Adeeva kini masih berpikir keras dan berhasil menemukan ide cemerlang untuk memuaskan sang suami. Adeeva pun menuntun lengan Leonel.
“Kau ikut denganku,” ajak Adeeva.
Leonel sendiri mengerut bingung dan tetap mengikuti istrinya yang mengajak mendekat pintu. Istrinya mau ngapain, sih.
“Nah, sekarang jepitkan saja milikmu di pintu.”
“APA! Kau gila Adeeva. Yang ada punyaku bengkak dan patah nanti.”
“Ya terus aku harus bagaimana?”
“Puaskan dengan mulutmu sama tanganmu itu.”
“Aduh tanganku capek Leonel,” keluh Adeeva langsung berakting lemas. “Aku punya ide lain,” ujarnya.
“Ide apa? Jangan aneh-aneh.”
Adeeva menuntun keluar kamar dan menuju kamar dekat dapur. Adeeva membuka pintu kamar itu hingga membuat hamtaro berlari ke arahnya.
“Kau minta bantuan sama kucing kesayanganmu itu untuk oral,” ceplos Adeeva langsun
Mata Adeeva langsung melotot tajam melihat respon Leonel yang seakan ingin membelikan tas itu. Adeeva langsung mendesis pelan dan wajahnya ia buang memilih fokus ke layar tv.“Tentu saja bagus dong honey, kau akan membelikan untukku kan seperti biasa. Soalnya ini keren banget.”“Em … gimana, ya, keuangan kantor lagi kurang stabil.”“Biasanya kau pakai duit pribadi.”“Sekarang seluruh ATM milikku dipegang sama Mommy.”“Aisst … Mommy-mu sungguh keterlaluan. Lalu untuk kesehari-hari kau bagaimana?”“Aku minta sama istriku.”“HEEEEEE.” Adeeva terkejut mendengar penuturan dari Leonel. Kenapa juga namanya dibawa-bawa ke dalam percakapan dua sejoli ini.Posisi duduk Adeeva yang di tengah seperti wasit ini pun membuat Leonel justru memanfaatkan tangan untuk memeluk pinggang Adeeva dari belakang yang tidak bisa dilihat Elizabeth.&ld
Joeyi Agency.Pagi ini Adeeva berangkat kerja diantar oleh Leonel. Sepanjang jalan menuju kantor pun tangan Leonel terus menggenggam tangan Adeeva erat dengan satu telapak tangannya itu. Meski Adeeva menerocos ingin dilepaskan tapi semua itu tidak dihiraukan oleh Leonel.Saat sampai Joeyi, Adeeva merengek agar Leonel segera hengkang ke kantornya sendiri tanpa harus mengantar sampai ruangan segala. Bukan masalah tidak bersyukur tetapi Adeeva malu saja jika menjadi pusat perhatian nantinya.“Jaga diri baik-baik sayang,” ujar Leonel sebelum pergi. Tak lupa ia mengecup kening, pipi, serta bibir sang istri.Setelah selesai dikecup seluruh wajahnya, Adeeva turun mobil dan segera melambaikan tangan dadah kepada Leonel.Melihat mobil sang suami sudah jalan pergi keluar pelataran kantor membuat Adeeva segera masuk Joeyi.Sapaan hormat selalu ia terima sepanjang jalan menuju ruangan kerjanya. Ada sedikit risih mendapat perlakuan seperti in
Setelah mengatakan itu Leonel langsung pergi meninggalkan Adeeva yang masih saja berdiri tak jauh dari pintu.Telinga Adeeva pun mendengar suara pintu apartemen seperti ditendang dari luar. Adeeva merasa sangat bingung sekali saat ini. Kenapa juga Leonel berubah baik di saat dirinya menjalin kasih dengan Alex, sih. Kenapa baiknya nggak dari awal aja pas kenal kan jadi nggak runyam begini.Tak ingin membuat Leonel semakin marah pun Adeeva segera mengejar Leonel yang ternyata pergi ke dapur untuk mengambil air minum dalam kulkas. Adeeva terus mengikuti Leonel di belakangnya dan sedikit ragu saat akan menegur Leonel.Dan saat Leonel kembali berjalan pun Adeeva terus mengikuti di belakang sampai akhirnya Leonel memilih terbaring dan menatap ke Adeeva dengan kedua alis yang saling menyatu. “Kau kenapa mengikutiku terus?” tanyanya.Adeeva diam karena ekspresi Leonel kali ini sangat berbeda saat pulang kerja tadi. Kali ini ekspresi yang ditunjukkan s
