Beranda / Romansa / DUDA KHILAF / 56. SEBUAH ALASAN

Share

56. SEBUAH ALASAN

Penulis: Herofah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-25 09:22:13

FLASH BACK ON...

"Kinara, jawab pertanyaanku, sejak kapan kamu mengenal Linggar?" Tanya Kenari saat itu begitu Linggar pergi dari apartemen.

"Sejak aku masih SMA," jawab Kenari yang sesekali meringis akibat rasa nyeri yang masih terasa akibat pukulan tinju Linggar di wajahnya tadi.

"Kenapa bisa-bisanya kamu terlibat hubungan dengan lelaki kasar macam itu? Hah? Dia itu lelaki gila! Dia tahu kamu sekarang sudah menikah tapi masih saja dia mengganggumu!" Oceh Kenari tak habis pikir. "Jadi sekarang kamu hamil? Hamil anak Linggar atau anak Malik?" Tanya Kenari.

Kinara diam saja.

Kenari beranjak dari duduknya di sofa beringsut ke sofa yang diduduki Kinara. "Ki, jawab Kakak, janin di dalam rahimmu ini anak Linggar atau anak Malik?"

Kinara malah menangis.

Kenari jadi mengesah berat. Perempuan itu menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa seraya menatap langit-langit apartemen. "Awalnya aku berpikir, hidupmu bersama Ibu di sini baik-baik saja Ki. Aku bahkan sempat membenci kalian karena sudah mel
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
mungkin kerna itu kenari ada perasan ama malik andai aja malik duluan ketemu kenari pasti hidup mereka berdua bakal bahagia brsama anak mereka tpi takdir berkata lain masi penasaran apa yang terjadi waktu kinara bunuh diri aku yakin bangat klo kenari pasti ada alasan lanjut lagi thor semangat terus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DUDA KHILAF   57. VIDEO MESSAGE

    Malik menutup sejenak buku diary di pangkuannya, setelah dia menandainya di halaman terakhir yang dia baca.Entah kenapa, kepalanya mendadak pening.Lelaki itu memijat pangkal hidungnya seraya memejamkan mata.Kenyataan demi kenyataan yang harus dia ketahui hari ini membuat Malik semakin dilanda dilema berkepanjangan.Terlebih, atas kebodohannya yang sama sekali tak menyangka jika dahulu itu, dirinya sempat menjalani kehidupan bersama Kenari."Mas, mau aku ambilkan obat?" Ucap Isna yang jadi mengkhawatirkan kondisi Malik.Malik menggeleng tanpa menjawab.Kedua mata lelaki itu masih terpejam.Dalam diam, Malik seolah mengais kembali sisa-sisa kenangan yang dia miliki semasa Kinara masih hidup dahulu.Tentang kapan tepatnya, Kenari menyamar menjadi Kinara di hadapannya.Dan fakta membuktikan bahwa apa yang sempat dipikirkan Isna benar adanya.Hanya saja, Malik terlalu bodoh untuk menerka semua itu lebih awal.*****FLASH BACK ON..."Wah, tumben kamu masak? Ada acara apa nih?" Tanya Mali

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • DUDA KHILAF   58. KONFLIK

    Sebuah mobil dipacu dengan kecepatan penuh.Satu lokasi yang hendak dituju Malik yaitu sebuah kampus di mana seorang pemuda bernama Julian kini menimba ilmu.Sebuah universitas tinggi swasta terkenal di Jakarta.Begitu mendapati bahwa video yang seharusnya disembunyikan oleh Julian kini justru malah terkirim ke nomor ponsel sang istri, Malik jelas terkejut, terlebih dia marah karena merasa sudah dipermainkan oleh anak ingusan macam Julian.Malik benar-benar tak habis pikir dengan kenekatan Julian.Apa sebenarnya yang diinginkan Julian?Pemuda brengsek itu benar-benar ingin mencari masalah dengannya!Bahkan setelah Malik membebaskannya dari jeratan hukum atas kasus Hasna.Dalam posisi kalut, Malik terus menyetir mobil dan sesekali dia tampak mencoba untuk menelepon seseorang.Fokusnya menyetir benar-benar terpecah.Dia terus mencoba menghubungi nomor ponsel Julian meski tak juga tersambung.Argh!Sial!Umpat Malik seraya membanting ponselnya ke jok mobil di sampingnya.Malik menambah k

