Kapan Bunga mengakui kehamilannya?
🏵️🏵️🏵️Setelah selesai makan malam dan menjalankan salat Isya, aku merebahkan tubuh ke tempat tidur. Mas Ezza masih berada di ruang TV bersama papanya, sedangkan mama mertua dari tadi sudah masuk kamar. Aku mengusap perut dan menyadari ada sang buah hati di dalam. Nikmat yang kurasakan saat ini sangat indah karena sebentar lagi akan menyandang status sebagai ibu. Seandainya Mas Ezza mengetahui kehamilan ini, seperti apa reaksinya? Apa dia akan bahagia? Ingin rasanya mengatakan kabar ini kepadanya, tetapi hatiku masih sedikit kesal.“Belum tidur, Sayang?” Mas Ezza tiba-tiba masuk kamar. Aku segera menjauhkan tanganku dari perut. “Belum, Mas.” Dia mengunci pintu kamar lalu menghampiriku.“Maafin aku, ya, Sayang. Aku nggak mau melihat kamu sedih.” Dia merebahkan tubuhnya, kemudian memelukku dari belakang. Posisiku saat ini sedang memunggunginya.“Jangan sakitin aku jika kamu tidak ingin aku sedih.”“Aku janji tidak akan pernah membuat kamu sedih lagi.” Dia memelukku makin erat, tanga
🏵️🏵️🏵️Aku tidak ada niat sedikit pun untuk menjauhkan Mas Ezza dari anaknya. Namun, hati ini masih belum terima dengan kejadian kemarin siang. Aku butuh waktu agar dapat menepiskan bayangan atas apa yang dilakukan oleh teman lamanya.Mas Ezza mencium perutku, hati ini merasa bersalah karena tidak memberitahukan tentang kehamilanku kepadanya. Saat melihatnya bersedih seperti ini, aku tidak kuasa. Ingin rasanya menenangkannya. Namun, entah kenapa aku tidak melakukannya.“Semarah itukah kamu padaku, Sayang? Kamu tega menyembunyikan kehamilanmu dariku. Apa kamu tidak ingin kita merasakan kebahagiaan bersama-sama? Apa tujuan kamu melakukan ini?” Aku tetap bingung dengan pertanyaan Mas Ezza.“Aku minta maaf.”“Kamu pikir aku nggak aneh melihat kamu mual-mual? Aku juga perhatiin kamu saat minum jus. Kamu terlihat sangat menikmatinya. Aku curiga sampai akhirnya menghubungi Dokter Aliyah untuk bertanya tentang mual-mual yang kamu rasakan.”“Ternyata kamu tahu dari Dokter Aliyah?” Aku tidak
🏵️🏵️🏵️“Aku ngidam agar kamu tetap setia menjadi suamiku dan ayah dari anak ini.” Aku memegang perutku.“Tanpa kamu minta, aku pasti melakukan hal itu.” “Jangan pernah sakiti hatiku, Mas. Aku nggak kuat. Jika kamu kembali melakukan hal itu, aku lebih baik pulang ke rumah orang tuaku. Aku akan membesarkan anak ini dengan penuh cinta dan kasih sayang. Kamu bebas melakukan apa yang kamu mau.”Mas Ezza langsung menempelkan jari telunjuk kanannya ke bibirku. “Jangan pernah ngomong seperti itu, Sayang. Aku tidak akan mungkin menyakitimu.”“Aku akan mencoba untuk kembali percaya padamu.”Mas Ezza memelukku. Dia selalu mampu membuat diri ini luluh dengan kemesraan yang dia tunjukkan. Aku akui, dia tidak membuatku merasa menderita walaupun pernikahan kami berawal dari sebuah kesepakatan dan perjodohan. Dia mampu membuatku merasakan kasih sayangnya.Tiba-tiba terdengar suara getaran pesan masuk dari ponselku. Mas Ezza meraih benda tersebut lalu menyerahkannya kepadaku. Aku membuka pesan ters
