Dengan tekad yang kuat pun akhirnya Doni menuruti perintah Kiki dengan menginjak pedal gas dengan kecepatan penuh dan mobil langsung berjalan secepat kilat.
Ckiiitttzzz.
BRUG.
“Kak, gila apa rem mendadak begini,” dumel Kiki yang merasa dahinya terkena dasbor mobil. Ia tadi lupa memakai sabuk pengaman. “Haduh sakit banget.”
Doni tak menghiraukan ocehan Kiki, yang dipikirkan oleh otaknya tuh apakah Ryan masih hidup apa udah … sial!
“Ki, coba lihat kebelakang. Apakah suami lo masih hidup atau—“
Kiki yang masih merasa kesakitan dahinya pun menatap ke arah spion dan melihat kalau Ryan tengah ditolong berdiri oleh wanita itu.
“Masih hidup, udah biarin aja.”
Doni langsung bernapas lega, matanya pun langsung melirik ke arah spion untuk memastikan ucapan yang dikatakan oleh Kiki itu benar. Ia langsung mendesah lega kala memang benar si Ryan masih hidup. Sepertinya
Saat ini yang dilakukan Ryan hanya ingin mengejar istrinya. Memeluknya. Dan menenangkan hatinya yang pasti sangat kacau akibat kejadian tadi.“Sayang … maafin aku,” gumamnya sambil terus menyetir mobil dengan kecepatan penuh. Bahkan bisa sangat tergambar begitu jelas buku-buku jari milik Ryan sampai memutih.Ckiiiitzzz.“Sial! Kucing sialan kalau nyebrang nggak lihat-lihat.” Ryan memaki hewan tak bersalah itu. Ia pun mendesah lega karena tak menabrak kucing. Ryan kembali menarik persneling dan menginjak pedal gasnya untuk melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.Hatinya saat ini benar-benar bimbang. Ia benar-benar takut kalau Kiki akan mengadu sama orangtuanya nanti dan masalah akan semaki lebar dan runyam.Masih sambil menyetir pun Ryan mencoba menghubungi nomor istrinya, tapi lagi-lagi zonk yang didapatkan.“Sayang angkat dong,” gumamnya saat sambungan telepon miliknya tersambung. Tapi, tetap saja t
Setelah membujuk sampai mulut berbusa dan yang didapat hanya nihil membuat Doni pasrah. Setidaknya dirinya sudah berusaha supaya Kiki jangan sampai bikin rumah tangga-nya semakin runyam.Doni sendiri hanya menatap si laki-laki bernama Priyo itu. Ia berdeham sebelum pamit pulang. Apalagi si Debi udah chat terus menanyakan keberadaan dirinya.“Ki, lo jaga diri, ya.”“Iya, Kak. Tenang aja ada Priyo di sini kok, pasti aman.”Lha justru itu ada dia yang bikin ketar ketir dih. Dan Doni melirik ke arah Priyo.“Bro, titip adik gue, ya. Jangan diapa-apain. Awas lo. Urusannya sama gue entar.” Kata-kata Doni sedikit mengancam Priyo. Tapi, tetap saja melihat ekspresi tenang Priyo seperti itu justru membuat Doni tambah khawatir. Biasanya yang diam-diam menghayutkan dan bisa speak manis yang bikin luluh lantah kaum hawa.“Tenang aja, paling tak bikin cerai sama suaminya.Mata Doni langsung membulat sempurna