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • DUDA KHILAF   59. RAHASIA BESAR

    "Hasna, ayo pulang!" Ajak Isna pada sang adik ketika Isna merasa waktunya hanya terbuang percuma sejak tadi.Seharusnya dia tidak datang ke tempat ini.Seharusnya, dia menemui Malik di kantor polisi daripada mengurus masalah tidak penting seperti ini."Hasna! Kamu dengar Mba nggak? Ayo pulang!" Isna hendak menarik tangan Hasna ketika tangan Linggar justru menahan jemarinya."Hasna akan ikut bersamaku, benarkan Hasna?" Tanya Linggar pada Hasna. Perkataan Linggar saat itu bukan terdengar seperti sebuah pertanyaan, melainkan ancaman.Hasna terus menunduk. Terlihat sekali kalau remaja itu ketakutan.Isna menepis kasar jemari Linggar yang memegang pergelangan tangannya dan langsung menarik Hasna secara paksa, sayangnya Linggar tak juga menyerah.Lelaki itu hendak menggagalkan rencana Isna membawa Hasna, ketika tiba-tiba seseorang datang menghadang langkahnya."Lo mau ganggu mereka? Langkahin dulu mayat gue!" Ucap seseorang itu.Mereka kini berada di parkiran kafe yang didatangi Isna tadi.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-27
  • DUDA KHILAF   60. MASA LALU YANG TERULANG

    Karena Linggar tak juga mau mengakui kejahatannya di hadapan Aryan, jadilah Aryan melakukan niatnya semula dengan membawa Linggar ke atas rooftop rumah sakit Sentosa.Sebuah tempat di mana terjadinya insiden pembunuhan belasan tahun yang lalu. Di saat seorang lelaki yang mengakui bahwa dia mencintai seorang wanita tapi justru malah melakukan tindakan tak terpuji dan tak berprikemanusiaan terhadap wanita yang dicintainya itu.Dan hebatnya, selama ini dia sukses menutupi semua kejahatannya itu dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam."Ayo turun!" Perintah Aryan pada seorang lelaki yang merupakan Ayah kandungnya.Mereka baru saja sampai di parkiran rumah sakit. Aryan sudah keluar dari mobil dan kini berdiri di sisi lain pintu mobil yang terbuka di mana Linggar masih duduk nyaman di dalam mobilnya."Buat apa kita ke sini?" Tanya Linggar dengan perasaannya yang semakin kacau.Dia tak ingin melaksanakan perintah Aryan, namun tak kuasa melawan. Posisinya benar-benar sulit saat ini

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28
  • DUDA KHILAF   61. VANILLA DAN VANESSA

    Setelah insiden masa lalu itu kembali terulang, Linggar ditangkap setelah Isna mengatakan pada pihak kepolisian bahwa Linggar telah membunuh Aryan.Saat itu, Linggar tidak banyak bicara.Lelaki itu mengakui semua kejahatan yang telah dia lakukan baik saat ini maupun kejahatannya di masa lalu.Kesaksian Shahnaz yang berhasil selamat dari maut setelah Linggar berupaya melenyapkannya, menjadi bukti kuat yang semakin memberatkan Linggar di pengadilan. Hanya saja, nasib anak perempuan Shahnaz tak ditemukan di sana. Baik Shahnaz maupun pihak kepolisian tak ada yang tahu di mana jasad anak itu berada hingga kuat dugaan polisi, jasad gadis bernama Vanilla itu sudah hancur di makan binatang buas.Selain Linggar, nama Julian pun ikut tersandung kasus tersebut karena disangkut pautkan telah melakukan pelecehan seksual terhadap Hasna dengan adanya bukti berupa rekaman kamera CCTV hotel. Terlebih setelah video Julian sedang tidur bersama seorang pelacur di sebuah hotel bintang lima Jakarta terseba

