Home / Lain / DIREMEHKAN IPAR / Rencana Beli Mobil

Share

Rencana Beli Mobil

Author: Uci ekaputra
last update Last Updated: 2022-08-21 16:59:42

"Assalamu'alaikum."

Sayup-sayup kudengar suara Mas Irfan mengucapkan salam. Aku segera bangkit melangkah menuju pintu untuk menyambut Mas Irfan.

"Wa'alaikum salam, Mas," jawabku sembari meraih tangan Mas Irfan dan menciumnya.

Nampak Mas Irfan membawakan banyak sekali oleh-oleh dari kampung. Aku segera membantunya membawa masuk ke dalam rumah.

"Banyak sekali bawaannya, Mas?" tanyaku heran dengan bawaan Mas Irfan yang banyak.

"Iya, Han. Kata Emak suruh bagiin ke tetangga-tetangga kita," jawab Mas Irfan duduk di kursi setelah memasukkan semua barang yang dibawa olehnya.

Aku pun bergegas ke dapur membuatkan teh untuk Mas Irfan. Biasanya aku selalu menyuguhkannya bersama kue yang aku sisihkan, tapi sekarang kuenya tidak tersisa sama sekali karena ulah Mbak Santi.

Selesai membuat teh, aku membawanya ke ruang tamu untuk disuguhkan pada Mas Irfan.

"Tehnya, Mas," ucapku sembari menyodorkan teh pada Mas Irfan.

Aku pun duduk di samping Mas Irfan setelah menyuguhkan teh untuknya.

"Iya, terima kasih. Ayu kemana, Han?" tanya Mas Irfan.

"Masih tidur, Mas." Untung saja Ayu masih tidur sampai sekarang. Jika saja dia bangun saat aku bertengkar dengan Mbak Santi, bisa menjadi contoh yang tidak baik untuknya.

"Kamu kenapa, Han? Kok manyun gitu?" tanya Mas Irfan sembari menyesap tehnya.

"Sebel aku, Mas. Mbak Santi benar-benar menguji kesabaranku. Masak dia dengan lancangnya ngambil kue-kue pesanan Bu Dina yang sudah aku kemas tanpa bertanya padaku lebih dahulu," jawabku dengan bersungut-sungut.

"Kok bisa, Han? Memangnya kamu kemana sampai tidak tahu Mbak Santi bongkar kuemu?"

"Aku masih sholat, Mas. Aku tidak tahu Mbak Santi masuk ke dalam dapur dan mengambil kue. Sudah gitu nggak mau minta maaf. Ih dasar ipar nggak ada akhlak!" Aku jadi jengkel lagi membicarakan Mbak Santi yang minus akhlak itu.

"Ya sudah, kamu yang sabar. Nggak usah ngambekan gitu. Lalu bagaimana dengan kue pesanan Bu Dina, Han?"

"Ya Alhamdulillah masih bisa aku tambahin kue yang biasa aku sisakan untuk kamu dan Ayu, Mas. Kalau nggak, sudah tentu aku ajak gelut Mbak Santi."

"Alhamdulillah, eh nggak boleh gitu, Han. Kamu jangan buat keributan dengan Mbak Santi, doakan saja supaya Mbak Santi bisa sadar dan merubah sikapnya," ucap Mas Irfan lembut.

Haduh, suamiku itu terbuat dari apa hatinya, padahal sudah sering diremehkan Mbak Santi, masih saja mau mendoakan yang baik untuknya. Aku saja yang istrinya tidak bisa menahan diri menghadapi Mbak Santi yang ajaib itu.

"Yey, Ayah sudah pulang," seru Ayu dengan muka bantalnya.

"Sini, Nak. Duh, putri Ayah baru bangun tidur, ya?" tanya Mas Irfan sembari melambaikan tangan pada Ayu.