Adeeva lidahnya merasa kelu untuk mengatakan kepada Alex tentang hubungan dengan Leonel yang sudah membaik ini. Apalagi melihat cinta tulus Alex menjadi tidak tega untuk mengakhrinya.Katakanlah jika ia sangat gila saat ini karena belum juga mau melepaskan Alex yang memang sangat mengerti kondisinya.Dan tak lama pelayan datang membawakan beberapa menu pesanan mereka berdua. Dan sikap Alex yang sangat manis juga lembut itu membuat Adeeva tersenyum senang. Alex mulai mengiris dan menyendokkan makanan untuk disuapkan ke mulut Adeeva.“Alex ….”“Ini rasanya sangat enak sekali baby girls, kau harus mencicipi ini dan aku jamin nanti kau akan ketagihan.”“Benarkah?”“Hmm.”Akhirnya Adeeva pun membuka mulutnya dan menerima suapan makanan dari tangan Alex. Adeeva tersenyum kala sendok itu terkena sudut bibirnya, dan membuat belepotan.“Alex … ih, kau sengaja kan?
Setelah menghabiskan waktu bersama, kini Alex dan Adeeva sudah sampai di gedung apartemen yang ditempati oleh Leonel.“Alex, kau sebaiknya sampai sini saja mengantar diriku.”“Kenapa Adeeva?”“Aku takut nanti Leonel akan marah denganmu.”“Aku tidak peduli Adeeva, lagian dia juga tahu kalau kita sepasang kekasih bukan? Jadi kau tenang saja. Lagian dia hanya cinta dengan Elizabeth.”Adeeva diam. Jujur saja ia bingung harus ngomong gimana sama Alex. Sanggup kah ia melukai pria di depannya ini? Rasanya tidak sanggup.“Iya, tapi tetap saja aku takut.”“Kau tidak usah takut baby girls, ada aku yang akan melindungimu kapanpun.” Alex pun tersenyum tipis dan kembali menggenggam tangan Adeeva begitu erat. “Justru jika aku membiarkanmu di sini—lobby rasanya seperti pria brengsek yang tidak bertanggung jawab dengan kekasihnya,” imbuhnya sambil terkekeh.
Leonel terus mengusapi kening istrinya lembut. Bahkan ia tak segan-segan selalu mengecupi kening dan pipi milik Adeeva.Suara makian dan gedoran pintu kamar di luar tak membuat Leonel enggan membukanya. Ia masih keukeh terus di dalam bersama istri tercinta. Leonel akan membiarkan kedua manusia menyebalkan itu di luar seperti orang gila yang terus menerus berteriak.Pandangan mata Leonel menangkap kelopak mata Adeeva yang sudah berkedip-kedip pelan seperti akan sadar dari pingsannya.“Adeeva ….”“Leonel.” Adeeva menatap Leonel dengan kepalanya yang pusing juga rasa syok yang tadi langsung muncul kembali hingga membuatnya langsung berjengit menjauh dari Leonel.“Adeeva ….”“Jangan mendekat! Aku takut denganmu Leonel. Kau ….”“Aku tadi emosi Adeeva, aku cemburu melihat kau bersama Alex. Makanya aku khilaf ingin membunuh Alex.”Adeeva menggeleng-geleng
