Sementara di Depok, Sopian terlihat sedang asik makan siang bersama salah satu teman se-profesinya bernama Aswal. Mereka berteman baik saat pendidikan di kampus dan sering menginap di kostan masing-masing karena Aswal juga merupakan pendatang dari Semarang.
“Wal, lo jadi nikah bulan depan sama si Merry?” tanya Sopian pada Aswal yang berencana menikahi gadis dan sudah dia pacari sejak tiga tahun lalu.
“Kayaknya gak jadi bulan depan, nih, mendadak bulan depan gue ada urusan ke Samarinda selama tiga bulan. Jadi, mau tak mau terpaksa diundur!” sahut Aswal terlihat kecewa.
“Yah, gagal dong goyang ngebornya. Kasihan amat lo, Wal, sudah siap-siap malah diundur!” celetuk Sopian menyayangkan kejadian yang menimpa Aswal.
“Tak apa-apa diundur daripada lo, jangankan rencana, cewek pun tak ada, hehehe …,” balas Aswal menyudutkan Sopian.
“Sompret lo. Benar banget kalau hina gue. Maklumlah, Wal, gue seorang jones!” sahut Sopian menerima nasib membujangnya yang masih setia dia sandang hingga kini.
“Emang lo kenapa putus sama Wiwik, pacaran sudah lama juga. Kenapa gak balikan saja terus nikah?” ucap Aswal membahas Wiwik yang sudah dicerai Sopian sejak dua tahun lalu.
“Enggaklah, Wal. Gue sama Wiwik sudah jadi teman saja sekarang. Ada hal yang gak bisa kami sepakati dan lebih memilih pisah saja. Lagipula gue dengar dia sudah punya cowok juga dan sudah bertunangan,” tutur Sopian dengan raut datar.
“Cieee, hati lo maur dong dengar dia sudah move on duluan!” ledek Aswal cengengesan.
“Lo kira gue beras pera pakai acara maur segala. Sudahlah, jangan bahas Wiwik, ganti topik lain saja, misal bahas si Ririn yang denok demplon itu. Gimana kabarnya sekarang, ya?” papar Sopian mengganti topik.
Keduanya yang memiliki otak koslet nampak tertawa terbahak membicarakan hal yang awalnya serius dan berujung mesum. Keduanya memang sahabat sompret dalam banyak hal, tapi akan bersikap tenang dan berwibawa ketika bekerja serta sangat profesional.
Di tengah gelak tawa keduanya yang sudah berlangsung sekitar satu jam, tiba-tiba mata Sopian melihat sosok yang sangat dikenalnya sedang berjalan sendiri sambil melihat-lihat sebuah toko pakaian yang ada di seberang cafe tempatnya bersama Aswal.
“Lihat apaan, sih, lo sampai miring-miring begitu? Jangan bilang lihat bemper cewek, deh!” oceh Aswal yang melihat Sopian memandang saksama ke depan.
Tak mendapat jawaban dari Sopian, Aswal mengikuti arah mata Sopian dan mendapati seorang wanita gendut dengan celana pendek sepaha, kaos maroon serta ada dua lipatan di perut, dan di mana-mana pada bagian tubuhnya yang subur.
“Ajiiiip, selera lo dahsyat banget sekarang. Sejak putus sama Wiwik langsung banting setir sama yang empuk-empuk gitu. Sumeng otak lo rupanya!” gumam Aswal tak habis pikir dengan selera Sopian yang seperti itu.
“Empuk apaan sih, Wal. Gue gak sumeng juga kaleee!” sahut Sopian menyangkal tuduhan Aswal.
“Lo tunggu di sini. Gue ke depan bentar!” seru Sopian yang langsung bangkit dari duduknya dan meninggalkan Aswal yang geleng kepala.
“Gila bocah. Segitu terpesonannya sama cewek tambun begitu!” gerutu Aswal menatap kepergian Sopian yang terlihat berlari kecil.
Tak menunggu lama, akhirnya Sopian kembali ke tempat di mana Aswal duduk sendiri yang sedang mengesap kopi sambil memainkan handphone di tangannya. Matanya beralih menatap kedatangan Sopian dan terdiam melihat ada orang lain bersamanya. Matanya menelisik orang tersebut dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Wal, kenalin. Ini Haruna, anak dari Om Reyhan, kembarannya Om Reynold yang pernah ketemu kita beberapa bulan lalu di resepsian Dr. David!” ucap Sopian pada Aswal yang bingung melihat kehadiran seseorang.
