Dear Diary...Awalnya, hidupku baik-baik saja.Aku memiliki keluarga yang lengkap.Ayah yang menyayangiku, Ibu yang begitu memperhatikan aku dan seorang adik yang begitu aku cintai.Dia, saudara kembarku, Kinara.Hidup kami sempurna dan lengkap hingga pertengkaran itu terjadi.Pertengkaran besar antara Ayah dan Ibu yang berujung pada perpisahan.Saat itu, aku dan Kinara masih terlalu kecil untuk mengerti akan masalah yang sedang dihadapi kedua orang tuaku hingga mereka akhirnya memutuskan untuk berpisah.Perceraian itu menjadi pembuka jalan gelap dalam hidupku.Ibu pergi membawa serta Kinara, meninggalkan aku bersama Ayah di Palembang.Sejak kepergian Ibu, hidupku berubah.Perilaku Ayah berubah.Dan semua berlangsung hingga aku besar.Ayah larut dalam dunianya sendiri. Dalam kehidupannya yang tak sehat.Dia seringkali pulang dalam keadaan mabuk dan membawa pelacur ke rumah.Kamarnya penuh dengan lendir menjijikan yang membuatku kerap ingin muntah karena harus membersihkannya.Semua te
FLASH BACK ON..."Kinara, jawab pertanyaanku, sejak kapan kamu mengenal Linggar?" Tanya Kenari saat itu begitu Linggar pergi dari apartemen."Sejak aku masih SMA," jawab Kenari yang sesekali meringis akibat rasa nyeri yang masih terasa akibat pukulan tinju Linggar di wajahnya tadi."Kenapa bisa-bisanya kamu terlibat hubungan dengan lelaki kasar macam itu? Hah? Dia itu lelaki gila! Dia tahu kamu sekarang sudah menikah tapi masih saja dia mengganggumu!" Oceh Kenari tak habis pikir. "Jadi sekarang kamu hamil? Hamil anak Linggar atau anak Malik?" Tanya Kenari.Kinara diam saja.Kenari beranjak dari duduknya di sofa beringsut ke sofa yang diduduki Kinara. "Ki, jawab Kakak, janin di dalam rahimmu ini anak Linggar atau anak Malik?"Kinara malah menangis.Kenari jadi mengesah berat. Perempuan itu menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa seraya menatap langit-langit apartemen. "Awalnya aku berpikir, hidupmu bersama Ibu di sini baik-baik saja Ki. Aku bahkan sempat membenci kalian karena sudah mel
Malik menutup sejenak buku diary di pangkuannya, setelah dia menandainya di halaman terakhir yang dia baca.Entah kenapa, kepalanya mendadak pening.Lelaki itu memijat pangkal hidungnya seraya memejamkan mata.Kenyataan demi kenyataan yang harus dia ketahui hari ini membuat Malik semakin dilanda dilema berkepanjangan.Terlebih, atas kebodohannya yang sama sekali tak menyangka jika dahulu itu, dirinya sempat menjalani kehidupan bersama Kenari."Mas, mau aku ambilkan obat?" Ucap Isna yang jadi mengkhawatirkan kondisi Malik.Malik menggeleng tanpa menjawab.Kedua mata lelaki itu masih terpejam.Dalam diam, Malik seolah mengais kembali sisa-sisa kenangan yang dia miliki semasa Kinara masih hidup dahulu.Tentang kapan tepatnya, Kenari menyamar menjadi Kinara di hadapannya.Dan fakta membuktikan bahwa apa yang sempat dipikirkan Isna benar adanya.Hanya saja, Malik terlalu bodoh untuk menerka semua itu lebih awal.*****FLASH BACK ON..."Wah, tumben kamu masak? Ada acara apa nih?" Tanya Mali
Sebuah mobil dipacu dengan kecepatan penuh.Satu lokasi yang hendak dituju Malik yaitu sebuah kampus di mana seorang pemuda bernama Julian kini menimba ilmu.Sebuah universitas tinggi swasta terkenal di Jakarta.Begitu mendapati bahwa video yang seharusnya disembunyikan oleh Julian kini justru malah terkirim ke nomor ponsel sang istri, Malik jelas terkejut, terlebih dia marah karena merasa sudah dipermainkan oleh anak ingusan macam Julian.Malik benar-benar tak habis pikir dengan kenekatan Julian.Apa sebenarnya yang diinginkan Julian?Pemuda brengsek itu benar-benar ingin mencari masalah dengannya!Bahkan setelah Malik membebaskannya dari jeratan hukum atas kasus Hasna.Dalam posisi kalut, Malik terus menyetir mobil dan sesekali dia tampak mencoba untuk menelepon seseorang.Fokusnya menyetir benar-benar terpecah.Dia terus mencoba menghubungi nomor ponsel Julian meski tak juga tersambung.Argh!Sial!Umpat Malik seraya membanting ponselnya ke jok mobil di sampingnya.Malik menambah k
"Hasna, ayo pulang!" Ajak Isna pada sang adik ketika Isna merasa waktunya hanya terbuang percuma sejak tadi.Seharusnya dia tidak datang ke tempat ini.Seharusnya, dia menemui Malik di kantor polisi daripada mengurus masalah tidak penting seperti ini."Hasna! Kamu dengar Mba nggak? Ayo pulang!" Isna hendak menarik tangan Hasna ketika tangan Linggar justru menahan jemarinya."Hasna akan ikut bersamaku, benarkan Hasna?" Tanya Linggar pada Hasna. Perkataan Linggar saat itu bukan terdengar seperti sebuah pertanyaan, melainkan ancaman.Hasna terus menunduk. Terlihat sekali kalau remaja itu ketakutan.Isna menepis kasar jemari Linggar yang memegang pergelangan tangannya dan langsung menarik Hasna secara paksa, sayangnya Linggar tak juga menyerah.Lelaki itu hendak menggagalkan rencana Isna membawa Hasna, ketika tiba-tiba seseorang datang menghadang langkahnya."Lo mau ganggu mereka? Langkahin dulu mayat gue!" Ucap seseorang itu.Mereka kini berada di parkiran kafe yang didatangi Isna tadi.
