Beranda / Romansa / DUDA KHILAF / 39. PENJELASAN SANG PSIKIATER

Share

39. PENJELASAN SANG PSIKIATER

Penulis: Herofah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-06 16:20:46

"Good Morning..." Ucap Vanilla dengan senyuman lebar.

Pagi ini dia memasak sarapan khusus untuk Wildan setelah sebelumnya dia menyiapkan pakaian untuk Wildan kenakan ke kantor.

"Sarapannya udah siap, Tuan Wildan. Mau sarapan di bawah apa di sini?" Tanya Vanilla bak pelayan yang masih menggunakan apron dengan lap tangan yang tersampir di bahunya. Sejak hari masih gelap, sebelum waktu shubuh tiba, Vanilla sudah bangun karena dia memang berniat ingin membuatkan Wildan sarapan.

Meski, pada akhirnya Vanilla tetap meminta bantuan Kenari agar bisa menyajikan sarapan yang enak.

Wildan yang saat itu sedang menggunakan dasi jadi menoleh. Lelaki itu tertawa melihat penampilan Vanilla yang kucel.

"Aku makan di kantor saja, sekretarisku bilang, dia mau membawakan aku bekal untuk sarapan hari ini," ucap Wildan saat itu. Melalui pantulan diri Vanilla di cermin, Wildan mencuri-curi pandang ke arah istrinya itu yang kini berdiri di belakangnya. Sekadar ingin tahu bagaimana reaksi Vanilla saat itu. Apa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • DUDA KHILAF   40. MENEMUI SHAHNAZ

    "Jadi, Vanilla berpikir kalau Anda masih mencintai Nona Isna? Begitu?" Ucap Raga di kantor setelah Wildan baru saja menceritakan tentang keanehan demi keanehan yang terjadi di rumahnya, lebih tepatnya keanehan sikap Vanilla dan sang Ibu mertua.Wildan mengangguk. Dia masih tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Vanilla. Hal apa yang membuat Vanilla bisa sampai berpikir seperti itu? Padahal selama ini, Wildan sama sekali tidak pernah membahas tentang Isna atau pun kisah masa lalunya bersama Isna pada Vanilla?Lagipula, intensitas pertemuan mereka pun sangat jarang dan harusnya Vanilla pun paham bahwa dunia Isna kini sudah berbeda. Isna sudah menjadi istri Malik terlebih wanita itu pun kini sedang mengandung anak kedua mereka. Kenapa Vanilla ini tidak bisa berpikir dewasa?"Selain itu juga, Vanilla bilang dia sedang berusaha mewujudkan permintaan Ibunya, impian Ibunya untuk bisa bersatu dengan Malik, apa maksudnya?" Ucap Wildan lagi."Apa mungkin, Nyonya Kenari itu mengi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • DUDA KHILAF   41. SAKSI

    Suara pintu mobil terdengar ditutup secara berbarengan.Vanilla keluar dari mobil dibarengi Rulli, sementara Wildan keluar dari mobilnya bersama Raga.Wah, perang dunia ke tiga bakalan pecah nih kayaknya!Gumam Raga dalam hati saat melihat tatapan Wildan yang berubah horor."Kamu baru pulang?" Sapa Vanilla yang langsung menghampiri sang suami. Meski pernikahan mereka hanya sandiwara, namun di hadapan orang lain, Vanilla akan bersikap seolah-olah dirinya dan Wildan adalah sepasang suami istri yang harmonis.Wildan membalas senyuman sang istri. Meski tatapannya tetap saja mengerikan. "Kamu darimana sayang?" Tanya Wildan seraya merangkul bahu Vanilla. Raga mundur dan menjaga jarak aman dari ke tiga manusia yang sedang berdiri berhadapan itu."Aku habis jalan-jalan aja sama temanku, kenalin ini temanku, Rulli," ucap Vanilla.Wildan mengangguk seraya mengulurkan tangan."Wildan,""Rulli,"Kedua lelaki itu saling berkenalan.Rulli pamit setelahnya.Sama halnya dengan Raga yang langsung pami