Ayu pun berlari menghambur ke dalam pangkuan Mas Irfan. Aku tersenyum melihat kebahagian yang terpancar di wajah polosnya.

"Ayah, kapan kita akan beli motor baru seperti punya Budhe Santi?" tanya Ayu sembari bergelayut manja pada Mas Irfan.

"InsyaAllah, kalau Ayah punya rezeki lebih, kita beli motor, atau Ayu pengen kita beli mobil saja? Kan enak nggak kehujanan ataupun kepanasan," jawab Mas Irfan membuat senyum Ayu semakin melebar.

"Wuah, beneran Yah? Ayah mau beli mobil?" tanya Ayu dengan mata yang berbinar.

"InsyaAllah, kalau ayah punya rezeki lebih. Ayu doakan Ayah supaya rezeki kita lancar, ya?"

"Iya, Yah. Hore ... hore, sebentar lagi kita punya mobil," jawab Ayu mengangkat tangannya kegirangan.

Aku tersenyum bahagia melihat putri kami kegirangan. Kebahagiaan sederhana ini lah yang membuatku bisa menahan diri dari hinaan ataupun ejekan dari Mbak Santi.

"Mas, memang Mas Irfan mau beli mobil?" tanyaku heran.

"InsyaAllah, Han. Disuruh emak, kata emak kalau beli mobil, setiap Mas pulang bisa ajak kamu dan Ayu sekalian. Kan tidak perlu kecapekan naik motor," jawab Mas Irfan.

"Oh, gitu. Tapi belinya jangan waktu dekat ini, Mas. Nanti saja kalau sudah mau pulang ke rumah emak lagi." Aku masih ingin memberikan kejutan yang lain untuk Mbak Santiku tersayang. Dia tidak boleh terkejut terlebih dahulu dengan mobil yang akan dibeli Mas Irfan.

"Iya, Han. Mas juga rencananya gitu, lagian kalau dalam waktu dekat, Mas masih sibuk di sekolahan," sahut Mas Irfan.

Wah, ternyata kesibukan Mas Irfan seolah mendukung rencanaku. Aku senyam-senyum sendiri memikirkannya.

"Ada apa kok senyum-senyum sendiri?" tanya Mas Irfan padaku.

"Nggak, Mas. Oh iya, kalau sudah nggak capek anterin kuenya Bu Dina ya, Mas?" jawabku mengalihkan pembicaraan. Mas Irfan tidak boleh tahu rencanaku, dia pasti marah jika aku berniat membalas Mbak Santi.

"Iya, tapi Mas mandi dulu, Han. Gerah, di perjalanan kena debu terus," jawab Mas Irfan bangkit dan menurunkan Ayu dari pangkuannya.

Mas Irfan pun melangkah menuju kamar mandi untuk menyegarkan badannya. Sementara aku dan Ayu masih duduk di sofa sambil menikmati buah tangan pemberian mak.

"Enak ya, Nak?" tanyaku pada Ayu yang sedang makan kripik dengan lahap.

"Iya, Bu," jawabnya dengan mulut penuh.

"Pelan-pelan, Nak. Nanti kamu tersedak lho," ucapku mengingatkan Ayu.

Aku mengelus kepala Ayu dengan penuh sayang, putriku memang sangat menyukai kripik buatan emak.

"Han, Mas sudah selesai mandi, jadi kapan mengantar kue Bu Dina?" tanya Mas Irfan yang sudah tampak segar.

"Sekarang juga bisa, Mas," jawabku sembari bangkit melangkah ke dapur untuk mengambil kue yang akan diantar ke rumah Bu Dina.

Setelah sampai di dapur, aku mengambil kardus yang berisi kue dan membawanya ke ruang tamu.

"Ini, Mas. Sampaikan terima kasihku untuk Bu Dina ya, Mas. Terima kasih sudah memesan kue dariku," ucapku kepada Mas Irfan menyerahkan kardus yang aku bawa pada Mas Irfan.