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28
  • DUDA KHILAF   62. AIR MATA ISNA

    Kenyataan bahwa kini Vanilla sang anak sudah tiada, membuat Malik sangat terpukul. Terlebih setelah Malik mengetahui penderitaan yang dialami Kenari selama wanita itu menjalani hukuman di sel tahanan seperti apa yang telah diceritakan Shahnaz padanya.Semua hal itu membuat Malik kembali tenggelam dalam perasaan sesal dan bersalah yang berkepanjangan.Setiap harinya selepas dia bekerja lalu mampir sebentar menengok keadaan Aryan di rumah sakit sebelum akhirnya kembali ke rumah, Malik pasti akan menyempatkan diri untuk mampir ke makam, Kenari.Sebuah makam besar yang memang dibuat khusus untuk seluruh narapidana yang menjadi korban dalam insiden kebakaran besar yang terjadi di lapas tempat Kenari di tahan lima Tahun yang lalu.Kebakaran itu banyak merenggut korban jiwa di mana kebanyakan para korban jasadnya sudah tak mampu dikenali lagi karena sudah benar-benar hangus terbakar.Dan salah satu dari korban itu adalah Kenari. Untungnya, dua tahun sebelum kebakaran itu terjadi, Vanilla iku

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28
  • DUDA KHILAF   63. AWAL KEHIDUPAN BARU

    Setelah empat bulan lebih berlalu, akhirnya Aryan terbangun dari koma.Meski awalnya mental Aryan masih terlihat down akibat kejadian yang menimpanya sebelum ini, namun berkat dukungan dan ketulusan Isna, akhirmya Aryan bersedia untuk dipertemukan dengan Malik.Itupun setelah kondisinya membaik dan sudah dipindah ke ruang perawatan.Sebelum itu, Aryan selalu menolak jika Malik hendak melihat keadaannya ke dalam ruang ICU. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya ketika Malik memasuki ruang perawatan Aryan, pemuda itu pada akhirnya hanya bisa menangis dengan satu kata yang terus menerus terucap dari bibirnya, yaitu kata maaf."Aryan sudah menjadi beban Papa selama ini. Aryan nggak pantas mendapat kasih sayang Papa karena Aryan bukan darah daging Papa, maafin Aryan Pa... Maafin Aryan..." Ucap Aryan saat itu.Malik yang juga tak kuasa menahan tangis langsung memeluk Aryan. "Jangan pernah mengatakan hal itu lagi, Aryan. Sejak awal, kamu itu anak Papa, dan akan seperti itu seterusnya. Oke?" Uca

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-28
  • DUDA KHILAF   64. EPILOG

    Seorang lelaki tampak tergesa-gesa berjalan menyusuri lorong rumah sakit.Sebuah pesan yang dikirim seseorang padanya membuat perasaan si lelaki itu was-was dan khawatir luar biasa.Sebab si pengirim pesan mengatakan bahwa dirinya hendak bunuh diri jika si lelaki tidak segera datang menemuinya ke rumah sakit.Lelaki itu pun sampai di lokasi yang diberikan padanya, yakni lokasi di mana si pengirim pesan itu berada saat ini.Kedua bahu lelaki itu mencelos, saat melihat seorang wanita dengan masih mengenakan seragam rumah sakit kini berdiri di atas dinding pembatas rofftop. Tubuh ringkihnya sesekali bergoyang diterpa angin yang bertiup kencang."Ki, turun dari situ Ki! Jangan bertindak konyol Ki!" Teriak si lelaki pada wanita bernama Kinara itu.Kinara menoleh dengan tatapan matanya yang sendu. Wajahnya sudah sembab dengan air mata."Buat apalagi aku hidup? Mas Malik sedang berada di perjalanan ke sini untuk mengantarkan surat cerai! Dia mau menceraikan aku, Linggar! Dan semua itu gara-g