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • DUDA KHILAF   42. MAKAN MALAM BERSAMA

    Setelah pertemuan tak disengaja hari ini di supermarket, Isna memaksa Vanilla juga Kenari mampir ke kediamannya. Isna berdalih di rumah sepi tidak ada orang dan dia sangat bosan.Hari ini Isna akan masak besar karena malam nanti rencananya Malik pulang dari luar kota."Sudah seminggu Mas Malik pergi. Sejak Ayahku meninggal satu tahun yang lalu, terus Hasna, adikku mengambil kuliah di luar kota, jadilah aku tinggal sendirian di rumah. Mana akhir-akhir ini Mas Malik banyak kegiatan keluar kota," keluh Isna begitu mereka sudah sampai di kediamannya. "Lagian Vanilla sih di suruh tinggal di sini nggak mau, hehehe," kekeh Isna dengan tawa lebarnya."Kalau aku tinggal di sini, bagaimana dengan Wildan nanti Tante," ucap Vanilla dengan pertanyaan yang menjurus.Isna mempersilahkan tamu-tamunya itu duduk. "Ya di rumah inikan kamar kosong banyak, kamu bisa ajak Wildan tinggal di sini sementara," jawab Isna apa adanya."Sebenarnya, kamu ini ingin Vanilla yang tinggal di sini atau hanya sekadar al

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • DUDA KHILAF   43. BEREBUT SELIMUT

    "Jhio masih nginep di rumah Aryan?" Tanya Malik saat dirinya baru saja selesai mandi, hendak tidur. Tubuhnya yang lengket setelah melewati perjalanan jauh terasa jauh lebih segar terlebih setelah perutnya kenyang terisi makanan."Masih," jawab Isna ketus. Isna yang saat itu sedang memoles krim malam di wajahnya. Wanita hamil bergaun tidur itu duduk di depan meja rias.Mendengar jawaban bernada judes dari istrinya, Malik tau kalau Isna masih marah karena insiden di meja makan tadi. Lelaki itu hendak berjalan mendekati Isna namun Isna sudah lebih dulu berpindah tempat ke arah ranjang mereka."Matiin lampunya, aku mau tidur," ucap Isna saat itu.Malik pun mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu di atas nakas. Melihat Isna tidur miring membelakanginya."Baru juga pulang, malah dicuekin! Nasib-nasib..." Keluh Malik seraya merebahkan dirinya di tempat tidur.Isna bergeming. Sama sekali tak memperdulikan kicauan sang suami."Hei, kenapa sih? Aku kangen loh sama kamu," tegur Malik waspada

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • DUDA KHILAF   44. TIDUR DI BALKON

    Vanilla berlari menuruni tangga saat dirinya tau bahwa Wildan kini mengejarnya.Suasana rumah sudah gelap karena penghuni lain di rumah itu sudah tertidur.Vanilla bersembunyi di balik sofa, namun sialnya Wildan bisa menemukannya.Vanilla kembali berlari menghindari Wildan yang terus mengejarnya, kali ini gadis itu berlari ke arah taman belakang hendak mengitari kolam renang saat Wildan akhirnya berhasil menangkap tubuhnya."Kena kan!" Ucap Wildan terengah-engah. Melihat air kolam renang yang tak jauh dari tempat mereka berdiri, keisengan Wildan pun muncul. Lelaki itu membopong tubuh Vanilla dan membawanya ke arah kolam renang."Wildan turunin aku! Awas kamu ya Wildan!" Teriak Vanilla sambil terus meronta dengan kedua kakinya yang berjuntai di depan dada Wildan.Vanilla memukul punggung Wildan saat itu."Kamu mau ngapain sih? Turunin nggak!" Perasaan Vanilla mendadak was-was ketika langkah Wildan semakin dekat dengan kolam renang.Dan...BYURRRR!Wildan melempar tubuh Vanilla ke dalam