"Iya, Han. Mas berangkat dulu." Mas Irfan menerima kardus yang aku berikan dan beranjak pergi mengantarkan kue ke rumah Bu Dina.

Related chapters

  • DIREMEHKAN IPAR   Ditegur Mas Doni

    "Han, kamu sudah memberikan oleh-oleh dari emak untuk keluarga Mas Doni?" tanya Mas Irfan ketika aku sedang memasak untuk sarapan."Belum, Mas. Rencananya setelah selesai sarapan aja, masih malas aku bertemu dengan Mbak Santi," jawabku membuat Mas Irfan mengulum senyum.Mas Irfan mendekat padaku dan berkata, "Jangan terlalu diambil hati, Han. Memang sudah sikapnya Mbak Santi seperti itu. Kasihan Mas Doni nanti, jika kamu bertengkar terus dengan Mbak Santi.""Tapi kan, Mbak Santi memang sudah keterlaluan, Mas," sanggahku."Ya kamu sebagai adik harus banyak mengalah, Han. Mungkin saja Mbak Santi sedang khilaf," ucap Mas Irfan lembut."Kok, Mas malah belain Mbak Santi, sih. Istrimu itu aku lho, Mas. Jihan bukan Mbak Santi!" sahutku cemberut."Bukannya Mas membela Mbak Santi, Han. Tapi kita sebagai adik juga harus mengalah, agar tidak terjadi pertengkaran antar saudara, Han," terang Mas Irfan."Ah, tau lah, Mas. Pagi-pagi sudah bikin aku sebel dengan belain Mbak Santi," ucapku sembari meny

    Last Updated : 2022-08-21
  • DIREMEHKAN IPAR   Tukang Ngadu

    Aku keluar dari rumah Mas Doni dengan hati jengkel karena ditegur olehnya, mentang-mentang Mbak Santi istrinya dibela-bela terus."Eh, Jihan. Baru dari rumah, ya?" tanya Mbak Santi yang baru saja tiba dengan menaiki motor barunya.Mbak Santi turun dari motor sembari menenteng tas belanjaannya. Kebiasaan, dandan sudah seperti toko emas berjalan. Kalau ada jambret baru tau rasa."Iya," jawabku ketus."Lah, ditanya baik-baik kok jawabnya ketus gitu, Han? Lagi PMS ya?" tanya Mbak Santi sok polos.Aku melengos pergi tanpa menjawab pertanyaan Mbak Santi. Malas banget melihat muka Mbak Santi, apalagi aku baru saja ditegur Mas Doni gara-gara Mbak Santi tukang ngadu."Kok ditanya malah pergi sih, Han?" Suara Mbak Santi masih terdengar bertanya padaku yang sudah hampir sampai di halaman rumahku.Setelah sampai di rumah, aku bergegas masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan Mbak Santi. Sakit hatiku karena Mas Doni sampai menegurku tanpa tau apa alasan semua tindakanku.Mas Doni memang terlalu mem

    Last Updated : 2022-09-06
  • DIREMEHKAN IPAR   Kreditan

    Selesai mencuci aku duduk di teras sembari menemani Ayu yang sedang bermain pasir di halaman.Sekalian menunggu Mas Irfan pulang dari mengajar. Netraku tak sengaja melihat Indah sedang menggedor-gedor pintu rumah Mbak Santi dengan keras."Ndah," teriakku memanggil namanya.Indah yang mendengar namanya dipanggil menolehkan kepalanya kepadaku, setelah melihatku dia bergegas melangkah ke arahku."Kamu ngapain gedor-gedor pintu rumah Mbak Santi, Ndah?" tanyaku begitu Indah sudah sampai di hadapanku."Lagi nyari Mbak Santi aku, Han," jawab Indah sembari menghempaskan tubuhnya di kursi di sampingku."Memang ada keperluan apa mencari Mbak Santi, Ndah?" tanyaku penasaran.Indah menghela nafas panjang dan menjawab, "Mbak Santi sudah lama nunggak bayar emas-emas yang dia pakai, Han. Aku pusing sekali setiap ditagih selalu ngilang," jawab Indah sembari memijit keningnya.Mataku membulat mendengar apa yang baru saja diungkapkan oleh Indah. Jadi perhiasan yang dipamerkan Mbak Santi selama ini kred