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-29

Bab terbaru

  • DUDA KHILAF   24. KETAKUTAN VANESSA

    "Mahessa mau ajak Wildan untuk bertukar pasangan malam ini dan dia bilang kalau kamu sudah menyetujuinya, benar begitu Nil?" tanya Vanessa yang langsung mengkonfirmasi ucapan Mahessa padanya tadi pagi setelah dia mendapat kesempatan untuk berbincang secara empat mata dengan Vanilla.Saat itu, sepasang wanita kembar tersebut sedang berada di salah satu area permainan ski di St.Moritz.Vanilla yang sedang menyesap cokelat panasnya seketika terbatuk mendengar ucapan Vanessa.Buru-buru dia meraih tissue untuk mengelap sudut bibirnya yang terkena coklat."Aku nggak salah dengerkan? Bertukar pasangan?" ucap Vanilla yang malah tertawa seolah apa yang diucapkan Vanessa hanyalah lelucon."Iya," jawab Vanessa mengangguk cepat.Lagi, Vanilla malah tertawa. "Kamu kenapa sih Nes? Dari kemarin kok ngomongnya ngaco terus?"Seketika kerutan di kening Vanessa menjelas. "Ngaco bagaimana?" tanyanya bingung. Tak habis pikir dengan sikap santai Vanilla yang kelihatan begitu tenang. Padahal jelas-jelas, Van

  • DUDA KHILAF   23. PROMISE

    "Aku benci ibuku! Aku benci perempuan seperti dia! Karena dia Ayah dipenjara dan tidak lagi menyayangiku! Aku benci ibuku, Vi!" ucap seorang bocah lelaki pada seorang bocah perempuan di teras sebuah tempat ibadah di lapas tahanan khusus pria.Bocah lelaki itu menangis meski tanpa isakan, hingga sebuah tangan mungil terjulur membelai pipinya untuk mengusap air mata yang menetes."Nasib kita sama ya Yas? Aku juga benci sama Ibuku. Karena dia lebih menyayangi saudaraku daripada aku!" ujar si bocah perempuan yang dipanggil Vi tadi.Sang bocah lelaki yang bernama Yasa itu mendongak menatap polos ke arah Vi."Apa mungkin, Tuhan mempertemukan kita karena kita memang berjodoh?" tanya Yasa saat itu.Vi tertawa kecil dengan wajah tersipu dan menjadi terkejut saat tiba-tiba Yasa mengaitkan jari kelingking mereka."Kamu maukan janji sama aku, Vi?" tanya Yasa saat itu."Janji apa?""Kalau kamu sudah besar nanti, jaga dirimu baik-baik ya. Jangan menjadi perempuan seperti ibuku, nanti aku akan membe

  • DUDA KHILAF   22. KEBOHONGAN

    Hari sudah hampir tengah malam, tapi Mahessa belum juga pulang.Entah kenapa, kekhawatiran menggelayuti benak Vanessa saat itu, bahkan saat dia menanyakan keberadaan Mahessa pada supir pribadi lelaki itu, tapi Pieter mengatakan bahwa sejak sore tadi, majikannya itu sama sekali tidak menghubunginya untuk meminta dijemput, jadi, dia tidak tahu menahu di mana Mahessa berada saat ini."Kamu belum tidur, Nessa?" sapa Wildan yang kebetulan berpapasan dengan Vanessa di tangga.Saat itu, Wildan hendak ke dapur untuk membuatkan Vanilla susu.Vanessa tersenyum tipis seraya menggeleng. "Aku tidak bisa tidur," jawabnya pelan."Loh, kenapa? Bukannya tadi kamu bilang hari ini sangat melelahkan? Apa kamu sakit?" tanya Wildan lagi.Belum sempat Vanessa menjawab, Pieter datang tergesa dari arah luar memasuki rumah besar itu.Langkah lelaki berkumis tipis itu berhenti tepat di bawah tangga."Nona Vanessa, saya baru saja mendapat telepon dari pemilik salah satu Club malam di Zurich, katanya, Tuan Mahess

