimulai pada jam itu dan diakhiri pukul sepuluh malam nanti, bahkan kadang-kadang sampai pukul sebelas malam jika akhir pekan.
Widya mengumpulkan para pegawainya dan mengenalkan Hanun kepada mereka. Setelah saling bersalaman dan memperkenalkan diri, Hanun mulai berdiskusi dengan Arman, yang selama ini berperan sebagai manajer operasional rumah makan tersebut.Laki-laki yang berusia hampir empat puluhan itu memang telah bekerja sejak awal rumah makan berdiri, walaupun awalnya hanya sebagai pelayan biasa saja. Melihat kinerjanya yang sangat baik, Widya mempercayakan operasional rumah makan kepadanya sejak pindah ke Bali.Kepada Arman, Ranti secara pribadi meminta agar dapat bekerjasama dengan Hanun karena Hanun nantinya akan fokus di bagian keuangan. LakiKepala Hanun berputar ke arah kiri mencari asal sumber suara. Dugaannya tak salah, suara itu berasal dari sosok yang cukup mengganggu ketenangannya akhir-akhir ini. Tak salah lagi, Rindu sedang berdiri sambil memandang ke arahnya. Hanun melangkah dengan gontai, tanpa semangat sama sekali seperti biasanya. Dengan rasa malas yang mendera, Hanun berjalan mendekati Rindu.Rindu langsung menyambut Hanun dengan pelukan seperti biasanya. Hanya saja Hanun tak lagi terlalu antusias untuk menyambut pelukan itu saat ini. Hatinya masih tak nyaman dengan kenyataan jika Rindu, sahabatnya sejak kecil itu ternyata cukup pandai menyimpan rahasia.Menggunakan nomor kontak lain untuk berhubungan diam-diam dengan suaminya. Melakukan pertemuan rutin yang entah sejak kapan dimulai mereka. Bahkan mengabadikan momen kebersamaan mereka berdua lewat bidikan kamera.Hanun yakin bukan hanya satu foto yang ditemukannya di laci meja kerja Zaidan saja yang mereka simpan
“Terima kasih, Rin. Tapi aku tak bisa lama-lama. Hanya mengobrol saja sebentar ya! Tak bisa makan. Kebetulan aku juga lagi menunggu temanku yang lagi bersiap-siap di dalam sana," tukas Hanun sembari mendudukkan tubuhnya di kursi kosong yang ada di hadapan Rindu. Sementara wanita yang bernama Nindy itu tampak sibuk dengan gawainya. Tak menghiraukan pembicaraan yang terjadi antara Hanun dan Rindu."Kenapa harus buru-buru, Nun? Kita sudah lama tak bertemu kan? Santai dulu lah!" tukas Rindu sembari menunjukkan wajah yang cemberut."Kamu masih tak mau memberitahu aku siapa pencuri hatimu itu, Rin? Aku yakin laki-laki itu bukanlah laki-laki biasa untukmu. Aku membaca dengan jelas keterangan foto yang kamu tuliskan saat itu. Masih mau mengelak dengan sahabatmu sendiri?" tukas Hanun dengan senyum yang tak pernah lepas dari lengkung bibirnya.Tampak kegugupan itu kembali terlihat di wajah Rindu. Namun Hanun memilih pura-pura tidak tahu. Bukan dirinya yang
Hanun menikmati aktivitas kesehariannya sekarang. Setelah menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah dan menyiapkan makanan untuk makan malam, Hanun pergi ke rumah makan. Hanya menyiapkan saja, sajian makan malam akan dimasaknya sore hari setelah menjemput Almira sepulangnya dari rumah makan milik Widya.Memeriksa pemasukan hari sebelumnya, melakukan pembayaran untuk berbagai kebutuhan rumah makan dari beberapa pemasok yang sudah menjadi langganan tetap serta memastikan tidak ada masalah yang berkaitan dengan operasional di kedua rumah makan tersebut. Untuk hal yang terakhir, Hanun berkoordinasi dengan Pak Arman dan Wahyu. Hanun tanpa diminta sering mengusulkan beberapa strategi penjualan kepada Widya untuk meningkatkan omset mereka. Ternyata, beberapa usulan yang diutarakan Hanun sukses untuk meningkatkan laba rumah makan Widya. Tak ayal, bonus bulanan selalu dapat diperoleh para pegawai kedua rumah makan itu.Menjelang jam pulang sekolah Almira, Hanu
“Tanpa bekerja pun, saya yakin suami Bu Hanun mampu memenuhi semua kebutuhan Ibu. Bapak seorang manajer kan?” tanya Pak Arman seraya tersenyum“Alhamdulillah, Pak. Hanya saja saya yang jenuh terus di rumah sendirian," balas Hanun sembari terkekeh“Belum ada niat tambah lagi buat adeknya Almira, Bu? Nanti jaraknya kejauhan lho!”“InsyaaAllah nanti mau, Pak. Sekarang ini hitung-hitung bantu Widya juga. Kasihan anaknya Yasmin dibawa bolak-balik terus. Nanti kalau Yasmin sudah besar mungkin saya kembali full jadi ibu rumah tangga lagi. Yah, hitung-hitung sekarang masa penyegaran saja Pak.” Lagi-lagi Hanun harus melepaskan senyum lebar palsunya. Mencoba menepis luka yang masih terasa perihnya.“Alhamdulillah selama dipegang Bu Hanun, omset kita meningkat. Ide Ibu untuk mengadakan promo di saat-saat tertentu benar-benar menjadikan suatu pancingan buat para tamu kita. Saya senang, terutama dengan bonus yang kita dapatkan hehehe ….”
