BAU mawar semerbak. Ia seolah berada di kebun bunga. Bau khas yang selama ini cukup akrab dengan seseorang.
Haidar mencoba mengamati sekeliling. Namun sosok yang dicari luput dari pandangannya.
Hanya ada beberapa muslimah yang berada di barisan antrian terakhir.
Haidar kemudian berlari kecil ke barisan belakang guna memastikan instingnya benar adanya. Namun beberapa muslimah tersebut justru keheranan melihat tingkahnya yang tak biasa.
Mereka bukanlah sosok yang dicari oleh Haidar. Padahal, sebelumnya, ia cukup yakin jika sosok pemilik bau mawar yang dikenalnya selama ini sedang berada di sekitar bandara. Atau minimal dalam jarak yang cukup dekat.
“Maaf saya pikir ada kawan saya di barisan ini,” ujarnya kepada wanita tadi. Mereka mengangguk dan tersenyum. Demikian juga dengan para bule lainnya yang sedang antri di sana untuk pulang kampung.
Haidar tertunduk lesu. Entah kenapa, ia sangat berharap jika gadis ‘bau mawar’ berada di sana dan
JANTUNG Haidar berdetak kencang. Ia benar-benar tak pernah membayangkan jika keinginannya untuk berangkat program Magister ke Australia akhirnya terwujud. Ia kini berada dalam pesawat untuk berangkat ke negeri kanguru itu. Seumur hidup, ia baru dua kali naik pesawat. Seminggu lalu, ia berangkat dari Banda Aceh ke Jakarta. Dan kini, ia kembali menaiki pesawat untuk terbang ke Australia yang menjadi tempatnya menuntut ilmu untuk dua tahun kedepan. Haidar berdiri kaku di pintu pesawat. Dua pramugari tanpa jilbab tersenyum ke arahnya. “Silahkan pak ke depan. Saya bantu antar ke kursi yang tertera di tiket,” ujar salah seorang pramugari yang bernama Fecilia. Nama itu tercantum di dadanya. Haidar tersenyum dan mengangguk. Sang pramugari cantik itu juga membantunya memasukan koper serta tas. Ia mendapatkan kursi di pertengahan bagian kiri. Untuk set kiri dan kanannya masing kosong. Haidar merebahkan diri di kursi tadi. Ia mencoba membaca beberapa maj
Haidar menarik nafas panjang. Ia menduga bahwa Sefti kini memandangnya sebagai lelaki yang ingkar janji. Lelaki yang tak memiliki komitmen. Bahkan posisinya turut menjadi bahan gosip. Buktinya, Bela, sang wanita muslimah yang baru diperkenalkan oleh Sefti, turut mengetahui soal apa yang pernah terjadi antara dirinya dengan wanita asal Ngawi itu. Ada banyak hal yang terjadi selama beberapa tahun terakhir. Ia dan Sefti mungkin memiliki persepsi yang berbeda terkait alur kejadian yang menimpa mereka. Namun Haidar ingin menceritakan semuanya sehingga tak ada lagi miskomunikasi yang terjadi. “Begini. Aku tahu ini pertemuan pertama kita setelah hari wisudamu. Harusnya, hari ini pembahasan santai. Kita sudah lama tidak ketemu. Aku juga baru berkenalan dengan Bela.Tapi banyak hal yang perlu diluruskan,” ujar Haidar tiba-tiba. Sefti justru tersenyum senang. Ia mengangguk dengan cepat. Bela turut menjadi pendengar yang baik. Sefti telah berulangkali men
“Aku tidak tahu,” ujar Haidar dengan nada pelan. “Saat kamu pulang ke Ngawi. Aku bertemu dengan Dara, anak ayah angkatku di masa lalu. Aku baru tahu kalau kami dijodohkan sejak kecil,” kata Haidar lagi. Sefti tertunduk lesu. Ia sebenarnya sudah mengetahui hal tersebut dari Insani. Namun Sefti tetap berharap masih memiliki celah untuk dekat dengan Haidar dan bisa mengubah takdir mereka berdua. “Kami belum menikah. Dara juga memberiku kebebasan hingga dua tahun ke depan untuk menentukan pilihan. Namun justru hal ini yang membuatku sulit untuk menyakitinya,” ujar Haidar kemudian. Haidar menarik nafas panjang. Ada banyak hal yang membuat dirinya serba salah. Sedikit kesalahan yang dilakukannya justru akan mengakibatkan kedua wanita itu. Maka ia ingin berbicara apa adanya. “Aku tak tahu takdir seperti apa yang menantiku kedepan. Tapi jika mau jujur, aku menghargai setiap waktu yang kita lalui di masa lalu. Namun untuk saat ini, aku juga tak ingin m
