Karena Linggar tak juga mau mengakui kejahatannya di hadapan Aryan, jadilah Aryan melakukan niatnya semula dengan membawa Linggar ke atas rooftop rumah sakit Sentosa.Sebuah tempat di mana terjadinya insiden pembunuhan belasan tahun yang lalu. Di saat seorang lelaki yang mengakui bahwa dia mencintai seorang wanita tapi justru malah melakukan tindakan tak terpuji dan tak berprikemanusiaan terhadap wanita yang dicintainya itu.Dan hebatnya, selama ini dia sukses menutupi semua kejahatannya itu dengan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam."Ayo turun!" Perintah Aryan pada seorang lelaki yang merupakan Ayah kandungnya.Mereka baru saja sampai di parkiran rumah sakit. Aryan sudah keluar dari mobil dan kini berdiri di sisi lain pintu mobil yang terbuka di mana Linggar masih duduk nyaman di dalam mobilnya."Buat apa kita ke sini?" Tanya Linggar dengan perasaannya yang semakin kacau.Dia tak ingin melaksanakan perintah Aryan, namun tak kuasa melawan. Posisinya benar-benar sulit saat ini
Setelah insiden masa lalu itu kembali terulang, Linggar ditangkap setelah Isna mengatakan pada pihak kepolisian bahwa Linggar telah membunuh Aryan.Saat itu, Linggar tidak banyak bicara.Lelaki itu mengakui semua kejahatan yang telah dia lakukan baik saat ini maupun kejahatannya di masa lalu.Kesaksian Shahnaz yang berhasil selamat dari maut setelah Linggar berupaya melenyapkannya, menjadi bukti kuat yang semakin memberatkan Linggar di pengadilan. Hanya saja, nasib anak perempuan Shahnaz tak ditemukan di sana. Baik Shahnaz maupun pihak kepolisian tak ada yang tahu di mana jasad anak itu berada hingga kuat dugaan polisi, jasad gadis bernama Vanilla itu sudah hancur di makan binatang buas.Selain Linggar, nama Julian pun ikut tersandung kasus tersebut karena disangkut pautkan telah melakukan pelecehan seksual terhadap Hasna dengan adanya bukti berupa rekaman kamera CCTV hotel. Terlebih setelah video Julian sedang tidur bersama seorang pelacur di sebuah hotel bintang lima Jakarta terseba
Kenyataan bahwa kini Vanilla sang anak sudah tiada, membuat Malik sangat terpukul. Terlebih setelah Malik mengetahui penderitaan yang dialami Kenari selama wanita itu menjalani hukuman di sel tahanan seperti apa yang telah diceritakan Shahnaz padanya.Semua hal itu membuat Malik kembali tenggelam dalam perasaan sesal dan bersalah yang berkepanjangan.Setiap harinya selepas dia bekerja lalu mampir sebentar menengok keadaan Aryan di rumah sakit sebelum akhirnya kembali ke rumah, Malik pasti akan menyempatkan diri untuk mampir ke makam, Kenari.Sebuah makam besar yang memang dibuat khusus untuk seluruh narapidana yang menjadi korban dalam insiden kebakaran besar yang terjadi di lapas tempat Kenari di tahan lima Tahun yang lalu.Kebakaran itu banyak merenggut korban jiwa di mana kebanyakan para korban jasadnya sudah tak mampu dikenali lagi karena sudah benar-benar hangus terbakar.Dan salah satu dari korban itu adalah Kenari. Untungnya, dua tahun sebelum kebakaran itu terjadi, Vanilla iku
Setelah empat bulan lebih berlalu, akhirnya Aryan terbangun dari koma.Meski awalnya mental Aryan masih terlihat down akibat kejadian yang menimpanya sebelum ini, namun berkat dukungan dan ketulusan Isna, akhirmya Aryan bersedia untuk dipertemukan dengan Malik.Itupun setelah kondisinya membaik dan sudah dipindah ke ruang perawatan.Sebelum itu, Aryan selalu menolak jika Malik hendak melihat keadaannya ke dalam ruang ICU. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya ketika Malik memasuki ruang perawatan Aryan, pemuda itu pada akhirnya hanya bisa menangis dengan satu kata yang terus menerus terucap dari bibirnya, yaitu kata maaf."Aryan sudah menjadi beban Papa selama ini. Aryan nggak pantas mendapat kasih sayang Papa karena Aryan bukan darah daging Papa, maafin Aryan Pa... Maafin Aryan..." Ucap Aryan saat itu.Malik yang juga tak kuasa menahan tangis langsung memeluk Aryan. "Jangan pernah mengatakan hal itu lagi, Aryan. Sejak awal, kamu itu anak Papa, dan akan seperti itu seterusnya. Oke?" Uca