Karena Linggar tak juga mau mengakui kejahatannya di hadapan Aryan, jadilah Aryan melakukan niatnya semula dengan membawa Linggar ke atas rooftop rumah sakit Sentosa.Sebuah tempat di mana terjadinya insiden pembunuhan belasan tahun yang lalu. Di saat seorang lelaki yang mengakui bahwa dia mencintai seorang wanita tapi justru malah melakukan tindakan tak terpuji dan tak berprikemanusiaan terhadap wanita yang dicintainya itu.Dan hebatnya, selama ini dia sukses menutupi semua kejahatannya itu dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam."Ayo turun!" Perintah Aryan pada seorang lelaki yang merupakan Ayah kandungnya.Mereka baru saja sampai di parkiran rumah sakit. Aryan sudah keluar dari mobil dan kini berdiri di sisi lain pintu mobil yang terbuka di mana Linggar masih duduk nyaman di dalam mobilnya."Buat apa kita ke sini?" Tanya Linggar dengan perasaannya yang semakin kacau.Dia tak ingin melaksanakan perintah Aryan, namun tak kuasa melawan. Posisinya benar-benar sulit saat ini
Setelah insiden masa lalu itu kembali terulang, Linggar ditangkap setelah Isna mengatakan pada pihak kepolisian bahwa Linggar telah membunuh Aryan.Saat itu, Linggar tidak banyak bicara.Lelaki itu mengakui semua kejahatan yang telah dia lakukan baik saat ini maupun kejahatannya di masa lalu.Kesaksian Shahnaz yang berhasil selamat dari maut setelah Linggar berupaya melenyapkannya, menjadi bukti kuat yang semakin memberatkan Linggar di pengadilan. Hanya saja, nasib anak perempuan Shahnaz tak ditemukan di sana. Baik Shahnaz maupun pihak kepolisian tak ada yang tahu di mana jasad anak itu berada hingga kuat dugaan polisi, jasad gadis bernama Vanilla itu sudah hancur di makan binatang buas.Selain Linggar, nama Julian pun ikut tersandung kasus tersebut karena disangkut pautkan telah melakukan pelecehan seksual terhadap Hasna dengan adanya bukti berupa rekaman kamera CCTV hotel. Terlebih setelah video Julian sedang tidur bersama seorang pelacur di sebuah hotel bintang lima Jakarta terseba
Kenyataan bahwa kini Vanilla sang anak sudah tiada, membuat Malik sangat terpukul. Terlebih setelah Malik mengetahui penderitaan yang dialami Kenari selama wanita itu menjalani hukuman di sel tahanan seperti apa yang telah diceritakan Shahnaz padanya.Semua hal itu membuat Malik kembali tenggelam dalam perasaan sesal dan bersalah yang berkepanjangan.Setiap harinya selepas dia bekerja lalu mampir sebentar menengok keadaan Aryan di rumah sakit sebelum akhirnya kembali ke rumah, Malik pasti akan menyempatkan diri untuk mampir ke makam, Kenari.Sebuah makam besar yang memang dibuat khusus untuk seluruh narapidana yang menjadi korban dalam insiden kebakaran besar yang terjadi di lapas tempat Kenari di tahan lima Tahun yang lalu.Kebakaran itu banyak merenggut korban jiwa di mana kebanyakan para korban jasadnya sudah tak mampu dikenali lagi karena sudah benar-benar hangus terbakar.Dan salah satu dari korban itu adalah Kenari. Untungnya, dua tahun sebelum kebakaran itu terjadi, Vanilla iku