Suara pintu mobil terdengar ditutup secara berbarengan.Vanilla keluar dari mobil dibarengi Rulli, sementara Wildan keluar dari mobilnya bersama Raga.Wah, perang dunia ke tiga bakalan pecah nih kayaknya!Gumam Raga dalam hati saat melihat tatapan Wildan yang berubah horor."Kamu baru pulang?" Sapa Vanilla yang langsung menghampiri sang suami. Meski pernikahan mereka hanya sandiwara, namun di hadapan orang lain, Vanilla akan bersikap seolah-olah dirinya dan Wildan adalah sepasang suami istri yang harmonis.Wildan membalas senyuman sang istri. Meski tatapannya tetap saja mengerikan. "Kamu darimana sayang?" Tanya Wildan seraya merangkul bahu Vanilla. Raga mundur dan menjaga jarak aman dari ke tiga manusia yang sedang berdiri berhadapan itu."Aku habis jalan-jalan aja sama temanku, kenalin ini temanku, Rulli," ucap Vanilla.Wildan mengangguk seraya mengulurkan tangan."Wildan,""Rulli,"Kedua lelaki itu saling berkenalan.Rulli pamit setelahnya.Sama halnya dengan Raga yang langsung pami
Setelah pertemuan tak disengaja hari ini di supermarket, Isna memaksa Vanilla juga Kenari mampir ke kediamannya. Isna berdalih di rumah sepi tidak ada orang dan dia sangat bosan.Hari ini Isna akan masak besar karena malam nanti rencananya Malik pulang dari luar kota."Sudah seminggu Mas Malik pergi. Sejak Ayahku meninggal satu tahun yang lalu, terus Hasna, adikku mengambil kuliah di luar kota, jadilah aku tinggal sendirian di rumah. Mana akhir-akhir ini Mas Malik banyak kegiatan keluar kota," keluh Isna begitu mereka sudah sampai di kediamannya. "Lagian Vanilla sih di suruh tinggal di sini nggak mau, hehehe," kekeh Isna dengan tawa lebarnya."Kalau aku tinggal di sini, bagaimana dengan Wildan nanti Tante," ucap Vanilla dengan pertanyaan yang menjurus.Isna mempersilahkan tamu-tamunya itu duduk. "Ya di rumah inikan kamar kosong banyak, kamu bisa ajak Wildan tinggal di sini sementara," jawab Isna apa adanya."Sebenarnya, kamu ini ingin Vanilla yang tinggal di sini atau hanya sekadar al
"Jhio masih nginep di rumah Aryan?" Tanya Malik saat dirinya baru saja selesai mandi, hendak tidur. Tubuhnya yang lengket setelah melewati perjalanan jauh terasa jauh lebih segar terlebih setelah perutnya kenyang terisi makanan."Masih," jawab Isna ketus. Isna yang saat itu sedang memoles krim malam di wajahnya. Wanita hamil bergaun tidur itu duduk di depan meja rias.Mendengar jawaban bernada judes dari istrinya, Malik tau kalau Isna masih marah karena insiden di meja makan tadi. Lelaki itu hendak berjalan mendekati Isna namun Isna sudah lebih dulu berpindah tempat ke arah ranjang mereka."Matiin lampunya, aku mau tidur," ucap Isna saat itu.Malik pun mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu di atas nakas. Melihat Isna tidur miring membelakanginya."Baru juga pulang, malah dicuekin! Nasib-nasib..." Keluh Malik seraya merebahkan dirinya di tempat tidur.Isna bergeming. Sama sekali tak memperdulikan kicauan sang suami."Hei, kenapa sih? Aku kangen loh sama kamu," tegur Malik waspada
Vanilla berlari menuruni tangga saat dirinya tau bahwa Wildan kini mengejarnya.Suasana rumah sudah gelap karena penghuni lain di rumah itu sudah tertidur.Vanilla bersembunyi di balik sofa, namun sialnya Wildan bisa menemukannya.Vanilla kembali berlari menghindari Wildan yang terus mengejarnya, kali ini gadis itu berlari ke arah taman belakang hendak mengitari kolam renang saat Wildan akhirnya berhasil menangkap tubuhnya."Kena kan!" Ucap Wildan terengah-engah. Melihat air kolam renang yang tak jauh dari tempat mereka berdiri, keisengan Wildan pun muncul. Lelaki itu membopong tubuh Vanilla dan membawanya ke arah kolam renang."Wildan turunin aku! Awas kamu ya Wildan!" Teriak Vanilla sambil terus meronta dengan kedua kakinya yang berjuntai di depan dada Wildan.Vanilla memukul punggung Wildan saat itu."Kamu mau ngapain sih? Turunin nggak!" Perasaan Vanilla mendadak was-was ketika langkah Wildan semakin dekat dengan kolam renang.Dan...BYURRRR!Wildan melempar tubuh Vanilla ke dalam