🏵️🏵️🏵️Hari ini, aku dan Mas Ezza kembali ke kampus. Sebelum mata kuliah dimulai, Mas Ezza ingin berbicara empat mata dengan Dika. Aku tetap mengingatkan dirinya untuk tidak terpengaruh dengan sikap mahasiswa yang selalu berusaha mendekatiku itu.“Hati-hati, ya, Mas. Kamu tahu kalau Dika itu nekat. Kalau dia memang punya pikiran baik, nggak mungkin tetap mendekati wanita yang udah menikah.” Aku ingin agar Mas Ezza tetap berhati-hati.“Iya, Sayang. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Kamu jangan khawatir.” Mas Ezza akhirnya melangkah menuju ruangannya dan aku pun memasuki kelas.Terus terang, aku sangat khawatir dengan pertemuan Mas Ezza dan Dika. Mas Ezza memiliki tingkat kecemburuan tinggi, sedangkan Dika sangat kuat dengan ambisi dan percaya diri. Aku tidak tenang membayangkan pembicaraan di antara mereka.“Kamu kenapa? Mukanya, kok, kelihatan bingung?” Reva mengagetkanku.“Aku khawatir banget, nih, Va.” Aku ingin jujur kepada Reva.“Ada apa?”“Suamiku meminta agar Dika menemuiny
🏵️🏵️🏵️Aku merasa bersalah karena tidak jujur kepada Mas Ezza. Seandainya saat aku tahu kalau Dika adalah laki-laki yang dulu pernah ada dalam hatiku dan langsung mengatakannya kepada Mas Ezza, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.Mas Ezza terlihat panik, dia tiba-tiba menepi dan menghentikan mobilnya. Aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Dia meraih kedua tanganku dan menatapku sangat dekat. Terus terang, aku bingung dengan sikap yang dia tunjukkan.“Sayang, aku suamimu. Kenapa kamu menutupi tentang kedekatanmu dengan Dika di masa lalu?” tanya Mas Ezza.“Kami nggak dekat, Mas. Aku bertemu dengannya hanya sekali. Itu juga saat dia menolongku dari kehancuran itu.” Aku memberikan penjelasan.“Tapi dia mengikuti kegiatanmu hingga SMA. Itu yang dia ceritakan padaku tadi. Dia berani berterus terang kalau dia mencintaimu hingga detik ini.”“Itu nggak mungkin, Mas. Aku milik kamu.” “Tapi kenyataannya dia tetap mengaku mencintaimu, Sayang. Aku hampir bertindak kasar tadi pada
🏵️🏵️🏵️“Tapi tadi kamu bilang kalau dia mengikuti kegiatanku sampai SMA.”“Iya, Sayang. Tapi itu dia lakujan dari jarak jauh. Apa kamu pernah memberikan harapan padanya?”Mas Ezza seolah-olah menyudutkanku. “Kamu apa-apan, sih, Mas? Kenapa malah nuduh aku?”“Aku nggak nuduh kamu, tapi aku sangat aneh melihat usahanya.”“Aku akan jujur sekarang padamu, Mas. Sebenarnya, dia cinta pertamaku. Aku mengaguminya karena dia telah menyelamatkanku. Tapi aku nggak pernah mengatakan isi hatiku yang sebenarnya padanya karena aku bertemu dengannya hanya sekali.” Akhirnya, aku berhasil mengatakan yang sebenarnya kepada Mas Ezza.“Sekarang aku tahu jawaban dari sikap yang kamu tunjukkan sebelum kamu mengakui cintamu padaku. Aku yakin kalau kamu sulit menerimaku karena masih memikirkan dia.” Mas Ezza berhasil menebak apa yang kurasakan.“Aku berusaha keras mengeluarkan dia dari dalam pikiran dan menerima kamu seutuhnya menjadi suamiku. Akhirnya, setelah dua tahun pernikahan kita, aku baru yakin dan
🏵️🏵️🏵️“Alhamdulillah udah enakan, Mah. Nggak usah, deh, Mah. Bunga bawa istirahat aja.” Aku meyakinkan mama mertua.“Za, bawa istri kamu istirahat ke kamar supaya lebih nyaman rebahannya,” titah wanita itu kepada Mas Ezza.“Iya, Mah.” Mas Ezza segera menggendongku.Sepanjang perjalanan menuju kamar, Mas Ezza lebih banyak memandangiku. Entah kenapa, tatapan itu membuatku salah tingkah walaupun dia suamiku. Rasanya seperti kembali ke masa dulu saat mendapatkan perhatian dari seseorang.Setelah sampai di kamar, Mas Ezza merebahkanku ke tempat tidur. Dia juga melakukan hal yang sama, berbaring di sampingku lalu memelukku. Kehangatan itu benar-benar nyata aku rasakan walaupun tadi dia membuatku tersinggung.“Aku minta maaf, ya, Sayang.” Mas Ezza mencium keningku.Aku berusaha tersenyum kepadanya dan dia makin erat memberikan pelukan. Ternyata rasa ego yang ada dalam hati ini mampu terkalahkan dengan perhatian dan kasih sayang yang dia tunjukkan. Aku kembali bermesraan dengannya.“Aku sa