    Last Updated : 2022-09-07
  • DIREMEHKAN IPAR   Bertengkar Dengan Mbak Santi

    "Bu, Ayu masuk ke dalam dulu, Ayu sudah mengantuk menunggu Ayah tidak pulang-pulang," keluh Ayu sembari membereskan mainannya."Iya, Nak. Ayu tidur saja dulu, Ibu masih menunggu Ayah pulang."Ayu pun melangkah masuk ke dalam rumah, kulihat dia berbelok menuju kamarnya untuk tidur."Han ... Jihan." Suara teriakan Mbak Santi terdengar di telingaku setelah kepergian Indah beberapa menit yang lalu.Aku menolehkan kepala melihat Mbak Santi yang lari menuju ke arahku dengan tergopoh-gopoh."Ada apa, Mbak?" tanyaku begitu Mbak Santi tiba di depanku.Mbak Santi duduk di sampingku sambil mengatur nafasnya setelah berlari-lari."Ada minum nggak, Han? Ambilin minum dong, Han?Mbak haus nih, habis lari-lari," pinta Mbak Santi dengan entengnya.Aku hanya melongo mendengar apa yang diucapkan Mbak Santi. Bisa-bisanya dia main perintah saja. Baru juga datang sudah merepotkan, siapa suruh lari-lari segala. Dengan cemberut aku bangkit dari duduk untuk mengambilkan air minum Mbak Santi.Aku melangkah de

    Last Updated : 2022-09-08
  • DIREMEHKAN IPAR   Mendatangi Mas Doni

    "Jadi kamu bertengkar lagi dengan Mbak Santi, Han?" tanya Mas Irfan setelah aku menceritakan semua yang terjadi.Kami sedang duduk bersantai di atas ranjang untuk beristirahat di dalam kamar. Kamar yang hanya berisi satu lemari pakaian yang tak terlalu besar, hanya untuk menyimpan baju-baju kami dan sebagian barang-barang penting lainnya, termasuk berbagai perhiasan pemberian emak.Setiap musim panen, emak selalu memberikan aku satu set perhiasan. Tapi aku jarang sekali memakainya, kadang aku malah merasa risih jika memakai perhiasan. Katakanlah aku aneh, memang kenyataannya seperti itu.Aku tidak seperti Mbak Santi yang gemar dengan kemewahan. Dari dulu aku lebih suka hidup sederhana seperti Mas Irfan."Iya, Mas. Aku sudah tidak bisa menahan diri kalau Mbak Santi sudah menghinamu, Mas. Aku tidak rela jika Mbak Santi terus meremehkanmu, aku sudah kadung emosi mendengar Mbak Santi berbicara seperti itu."Mas Irfan nampak menghela nafas, aku tahu kalau aku salah karena tidak bisa menaha