“Oh, ya. Saya Aswal, teman kuliah Sopian saat kuliah,” sahut Aswal mengulurkan tangan kanannya.
“Saya Haruna,” balasnya seraya meraih uluran tangan Aswal.
Haruna akhirnya duduk dengan dua pria tampan yang ada di hadapannya kini. Aswal masih saja menelisik Haruna dengan tatapan bingung sekaligus memuji kecantikannya karena baru pertama kali bertemu.
“Gue baru tahu kalau Om Reyhan punya anak cewek cantik begini!” seru Aswal yang masih tak percaya.
“Jangan terpesona dulu, Wal. Haruna memang cantik, tapi wujud aslinya mirip Grandong!” celetuk Sopian terkekeh geli. Tanpa ragu, Haruna yang belum mengeluarkan taringnya langsung mencubit lengan Sopian, sehingga terdengarlah pekik kesakitan Sopian karenanya.
“Awwwww!” keluh Sopian meringis kesakitan.
“Enak saja gue dibilang kayak Grandong. Grandong yang mirip gue!” sanggah Haruna mengeluarkan wujud aslinya.
“Apa bedanya, Nana!” seru Sopian lagi.
“Ya bedalah. Lo tanya saja sama si Grandong kalau gak percaya!” imbuh Haruna masih mengelak.
Aswal yang melihat debat keduanya hanya memandang bingung. Namun, di mata Aswal, dia melihat dari sudut berbeda karena ada benang merah semacam tali semvak bikini yang menghubungkan sisi keduanya. Melihat interaksi mereka yang terus berdebat, Aswal hanya mampu mengulum senyum tanpa bicara atau menegahi.
“Kenapa lo senyum-senyum? Macam orang yang otaknya geser saja, Wal!” kata Sopian bingung melihat Aswal yang cengengesan macam kambing minta kawin.
“Gue lucu saja lihat kalian yang debat terus!” sahut Aswal dengan santai.
“Dia tuh cewek rese, Wal. Rumah saja bisa kayak pasar kaget kalau kedatangan dia!” jawab Sopian melirik malas pada Haruna.
“Idih, bisa banget katai gue rese. Lo yang rese! Sudah berisik ditambah omes lagi. Heleuh …,” balas Haruna tak terima.
“Apaan yang omes? Perasaan gue gak omes, ah, tapi kalau lo mau gue omesin, gue ayo saja!” bela Sopian lagi dengan muka menyebalkan.
“Sekali omes, ya tetap omes kali. Gara-gara doktrin lo, Lissa jadi ikut rusak pikirannya karena lo ajari dia cinta-cintaan mulu. Lihat saja nanti lo pasti kena tendang Kak Al kalau ke rumah!” tutur Haruna kesal dengan cara Sopian yang jago ngeles.
“Gue gak …,” kata Sopian yang terputus oleh kalimat Aswal berikutnya.
“Sudah! Daripada kalian terus-terusan debat, mending kalian cipokan sekarang juga. Pasti langsung diam kalian,” kata Aswal membuat keduanya melotot.
Bukan hanya mereka yang melotot, bahkan beberapa pengunjung yang mendengarnya ikut menoleh menatap mereka yang seketika bungkam dengan kalimat tajam Aswal. Beberapa orang ada yang menatap sinis dan ada juga yang justru terkekeh.
“Gila lo bicara kencang banget, malu kamvret!” omel Sopian.
“Sejak kapan lo punya malu? Biasanya juga lo malu-maluin!” sambar Haruna memutar bola matanya malas.
“Enak saja. Gue gak suka malu-maluin keles. Lagipula orang ganteng mah bebas mau apa pun dan yang penting gue ganteng, terus cewek-cewek pada naksir sama gue!” ucap Sopian dengan angkuhnya.
Malas berdebat terus terlebih rasa haus sudah menyambangi tenggorokannya, Haruna tak menimpali lagi dan tanpa izin langsung meraih gelas minum Sopian yang masih tersisa setengah, lalu meminumnya hingga tandas.
“Yah diminum!” celetuk Aswal menepuk jidatnya.
“Kenapa? Punya lo, ya? Minta sedikitlah!” sahut Haruna tersenyum tipis dengan wajah tak menyesal.
“Itu punya gue dan ada obat perangsangnya!”