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • DUDA KHILAF   45. RENCANA

    "Bedebah! Pengacau!""Apa yang kamu lakukan?""Biarkan saudara kembarmu yang tak tahu diri ini mati! Bukankah itu yang memang dia inginkan sejak awal?""Jangan! Aku mohon! Dia sedang hamil,""Sudahlah, daripada kalian sibuk saling menyalahkan diri satu sama lain, lebih baik kalian berdua saja yang MATI!""Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, aku akan mewujudkannya. Aku akan terjun dari atas roftoop ini,""Apa yang kamu lakukan?""Lepaskan aku! Jika dengan mati aku bisa terbebas darimu, maka aku akan melakukannya sekarang!""Jangan gila!""Cepat lakukan! Lompatlah dari gedung ini!""Brengsek kamu! Tunggu pembalasanku!""Jangan lakukan itu aku mohon... Aku mencintaimu!""Mati saja kamu KINARA! SAMPAI KAPANPUN MALIK AKAN TETAP MENJADI MILIKKU!"Suara letusan senjata api terdengar."KINARAAAA..."Kenari terbangun dari mimpi buruknya.Menatap bingung ke sekeliling, mendapati dirinya berada di dalam sebuah kamar luas.Lelehan keringat disekanya dengan punggung tangan. Kenari menole

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • DUDA KHILAF   46. FITNAH

    Malik sudah sampai di kediaman Vanilla.Dan menjadi terkejut saat tahu bahwa yang akan menginap di kediamannya bukan hanya Vanilla saja tapi Kenari pun ikut."Pa, Ibu nggak apa-apakan ikut Vanilla menginap di rumah Papa sementara waktu ini? Kasihan Ibu kalau harus di rumah Wildan sendirian," ucap Vanilla ketika Malik membantunya memasukkan tas jinjing yang Vanilla bawa ke bagasi mobil."Oh, nggak apa-apa. Isna malah senang kalau rumah ramai, apalagi Jhio masih di luar kota sama Kakaknya," jawab Malik dengan senyuman terpaksa.Ketiga orang itu memasuki mobil dan mobil mulai melaju di tengah lalu lalang kendaraan yang memadati jalan raya ibukota."Oh ya, Vanilla belum kenalan sama Kak Aryan," ucap Vanilla yang duduk di samping Malik di jok depan sementara Kenari duduk di jok belakang."Nanti kalau Aryan pulang dari Bandung, Papa akan kenalkan kamu sama Aryan ya?" Ucap Malik saat itu."Aryan pasti sudah besar sekarang, dan yang pasti dia mirip dengan Ayahnya, iyakan Malik?" Ucap Kenari d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-09
  • DUDA KHILAF   47. KONFLIK

    "Vanilla, jangan bodoh! Suamimu ini pasti datang ke sini karena dia ingin menemui mantan kekasihnya, apalagi?"Mendengar hal itu, bukan hanya Wildan saja yang tidak terima, tapi Isna pun dibuatnya naik pitam.Wanita hamil berdaster ungu itu sontak berdiri. "Apa maksud perkataan Mba?" Todongnya dengan mata melotot. Malik pun jadi ikutan berdiri, berusaha menenangkan sang istri."Tidak usah munafik Isna! Jelas-jelas kamu ini masih ada main dengan Wildan di belakang Mas Malik kan? Aku tau betul wanita macam apa kamu itu!""Bu, sudah Bu," Vanilla ikut menengahi. Merasa bersalah."Eh, anda itu kalau bicara jangan sembarang tuduh ya? Apa anda punya bukti atas ucapan Anda tadi?" Balas Isna dengan teriakan yang lebih keras, telunjuk sang bumil tertuju pada Kenari. Isna terus menepis tangan Malik yang menahannya."Sikap Wildan yang tidak baik terhadap Vanilla sudah menjadi cukup bukti bahwa sebenarnya Wildan tidak benar-benar mencintai Vanilla! Wildan menikahi Vanilla supaya dia bisa lebih lel