Seorang lelaki tampak tergesa-gesa berjalan menyusuri lorong rumah sakit.Sebuah pesan yang dikirim seseorang padanya membuat perasaan si lelaki itu was-was dan khawatir luar biasa.Sebab si pengirim pesan mengatakan bahwa dirinya hendak bunuh diri jika si lelaki tidak segera datang menemuinya ke rumah sakit.Lelaki itu pun sampai di lokasi yang diberikan padanya, yakni lokasi di mana si pengirim pesan itu berada saat ini.Kedua bahu lelaki itu mencelos, saat melihat seorang wanita dengan masih mengenakan seragam rumah sakit kini berdiri di atas dinding pembatas rofftop. Tubuh ringkihnya sesekali bergoyang diterpa angin yang bertiup kencang."Ki, turun dari situ Ki! Jangan bertindak konyol Ki!" Teriak si lelaki pada wanita bernama Kinara itu.Kinara menoleh dengan tatapan matanya yang sendu. Wajahnya sudah sembab dengan air mata."Buat apalagi aku hidup? Mas Malik sedang berada di perjalanan ke sini untuk mengantarkan surat cerai! Dia mau menceraikan aku, Linggar! Dan semua itu gara-g
Sebuah amplop coklat berisi segepok uang dilempar ke atas meja oleh seorang wanita bernama Vanessa Anggun Pradana."Ini uang mukanya! Sisanya akan gue bayar setelah perjanjian ini berakhir! Dan untuk gaji, akan gue kirim setiap bulan ke rekening lo nanti," Ucap Vanessa, seorang wanita cantik yang sedang merintis karir di dunia modelling. Bentuk tubuhnya yang ramping, tinggi semampai. Rambut indah panjang bergelombang dan hitam legam, sukses membuat sosok Vanessa menjadi pusat perhatian di mana pun dirinya berada. Belum lagi pakaian super seksi yang kini dikenakannya.Merasa sudah tak memiliki kepentingan lain lagi, Vanessa berdiri dari duduknya hendak pergi. "Nanti malam, supir pribadi gue akan datang ke sini untuk jemput lo. Siapin semua keperluan yang harus lo bawa. Besok pagi pernikahan akan dilangsungkan dan lo harus siap!" Ucapnya lagi sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan seorang wanita lain yang memiliki wajah begitu mirip dengannya.Dia Vanilla Larasati.Saudara kembar Vanes
Hari pernikahan tiba.Pernikahan mewah dengan mengusung tema kerajaan itu dilangsungkan di aula sebuah Hotel bintang lima di pusat Jakarta.Semua keluarga baik dari pihak mempelai lelaki mau pun dari pihak mempelai wanita sudah berkumpul dan menduduki singgasana masing-masing.Mereka hanya perlu menunggu kedatangan Bapak Penghulu yang akan memimpin acara Ijab Kabul nanti.Seorang lelaki paruh baya dengan kumis tipis yang mengenakan jas kupu-kupu tampak berjalan menuju salah satu kamar hotel di mana sang calon mempelai pria berada.Sebelum memasuki kamar itu, dia harus memastikan kembali bahwa tidak ada orang lain selain dirinya yang mendatangi Wildan, apalagi jika menguping pembicaraan mereka nanti.Tok, tok, tok!Terdengar suara ketukan pintu."Wildan, ini Om Haris," teriak lelaki paruh baya tadi."Silahkan masuk, Om," teriak lelaki bernama Wildan dari dalam, dia adalah keponakan Haris. Anak dari Almarhum Kakak Angkat Haris yang sudah berpulang ke Rahmatullah.Setelah mendapat instru
Acara resepsi pernikahan Wildan dan Vanessa berlangsung lancar.Begitu Ijab dan Kabul terlaksana dan pengantin selesai melakukan serangkaian prosesi adat pernikahan Sunda karena pihak keluarga mempelai lelaki yang memang berasal dari Bandung, kini sepasang pengantin baru itu sudah bisa duduk manis di atas pelaminan untuk menyambut tamu-tamu undangan yang datang.Beberapa kali Wildan menangkap adanya ketidaknyamanan yang sepertinya dirasakan oleh wanita yang duduk tepat di sebelahnya di atas pelaminan, wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya.Istri dari pewaris tunggal kekayaan keluarga Adijaya."Aku pikir, kamu akan benar-benar menolak dan membatalkan perjodohan ini Vanessa," bisik Wildan saat mereka baru saja duduk kembali usai menyalami tamu-tamu.Tanpa pernah Wildan ketahui bahwa sesungguhnya, wanita yang baru saja dia panggil dengan sebutan Vanessa itu bukanlah Vanessa yang sebenarnya, melainkan Vanilla.Vanilla yang sejak tadi memang terlihat sibuk membenahi penampilannya yan