Ryan Anggara tetaplah Ryan Anggara. Sosok laki-laki yang tampan dan jago gombal. Laki-laki yang nggak pernah cukup sekali jika melakukan hubungan suami istri. Niatnya hanya seronde tapi itu hanya bualan mulut manisnya saja. Ryan justru terus membombardir istrinya sebanyak tiga kali pelepasan. Dan, bisa dilihat kalau saat ini seorang Ryan tengah sibuk menyisir rambut sambil berkaca dengan bibir bersiul senang.
“Senang banget, sih.”
“Iya dong, kan habis dapat suntikan amunisi,” sahutnya sambil terkekeh.
Kiki yang memang melihat perbedaan suaminya ini hanya memanyunkan bibirnya saja. Bahkan Kiki salut sekali dengan suaminya yang tidak ngantuk sama sekali padahal belum tidur semalaman. Dirinya saja sudah menguap berkali-kali.
Cup.
Kiki berdecak kala pipinya dikecup oleh Ryan. “Nggak sopan sukanya kecup-kecup.”
“Biarin aja. Rasanya pengin aku kekepin aja deh,” ujarnya yang membuat Kiki menyiku
Kiki menggeram kesal melihat kelakuan si Melviano yang mirip dakjal itu. Mungkin dulunya dia berteman dengan firaun sampai-sampai hidupnya selalu buat orang menderita terus menerus seperti ini.Yang awalnya bahagia karena tidak disemprot pun membuat Kiki mendumel dan memaki Melviano terus menerus tiada henti. Bisa dibayangkan di mejanya saat ini ada dua tumpukkan dokumen yang menggunung macam gunung. Sialan emang manusia satu itu.Ting.Suit … suit … suit.Di saat Kiki lagi kesal datang Joko Susanto sambil bersiul dan langsung tersenyum sebagai sambutan pagi yang begitu semangat.“Pagi Mbak Kiki,” sapanya dengan semangat.“Diam!”Joko berjenggit kaget kala mendengar sahutan Kiki yang berupa bentakkan itu. Bahkan kini Joko menatap heran sesosok Kiki yang sudah duduk sambil menangis meraung-raung.“Mbak Kiki kenapa? Nggak dikasih duit jajan sama Mas Ryan, ya?”&
Saat ini Kiki tengah menggigiti bibir bawahnya karena menunggu telepon ke meja kerja Priyo belum juga diangkat. Bahkan jari jemarinya sudah ia ketuk-ketukan di meja saking lamanya diangkat.“Halo sela—““Priyo … minta bantuan boleh nggak?”“Kiki? Iya minta bantuan apa, Ki?”“Ambilin sepatu aku di tong sampah. Mau suruh Joko lagi buatin kopi.”“Lho kok bisa sampai ke sana.”“Ulah si boss, mana dia tadi ngomel-ngomel di telepon pula. Sakit hati banget gue eh aku.”Terdengar kekehan suara Priyo yang justru membuat Kiki memanyunkan bibirnya ke depan. Sudah pasti sahabatnya itu sedang bahagia menertawakan penderitaan dirinya.“Mau kan, Yo?”“Iya, emang tong sampah mana sih?”“Kayaknya tong sampah bawah deh. Masa iya aku kerja kantoran tapi nyeker begini.”“Hahaha, gapapa biar trending na
Sudah hampir sepuluh menit chat miliknya belum juga dibalas oleh Ryan. Semua itu membuat Kiki semakin ketar ketir sendiri. Lagian sejak kapan sih suaminya jadi akrab sama si boss Melviano.Tak sabar menunggu balasan membuat Kiki langsung mengetikkan chat kembali untuk memastikan kalau Ryan dan Melviano tidak cekcok atau apalah yang bikin otak dan pikiran Kiki semakin kacau.Kiki : Mas.Kiki : Gimana? Kamu telepon Melviano?Tak kunjung dibalas juga yang membuat Kiki langsung memencet tombol hijau untuk memanggil suaminya. Tapi, tetap saja jaringan sedang sibuk.“Ih, mereka masa telepon-teleponan lama sih.”Tak pantang menyerah bagi Kiki membuat ia langsung kembali menelepon Ryan dan tetap jaringan masih sibuk yang membuat Kiki jadi uring-uringan sendiri.Merasa kesal dan sebal membuat Kiki melempar ponselnya ke meja. Ia kembali kerja meski pikirannya kepada Ryan juga Melviano yang tengah teleponan dan semua itu membuat Kiki k