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-09

Bab terbaru

  • DUDA KHILAF   24. KETAKUTAN VANESSA

    "Mahessa mau ajak Wildan untuk bertukar pasangan malam ini dan dia bilang kalau kamu sudah menyetujuinya, benar begitu Nil?" tanya Vanessa yang langsung mengkonfirmasi ucapan Mahessa padanya tadi pagi setelah dia mendapat kesempatan untuk berbincang secara empat mata dengan Vanilla.Saat itu, sepasang wanita kembar tersebut sedang berada di salah satu area permainan ski di St.Moritz.Vanilla yang sedang menyesap cokelat panasnya seketika terbatuk mendengar ucapan Vanessa.Buru-buru dia meraih tissue untuk mengelap sudut bibirnya yang terkena coklat."Aku nggak salah dengerkan? Bertukar pasangan?" ucap Vanilla yang malah tertawa seolah apa yang diucapkan Vanessa hanyalah lelucon."Iya," jawab Vanessa mengangguk cepat.Lagi, Vanilla malah tertawa. "Kamu kenapa sih Nes? Dari kemarin kok ngomongnya ngaco terus?"Seketika kerutan di kening Vanessa menjelas. "Ngaco bagaimana?" tanyanya bingung. Tak habis pikir dengan sikap santai Vanilla yang kelihatan begitu tenang. Padahal jelas-jelas, Van

  • DUDA KHILAF   23. PROMISE

    "Aku benci ibuku! Aku benci perempuan seperti dia! Karena dia Ayah dipenjara dan tidak lagi menyayangiku! Aku benci ibuku, Vi!" ucap seorang bocah lelaki pada seorang bocah perempuan di teras sebuah tempat ibadah di lapas tahanan khusus pria.Bocah lelaki itu menangis meski tanpa isakan, hingga sebuah tangan mungil terjulur membelai pipinya untuk mengusap air mata yang menetes."Nasib kita sama ya Yas? Aku juga benci sama Ibuku. Karena dia lebih menyayangi saudaraku daripada aku!" ujar si bocah perempuan yang dipanggil Vi tadi.Sang bocah lelaki yang bernama Yasa itu mendongak menatap polos ke arah Vi."Apa mungkin, Tuhan mempertemukan kita karena kita memang berjodoh?" tanya Yasa saat itu.Vi tertawa kecil dengan wajah tersipu dan menjadi terkejut saat tiba-tiba Yasa mengaitkan jari kelingking mereka."Kamu maukan janji sama aku, Vi?" tanya Yasa saat itu."Janji apa?""Kalau kamu sudah besar nanti, jaga dirimu baik-baik ya. Jangan menjadi perempuan seperti ibuku, nanti aku akan membe

  • DUDA KHILAF   22. KEBOHONGAN

    Hari sudah hampir tengah malam, tapi Mahessa belum juga pulang.Entah kenapa, kekhawatiran menggelayuti benak Vanessa saat itu, bahkan saat dia menanyakan keberadaan Mahessa pada supir pribadi lelaki itu, tapi Pieter mengatakan bahwa sejak sore tadi, majikannya itu sama sekali tidak menghubunginya untuk meminta dijemput, jadi, dia tidak tahu menahu di mana Mahessa berada saat ini."Kamu belum tidur, Nessa?" sapa Wildan yang kebetulan berpapasan dengan Vanessa di tangga.Saat itu, Wildan hendak ke dapur untuk membuatkan Vanilla susu.Vanessa tersenyum tipis seraya menggeleng. "Aku tidak bisa tidur," jawabnya pelan."Loh, kenapa? Bukannya tadi kamu bilang hari ini sangat melelahkan? Apa kamu sakit?" tanya Wildan lagi.Belum sempat Vanessa menjawab, Pieter datang tergesa dari arah luar memasuki rumah besar itu.Langkah lelaki berkumis tipis itu berhenti tepat di bawah tangga."Nona Vanessa, saya baru saja mendapat telepon dari pemilik salah satu Club malam di Zurich, katanya, Tuan Mahess