DARI Bandara, Haidar langsung menuju University Of Sydney untuk mengurus kelengkapan akademik di civitas setempat.Haidar juga menemui manajemen yang mengurus sewa apartemen yang ia pesan melalui aplikasi online. Biayanya juga sudah ditransfer oleh Dara sebelum ia berangkat kemarin. Haidar hanya perlu datang untuk memperkenalkan diri dan mengambil kunci dari jajaran setempat.Apartemen yang akan ditempati oleh Haidar ini hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari University Of Sydney. Memiliki ruang tidur, kamar mandi serta fasilitas lainnya, seperti jaringan wifi serta fasilitas telepon.Harga sewanya cukup mahal. Namun karena Haidar memiliki keuangan yang cukup dari hasil ‘warisan’ ayah angkatnya, maka persoalan tadi tak lagi jadi masalah baginya.Haidar mengirim mail ke Dara untuk memberitahu bahwa ia telah tiba di Sidney. Namun hingga sejam ia menunggu, tak ada balasan dari wanita cantik itu di Jakarta.“Mungkin ia masih kerja at
5 Tahun Kemudian... Gadis ini seperti ancaman. Hampir semua membicarakan tentangnya, anak-anak perempuan dan guru-guru yang serba salah karenanya. Pertama kali melihatnya, aku sudah menduga ia akan mengacaukanku. Ketika dia membolos atau merundung aku akan bertemu dengannya di ruang konseling dan semua perhatianku menjadi miliknya. Caranya menatap sangat mengintimidasi –entah, padahal dia hanya gadis berusia tujuh belas tahun yang pasti akan gentar kalau aku mengancam akan memanggil ibunya kalau dia terus berulah. Tapi, aku tak pernah berani melakukan itu padanya –tidak juga guru konseling sebelum aku. “Jadi, katakan apa alasan kamu mem-bully Magisa?” “Dia ngambil foto aku tanpa izin,” jawabnya acuh dan justru lebih galak dari aku yang harusnya marah karena dia baru saja dilaporkan membuat seorang siswa perempuan tidak mau ke sekolah karena Saira mengolok-oloknya bersama beberapa anak nakal lain. “Siapa yang tahu dia mau pakai foto itu buat apa.” “Kit
Tidak ada yang bisa kuberikan untuk seorang gadis broken home seperti dirinya. Aku sudah merencanakan masa depanku jauh sebelum dia karena aku benci kegagalan. Kupikir karena terlalu serius dengan apa yang belum terjadi lah yang membuatku kehilangan masa-masa berharga di usia belasan yang kuhabiskan untuk hal-hal membosankan. Lalu ketika sudah terlalu terlambat, aku jatuh cinta layaknya remaja pada seorang remaja. Meskipun itu juga bukan perasaan sepihak, dengan Saira, aku tahu itu adalah kesalahan. Aku memang tidak bisa menyembunyikan betapa seringkali aku berharap dia bukan seorang gadis SMA berseragam ketika dia mendekat Tapi, sebenarnya yang menjadi masalah kemudian bukanlah hubunganku dengannya. Satu sekolah dihebohkan dengan berita tentang Saira. Entah siapa pelakunya, foto-foto Saira tengah bersama pria dewasa berserakan di depan gerbang sekolah. Itu menjawab kegelisahannya tentang a
Kepalaku mendadak berdenyut. Tidak tahan, aku meninggalkan ruangan dan pergi ke halaman belakang untuk merokok. Berharap Saira juga ada di sana. Tapi yang kutemukan malah siswa lain. Magisa –seorang siswa yang mempunyai reputasi sangat baik di sekolah. Dia berdiri di sudut tempat Saira biasa merokok sembunyi-sembunyi seolah sedang menunggu seseorang datang. “Saira nggak masuk hari ini,” katanya dan tentu saja itu membuat sangat terkejut. Lalu ia tersenyum. “Bapak nggak usah khawatir, selain aku nggak ada lagi orang yang tahu kok.” “Apa yang kamu lakukan di sini?” aku berusaha untuk tetap tenang walaupun sebenarnya aku juga melihat dia seperti ancaman yang sama ketika terakhir kali aku bertemu dengan Saira di sini. Magisa adalah teman sekelas Saira. Seorang gadis berkaca mata dan behel yang sering diceritakan Saira padaku se
Foto-foto yang pernah diperlihatkan Magisa padaku sudah tersebar. Ananda adalah salah satu gadis yang ada di foto itu. Magisa sudah mengakui bukan dia pelakunya. Namun, yang disalahkan justru bukan si penyebar foto, melainkan Saira yang dituduh mengajak teman-temannya ikut terseret dalam prostitusi. Karena itu kemudian ada sekelompok anak laki-laki yang iseng mempermainkannya di sekolah. Ananda tewas dengan menggantung dirinya pada langit-langit kamar di rumahnya. Sebelum kematiannya, katanya dia terlihat biasa saja. Tidak menunjukan tanda-tanda bahwa sebelumnya ia dilecehkan oleh beberapa orang siswa lelaki di sekolah. Pelaku pelecehan itu sudah diserahkan ke polisi atas desakan seluruh orang tua murid. Saira juga dikeluarkan dari sekolah dan menghilang. Saat semua orang menyalahkannya, ia bersembunyi seperti pengecut. Saira tidak pernah menjelaskan apa pun. Tidak juga teman-temannya yang