"Bedebah! Pengacau!""Apa yang kamu lakukan?""Biarkan saudara kembarmu yang tak tahu diri ini mati! Bukankah itu yang memang dia inginkan sejak awal?""Jangan! Aku mohon! Dia sedang hamil,""Sudahlah, daripada kalian sibuk saling menyalahkan diri satu sama lain, lebih baik kalian berdua saja yang MATI!""Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, aku akan mewujudkannya. Aku akan terjun dari atas roftoop ini,""Apa yang kamu lakukan?""Lepaskan aku! Jika dengan mati aku bisa terbebas darimu, maka aku akan melakukannya sekarang!""Jangan gila!""Cepat lakukan! Lompatlah dari gedung ini!""Brengsek kamu! Tunggu pembalasanku!""Jangan lakukan itu aku mohon... Aku mencintaimu!""Mati saja kamu KINARA! SAMPAI KAPANPUN MALIK AKAN TETAP MENJADI MILIKKU!"Suara letusan senjata api terdengar."KINARAAAA..."Kenari terbangun dari mimpi buruknya.Menatap bingung ke sekeliling, mendapati dirinya berada di dalam sebuah kamar luas.Lelehan keringat disekanya dengan punggung tangan. Kenari menole
Malik sudah sampai di kediaman Vanilla.Dan menjadi terkejut saat tahu bahwa yang akan menginap di kediamannya bukan hanya Vanilla saja tapi Kenari pun ikut."Pa, Ibu nggak apa-apakan ikut Vanilla menginap di rumah Papa sementara waktu ini? Kasihan Ibu kalau harus di rumah Wildan sendirian," ucap Vanilla ketika Malik membantunya memasukkan tas jinjing yang Vanilla bawa ke bagasi mobil."Oh, nggak apa-apa. Isna malah senang kalau rumah ramai, apalagi Jhio masih di luar kota sama Kakaknya," jawab Malik dengan senyuman terpaksa.Ketiga orang itu memasuki mobil dan mobil mulai melaju di tengah lalu lalang kendaraan yang memadati jalan raya ibukota."Oh ya, Vanilla belum kenalan sama Kak Aryan," ucap Vanilla yang duduk di samping Malik di jok depan sementara Kenari duduk di jok belakang."Nanti kalau Aryan pulang dari Bandung, Papa akan kenalkan kamu sama Aryan ya?" Ucap Malik saat itu."Aryan pasti sudah besar sekarang, dan yang pasti dia mirip dengan Ayahnya, iyakan Malik?" Ucap Kenari d
"Vanilla, jangan bodoh! Suamimu ini pasti datang ke sini karena dia ingin menemui mantan kekasihnya, apalagi?"Mendengar hal itu, bukan hanya Wildan saja yang tidak terima, tapi Isna pun dibuatnya naik pitam.Wanita hamil berdaster ungu itu sontak berdiri. "Apa maksud perkataan Mba?" Todongnya dengan mata melotot. Malik pun jadi ikutan berdiri, berusaha menenangkan sang istri."Tidak usah munafik Isna! Jelas-jelas kamu ini masih ada main dengan Wildan di belakang Mas Malik kan? Aku tau betul wanita macam apa kamu itu!""Bu, sudah Bu," Vanilla ikut menengahi. Merasa bersalah."Eh, anda itu kalau bicara jangan sembarang tuduh ya? Apa anda punya bukti atas ucapan Anda tadi?" Balas Isna dengan teriakan yang lebih keras, telunjuk sang bumil tertuju pada Kenari. Isna terus menepis tangan Malik yang menahannya."Sikap Wildan yang tidak baik terhadap Vanilla sudah menjadi cukup bukti bahwa sebenarnya Wildan tidak benar-benar mencintai Vanilla! Wildan menikahi Vanilla supaya dia bisa lebih lel
Hasil dari keributan yang terjadi malam ini di kediaman Malik, pada akhirnya membuat Wildan memilih Club Malam sebagai cara untuk melupakan sejenak seluruh kemelut di hatinya saat ini.Dulu, Wildan bukan lelaki yang suka dengan gemerlap dunia malam.Hingga dia kehilangan seseorang yang menjadi sandaran hidupnya, wanita yang dicintainya yang telah mengkhianatinya, perlahan kehidupan Wildan berubah.Dia mulai terbiasa dengan hingar bingar dunia malam yang penuh dengan godaan-godaan duniawi. Meski Wildan tetap tahu batasan untuk tidak ikut terjun menyelami dunia hitam ini. Dirinya datang hanya untuk sekedar minum saja, tidak lebih.Seperti malam ini.Lelaki itu sudah menghabisi beberapa botol minuman memabukkan.Tampaknya dia sudah sangat teler. Bahkan sejak tadi Wildan terus meracau tidak jelas."Kenapa kamu melakukan ini padaku Vanilla? Apa salahku? Kamu sudah berhasil menyembuhkan luka di hatiku karena Isna, tapi kenapa sekarang justru kamu sendiri juga yang merobek hati itu lagi Vani