Setelah menempuh perjalanan dari Bandung ke Jakarta kemudian menuju apartemen miliknya disusul lagi ke rumah kekasih Doni, kini Ryan sudah berada tepat di depan rumah mertuanya. Matanya melirik arloji yang sudah menunjukkan waktu dua belas malam lebih. Sudah tengah malam dirinya datang bertamu mencari istrinya. Respon apa yang akan didapatkan nanti?Berulang-ulang Ryan mengembuskan napasnya secara kasar karena ia belum menemukan kata yang tepat jika nanti kedua mertuanya menanyakan hal ini. Ryan akui dirinya salah, tapi … ah sudah lah.Tak ingin membuang waktu lagi pun Ryan mencoba nekad membuka pintu pagar kecil dan mendorong pelan agar suara deritan besi tak terdengar. Untung saja pagar rumah mertuanya tak pernah dikunci karena mereka selalu bilang kalau rumahnya tak ada barang berharganya.Sebelum tangannya mengetuk pintu kaya yang sudah dihadapannya, Ryan embusin napas secara kasar karena benar-benar bingung dan merasa kacau sekali malam ini.D
Setelah mendengarkan semua penuturan dari lambe Joko pun membuat Ryan merasa begitu kasihan dengan istrinya. Bahkan Joko sendiri tahu alamat apartemen Priyo karena dulu pernah diajak ke sana untuk membantu membawakan sekaligus membantu untuk beres-beres apartemen baru milik Priyo.“Lo yakin di Pakubuwono?”“Iya, soalnya dulu sempat bantuin bawain barang-barang pribadi Mas Priyo ke apartemen.”“Awas kalau infonya nggak akurat.”“Dijamin akurat.”“Yaudah deh matiin, makasih infonya. Entar gue transfer duitnya.”“Sip! Sering-sering lha kasih job begini.”Setan! Ini bocah satu makin lama makin ngelunjak aja. Tapi, bocah ini berguna juga buat awasin gerak gerik Kiki kembali.“Entar gue kabarin lagi.”“Sip! Makasih Mas Ryan.”Nit.Sial! Harus hati-hati nih sama bocah satu itu. Dia itu akan berpihak sama orang yang rela
Kiki berjalan pelan menuju ke tiga laki-laki beda usia itu. Arah mata Kiki menatap tajam ke arah suaminya yang sangat terlihat begitu kucal. Bahkan pakaiannya pun sangat terlihat acak-acakan dan rambutnya sangat berantakan sekali.“Sayang,” lirih Ryan.“Kiki.”“Pa ….”“Kenapa kamu ada di sini? Kamu ada masalah sama Ryan?” tanya Wirawan lembut.Kiki mengangguk pelan bahkan air matanya keluar begitu saja tanpa diminta. Tatapannya sangat sendu yang membuat Wirawan ikut merasakan kesakitan.“Ryan—““Sayang.”“Shut up!” teriak Kiki sambil menatap ke arah Ryan dengan tatapan begitu nyalang. Bahkan bisa dilihat ada tatapan rasa kecewa yang begitu mendalam di bola matanya. “Aku pikir kamu laki-laki jujur Ryan, nyatanya enggak. Kamu sama aja seperti laki-laki lain. Pembohong.”“Sayang.”“Diam! Aku
Setelah berputar-putar lobby dan menanyakan sekuriti dan hasilnya ternyata kalau Kiki tidak keluar gedung apartemen membuat Priyo merasa lega. Secara tidak langsung berarti Kiki masih berada di dalam gedung apartemen yang dihuninya.Tak kehabisan akal pun Priyo menuju ke arah ruang khusus cctv untuk melihat pergerakan Kiki. Setelah berhasil menemukan lokasi Kiki berada di mana membuat Priyo langsung berlari menyusul perempuan itu.Embusan napas lega keluar dari seorang Priyo saat melihat perempuan yang membuatnya khawatir itu tengah duduk menangis di tangga darurat. Bahkan perempuan yang terlihat begitu ceria setiap hari di kantor itu pun sangat terlihat rapuh malam ini.Perasaan tak tega hingga relung hatinya merasa ikut sakit pun Priyo rasakan kala mendengar suara isak tangis yang begitu menyayat keluar dari bibir seorang Shakira Intan Ayu.“Ki ….”Kiki merasa ada yang memanggil namanya langsung menoleh ke belakang dan me