  • DUDA KHILAF   21. JARAK ANTARA CINTA DAN BENCI

    Seharian ini, kedua pasang pengantin baru itu puas berkeliling kota Zurich.Di pagi hari, mereka menaiki kapal mengelilingi Danau Zurich, lalu berkunjung ke sisi utara danau sambil melihat sejumlah perumahan dan villa menarik.Vanilla tak hentinya berdecak kagum saat menikmati indahnya suasana sekitar dengan pancaran sinar matahari di tengah hawa sejuk sekeliling danau.Siang harinya, usai makan siang bersama di sebuah restoran ternama di Zurich, mereka berkunjung ke Rapperswill, yang dikenal sebagai kota bunga mawar.Rapperswill terletak di ujung timur Danau Zurich. Sebutan tersebut disematkan lantaran kebun-kebun publik di sana memiliki lebih dari lima belas ribu bunga mawar.Dari jumlah tersebut, sebanyak enam ratus jenis bunga mawar dapat mereka temui di sepanjang jalan kota tua abad pertengahan tersebut.Terakhir, Vanilla mengajak Wildan, untuk menaiki Tuk tuk.Tuk tuk merupakan transportasi sejenis bajaj yang kerap terlihat di Thailand.Selama berada di Zurich, para wisatawan as

  • DUDA KHILAF   20. SEBUAH RENCANA

    Wildan terbangun saat sorot matahari sudah terang benderang.Angin sepoi-sepoi masuk melalui jendela yang terbuka dan mengayun-ayun tirai putih tipis yang menghalanginya.Suara gemericik air dari aliran sungai Geneva terdengar samar.Menatap ke sekeliling, kening lelaki berpiyama abu-abu itu seketika mengernyit.Kenapa aku ada di sini?Pikir Wildan membatin saat menyadari keberadaannya di dalam kamar pribadinya bersama Vanilla.Wildan meremas kepalanya sekilas, mencoba mengais kembali ingatan tadi malam.Sialnya, Wildan tak mengingat apapun kecuali dirinya yang mendengar suara Mahessa berbicara untuk pertama kalinya dengan Vanilla di kebun belakang itu."Sebenarnya, sejak awal aku sudah tahu bahwa Vi yang asli adalah Vanessa, bukan kamu."Ya, hanya sederet kalimat itulah yang berhasil Wildan ingat, karena setelahnya, yang dia ketahui, dia merasa seperti ada seseorang yang membekapnya dari arah belakang hingga membuatnya tak sadarkan diri.Apa mungkin dia berhalusinasi?Tapi rasanya ti

  • DUDA KHILAF   19. SEBUAH PENGAKUAN

    Malam itu, akhirnya Vanilla menemui Mahessa setelah berembuk cukup lama bersama sang suami.Meski awalnya Wildan melarang keras sang istri untuk pergi, namun, setelah Vanilla memberikan pengertian pada sang suami dan meyakinkan Wildan bahwa semua akan baik-baik saja, akhirnya Wildan pun pasrah dan membiarkan sang istri pergi, dengan catatan, Vanilla harus merekam seluruh percakapannya dengan Mahessa di kebun belakang agar Wildan tahu apa yang Mahessa ingin bicarakan dengan istrinya malam ini.Rasa kantuk yang awalnya dirasakan Wildan menguap begitu saja begitu Vanilla sudah keluar dari kamar.Lelaki itu menggeram tertahan sambil menepuk sisi tempat tidur lalu meremas kepala frustasi.Menatap kembali daun pintu kamar, Wildan yang tak mau ambil resiko jika Mahessa akan berbuat hal yang tidak-tidak terhadap Vanilla pun akhirnya memutuskan untuk menguntit kepergian Vanilla dan menguping langsung pembicaraan sang Kakak Ipar dan istrinya itu.Saat itu, Wildan menangkap sosok Mahessa dan Van