Melihat ekspresi emosi Elizabeth membuat Adeeva langsung menciut. Apalagi perempuan itu bisa berbuat nekad dan melukai siapapun tanpa merasa bersalah. Dengan cepat pula Adeeva bersembunyi di belakang tubuh Leonel dan pergelangan tangannya pun dipegang erat oleh Leonel.“Leonel ….”“Kau tenang saja, ya,” sahut Leonel ikut berbisik.Suara deru napas Elizabeth pun sangat terdengar begitu ketara. Tatapan tajam nan nyalang langsung ditunjukkan ke arah Leonel dan Adeeva secara bergantian.“Kau … benar-benar pengkhianat!” tunjuknya dengan jari telujuk ke arah Adeeva dengan wajah emosi yang sangat ketara sekali. “Kau benar-benar pengkhianat Adeeva!” teriaknya kencang.“El … aku bisa jelaskan padamu.”“Diam kau Leon!” bentak Elizabeth.“Gimanapun aku harus jujur karena lama kelamaan kau akan mengetahui jika aku dan Adeeva saling mencintai,”
Rumah Sakit.Leonel dan Alex sedang menunggu dokter yang sedang memeriksa kondisi Adeeva di dalam ruang IGD. Merasa sangat khawatir dan cemas berlebihan pun membuat Leonel berjalan mondar-mandir yang membuat Alex jengah melihatnya.“Kau bisa tenang tidak sih?”Leonel tak menghiraukan protesan Alex yang masih tenang saja. Memangnya dia tidak khawatir dengan kondisi Adeeva atau bagaimana sih.“Semua akan baik-baik saja.”Leonel hanya mendecakkan lidahnya sebal. Pasalnya ia belum bisa tenang kalau belum mengetahui kondisi Adeeva.Dan tak lama dokter keluar kemudian meminta Leonel serta Alex mengikuti ke ruangan kerjanya. Dokter itu menjelaskan kondisi Adeeva yang baik-baik saja. Kedua pria itu pun langsung bernapas lega.Mengingat kondisi yang baik-baik saja pun, dokter hanya menyuruh Adeeva dirawat di rumah sakit sampai cairan infus itu habis dan boleh pulang. Karena tidak ada luka yang serius yang berbahaya.&nbs
Mendapat pesan whatsapp dari mertuanya membuat Leonel terkejut. Apalagi pesan itu mengatakan jika sang istri tengah hamil. Leonel yang baru sampai mansion langsung merasa senang. Tapi, kenapa yang memberitahukan itu mertuanya bukan Mommy Marinka?Selesai membaca tanpa membalas membuat Leonel segera masuk ke mansion. Apalagi ia ingin memberikan kejutan untuk istrinya itu kalau perjalanan bisnisnya tidak memakan cukup lama. Tidak seperti yang dikatakan sebelum berangkat. Ternyata hanya membutuhkan waktu tiga hari saja, dan itupun sudah termasuk perjalanan bolak-balik.Saat memasuki mansion, Leonel langsung bertemu dengan Marinka. Pria itu langsung memeluk dan mencium pipi Marinka.“Mom, Adeeva mana? Tadi aku dapat kabar kalau dia sedang hamil. Apa betul?”Marinka langsung terkejut. Bahkan mulutnya melongo, dan segera tertutup rapat. Bibirnya tersenyum manis, namun keningnya mengerut menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres.“Leonel,
Adeeva buru-buru ke kamar untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Adeeva langsung mencari kontak Leonel.Dengan senyum yang mengembang, Adeeva terus menunggu panggilannya diangkat oleh Leonel. Namun, faktanya tidak diangkat-angkat meski sudah ditelepon beberapa kali hingga membuat Adeeva merasa kesal sendiri.“Lain kali saja deh kasih kejutannya,” gumam Adeeva.Tak ingin terus-terusan di dalam kamar membuat Adeeva ikut membantu Kiki yang sibuk membuat kue. Adeeva langsung dilarang Kiki.“Jangan ikut-ikuta sayang.”“Emang kenapa, sih, Bun.”“Nanti kamu kecapek-an.”“Masa gini doang capek,” sanggah Adeeva, cemberut.“Soalnya masih muda. Mau periksa kapan, hm? Jangan dispelekan soal periksa lho. Kamu itu suka sekali menggampangkan sesuatu orangnya.”Mendengar serentetan omelan Kiki membuat Adeeva hanya memutarkan bola matanya jengah. &ldquo