“Hah?” gumam Haruna ternganga mendengar kata yang diucapkan Sopian barusan.“Lo tahu obat perangsang gak? Nah, itu ada di minuman yang lo minum barusan!” terang Sopian menatap jeli raut Haruna yang tak percaya.“Ngapain lo masuki obat begituan ke dalam minuman lo? Kurang kerjaan!” seru Haruna santai dan meraih sepotong kentang goreng. Sopian yang melihat Haruna dengan santainya meraih kentang mil
“Aku pulang naik taxi saja!” seru Haruna yang langsung balik badan.Masih bisa mendengar ucapan Haruna barusan, Sopian bermaksud mengejar, tapi tiba-tiba terdengar ada suara memanggilnya, hingga langkahnya terhenti untuk mengejar Haruna yang sudah berlalu.“Sopian!”
Berdiri menatap pintu yang tertutup, Pupe melangkah mendekat dan menyentuh gagang pintu, lalu didorongnya perlahan.‘Ceklek’Pintu terbuka dan membuat orang yang ada di dalam ruangan menoleh pada arah di mana Pupe berdiri dengan tangan kiri masih memegang gagang pintu.
‘Plak’Sebuah raket nyamuk kembali mendarat di lengan Sopian yang menjerit kaget karena tersengat.
“Pak Mike!” gumam Pupe ketika bertemu pandang dengan Mike yang tersenyum melihatnya di dekat pintu. Tersenyum manis, Nisa menghampiri Pupe yang terkejut melihat kedatangan mereka dan menatap secara bergantian serta terkesiap ketika Nisa sudah berada di hadapannya.“Dengan Kak Pupe?”
Di kediaman Aldy, Sopian sedang disibukkan mengurus dua tuyul yang serba ribet karena akan diajak jalan-jalan olehnya ke taman bermain. Selain itu, Aldo juga meminta Sopian untuk mengantarkannya ke toko buku karena ingin membeli komik Naruto kesukaannya serta Lissa yang meminta dibelikan boneka barbie model terbaru. Merasa senang walaupun kewalahan, Sopian mempunyai ide cemerlang untuk meminta bantuan pada Haruna untuk menemaninya.
Kedua mata Lusi yang baru beberapa menit terjaga, membulat sempurna mendengar kalimat Nisa yang meluncur bagai kran bocor. Lusi menatap Pupe yang kini menggaruk kepalanya bingung.“Nak, apa maksud dari yang dia katakan?” tanya Lusi menuntut penjelasan pada Pupe yang salah tingkah.
Haruna yang sedang mengunyah cireng, tiba-tiba menghentikan kunyahannya. Matanya menatap ke depan di mana Aldo dan Lissa sedang bermain ayunan sambil tertawa senang. Namun, berbeda dengan dirinya kini yang entah sejak kapan selalu merasa sakit setiap Sopian membicarakan wanita itu. Wanita yang sudah menjadi mantannya kini. Mata Haruna perlahan memanas, dia mendongakkan kepalanya menatap langit yang sedikit mendung, dan berangin serta menerpa wajahnya.
Enam bulan sudah berlalu. Rumah tangga Mike dan Sopian terlihat bahagia dan harmonis. Tiap akhir pekan, mereka masih melanjutkan kebiasaan lama untuk berkumpul dan berhubung semua sudah menikah, maka acara kumpul saat akhir pekan dilakukan bergantian dari rumah ke rumah. Kondisi perusahaan juga berjalan lancar dan terdengar kabar jika tangan kanan Mike, Jovan, sedang jatuh cinta pada seorang gadis dengan kondisi ekonomi tak jauh berbeda dengan Pupe. Mengetahui hal itu, Mike tentu sangat mendukung Jovan untuk mendepatkan pujaan hatinya dan tak memperdulikan status sosial gadis tersebut. Mendapat dukungan penuh dari Mike yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri, tentu membuat hati Jovan menjadi lebih semangat untuk mendapatkannya.“Namanya siapa, Jo?” tanya Mike sambil menutup koran yang baru saja dibaca. Matanya menatap wajah Jovan yang tengah mengulas senyum. Senyum pria yang sedang kasmaran dan mengingatkan akan dirinya saat baru mengenal Pupe.“
“SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA, HARUNA SETIAWAN BINTI REYHAN SETIAWAN DENGAN MAS KAWIN SEPERANGKAT ALAT SHOLAT DIBAYAR TUNAI.”“Bagaimana para saksi?” tanya penghulu sambil menoleh ke kiri dan ke kanan.“SAH!” jawab semua yang hadir.“Alhamdulillah,” ucap lega semua yang hadir.Penghulu membaca untaian doa bagi kedua pengantin dan diaminkan oleh semua yang hadir. Proses ijab qobul berjalan penuh hikmat dihadiri oleh keluarga besar Setiawan dan Sopian serta kerabat juga kolega. Acara diselenggarakan di salah satu hotel milik Setiawan yang ada di Bandung dan berbeda dengan hotel tempat Mike saat menikah. Namun, resepsi tetap mengusung Garden Party seperti biasanya dan didominasi warna putih. Senyum kelegaan terlihat begitu jelas di wajah kedua mempelai. Tanpa ragu, Haruna mencium punggung tangan kanan Sopian dan dibalas kecupan di kening diiringi doa yang Sopian lafalkan dalam hati. Setelah itu, kedu
Dua minggu sudah berlalu, Mike dan Pupe sudah kembali dari Bali. Rencanan bulan madu ke Eropa terpaksa diurungkan untuk sementara karena Pupe yang ingin ke negara bersalju, sedangkan saat ini Eropa sedang musim panas dan pasti sangat terik. Lusiana memutuskna untuk tinggal bersama Pupe di kediaman Mike dan tak mungkin juga Pupe tega meninggalkan ibunya sendiri di rumah sederhana, sedangkan dia hidup di rumah mewah. Keputusan Lusi membuat Mike sangat bahagia karena bisa berkumpul dan tak cemas.Berita Haruna dan Sopian yang sudah mengutarakan perasaan masing-masing mendapat sambutan heboh di keluarga, terutama Nisa yang langsung menyiram air bekas cucian mobil ke tubuh Sopian yang baru datang sebagai luapan rasa bahagia, agar membuang sial yang selama ini melekat pada Sopian.“Merasa kotor aku, Dek!” oech Sopian yang sudah basah kuyup dan ditertawakan oleh Lissa dan Aldo yang ikut menyiram dengan kran yang menyala.Tak ayal, Sopian beserta dua tuyul m
Viona tengah bersiap untuk pulang karena jam dinding sebentar lagi menunjukkan pukul 4 sore. Semua berkas telah dia selesaikan tepat waktu dan tersusun rapi di rak susun yang ada di sebelah kiri komputer serta telah mati. Dia memeriksa semua kelengkapan barang dan memasukkannya ke dalam tas berwarna hitam hingga tak lama berselang terdengar bunyi bel. Saat dia akan beranjak dari duduknya, tiba-tiba terdengar sebuah notif pesan dan terpaksa duduk kembali untuk mengecek siapa gerangan yang mengirimkan pesan. Diraihnya handphone berwarna pink miliknya dan terperangah mendapati siapa yang mengirimkan pesan.“Idrus?” gumamnya pelan dengan kening berkerut.Dia membaca isi pesan dengan saksama serta berulang untuk memastikan jika dia tak salah membaca. Kedua alisnya mengkerut seolah tak percaya setelah membaca pesan itu yang tentu tak diduganya.“Untuk apa dia ingin bertemu denganku? Apa karena Mama yang pinta?” tebak Viona menduga motif Idrus y
Di sebuah kamar nan luas, sepasang pengantin baru terlihat selesai mandi siang bersama karena kegiatannya mencicil projek Eduro yang sudah dirancang agar tercapai dalam waktu tiga bulan sesuai kesepakatan keduanya. Tidak, lebih tepatnya pihak pria yang ingin penerus Eduro segera lahir. Demi tercapainya projek tersebut, pria yang tak lain adalah Mike selalu meminta pada Pupe untuk mencicil hampir tiap hari dan membuatnya kelelahan karena menuruti keinginannya tersebut. Seperti sekarang ini, setelah selesai mandi siang, Mike membiarkan Pupe untuk kembali tidur setelah menyantap makan siangnya. Tubuhnya terasa letih karena hampir setiap hari, Mike mengajaknya untuk menjalankan ritual patungan. Melihat Pupe yang dengan cepat terlelap, Mike hanya tersenyum dan tak mengganggunya.Langkahnya pelan menuju kolam renang yang menyatu dengan kamar tidur dan hanya tersekat oleh kaca jendela besar. Dari luar, Mike tetap bisa melihat Pupe yang tengah tertidur dengan selimut yang menut