  • DUDA KHILAF   18. SEBUAH PESAN

    Setelah seharian ini puas menikmati suasana di dalam mansion mewah milik Mahessa, Vanilla dan Wildan yang baru saja selesai menyantap makan malam bersama dengan Mahessa dan juga Vanessa tampak memasuki kamar pribadi yang disiapkan khusus untuk mereka beristirahat.Sadar ada yang berbeda dari sikap sang suami, begitu dirinya dan Wildan sudah merebahkan diri bersama di tempat tidur, Vanilla pun merangsek memepet tubuh sang suami untuk memeluknya."Wil?" panggil Vanilla ketika Wildan baru saja mematikan lampu nakas."Hm?""Kamu kenapa? Kok seharian ini banyakan diemnya sih? Biasanya juga bawel," tanya Vanilla sambil mengerucutkan bibir.Helaan berat napas Wildan membuktikan bahwa lelaki itu memang sedang dilanda sesuatu yang membebani pikirannya dan hal tersebut jelas membuat Vanilla jadi khawatir."Apa, ini ada sangkut pautnya sama Mahessa?" tanya Vanilla lagi karena Wildan tak juga angkat bicara."Boleh aku tanya sesuatu sama kamu?" ucap Wildan kemudian.Vanilla sedikit mendongak menat

  • DUDA KHILAF   17. SEANDAINYA SAJA...

    Keesokan harinya, setelah sarapan pagi lalu check out dari hotel tempat mereka singgah, sebuah Limousine mewah sudah menunggu kedatangan dua pasang pengantin baru itu di depan lobi hotel.Tak perlu ditanya lagi siapa pemilik mobil super mewah itu, karena Wildan dan yang lain sudah bisa menebak bahwa Mahessa lah orangnya.Ya, siapa lagi?Toh setelah ini pun mereka akan pergi ke mansion mewah milik Mahessa yang berada tepat di tepi Danau Geneva.Memasuki kendaraan mewah itu, manik hitam Vanilla seolah tak mampu berkedip, saking terkesima dengan apa yang dia lihat di bagian dalam mobil tersebut."Bagus banget mobilnya, Wil!" seru Vanilla berbisik di telinga sang suami. Namun, akibat keheningan di dalam mobil, jadilah bisikan tersebut mampu tertangkap oleh yang lain. Dan hal tersebut sukses membuat Wildan merasa malu."Kamu kan udah sering naik mobil bagus di Jakarta, jangan norak deh!" balas Wildan yang juga jadi berbisik sambil sesekali melempar senyum ke arah Mahessa dan Vanessa di had

  • DUDA KHILAF   16. TERLALU MISTERIUS

    "Kamu tau Nessa? Apa alasan utamaku mengajakmu dan Vanilla ke Switzerland?" ucap Mahessa kemudian.Vanessa tak menjawab karena masih terlalu sesak dengan tangisannya."Karena aku ingin menyelamatkan kalian dari Aro!" lanjut Mahessa lagi, memberitahu.Vanessa menyeka air matanya, menatap Mahessa bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya tak mengerti.Mahessa menghela napas berat seraya menyandarkan kepalanya ke sofa. Memejamkan mata seolah dirinya hendak melepas penat.Hal itu dia lakukan dalam beberapa menit sebelum akhirnya sepasang mata hitam itu kembali terbuka dan menatap ke arah Vanessa yang masih menunggu jawaban atas pertanyaannya."Saat ini, Aro dan komplotannya sedang berada di Indonesia--""APA?" pekik Vanessa dengan wajah yang teramat sangat terkejut. Bahkan belum sempat Mahessa menyelesaikan ucapannya, Vanessa sudah lebih dulu memotongnya.Menatap lekat sosok Vanessa, sebuah senyum miring terbit di wajah Mahessa. "Apa kamu takut?" tanya lelaki itu kemudian.Perasaan was-was kian m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status