    Last Updated : 2022-09-09
  • DIREMEHKAN IPAR   Fakta Yang Sesungguhnya

    "Aku tidak pernah mengumbar aib pada siapa pun Mas!" seruku tidak terima dengan tuduhan Mas Doni."Jangan mengelak kamu, Han! Santi sudah menceritakan semuanya padaku," balas Mas Doni nampak tidak mau kalah.Aku geram mendengarnya, ternyata Mbak Santi lah yang berada di balik semua tuduhan Mas Doni. Benar-benar minta di tampar mulutnya. Beraninya dia menfitnahku tanpa memikirkan akibatnya."Inilah kurangmu, Mas. Kamu tidak pernah mencari tahu terlebih dahulu fakta yang sebenarnya. Kamu langsung mengambil kesimpulan sendiri tanpa mendengarkan dari pihakku. Aku adikmu satu-satunya, Mas. Apa mungkin aku tega menceritakan aib keluarga kita?" tanyaku membuat Mas Doni terdiam."Apa aku pernah mengeluh padamu jika pembagian keuntungan tidak dibagi dengan rata? Lebih baik aku tidak usah diberikan keuntungan itu lagi, Mas," tambahku."Baiklah, jika itu maumu! Aku tidak akan pernah memberikan lagi keuntungan toko. Bisa apa kamu tanpa keuntungan toko ini? Memang benar apa yang dikatakan oleh San

    Last Updated : 2022-09-10
  • DIREMEHKAN IPAR   Terlanjur Kecewa

    Setelah kami bertemu dengan Mas Doni, Indah bergegas mengantarkan aku pulang. Kami berkendara dalam diam, aku masih larut dalam pikiranku tentang pertengkaran yang telah terjadi antara aku dengan Mas Doni.Selang lima belas menit perjalanan kami pun tiba di rumahku. Aku langsung turun begitu Indah memberhentikan motornya di halaman rumahku."Mampir dulu, Ndah," tawarku pada Indah setelah aku turun."Iya, Han," jawab Indah sembari turun dari motornya.Kami pun melangkah bersama menuju pintu rumahku, aku mengetuk pintu perlahan dan mengucapkan salam."Assalamu'alaikum, Mas."Selang beberapa detik Mas Irfan muncul dari balik pintu sembari menggendong Ayu."Wa'alaikum salam, Han," ucap Mas Irfan sembari membuka lebar pintu."Ayo masuk, Ndah," ajakku pada Indah.Aku dan Indah pun masuk ke dalam rumah, sementara Mas Irfan dan Ayu sudah pamit ke dalam terlebih dahulu. Mas Irfan memang selalu membatasi diri untuk tidak ikut mengobrol jika ada temanku yang datang ke rumah, bukan karena Mas Irf

    Last Updated : 2022-09-11
  • DIREMEHKAN IPAR   Fitnah Mbak Santi 1

    Sudah berhari-hari berlalu, aku masih saja bungkam tentang pertengkaranku dengan Mas Doni dan Mbak Santi. Mas Irfan pun tidak pernah menanyakan apa yang terjadi sebenarnya.Aku sedikit lega karena Mas Irfan tidak lagi menanyakannya. Jujur aku tidak mau membuat Mas Irfan terluka karena sering diremehkan dan dihina. Walaupun aku tahu bahwa ketakutanku tidak pernah terbukti. Mas Irfan orang yang sangat sabar, saat ada orang yang menghinanya, dia akan menanggapinya dengan sabar.Kalau aku jadi Mas Irfan, aku akan membungkam satu-satu orang yang sudah menghinaku dengan kenyataan yang sebenarnya."Han?" panggil Mas Irfan sembari menggoyangkan tanganku."Eh, sudah pulang, Mas? Suara motornya tidak terdengar, Mas." Aku terkejut dengan kedatangan Mas Irfan, sungguh aku tidak mendengar suara motornya."Iya, Han. Mungkin kamu sibuk melamun, mangkanya nggak dengar waktu Mas pulang. Tolong buatkan minum untuk mereka, Han."Aku menoleh, menatap ke arah teras, mataku membulat ketika melihat sebuah m