Selesai pemakaman Wirawan. Semua anggota keluarga kembali ke rumah grandma dan akan menginap di sini selama tujuh hari. Karena selama tujuh hari akan diadakan pengajian kirim doa.Bahkan Adeeva langsung masuk kamar, dan menangis kembali sambil memeluk foto sang grandpa. Masih merasa jika yang terjadi saat ini adalah sebuah mimpi baginya. Adeeva rasanya tidak sanggup kehilangan orang yang disayang seperti ini.Tak lama grandma masuk kamar dan memeluk cucunya yang merasa susah sekali berhenti menangis. Semua orang memang merasakan sedih juga kehilangan. Namun, Adeeva benar-benar sangat meratapinya sekali saat ini.“Adeeva ….”“Grandma ….”“Grandpa sudah senang di sana. Sudah tidak merasakan sakit lagi, kamu yang ikhlas, ya.”Bukannya menjawab justru Adeeva menangis tergugu sambil memeluk erat foto sang grandpa yang sedang tersenyum lebar.“Iya,” jawab Adeeva lirih.Sej
Selesai memesan tiket via online membuat Adeeva langsung segera bergegas pulang karena harus menyiapkan semuanya dengan cepat. Terlebih ini perjalanan dadakan yang akan dilakukannya.Apalagi mendengar orang yang Adeeva sayang sedang kritis membuatnya tidak memedulikan apapun lagi selain segera pulang ke Indonesia. Bahkan kantor yang sedang banyak masalah dan sedikit porak poranda benar-benar dilupakan dan abaikan oleh Adeeva. Keluarga prioritas utamanya saat ini dan selamanya.Saat keluar ruangan kerja, Adeeva bertemu dengan Emilia juga Josh. Adeeva mengatakan jika ia akan pergi ke Indonesia dengan waktu yang tidak bisa ditentukan karena ada salah satu keluarga yang sedang sakit. Josh dan Emilia pun hanya bisa mendoakan saja untuk kesembuhan keluarga Adeeva.“Aku titip kantor ini, ya,” kata Adeeva, menatap sedih ke arah Emilia.Emilia langsung membalas dengan menepuk bahu Adeeva pelan. “Kau hati-hati di jalan, apalagi kau sepertinya seda
Selesai dari toilet Adeeva keluar dengan bibir meringis tidak enak saat melihat Leonel yang sudah menunggunya di atas ranjang.Adeeva sendiri lebih memilih memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai untuk ia kenakan. Dan semua itu tidak luput dari pengamatan dari pria itu.“Kenapa kau memakai pakaian?”“Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan kegiatan ini.”“Maksudnya?”“Aku datang bulan.”“HAH! JANGAN BOHONG.”“Sungguh, tadi pas pipis aku ngeflek.”“Hah, sial! Kenapa bisa mendadak begini, sih. Suka sekali membuat mood-ku ancur. Datang bulan sialan!” maki Leonel entah ditunjukkan untuk siapa. Yang pasti ia merasa mendadak pusing juga bingung. “Lalu, bagaimana dengan punyaku ini yang masih tegak begini?”“Em … kau bermain sendiri saja, ya. Main solo,” jawab Adeeva lirih, dan langsung terkekeh kecil saat me