Pada akhirnya anak-anak gibah squad pun menyetujui jika Ryan boleh gabung untuk makan siang bersama. Berbeda dengan Kiki yang masih takut dan ketar ketir jika nanti pas kembali ke kantor justru mendapat masalah sama Melviano karena kabur dari pekerjaan ini.“Ah peduli setan. Perut gue laper masa suruh puasa.”Dengan cepat Kiki langsung bergegas untuk mengambil dompet serta ponselnya. Sambil jalan pun tatapan mata Kiki ke arah ponsel karena ingin chat kepada suaminya kalau ia dan teman-teman gibah squad akan menuju ke salah satu restoran luar. Kali ini mereka akan bergaya sedikit dengan tidak makan di kantin.Kiki : Mas, nanti kamu langsung ke restoran The Eatery.Tak butuh waktu lama pun Ryan sudah membalas chat istrinya.Ryan : Nggak bareng aja?Kiki : Aku bareng sama Mbak Sila.Kiki : Kamu langsung ke resto aja.Ryan : Oke.Kiki memencet tombol lift untuk turun ke arah lobby. Tepat satu lantai di bawahnya l
Suasana yang awalnya suka cita pun langsung berubah jadi duka cita. Bukan karena ada yang meninggal ataupun berita menyedihkan lainnya. Melainkan kedatangan si boss yang akan gabung makan siang bersama para gibah squad dan itu membuat semuanya langsung pucat pasi.“Kepala gue mendadak migren deh,” ceplos Sila sambil memegang keningnya dan memijit-mijit pelan.“Entar mampir apotek beli koyo terus tempel,” sahut Sofi.“Udah seneng makan gratis kenapa ada aja sih cobaan hidup,” timpal Rinto.“Hidup kan nggak harus selalu mulus, Bang,” balas Kiki sambil terkikik.“Udah santai aja, lagian inikan jam istirahat jadi si boss juga nggak bisa suruh-suruh lha. Gimana pun istirahat ini hak karyawan.” Priyo mencoba menenangkan para teman-temannya yang sudah terlihat tegang.Ryan dan Melviano yang baru sampai pun langsung menabok punggung Priyo sebagai salam kedatangan mereka. Lebih tepatnya Ryan
Ryan merasa hatinya seperti terbakar. Dalamnya kayak ada api-apinya gitu. Entah kenapa rasanya tuh panas aja mendengar istrinya dibelikan sepatu oleh laki-laki lain. Bayangin aja hati suami mana yang nggak cemburu.“Sayang, kamu kok nggak bilang aku pengin sepatu sih?”Kiki menoleh sambil tersenyum seperti tak terjadi apapun bahkan tak paham kalau suaminya kini cemburu.“Oh … ini lho sayang, tadi sepatu aku dibuang sama si boss. Terus Priyo beliin gitu.”“Kok kamu nggak telepon aku aja sih. Kenapa kamu malahan telepon si Priyo itu.”“Iya masa aku telepon kamu yang jauh sih. Lagian sepatu aku dibuang di tong sampah sama si bos terus minta tolong sama Priyo, tapi nggak ketemu terus Priyo beliin deh. Hehehe.”“Tapikan kamu bisa telepon terus kasih kabar ke aku sayang.”“Bukan sepatu doang, Kiki tuh sering dibeliin barang-barang branded tuh sama Priyo,” sambar
Kiki masih saja mencerna ucapan laki-laki yang duduk di depannya ini yang statusnya itu sebagai boss. Hati dan pikirannya pun berjalan secara bersamaan untuk menganalisa kejadian hari ini.“Apa ini ada hubungannya sama Ryan?” tanyanya.“APA? Tidak ada.”“Jangan bohong, Mr. Kalian berdua tadi habis ngopi bareng kan? Terus Ryan itu nggak pengin saya kerja. Dan, tiba-tiba saya dipecat dengan alasan tak jelas seperti ini.”Bisa Kiki lihat kalau boss-nya tengah mengambil napas panjang dan menatapnya kembali. Bahkan saat ini Kiki sudah siap mengembalikan uang pesangon itu asal jangan dipecat seperti ini.“Kamu sepertinya harus banyak intropeksi diri. Berkaca. Sudah baik belum dalam bekerja. Itu yang harus kamu lakukan bukannya menuduh orang lain atas pemecatan ini.”“Tapi, Mr, saya nggak tahu kesalahannya apa?”“Ini yang kurang dalam diri kamu. Kurang membaca diri sendiri.&rd