    Last Updated : 2022-09-12

Latest chapter

  • DIREMEHKAN IPAR   Mas Doni Meminta Maaf/ Akhir

    Tak terasa beberapa bulan berlalu, sebentar lagi bulan Ramadhan telah tiba. Mas Irfan berencana mengajak kami pindah ke rumah Emak menjalani puasa Ramadhan bersama Emak dan Bapak. Semua keperluan sudah Mas Irfan urus termasuk kepindahannya mengajar di kampung Emak.Aku sedikit lega karena bisa menemani Emak dan Bapak di hari tuanya. Sungguh jauh dari orangtua rasanya tidak enak, apalagi kami tidak punya saudara lagi selain Mas Doni yang sekarang tidak tahu kemana perginya.Sejak rumahnya terjual, aku tidak pernah bertemu Mas Doni ataupun Mbak Santi, seolah mereka menghilang ditelan bumi.Saat bertemu dengan adik Mbak Santi pun aku sudah bertanya padanya, tapi dia juga tidak tahu kemana perginya kakak perempuannya itu.Aku dan Mas Irfan ingin sekali bertemu dengan mereka, kami ingin meminta maaf sembari berpamitan untuk tinggal di rumah Emak seterusnya. Kami khawatir, jika kami sampai tidak diberi kesempatan untuk bertemu dengan Mas Doni dan Mbak Santi lagi.Mungkin setelah ini kami ti

  • DIREMEHKAN IPAR   Rumah Mas Doni Terjual

    "Kenapa baru mengaku saudara saat dalam keadaan susah, Mbak? Kemana saja dari dulu tidak pernah adil padaku?" Aku sudah tidak bisa lagi menahan amarah.Mbak Santi hanya diam saja mendengar pertanyaanku, tapi aku lihat raut wajahnya nampak memerah."Sudah cukup selama ini aku sudah berbaik hati pada keluargamu, Mbak. Lebih baik sekarang jangan menggangguku lagi," tambahku."Kamu tega, Han. Padahal saudaramu sedang butuh bantuanmu, kamu malah menutup mata dari penderitaan kami," ucap Mbak Santi."Mbak, bukankah kalian sendiri yang sudah membuat aku seperti ini? Kalian yang selalu meremehkan aku dan juga Mas Irfan, kan? Jadi selesaikan saja masalah kalian sendiri, jangan meminta bantuan pada orang yang kalian remehkan.""Jangan tidak punya hati seperti ini, Han," desis Mbak Santi."Apa kamu bilang, Mbak? Bukannya kalian yang tidak punya hati? Sudah lupa dengan semua yang kalian lakukan pada keluargaku?" tanyaku dengan suara meninggi."Tapi kami itu kakakmu, Han. Sudah sepatutnya kamu men

  • DIREMEHKAN IPAR   Kebangkrutan Mas Doni

    "Minumlah, Mbak," ucapku sembari menyodorkan teh hangat untuk Mbak Santi.Mbak Santi pun menerima gelas yang telah aku sodorkan dan meminumnya hingga habis. Penampilan Mbak Santi sungguh kacau, wajahnya sembab dengan mata yang membengkak karena terlalu banyak menangis."Ada apa ke rumahku, Mbak?" tanyaku pada Mbak Santi.Mbak Santi terdiam mendengar pertanyaanku, kulihat dia nampak ragu ingin berbicara padaku. Aku pun hanya diam menunggu Mbak Santi berbicara."Han, bolehkan aku meminta pertolongan darimu?" tanya Mbak Santi lirih.Aku mengernyitkan kening heran dengan apa yang ingin Mbak Santi ungkapkan sebenarnya. Memangnya dia mau minta tolong apa lagi, jika masalah uang, bukankah hasil penjualan tanah kemarin aku tidak meminta sama sekali?"Tergantung, Mbak. Katakan dulu apa yang ingin Mbak Santi mintai tolong," jawabku.Mbak Santi hanya diam mendengar jawabanku yang terkesan dingin. Jujur aku tidak tega melihat Mbak Santi dalam keadaan menyedihkan seperti itu. Tapi aku juga ingin