“Mas Yusuf? Tadi aku hampir tidak mengenali Mas. Agak berubah sekarang auranya,” ujar Hanun sembari tertawa.“Duduk dulu, Nun! Makan siang bareng yuk! Oh ya, kenalkan ini istriku, Sekar. Aku menikah dua tahun yang lalu. Dan ini anak kami, Dirga,” balas laki-laki yang merupakan mantan suami Rindu itu dengan wajah yang bahagia. Jelas sekali kebahagiaan itu terpancar dari wajah lelaki yang pernah menjadi suami Rindu itu.Sebenarnya Hanun tak mau berlama-lama di sini. Pekerjaan di rumah makan berikutnya sudah menunggu agar dapat tepat waktu pulangnya nanti. Namun, ada sesuatu yang menggelitik hatinya melihat kehadiran Yusuf, mantan suami Rindu ini. Apalagi dengan keberadaan Dirga, bocah yang diakui Yusuf sebagai anaknya itu. Apakah ini bukti pengkhianatan lelaki ini dulunya?Menikah baru dua tahun yang lalu? Padahal pernikahan mereka berakhir lima tahun yang lalu karena Yusuf yang tak dapat menerima kenyataan jika Rindu mandul. Tak akan mampu memberikannya ke
Yusuf kembali memejamkan matanya. Menghela napas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. “Maaf, harus mengetahui semuanya sekarang, Nun. Mas dan Rindu sama-sama mandul. Maka sebenarnya tak ada alasan bagiku untuk memilih wanita lain hanya dengan dalih untuk mendapatkan keturunan. Bagaimana bisa Mas melakukannya saat Mas sendiri tak akan pernah dapat memiliki keturunan dengan wanita manapun?”Kata-kata yang diucapkan Yusuf benar-benar bagai bom waktu yang siap meledak beberapa saat lagi. Sungguh, Hanun tak pernah menyangka kenyataan yang terjadi dalam mahligai rumah tangga mereka sebenarnya. Lantas mengapa Yusuf dikabarkan memilih wanita lain sebagai selingkuhannya dan meninggalkan Rindu saat itu? Hanun yang menemani Rindu saat persidangan di pengadilan agama saat itu menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana pengakuan itu terjadi. Menangkap lantunan kata dengan indera pendengarannya sendiri. Yusuf dengan terus terang mengakui ketidaksetia
“Tak ada yang harus Mas pertimbangkan lagi saat itu. Kamu tahu Nun, kedua orang tua Mas telah meninggal saat itu. Memenuhi permintaan Rindu. Itu upaya yang dapat Mas lakukan terakhir kalinya agar dia dapat bahagia. Barangkali orang yang mengetahui masalah ini akan berpikir jika Mas tak lebih seorang pecundang. Suami yang gagal mempertahankan rumah tangganya karena menginginkan kebahagiaan untuk istrinya.”Hanun meraih botol minuman yang berada di dalam tasnya. Ternyata, butuh banyak energi untuk mampu mendengarkan semua luka yang dibuka Yusuf pada akhirnya. Jujur, Hanun tak menyangka akan melewati hari seperti ini. Semuanya begitu mengejutkan, dalam mimpi pun Hanun tak pernah mengalaminya.“Maaf, jika aku telah berburuk sangka kepada Mas selama ini. Aku telah mengganggap Mas sebagai laki-laki paling picik saat itu. Meninggalkan seorang istri yang tak berdaya karena tak mampu memberikan keturunan untuk suaminya. Dan wanita itu adalah sahabatku kala itu," tut
Lafaz syukur terucap dari bibir Hanun saat mobilnya memasuki area parkir rumah makan di Jalan Melati itu. Butuh perjuangan yang tak mudah saat harus fokus menyetir dengan pikiran yang mengembara kemana-mana. Menghela napas panjang dan mencoba mengembuskannya perlahan. Ada lara yang menyelinap dalam ruang hati Hanun saat kembali mengingat berbagai kenyataan yang akhirnya keluar dari bibir Yusuf tadi. Mengapa Hanun baru mengetahuinya sekarang? Mengapa Rindu yang pernah dianggapnya sebagai sahabat menutupi hal-hal sepenting itu dari dirinya?Beragam pertanyaan berputar-putar di kepala Hanun. Ada banyak tanya yang membuat seketika di benaknya setelah mendengar semua fakta yang diungkapkan Yusuf tadi. Siapakah lelaki itu? Siapakah sosok yang dicintai Rindu dalam diamnya selama ini?Hanun kembali menghela napasnya. Mengulanginya beberapa kali sampai wanita itu merasa sedikit nyaman dengan himpitan sesak yang tadinya cukup menyiksa. Hanun mencob