Mendapat pertanyaan sulit membuat Ryan berpikir keras bahkan ia mengembuskan napasnya berkali-kali agar bisa menjawab dengan rileks.“Menikahinya, Pa.”Mata Wirawan melotot tajam, hatinya langsung berdetak tak karuan. Ayah mana yang tak sakit mendengar putrinya akan dimadu secara terang-terangan seperti ini.“Jangan bercanda Ryan!”“Aku serius, Pa.”Wirawan berdiri dan berjalan ke arah Ryan yang masih bersimpuh di lantai. “Bangun kamu!” bentak Wirawan.Ryan pun mencoba bangun akan tetapi belum sampai berdiri seimbang sebuah bogem mentah langsung menghampiri perutnya.BUGH.“Tega-teganya kamu mau menduakan anak saya! Kamu pikir hati anak saya terbuat dari apa, hah!”Ryan yang terjatuh hanya bisa memegang perutnya yang terasa sangat sakit. Hari ini benar-benar tubuhnya sangat lelah. Fisiknya sudah tak kuat untuk meladeni orang berkelahi karena sudah terkuras habis
Wirawan pun terseyum tipis melihat putri yang dulu kecil kini sudah besar dan mengalami kehidupan yang pahit seperti ini. Bahkan sudah dua kali putrinya selalu disepelekan dalam suatu hubungan.“Anak Papa nggak boleh nangis nanti tambah cantik gimana?”“Papa.”“Entar Mama ngamuk kalau kalah saing sama kamu.”Kiki pun akhirnya tersenyum dan mencubit lengan papanya. Sebesar apapun anak perempuan pasti akan selalu manja kepada papanya.Wirawan pun mencari-cari jam di apartemen milik Priyo. Ia dari tadi tak menemukan di mana letaknya. Bahkan rasa kantuk dalam dirinya sudah menguap ke udara gara-gara permasalah rumit ini.“Papa cari apa?”“Jam. Sudah jam berapa ini?”“Setengah empat Om,” sambar Priyo.“Sudah menjelang subuh, ya.”“Pa, ayo kita pulang. Pasti Mama udah menunggu di rumah dan khawatir suaminya nggak pulang-pulan
Keduanya kini merasakan panas di sekujur tubuh. Terlebih Kiki yang memang sedang naik-naiknya rasa hasrat itu di tubuhnya.Disaat tangan Kiki sudah akan membuka ritsleting celana milik Priyo, dengan cepat pula Priyo menahannya. Kewarasan yang hampir saja hilang tiba-tiba kembali menyadarkan dirinya.“Astagfirullahaladzim,” katanya mencoba menyadarkan diri. Dengan cepat pula Priyo langsung menahan tubuh Kiki yang terus menyerang dirinya. “Ki, sadar,” tambahnya sambil menepuk pipi milik Kiki pelan.Priyo benar-benar tak menduga kalau sahabatnya akan seganas ini ternyata. Sekuat tenaga ia menahan Kiki dan terus menolak meski rasa ingin memasuki dan merasakan itu ada.Masih dengan posisi Kiki duduk di pangkuannya, Priyo langsung merogoh saku celananya yang terdapat ponsel dirinya.Dan, untungnya ia pernah menyimpan nomor Ryan sewaktu apartemennya digerebek di saat mereka berdua mendapat masalah. Dengan cepat pula Priyo lan
Tak terasa gibah squad kini sudah duduk hampir empat jam sendiri di La Moda Jakarta. Bahkan mereka semua sudah kenyang makan ditambah ngobrol ngalor ngidul dan lebih parahnya mereka memesan wine. Joko yang anak bawang pun hanya bisa melihat kelakuan orang-orang dewasa di sekitarnya.“Eh, gue kalau belum kawin bakalan pepet para bos dah,” ceplos Sila.“Kayak laku aja lo,” sahut Rinto.“Remehin lo. Gini-gini gue jago goyang di ranjang tahu.”“Hissst … urusan ranjang lo bawa-bawa, Mbak,” cela Kiki.“Iyahlah, para laki-laki itu paling suka perempuan jago ranjang. Iyakan Priyo?” todong Sila ke arah Priyo dengan pertanyaan yang membuatnya menelan ludah susah payah.“Apaan sih, Mbak, gue kan belum pernah rasain,” jawabnya gugup.“Masa?” Sila menatap Priyo sambil tersenyum. Ia pun tertawa dan mengambil gelas yang berisi wine.Kondisi Sila y