Setelah dari kantor, yang dilakukan oleh Kiki hanya tiduran sambil menangis saja sampai malam. Bahkan ia lupa makan, dan mandi. Bagi Kiki sendiri ini ujian terberat karena akan menjadi pengangguran yang kerjanya bakalan plonga plongo.Tak lama telinga Kiki menangkap suara pintu yang terbuka. Ia tahu kalau yang masuk ke kamar itu suaminya. Tak usah menoleh juga aroma tubuhnya sudah ketara.“Malam sayang, tumben udah tiduran jam segini.”Kiki diam.Melihat reaksi istrinya yang diam membuat Ryan langsung berjalan mendekat ke ranjang dan memeluk istrinya dengan gemas. Bahkan ia juga langsung mendusel-dusel ke leher jenjang istrinya.“Ih awas ah jangan pegang-pegang.”“Kenapa, hm?”“Nggak usah tanya.”“Jutek banget jawabnya.”“Lagian nyebelin sih.”“Nyebelin gimana sayang?”“Kamu tuh tadi pura-pura sinyal ilang kan? Sejak k
Hari ini tak terasa Kiki sudah melewati hari pertama kerja dengan begitu baik. Semua file yang sudah selesai dikerjakan pun sudah ia taruh di meja kerja milik Mirza sesuai intruksinya. Kiki yang pulang kerja dijemput Ryan pun langsung meminta pulang ke apartemen meski suaminya itu meminta makan malam terlebih dulu sebelum sampai ke apartemen. Namun, tetap saja namanya perempuan akan selalu menang dengan jurus andalannya. Ngambek. Dan pada akhirnya kini Kiki sudah berada di apartemen terkhususnya di atas ranjang sambil senyam-senyum menatapi ponselnya.“Kamu senyam-senyum sama siapa, sih?” tanya Ryan. Kakinya melangkah ke arah lemari untuk mengambil kaus santai karena dirinya habis mandi. Bahkan ia mengingat jika sepanjang jalan pulang pun istrinya fokus dan sibuk sama ponsel. “Sayang,” tegurnya kala pertanyaan dirinya tak direspon.“Hmmm.”“Sibuk banget, ya?”Kiki langsung menghentikan tarian jemari di atas
Kiki mendesah lega kala panggilan kepada Sila diangkat. Kiki pun langsung tengok kanan dan kiri untuk memastikan keadaan jika bossnya tidak akan keluar di waktu dekat. Kiki langsung berdeham sebelum tanya-tanya tentang si dakjal.“Mbak,” panggilnya sedikit berbisik.“Siapa nih?”“Kiki, emang nomer gue dihapus, ya?”“Eh elo, Ki, sorry tadi nggak lihat ke layar langsung geser aja gitu, ada apaan? Tumbenan telepon masih pagi begini. Ada info apa di Ansell? Ada gosip baru, ya?” tebak Sila dengan begitu antusias yang bisa Kiki tebak dari suara di telepon.“Ck! Lo mah belum apa-apa tanya gosip.” Kiki merasa kesal sendiri dengan ibu satu anak ini. Meski demikian pun ia tetap tak bisa pergi jauh dari yang namanya Sila. “Eh, Mbak, emang si dakjal ada kerjasama gitu ya sama Ansell?”“Eh serius lo?”“Eh gue tanya malahan lo yang kayak kaget gitu,&rdqu