  • DUDA KHILAF   21. JARAK ANTARA CINTA DAN BENCI

    Seharian ini, kedua pasang pengantin baru itu puas berkeliling kota Zurich.Di pagi hari, mereka menaiki kapal mengelilingi Danau Zurich, lalu berkunjung ke sisi utara danau sambil melihat sejumlah perumahan dan villa menarik.Vanilla tak hentinya berdecak kagum saat menikmati indahnya suasana sekitar dengan pancaran sinar matahari di tengah hawa sejuk sekeliling danau.Siang harinya, usai makan siang bersama di sebuah restoran ternama di Zurich, mereka berkunjung ke Rapperswill, yang dikenal sebagai kota bunga mawar.Rapperswill terletak di ujung timur Danau Zurich. Sebutan tersebut disematkan lantaran kebun-kebun publik di sana memiliki lebih dari lima belas ribu bunga mawar.Dari jumlah tersebut, sebanyak enam ratus jenis bunga mawar dapat mereka temui di sepanjang jalan kota tua abad pertengahan tersebut.Terakhir, Vanilla mengajak Wildan, untuk menaiki Tuk tuk.Tuk tuk merupakan transportasi sejenis bajaj yang kerap terlihat di Thailand.Selama berada di Zurich, para wisatawan as

  • DUDA KHILAF   20. SEBUAH RENCANA

    Wildan terbangun saat sorot matahari sudah terang benderang.Angin sepoi-sepoi masuk melalui jendela yang terbuka dan mengayun-ayun tirai putih tipis yang menghalanginya.Suara gemericik air dari aliran sungai Geneva terdengar samar.Menatap ke sekeliling, kening lelaki berpiyama abu-abu itu seketika mengernyit.Kenapa aku ada di sini?Pikir Wildan membatin saat menyadari keberadaannya di dalam kamar pribadinya bersama Vanilla.Wildan meremas kepalanya sekilas, mencoba mengais kembali ingatan tadi malam.Sialnya, Wildan tak mengingat apapun kecuali dirinya yang mendengar suara Mahessa berbicara untuk pertama kalinya dengan Vanilla di kebun belakang itu."Sebenarnya, sejak awal aku sudah tahu bahwa Vi yang asli adalah Vanessa, bukan kamu."Ya, hanya sederet kalimat itulah yang berhasil Wildan ingat, karena setelahnya, yang dia ketahui, dia merasa seperti ada seseorang yang membekapnya dari arah belakang hingga membuatnya tak sadarkan diri.Apa mungkin dia berhalusinasi?Tapi rasanya ti

  • DUDA KHILAF   19. SEBUAH PENGAKUAN

    Malam itu, akhirnya Vanilla menemui Mahessa setelah berembuk cukup lama bersama sang suami.Meski awalnya Wildan melarang keras sang istri untuk pergi, namun, setelah Vanilla memberikan pengertian pada sang suami dan meyakinkan Wildan bahwa semua akan baik-baik saja, akhirnya Wildan pun pasrah dan membiarkan sang istri pergi, dengan catatan, Vanilla harus merekam seluruh percakapannya dengan Mahessa di kebun belakang agar Wildan tahu apa yang Mahessa ingin bicarakan dengan istrinya malam ini.Rasa kantuk yang awalnya dirasakan Wildan menguap begitu saja begitu Vanilla sudah keluar dari kamar.Lelaki itu menggeram tertahan sambil menepuk sisi tempat tidur lalu meremas kepala frustasi.Menatap kembali daun pintu kamar, Wildan yang tak mau ambil resiko jika Mahessa akan berbuat hal yang tidak-tidak terhadap Vanilla pun akhirnya memutuskan untuk menguntit kepergian Vanilla dan menguping langsung pembicaraan sang Kakak Ipar dan istrinya itu.Saat itu, Wildan menangkap sosok Mahessa dan Van