Suami mana yang tak takut kalau istrinya bekerja dengan laki-laki single dan berduit. Oke. Kalau saingan hanya si Priyo yang sama-sama pekerja, tapi ini kedudukannya boss besar sekaligus pemilik perusahaan. Perempuan mana yang akan menolak jika harta, tahta sudah bertindak? Bukan berarti Ryan tidak mempercayai istrinya, tapi rasa takut itu benar-benar muncul begitu saja. Tak memungkiri juga jika istrinya itu benar-benar cantik dan lebih sialnya memiliki body yang perfek. Menonjol dibagian yang semestinya. Dobel sial!“Aku percaya sayang, tapi aku takut.”“Kamu takut tandanya nggak percaya dong.”Melihat istrinya yang langsung badmood membuat Ryan pun mengalah. Ia menghela napas kasar sambil berpikir ke depan akan seperti apa.“Ya udah kamu gapapa bekerja di Ansell.”“Lagian kan belum tentu diterima juga. Orang baru ngirim CV. Pasti saingan banyak dan usia jauh lebih muda-muda.”“Ya mudah-
Selesai membahas masalah kerjaan dengan Wawan, kini Kiki tengah bersiap-siap menuju ke salah satu mall. Lebih tepatnya Grand Indonesia karena akan ketemu Ryan untuk makan siang bersama dan sorenya akan ada acara bersama gibah squad yang akan mengadakan pesta pemecatan. Grup sinting memang. Sepertinya kalau nggak sinting bukan gibah squad namanya.Selesai menggunakan make up dan pakaian sedikit rapi, Kiki keluar kamar dan langsung menatap ke arah Wawan yang masih duduk di sofa menunggunya dengan wajah begitu kesal.“Yuk,” ajak Kiki.“Naik ojek aja.”“Nggak. Anterin gue sampai depan pintu mall GI.”“Ya ampun, gue bayarin deh ojeknya.”“No no no. Lo udah makan mi instan sampai dua mangkok juga, gue sampai ngalah buat nggak makan lho.”‘Anjer, mi melar begitu masih aja diungkit sama si Kiki,’ batin Wawan.“Iya oke deh gue anter sampai restoran juga entar.
Merasa terkejut dengan orang yang tak dikenalnya membuat Kiki menampar dengan secepat kilat. Bahkan orang itu mengaduh kesakitan yang membuat Kiki melongo.“Wawan! Ngapain lo pakai rambut palsu gitu.” Kiki mengomel saat melihat orang didepannya tengah melepas rambut palsu gondrong yang dipakainya dan kaca mata hitam yang berhasil menutupi mata yang tampak merah itu.“Gue numpang ngumpet.”“Apaan, enggak!”“Pelit banget lo.”Kiki langsung menghadang Wawan di depan pintu dengan satu tangan yang direntangkan ke arah tembok apartemen.Wawan sendiri hanya berdecak kesal sambil menatap ke bawah dan tersenyum jahil. “Whoa gede banget.”“Apanya yang besar woy!”Wawan pun langsung nyelonong masuk saat melihat Kiki tengah lengah. Kiki melihat itu langsung merasa murka dan berteriak kencang yang mambuat Wawan menutup kedua telinganya dengan telapak tangan.&ldq