Sejam sudah berlalu dan sesi curhat Sopian pada Aldy sudah selesai serta tinggallah dia sendiri karena Aldy ada jadwal meeting. Wajahnya terlihat sumringah karena setelah menjelaskan panjang lebar dan sempat debat alot, akhirnya Aldy percaya dengan ucapannya mengenai kehamilan Wiwik. Tak lupa pula, Sopian menujukkan pada Aldy bukti chat antara dia dan Wiwik yang tentu membuat hati Aldy lega karena kebenaran telah terungkap serta hati Haruna yang terluka akan segera terobati jika tahu kebenarannya. Mengantongi restu dari Aldy tentu membuat Sopian tak sabar bertemu Haruna dan harus menunggu sejam lagi menuju jam pulang.Di dalam ruangan, Sopian menghilangkan rasa jenuhnya melihat jajaran buku yang tersusun rapi dan berkaitan dengan buku bisnis yang tentu sedikit diketahui oleh Sopian yang berprofesi sebagai dokter gigi. Sambil membaca sekilas, tiba-tiba terdengar pintu yang dibuka dan sontak membuat Sopian menoleh dan mendapati jika Haruna yang membuka pintu.&l
Sopian menghentikan laju langkahnya. Sosok Aldy tiba-tiba muncul tak diundang dan entah dari mana datangnya. Aldy menatap penuh selidik pada Sopian yang cengengesan seperti orang gila.“Eh, ada Kak Aldy!” ucap Sopian berbasa basi.“Mau ke mana lo?” tanya Aldy mengulangi pertanyaannya.“Mau ke situ, Kak!” jawab Sopian cepat.Kepala Aldy menatap arah telunjuk Sopian dan mengarah pada pintu ruangan Haruna yang tertutup. Tatapan Aldy kembali pada Sopian yang tengah tersenyum dan memamerkan giginya yang putih.“Ada urusan apa?” tembak Aldy tak mau basa-basi.“Ngapel, Kak. Kangen aku sama Haruna,” sahut Sopian tak tahu malu dan membuat Aldy melotot.‘Plak’Sebuah pukulan mendarat dengan sempurna di kepala Sopian yang membuatnya kaget. Aldy langsung meraih kerah kemeja Sopian dan menyeretnya masuk ke ruangan yang bersebelahan dengan Haruna karena menjabat
Seminggu sudah berlalu sejak pernikahan Mike dan Pupe diselenggarakan. Sebagai pemilik Eduro Group, Mike sesuka hati meliburkan diri dan tak datang ke kantor serta menyerahkan bebannya pada Jovan. Kondisi di perusahaan bejalan sebagaimana mestinya, kecuali Viona yang terlihat malas dan tak bergairah. Selain itu, Mike juga meminta Jovan untuk mengawasi gerak-gerik Viona selama di perusahaan yang tentu dituruti olehnya.Saat ini, Viona sedang sibuk dengan berkas yang menumpuk di mejanya. Sejak pernikahan Mike, pikiran dia menjadi tak fokus dan memikirkan ucapan ibunya pula untuk kembali pada mantan suami. Hal itu terus terngiang di pikirannya berulang-ulang.“Bisa saja aku kembali pada Idrus, tapi aku masih penasaran dengan Mike dan aku ingin memilikinya. Sial!” gumam Viona sambil memijat pelipisnya yang sakit sejak beberapa hari lalu dan tak kunjung reda.Di tengah kegundahannya, sebuah ketukan di pintu terdengar, hingga tak berapa lama Fina muncul sa
Wiwik sedang duduk di ruang tengah sambil menonton tv. Sesekali tangannya meraih kacang goreng dan memasukkannya ke mulut. Di meja tergeletak handphone miliknya yang sudah beberapa kali berdering dan dia abaikan. Dari arah dapur, Mbak Ijah datang sambil membawa nampan berisi segelas susu hangat yang tak lain adalah susu hamil. Ya, Mbak Ijah sudah tahu jika majikannya tersebut tengah hamil muda. Diletakkannya gelas itu ke meja yang hanya dilirik oleh Wiwik karena begitu fokus menatap layar tv dan menayangkan film “Azab”.“Judul itu bukannya sudah pernah diputar, Neng?” tanya Mbak Ijah yang duduk di samping Wiwik.“Mbak sudah nonton?” kata Wiwik balik bertanya.“Sudah. Nanti suaminya mati itu kesamber gledek dan nyungseb di sawah!” sahut Mbak Ijeh yang masih mengingat jalan cerita.“Hafal mati, ya, Mbak?” timpal Wiwik.“Hahaha ... hafal dong. Apalagi yang tayang sore hari dan lagunya d