🏵️🏵️🏵️Aku sedih dengan apa yang terjadi sekarang. Saat hati ini benar-benar mencintai Mas Ezza, rintangan pun datang menghadang. Dara yang merupakan teman masa lalu Mas Ezza, selalu berusaha mengusik ketenangan rumah tangga kami.Sepertinya aku lebih baik menenangkan diri dulu di rumah orang tuaku. Dalam keadaan hamil seperti ini, aku merasa lebih mudah terbawa perasaan. Ini tidak boleh terjadi karena takut berpengaruh pada janin yang ada dalam kandunganku.Aku juga akan memberitahukan tentang kehamilan ini kepada Mama dan Papa. Mereka pasti sangat bahagia menerimaku melewati masa-masa saat hamil. Aku juga ingin bermanja dan menikmati kasih sayang mereka.Aku melepaskan ciuman Mas Ezza lalu meminta tolong kepadanya. “Tolong antarkan aku ke rumah orang tuaku, Mas.” “Sayang, aku mohon, jangan seperti ini. Apa kata Mama dan Papa kalau kamu pergi dari rumah?” Mas Ezza menggenggam jemariku.“Aku yakin mereka pasti ngerti. Dalam keadaan seperti ini, aku ingin dekat dengan orang tuaku. A
🏵️🏵️🏵️“Aku sudah mengetahui semuanya tentang rencana Cindy dan kakaknya yang telah menjebak Pak Ezza. Mereka yang melukai Pak Ezza hingga membuatnya tidak mengingatmu.” Dika tidak tahu kalau Mas Ezza hanya berpura-pura hilang ingatan.“Maksudnya apa, Dika?” Aku tidak mengerti arah pembicaraannya.“Cindy sudah menceritakan semuanya padaku. Tapi sayang, saat itu aku lupa merekam semua pengakuannya. Sekarang, coba kami pancing kakaknya agar memberitahukan semuanya, tapi kamu harus rekam untuk dijadikan bukti. Aku tahu kalau dia sering ke rumah mertuamu menemui Pak Ezza.” Aku pun menerima saran Dika supaya Dara segera mengakui perbuatannya hingga Mas Ezza tidak perlu berpura-pura hilang ingatan lagi.“Okeh, Dika. Terima kasih atas bantuanmu.”“Iya, Bunga. Aku senang dapat membantumu.”Kami pun mengakhiri pembicaraan lalu aku menutup telepon. Aku sudah yakin untuk menjalankan apa yang Dika sarankan. Aku sangat terharu karena dia bersedia membantuku.Aku menunggu kedatangan wanita yang t
🏵️🏵️🏵️Hari ini, usia kehamilanku memasuki tujuh bulan. Aku sangat sedih karena acara syukuran diadakan di rumah orang tuaku. Tujuannya agar Mas Ezza tidak mendengar siapa ayah bayi yang ada dalam kandunganku.Aku tidak ingin Mas Ezza bingung saat mendengar namanya disebut. Ini demi kesehatannya. Kedua mertuaku tetap memberikan semangat kepadaku. Aku sangat mengerti apa yang mereka pikirkan.“Kamu yang sabar, ya, Nak. Semoga semuanya kembali seperti dulu lagi.” Mama mertua mengusap-usap perutku.“Iya, Mah. Bunga akan tetap kuat dan sabar demi kebaikan Mas Ezza.” Aku berusaha tersenyum kepadanya.Acara pun segera dimulai. Seorang ustaz yang telah Papa minta memimpin doa akan menyebutkan nama ayah bayi yang ada dalam kandunganku. Namun, tiba-tiba ustaz tersebut bertanya tentang Mas Ezza.Papa mertua memberikan penjelasan tentang keberadaan Mas Ezza. Beliau terpaksa berkata kalau Mas Ezza sedang berada di luar kota. Akhirnya, ustaz pun mengerti.“Baiklah, acara akan segera kita mulai.