Faktanya ingin puasa dua bulan semua itu hanya ucapan belaka untuk Kiki. Justru hari ini bahkan sejak semalam gelora panas yang lebih mendominasi keluar dari seorang Shakira Intan Ayu dibanding Ryan Anggara. Sosok Ryan hanya sebagai pemancing dan pemanas saja untuk diawal dan selanjutnya yang memimpin kegiatan panas itu Kiki sendiri.Merasa pintar memancing istrinya membuat Ryan selalu tersenyum begitu bangga di saat suara lenguhan keduanya keluar hingga keduanya mencapai ketitik pelepasan.Kiki yang awalnya bingung melakukan di dapur justru kini ia langsung bisa mengusai dan beradaptasi dengan cepat.Selesai melakukan kegiatan panas mereka memilih beres-beres rumah bersama dan istirahat sebentar kemudian pergi kembali ke apartemen.“Mas, cariin kerjaan pokoknya.”“Iya besok senin.”“Nggak mau. Pokoknya sekarang biar senin aku kirim email buat ngelamar.”Kiki terus berbicara soal lamaran kerja. Bahk
Kiki langsung membekap mulutnya sendiri kala merasa suaranya memang sudah begitu sangat berisik. Ryan sendiri hanya tersenyum penuh kemenangan karena istrinya sudah pasrah dilucuti pakaian oleh dirinya satu persatu. Pertahanan untuk memberikan Ryan pelajaran gagal sudah karena Kiki sendiri pun tak bisa menahan hawa panas dan rangsangan dari suaminya itu.Tak ingin menyia-nyikan kesempatan pun membuat Ryan langsung mengeksplor area sensitive istrinya dan memberikan tanda serta kenikmatan yang luar biasa.Merasa tak kuasa menahan kenikmatan membuat Kiki terus bergelinjang dan menarik kepala suaminya untuk bisa ia kecup hingga akhirnya pun melakukan kissing yang begitu panas yang membuat Kiki benar-benar terbuai.“Sialan!”Ryan terkekeh saat mendengar istrinya mengumpat untuk pertama kali saat mereka bercinta seperti ini. Terlebih birahi sang istri seperti tengah benar-benar keluar. Bahkan kedua tangan Kiki membantu kepala Ryan agar lebih terbena
Merasa tahu kalau istrinya mulai tak nyaman dan takut saat melihat Abangnya membuat Ryan pun kembali membalas genggaman tangan Kiki dengan begitu erat sebagai tanda kalau dia akan baik-baik aja selama dia berada di sampingnya.Kepala Ryan menoleh dan memberikan senyuman tipis kepada istrinya untuk sedikit santai saat akan memasuki rumah orang tuanya.“Mas.”“Gapapa sayang, kamu bakalan aman ada aku di sini.”Ryan pun merasakan kalau istrinya mulai mempercayakan dengan mulai ikut melangkah masuk untuk bertemu Mama Nina.“Halo sayang,” sapa Nina langsung cipika cipiki kepada putra dan menantunya itu. “Mama kira kalian berdua nggak jadi nginep di sini.”“Jadi dong, Ma, soalnya weekend depan kita berdua mau ke Bandung.”“Ke Bandung?” kening Nina mengerut sebagai tanda kalau ia ingin tahu mereka ke sana untuk apa.“Iya ada urusan.”“Oh &
Setelah dari kantor, yang dilakukan oleh Kiki hanya tiduran sambil menangis saja sampai malam. Bahkan ia lupa makan, dan mandi. Bagi Kiki sendiri ini ujian terberat karena akan menjadi pengangguran yang kerjanya bakalan plonga plongo.Tak lama telinga Kiki menangkap suara pintu yang terbuka. Ia tahu kalau yang masuk ke kamar itu suaminya. Tak usah menoleh juga aroma tubuhnya sudah ketara.“Malam sayang, tumben udah tiduran jam segini.”Kiki diam.Melihat reaksi istrinya yang diam membuat Ryan langsung berjalan mendekat ke ranjang dan memeluk istrinya dengan gemas. Bahkan ia juga langsung mendusel-dusel ke leher jenjang istrinya.“Ih awas ah jangan pegang-pegang.”“Kenapa, hm?”“Nggak usah tanya.”“Jutek banget jawabnya.”“Lagian nyebelin sih.”“Nyebelin gimana sayang?”“Kamu tuh tadi pura-pura sinyal ilang kan? Sejak k