  • DIREMEHKAN IPAR   Kedatangan Mbak Santi

    "Alhamdulillah ya, Mas, akhirnya pembangunan Masjidnya sudah selesai. Aku jadi lebih tenang sekarang karena Masjidnya sudah mulai berfungsi dan banyak yang meramaikannya," ucapku pada Mas Irfan saat kami sedang dalam perjalanan pulang dari Masjid.Kami baru saja mengantar sumbangan karpet dan juga berbagai macam keperluan Masjid lainnya dari para warga. Semua warga sangat antusias untuk menyumbang keperluan Masjid yang lainnya."Iya, Han. Aku juga lega sekali, paling tidak kita bisa menggunakan harta kita di jalan yang benar.Semoga saja segala lelah kita menjadi berkah, Han," sahut Mas Irfan."Aamiin Allahuma Aamiin, iya Mas. Terima kasih sudah mau mengabulkan keinginanku, Mas.""Jangan berterima kasih, Han. Apa yang kamu inginkan selama aku mampu, tentu akan aku kabulkan, Han," ucap Mas Irfan.Ah, Mas Irfan sungguh manis sekali. Aku jadi senyum-senyum sendiri dibuatnya. Untung saja Ayu sedang berada di rumah Emak, kalau tidak Ayu pasti akan mengajukan banyak sekali pertanyaan padaku

  • DIREMEHKAN IPAR   Pertengkaran Mbak Santi Dan Mas Doni

    Satu minggu setelah aku mendapat kejutan dari Mas Irfan, kehidupanku berlangsung damai. Aku tak lagi bertemu dengan Mas Doni ataupun Mbak Santi, mungkin mereka sedang menikmati uang hasil pernjualan tanah kemarin.Aku tak lagi memusingkan apa yang mereka lakukan, jika mereka menyadari kesalahan mereka dan mau meminta maaf dengan tulus, aku akan memberi kesempatan pada mereka, tapi jika tidak pun tidak mengapa. Yang penting aku sudah mengikhlaskan apa yang mereka lakukan padaku.Sekarang tanah bekas toko itu masih belum aku pergunakan untuk apapun, tapi aku punya rencana sendiri untuk mengelolanya, aku ingin meminta ijin kepada Mas Irfan supaya tanah peninggalan orangtuaku itu dibangun Masjid saja. Daripada bingung untuk apa, lebih baik dibangun Masjid supaya bisa berfungsi dengan baik."Mas, boleh tidak tanah yang Mas beli dibangun Masjid saja?" tanyaku setengah ragu-ragu.Mas Irfan menoleh padaku, mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dia baca, aku menunduk tidak berani meli

  • DIREMEHKAN IPAR   Kejutan Mas Irfan

    Aku sudah lama sekali menangis setelah pulang dari rumah Mas Doni hingga kedua mataku membengkak. Hatiku remuk redam karena Mas Doni dan Mbak Santi yang sudah seenaknya.Aku beranjak bangun dari ranjang, bangkit untuk melangkah menuju ke kamar mandi untuk membasuh mukaku. Sebentar lagi Mas Irfan pulang, aku tidak mau kalau sampai dia melihatku habis menangis.Belum jauh langkahku dari ranjang, pintu kamar sudah terbuka oleh Mas Irfan. Aku pun terkejut dibuatnya."Kamu kenapa, Han?" tanya Mas Irfan yang sudah masuk ke kamar.Aku panik melihat Mas Irfan sudah pulang, aku buru-buru menyembunyikan wajahku yang habis menangis.Mas Irfan pun mendekat padaku, dipegangnya tanganku dengan lembut."Aku tahu apa yang membuatmu sampai seperti ini, Han. Sabarlah, Han, InsyaAllah yang menjadi hak kita akan kembali pada kita apapun yang terjadi," ucap Mas Irfan mencoba menenangkanku.Aku mengernyitkan kening tidak mengerti apa maksud ucapan Mas Irfan. Dan dari mana Mas Irfan tahu apa yang sedang aku