Beberapa minggu kemudian.Kantor Joeyi.Adeeva kini berusaha kuat untuk memulihkan kondisi kantornya agar bisa seperti semula. Bahkan ia tak segan-segan memberikan kerja lembur untuk beberapa orang karena sebagian karyawannya mengundurkan diri.Benar-benar tidak menyangka ditinggal sebulan untuk honeymoon bisa kacau balau seperti ini. Dan herannya tidak ada yang memberikan kabar kepadanya. Menyebalkan.Bahkan Adeeva hampir semingguan melewatkan jam makan siangnya demi berkutat dengan layar laptop. Bukan hanya itu saja, di mansion hubungan dengan Leonel pun semakin tidak jelas karena pria itu jarang pulang dan Adeeva pun tidak peduli. Adeeva sedang pusing sendiri dengan urusannya.“Kalau kantor ini sampai bangkrut, benar-benar diriku tidak berguna sama sekali.”Terlalu sibuk bekerja membuat ia melupakan perutnya yang harus diisi. Bahkan cara makan Adeeva pun sangat tidak teratur. Bisa dikatakan makan saat sarapan saja, dan malamny
Setibanya di Barcelona, Adeeva memilih langsung tidur karena merasakan jetlag. Ia bahkan tidak memedulikan ocehan Leonel. Yang dibutuhkan hanya tidur saja saat ini sampai terasa kondisinya membaik.Lain hal dengan Mommy Marinka yang justru mengerti akan kondisinya. Mommy mengerti kalau Adeeva kecapek-an karena melakukan perjalanan yang cukup jauh.Kini Leonel lebih memilih pergi dari kamar, dan menghabiskan waktu di ruang kerjanya. Bisa dikatakan Leonel merupakan pria gila kerja. Yang ada diotak dan pikirannya hanya kerja, kerja, dan kerja.“Kau tidak istirahat?” tanya Marinka yang membawakan kudapan untuk Leonel.“Tidak, Mom. Pekerjaanku sudah banyak dan menumpuk. Aku tidak suka kalau pekerjaanku berantakan.”“Kau ini benar-benar keras kepala dan gila kerja.”Leonel diam dan tidak menanggapi ocehan dari sang Mommy. Sudah biasa Leonel mendengar jika perempuan suka mendumel dan hobby menggerutu.***
Setelah menjenguk sang grandpa, kini Adeeva kembali ke rumah dengan pikiran yang berkecambuk macam-macam. Apalagi berat tubuh sang grandpa mulai sangat ketara sekali begitu menyusut.“Kau kenapa mendadak jadi pendiam?”“Tidak.”“Masih ingin berbohong denganku? Kau biasanya suka cerewet tidak jelas.”Adeeva menoleh dan mencebik kesal mendengar penilaian Leonel tentang dirinya ini. Ia pun langsung meminta Leonel untuk terus melajukan mobilnya tanpa banyak tanya ataupun komentar.Karena tidak terlalu paham dengan jalanan Jakarta membuat Leonel hanya menurut saja dengan semua perintah Adeeva. Dia terus melajukan mobilnya sampai perempuan itu meminta berhenti di salah satu tempat makan pinggir jalan.“Kenapa kau meminta berhenti di sini?” tanya Leonel, bingung.“Aku pengin makan pecel. Aku kangen dengan sambalnya.”Melihat suaminya yang tampak mengerutkan kening bingung mem
Entah kenapa saat ini ayah juga Leonel hanya diam saja. Bahkan tadi mereka berdua batuk dengan kompak. Sekarang diam pun kompak. Aneh bukan?Tak lama bunda Kiki datang membawa minum untuk anak dan menantunya. Kiki langsung menatap bingung ke arah Adeeva.“Kok jadi pada diam-diaman begini?” tegur Kiki.“Enggak tahu Bun, tiba-tiba mereka diam.”“Gapapa, minuman Ayah mana? Kok buat cuma buat Adeeva aja,” sambar Ryan cepat.Kiki mendengkus sebal. “Tadi Ayah enggak bilang sekalian minta dibuatin juga.”“Kirain Bunda sudah tahu kalau mau buatin Ayah minum juga,” balas Ryan, sengaja mengalihkan pertanyaan Adeeva soal produksi anak. Padahal tidak disuruh saja setiap hari juga buat anak. Tapi emang enggak jadi. Pembuatan jadi pas Adeeva doang. Yasudah terima nasib saja memiliki anak satu.“Yaudah Bunda buatkan. Ayah pengin minum apa?”“Kopi Bun.”