Menatap makhluk ciptaan di depannya membuat Kiki menahan napas sejenak. Apalagi laki-laki itu begitu sempurna dipenilaian matanya. Wajah tampan yang dibumbui cambang tipis yang menambah kesan maskulin dan jantan. Bola matanya yang berwarna biru terang membuat setiap tatapannya selalu membuat merasa terpakau, hidung mancung, rahang tegas, semuanya benar-benar menunjukkan pahatan Tuhan yang begitu sempurna.“Silakan keluar Manda,” katanya yang justru membuat Kiki langsung tersadar dari lamunannya.Kepala Kiki menoleh mengikuti arah gerak tubuh Manda yang membungkuk sebagai rasa hormat dan berbalik badan untuk keluar ruangan dengan jalannya yang begitu anggun.Merasa di ruangan hanya tinggal mereka berdua membuat hati Kiki tanpa sadar merasa deg-degan sendiri. Bahkan berkali-kali Kiki sudah menelan ludahnya sendiri dengan sedikit susah payah. Kakinya saat ini mendadak terasa lemas karena ditatap begitu tajam oleh bola mata berwarna biru terang itu
Kiki tampak berpikir yang membuat Ryan semakin penasaran dibuatnya. Jangan bilang istrinya bakalan ketularan sama Sila yang begitu rempong. Meski tak terlalu akrab atau dekat pun Ryan sudah paham karakter perempuan model Sila itu. Perempuan cerewet yang kalau ada diskonan akan heboh satu komplek.“Aku nggak jawab iya atau tidak, sih, soalnya kan besok hari pertama kerja juga jadi nggak tahu deh.”“Emang dia ngajakin kamu berburu diskon apa?”“Kebutuhan pokok gitu.”Ryan mengerutkan keningnya bingung. Lagipula selama hidup di dunia juga Ryan tak pernah mendetail apa saja yang tengah diskonan apalagi kalau ada tanggal cantik seperti 10.10, 11.11, 12.12, pokoknya yang kembar-kembar gitu deh. Dan, pantes aja kalau emaknya suka heboh sendiri jika habis belanja. Katanya murah lah, katanya beli satu gratis satu. Entahlah.“Yaudah kamu tolak aja, lagian besok hari pertama kerja juga kan?”“Tapi a
Setelah dari Ansell, Kiki kini tengah tiduran di sofa sambil memegang ponselnya. Bahkan bibirnya terus tersenyum lebar bahkan tertawa karena merasa chat dengan Mbak Sila membuat dirinya semakin tambah nggak waras.Sila : Pokoknya besok kudu temenin berburu diskonan 12.12.Kiki : Besok gue kerja untuk yang pertama kali.Kiki : Gue nggak mau dipecat di hari pertama kerja.Sila : Shit! Si Manda ngapa nyuruh lo cepet masuk, sih. Senin depan kek harusnya.Kiki : Protes aja sono sama tetangga lo.Sila : Dia masih muda banget lho. Usianya baru 23an.Kiki : Pantes aja mukanya terlihat unyu bahkan sangat glowing.Sila : Skincare-nya nggak pernah lepas. Kerjaan ABG kan ngoles-ngoles muka terus biar kinclong.Kiki : Apalah kita yang udah emak-emak.Sila : Apaan lo, belum juga beranak masih bisa perawatan. Nah kalau gue banyak mikirin kebutuhan.Kiki : Divisi keuangan kayak orang susah lo, Mbak.Sila : Anjir, gue kerja kan duitnya di
Setelah berhasil membuat malu Kiki, Ryan pun ikut mengantar kedua orang tuanya sampai parkiran apartemen. Kiki yang masih malu memilih di dalam apartemen dan langsung mencari ponselnya. Di sana Kiki tercengang melihat tiga panggilan tak terjawab dan sisanya hanya notifikasi chat whatsApp dari anak-anak gibah squad.“Telepon dari siapa nih?” gumamnya sambil melihat nomor panggilan itu sendiri. Kiki menerka-nerka melihat kode nomor rumah itu. Masih memikirkan siapa yang menelpon sambil menggenggam ponsel, Kiki dibuat terkejut dengan getaran ponselnya. Matanya melotot melihat nomor yang sedang dipikirkan tiba-tiba menghubunginya kembali, dan dengan cepat Kiki langsung menggeser tombol hijau ke samping.“Halo,” jawabnya lembut.“Halo selamat siang, kami dari Ansell Grup ingin memberitahukan kalau saudari Shakira Intan Ayu diminta untuk melakukan tes interview besok pagi pukul 10.00 wib. Apakah saudari bisa hadir?”