  • DIREMEHKAN IPAR   Putusnya Persaudaraan

    "Tapi aku yang sudah menjalankan toko selama ini, jadi wajar saja jika aku yang mendapatkan keuntungan toko lebih banyak, Han."Mas Doni tetap saja tidak mau mengaku salah sudah tidak adil padaku. Aku menggelengkan kepala tidak percaya dengan sikap Mas Doni. Inikah sebenarnya sifat dari Mas Doni yang tidak aku ketahui? "Aku juga berhak menjalankannya, Mas! Tapi aku tidak pernah meminta untuk menjalankannya karena memikirkanmu! Karena kamu tidak punya pekerjaan lain lagi selain menjalankan toko tersebut, aku mengalah karena aku tidak mau kamu berada dalam kesusahan," seruku dengan suara sedikit meninggi.Mas Doni nampak terperanjat mendengarku bersuara tinggi. Dia pasti tidak mengira bahwa aku berani padanya. Mulai sekarang aku tidak akan mengalah lagi, aku pasti akan meminta kembali hakku.Biarlah aku dikatakan sebagai saudara yang kejam, aku sudah lelah sekali hanya diam saja menerima perlakuan semena-mena mereka."Aku akan tetap menjual tanah itu, terserah kamu mau setuju ataupun t

  • DIREMEHKAN IPAR   Meminta Penjelasan

    Aku kembali masuk ke dalam Bank begitu Mbak Santi sudah beranjak pergi. Dalam hati aku bertanya-tanya tentang apa yang aku lihat tadi. Aku tidak bisa menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.Untuk apa sebenarnya Mas Doni sampai mempunyai hutang di Bank? Kalau hanya hidup untuk berdua saja tentu tidak perlu melakukannya, kan? Otakku berpikir keras meraba kemungkinan-kemungkinan yang telah terjadi. Akan tetapi semakin aku pikirkan, aku semakin pusing saja.Daripada aku semakin pusing lebih baik nanti aku tanyakan langsung saja pada Mas Doni, bagaimanapun juga aku masih berhak atas tanah tersebut jika akan dijual. Karena kami memang belum membaginya secara adil.Mungkin setelah pulang dari sini aku akan langsung meminta penjelasan dari Mas Doni. Aku tidak mau jika Mas Doni sampai menjual tanah peninggalan orangtua kami begitu saja. Banyak sekali kenangan yang tersimpan di sana.Biarlah hubungan kami semakin buruk, yang penting aku tidak rela jika sampai Mas Doni melakukan hal yang aku

  • DIREMEHKAN IPAR   Rencana Mbak Santi

    "Kamu kenapa, Han?" tanya Mas Irfan ketika kami sedang makan siang bersama setelah Mas Irfan pulang kerja.Aku tersadar dari lamunanku yang masih memikirkan kondisi toko tadi pagi. Sebenarnya aku ingin sekali bercerita pada Mas Irfan, tapi aku takut jika Mas Irfan menjadi banyak pikiran karena aku."Tadi sewaktu aku melihat kondisi toko, aku bertemu dengan Mas Doni, Mas." Akhirnya aku pun mulai cerita, Mas Irfan tidak akan suka jika aku menyembunyikan sesuatu darinya. Lebih baik aku menceritakan padanya sekarang daripada nanti Mas Irfan mendengar dari orang lain lagi."Lalu bagaimana, Han?" tanya Mas Irfan."Emm ... Mas Doni marah-marah padaku, Mas. Dia mengira aku senang melihat dia tertimpa musibah," jelasku."Astaghfirullah, kenapa bisa begitu, Han?" Mas Irfan geleng-geleng kepala nampak heran dengan sikap Mas Doni."Aku juga tidak tahu, Mas. Aku tidak tahu kenapa Mas Doni bisa segitu bencinya padaku. Padahal aku juga selalu mengalah padanya, Mas. Aku tidak mengerti kenapa dia bis

DMCA.com Protection Status