  • DUDA KHILAF   18. SEBUAH PESAN

    Setelah seharian ini puas menikmati suasana di dalam mansion mewah milik Mahessa, Vanilla dan Wildan yang baru saja selesai menyantap makan malam bersama dengan Mahessa dan juga Vanessa tampak memasuki kamar pribadi yang disiapkan khusus untuk mereka beristirahat.Sadar ada yang berbeda dari sikap sang suami, begitu dirinya dan Wildan sudah merebahkan diri bersama di tempat tidur, Vanilla pun merangsek memepet tubuh sang suami untuk memeluknya."Wil?" panggil Vanilla ketika Wildan baru saja mematikan lampu nakas."Hm?""Kamu kenapa? Kok seharian ini banyakan diemnya sih? Biasanya juga bawel," tanya Vanilla sambil mengerucutkan bibir.Helaan berat napas Wildan membuktikan bahwa lelaki itu memang sedang dilanda sesuatu yang membebani pikirannya dan hal tersebut jelas membuat Vanilla jadi khawatir."Apa, ini ada sangkut pautnya sama Mahessa?" tanya Vanilla lagi karena Wildan tak juga angkat bicara."Boleh aku tanya sesuatu sama kamu?" ucap Wildan kemudian.Vanilla sedikit mendongak menat

  • DUDA KHILAF   17. SEANDAINYA SAJA...

    Keesokan harinya, setelah sarapan pagi lalu check out dari hotel tempat mereka singgah, sebuah Limousine mewah sudah menunggu kedatangan dua pasang pengantin baru itu di depan lobi hotel.Tak perlu ditanya lagi siapa pemilik mobil super mewah itu, karena Wildan dan yang lain sudah bisa menebak bahwa Mahessa lah orangnya.Ya, siapa lagi?Toh setelah ini pun mereka akan pergi ke mansion mewah milik Mahessa yang berada tepat di tepi Danau Geneva.Memasuki kendaraan mewah itu, manik hitam Vanilla seolah tak mampu berkedip, saking terkesima dengan apa yang dia lihat di bagian dalam mobil tersebut."Bagus banget mobilnya, Wil!" seru Vanilla berbisik di telinga sang suami. Namun, akibat keheningan di dalam mobil, jadilah bisikan tersebut mampu tertangkap oleh yang lain. Dan hal tersebut sukses membuat Wildan merasa malu."Kamu kan udah sering naik mobil bagus di Jakarta, jangan norak deh!" balas Wildan yang juga jadi berbisik sambil sesekali melempar senyum ke arah Mahessa dan Vanessa di had

  • DUDA KHILAF   16. TERLALU MISTERIUS

    "Kamu tau Nessa? Apa alasan utamaku mengajakmu dan Vanilla ke Switzerland?" ucap Mahessa kemudian.Vanessa tak menjawab karena masih terlalu sesak dengan tangisannya."Karena aku ingin menyelamatkan kalian dari Aro!" lanjut Mahessa lagi, memberitahu.Vanessa menyeka air matanya, menatap Mahessa bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti.Mahessa menghela napas berat seraya menyandarkan kepalanya ke sofa. Memejamkan mata seolah dirinya hendak melepas penat.Hal itu dia lakukan dalam beberapa menit sebelum akhirnya sepasang mata hitam itu kembali terbuka dan menatap ke arah Vanessa yang masih menunggu jawaban atas pertanyaannya."Saat ini, Aro dan komplotannya sedang berada di Indonesia--""APA?" pekik Vanessa dengan wajah yang teramat sangat terkejut. Bahkan belum sempat Mahessa menyelesaikan ucapannya, Vanessa sudah lebih dulu memotongnya.Menatap lekat sosok Vanessa, sebuah senyum miring terbit di wajah Mahessa. "Apa kamu takut?" tanya lelaki itu kemudian.Perasaan was-was kian m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status