Mendengarkan ucapan suaminya yang begitu ngaco membuat Kiki langsung menautkan kedua alisnya. “Maksud kamu apa ngomong begitu?”“Sepertinya ….”“Ssssst … aku nggak mau dengar.”“Sayang.”“Ryan.” Kiki menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar. “Apa dengan kesalahan yang nggak pernah aku lakukan secara sadar membuat kamu ingin pisah?”Ryan menggelengkan kepalanya dengan kencang. Dia tak mau pisah dengan istrinya. Tapi, entah kenapa kalau ingat hal itu selalu membuat hatinya panas terbakar.“Kalau kamu nggak mau pisah, tolong kamu ingat masalah kita dulu. Sebetulnya aku malas ungkit-ungkit masa lampau yang sudah terjadi. Tapi, di saat kamu melakukan salah dengan berbohong saja aku bisa percaya dan tetap bertahan sama kamu meski saat itu ingin sekali berpisah. Aku coba terus berpikir dan mungkin memang itu ujian untuk rumah tangga kita kar
Merasa tak mendapatkan jawaban dari suaminya, Kiki pun langsung berjalan mendekat dan memeluk Ryan dari belakang.“Tumben jam segini udah bangun.” Kiki pun menciyum baju Ryan yang terasa begitu wangi. Kiki memeluk Ryan sambil memejamkan matanya.Kiki terkejut saat Ryan justru melepaskan tangannya agar terlepas. Kiki membuka matanya sambil mengerutkan kening bingung.“Mas, aku buatin sarapan, ya.”“Nggak usah.”“Buatin kopi kalau gitu.”“Nggak usah.”“Kenapa? Kamu puasa?” tanya Kiki sambil tersenyum meledek suaminya yang mendadak tak banyak omong ini. Kiki merasa heran dengan sikap suaminya yang aneh seperti ini. “Kamu lagi banyak kerjaan, ya?” tanyanya lagi.“Hmm.”“Lembur?”“Enggak.”“Sukur deh jadi aku nggak bosan di apartemen sendirian.”Kiki pun terus mengikuti keman
Setelah selesai mengelap serta mengganti pakaian milik istrinya, Kini Ryan langsung menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh Kiki. Setelah itu Ryan memilih pergi keluar kamar.Di saat sudah berada di luar kamar, ia langsung mencari duduk di sofa sambil menduga-duga hal apa yang sudah istrinya dan Priyo lakukan di mobil apalagi dirinya melihat dengan posisi yang begitu sangat menjengkelkan seperti tadi.“Aaaarggghh, fak!”Tangannya pun mengepal kuat sambil ia tonjok-tonjokkan di sofa karena hatinya masih kesal juga panas.Merasa pusing juga galau, Ryan langsung menelepon Priyo meminta bertemu empat mata saja. Jikapun akan adu jotos nantinya yang pasti Kiki tak lihat juga tak berada di lokasi yang membuatnya kepikiran.“Oke, gue tunggu lo di sana.” Ryan mematikan sambungan teleponnya dengan sangat kesal.Dengan cepat pula ia langsung keluar apartemen untuk bertemu dengan Priyo di salah satu kafe Jakarta. Ryan sendi