🏵️🏵️🏵️Setelah beberapa hari kemudian, Mas Ezza kembali ke rumah orang tuanya. Aku tidak terima ketika Dara juga turut mendampinginya, tetapi aku hanya bisa diam demi kesehatannya. Mama mertua selalu menenangkan aku agar tetap kuat dan tegar.“Kamu tinggal di sini juga?” tanya Mas Ezza kepadaku. Dada ini terasa sesak mendengar pertanyaan itu.“Iya, Mas.” Aku berusaha tersenyum.Sebelum Mas Ezza tiba di rumah, mama mertua meminta Bi Imah memindahkan barang-barangku dari kamarnya ke kamar lain demi kebaikannya. Kami tidak ingin melihat Mas Ezza kesakitan saat ingin mencoba mengingat sesuatu.“Bunga itu adik sepupu kamu, Nak. Dia sudah Mama anggap seperti anak sendiri.” Mama mertua turut menimpali pertanyaan Mas Ezza.“Suami Bunga ke mana, Mah? Sepertinya Bunga lagi hamil, ya.” Aku hampir pingsan mendengar pertanyaan itu.“Suaminya nggak bertanggung jawab, Sayang.” Tiba-tiba Dara membuka suara. Wanita itu menyandarkan kepalanya ke bahu Mas Ezza.“Itu nggak benar, Nak. Suaminya orang ba
POV DARA 🏵️🏵️🏵️“Kamu di rumah sakit.”“Kamu siapa?” Pertanyaan itu yang kuharapkan.“Aku Dara, tunanganmu, Sayang.” Aku pun mulai menjalankan rencana.“Tunanganku? Aku siapa?”“Kamu Ezza.”Aku pun meraih tangan Ezza lalu menggenggamnya. Aku benar-benar merasakan kehangatan yang luar biasa. Aku sudah lama menantikan saat-saat ini tiba. Ternyata harapan itu kini menjadi kenyataan. Cindy tersenyum melihat ke arah kami.Tiba-tiba terdengar suara seorang ibu memanggil nama Ezza. Aku pun menoleh, ternyata dia bersama Bunga. Kedua wanita itu langsung menghampiri laki-laki yang sangat aku cintai lalu memintaku menjauh.“Sayang, kamu nggak apa-apa?” tanya ibu tersebut kepada Ezza.“Maaf, Ibu siapa?” Ezza sama sekali tidak mengenali mamanya.“Ini Mama, Sayang, dan ini istri kamu.” Wanita paruh baya itu meraih tangan istri Ezza.“Istri? Aku sudah memiliki istri? Tapi wanita itu tadi mengaku sebagai tunanganku.” Ezza menunjuk ke arahku.“Dia wanita yang selalu mengusik rumah tangga kita, Mas.
POV DARA🏵️🏵️🏵️Waktu terus berlalu, akhirnya apa yang kusembunyikan dari banyak orang tentang status pernikahanku dengan Arif, terbongkar juga. Istri pertamanya mengetahui penikahan kami.Akhirnya, terjadi pertengkakaran antara diriku dan istri pertama Arif. Beberapa orang tahu tentang statusku. Mereka tidak tahu kalau rasa putus asa yang menyelimuti hati kala itu, membuatku menerima pinangan lelaki beristri.Saat itu, aku bingung harus berbuat apa, apalagi laki-laki yang ada dalam hatiku sejak dulu, selalu menolak perasaan yang kumiliki. Oleh karena itu, aku menjadikan Arif sebagai pelarian, walaupun pernikahan itu akhirnya kandas.Kini, aku benar-benar sendiri dan memiliki kesempatan besar mencari perhatian Ezza. Aku merasa kalau takdir telah berpihak kepadaku untuk tetap kembali mendekati laki-laki tampan itu. Harapan itu sudah ada di depan mata. Ezza akan menjadi milikku.Aku akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Ezza. Aku tidak terima dengan sikapnya yang selalu dingi
POV DARA🏵️🏵️🏵️“Kakak nggak apa-apa, kok, Dek.” Aku menutupi kekesalanku karena menurutku Cindy masih terlalu kecil untuk mengetahui masalah yang kuhadapi.“Pasti Kakak mau bilang kalau Cindy masih kecil. Iya, ‘kan?” Anak itu selalu saja mampu membuatku tertawa.“Nanti kalau kamu udah SMP, Kakak pasti cerita, deh.” Aku memberikan pengertian kepadanya.“Janji, ya. Kakak nggak boleh bohong.” Cindy terlihat serius.“Iya, Kakak janji.” Aku pun meyakinkan dirinya.Saat duduk di bangku SMA kelas dua, aku kembali mengungkapkan cinta yang tetap bersemayam dalam hati ini kepada Ezza. Seperti jawaban sebelumnya, hanya penolakan yang dia berikan kepadaku. Aku makin tidak mampu menghapus dirinya dari dalam pikiran.Cinta yang kumiliki untuk Ezza kian besar. Aku merasa telah terhipnotis oleh pesona yang dia pancarkan. Banyak teman yang memintaku untuk mundur saja, tetapi hati ini tetap ingin mendapatkan balasan perasaan darinya.“Apa, sih, yang kamu harapin, Dar? Ezza itu nggak cinta sama kamu.
🏵️🏵️🏵️Aku duduk di taman belakang rumah mertua sambil menunggu Mas Ezza pulang kantor. Entah kenapa, hati ini masih terus memikirkan pesan yang Dara kirimkan tadi pagi. Ingin rasanya memberikan pelajaran kepada wanita itu, tetapi itu tidak mungkin.Aku harus menyadari kalau sekarang dalam keadaan berbadan dua. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada janin yang ada dalam rahimku. Aku harus tetap waspada dengan apa yang akan Dara rencanakan.Aku dan Mas Ezza harus mampu memahami apa tujuan Dara sebenarnya. Mungkin saat ini, wanita itu akan lebih memiliki kesempatan untuk mendekati suamiku karena dirinya sudah resmi bercerai dengan laki-laki yang pernah menikahinya.“Kamu di sini, Sayang?” Aku terkejut mendengar suara Mas Ezza yang datang menghampiriku ke taman belakang.“Iya, Mas. Kok, kamu tahu aku di sini?”“Tahu dari Mama.” Mas Ezza melangkah lalu memilih duduk di sampingku. Seperti biasa, dia langsung mengusap perutku. “Selamat sore, Anak Papa.” Dia berbicara kepada anak kami.“Mas,
🏵️🏵️🏵️Pagi kembali menyapa dengan mentari yang sangat cerah, tetapi tidak dengan hatiku saat ini. Ketika Mas Ezza menjalankan kegiatan rutinitas kembali ke kantor, aku pun memilih duduk di depan teras rumah sambil menikmati cahaya matahari pagi.Aku membuka ponsel, melihat postingan teman-teman saat sekolah. Aku sudah sangat lama tidak bertemu mereka. Sejak menikah dengan Mas Ezza, aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah karena kala itu, belum siap menerima status sebagai seorang istri.Betapa egoisnya diriku saat itu dan menganggap pernikahan dengan Mas Ezza sebagai penderitaan. Namun, dia tetap sabar dan ikhlas menghadapi sikap istri yang tidak menginginkan dirinya. Dia bahkan tidak pernah memaksaku untuk melakukan kewajiban sebagai istri.“Aku janji tidak akan meminta hakku ataupun menyentuhmu jika memang kamu belum bisa menerimaku sebagai suamimu.” Janji itu yang Mas Ezza ucapkan saat awal pernikahan kami.Jangankan menyentuhku, saat Mas Ezza menatapku sangat dekat saja, a
🏵️🏵️🏵️Aku tidak tahu apa yang Dika pikirkan saat ini. Dia masih tetap memperhatikan perutku. Aku sangat risi melihat pandangannya yang seperti itu. Ternyata Mas Ezza juga menyadari sikap yang Dika tunjukkan.Mas Ezza langsung meraih tanganku lalu kami akan beranjak dari tempat itu. Namun, baru satu langkah, tiba-tiba Dika memintaku dan Mas Ezza berhenti. Aku tidak mengerti apa tujuannya sebenarnya.“Tunggu, Bunga … aku ingin menyampaikan sesuatu padamu dan Pak Ezza.” Aku dan Mas Ezza terkejut mendengar permintaan Dika. Kami pun menghentikan langkah lalu melihat ke arahnya.“Ada apa?” tanyaku dengan nada kesal.“Hati-hati dengan Cindy.” Aku tidak mengerti maksud Dika.“Ada apa dengan Cindy?” Aku kembali bertanya “Dia punya rencana jahat untuk mengusik rumah tanggamu.” “Maksudnya apa, Dika?” tanya Mas Ezza tiba-tiba.“Ternyata Cindy memiliki kakak perempuan yang sudah lama menaruh hati pada Bapak.” Dika memberikan jawaban kepada Mas Ezza.“Kenapa mengatakan hal ini pada saya dan Bu