Wirawan pun terseyum tipis melihat putri yang dulu kecil kini sudah besar dan mengalami kehidupan yang pahit seperti ini. Bahkan sudah dua kali putrinya selalu disepelekan dalam suatu hubungan.
“Anak Papa nggak boleh nangis nanti tambah cantik gimana?”
“Papa.”
“Entar Mama ngamuk kalau kalah saing sama kamu.”
Kiki pun akhirnya tersenyum dan mencubit lengan papanya. Sebesar apapun anak perempuan pasti akan selalu manja kepada papanya.
Wirawan pun mencari-cari jam di apartemen milik Priyo. Ia dari tadi tak menemukan di mana letaknya. Bahkan rasa kantuk dalam dirinya sudah menguap ke udara gara-gara permasalah rumit ini.
“Papa cari apa?”
“Jam. Sudah jam berapa ini?”
“Setengah empat Om,” sambar Priyo.
“Sudah menjelang subuh, ya.”
“Pa, ayo kita pulang. Pasti Mama udah menunggu di rumah dan khawatir suaminya nggak pulang-pulan
Kiki dan Wirawan pun kini sudah sampai rumah dengan selamat. Keduanya sudah saling meminta maaf satu sama lain. Apalagi Wirawan yang paham dengan permasalahan putrinya itu membuat dirinya benar-benar tak tega dengan nasibnya ke depan jika memang Ryan akan memilih perempuan lain. Putrinya pasti akan mengalami sakit yang luar biasa.“Pa, Kiki tidur dulu, ya.”Wirawan mengangguk dan tersenyum kecil. “Iya, sebaiknya kamu istirahat Nak,” ujarnya sambil mengusap kepala atas Kiki dengan lembut. Bahkan Desi sang mama pun hanya diam saat melihat kedatangan mereka. Wirawan sudah memberikan kode kepada istrinya melalui tatapan mata agar tak bertanya apapun.Setelah Kiki sudah memasuki kamarnya pun, Wirawan langsung mengembuskan napas dengan kasar. Ia menoleh menatap istrinya. Ia tahu betul jika istrinya sangat penasaran apa yang terjadi sampai-sampai pulang dengan Kiki dan lebih membuat dia bingung tidak ada Ryan.“Kita bicarain ini di
Kiki merasa lega karena meeting berjalan sangat begitu lancar. Bahkan Melviano pun lebih banyak diam selama perjalanan pulang pergi ke tempat meeting. Benar-benar anugerah yang luar biasa bukan.Pas sampai di kantor pun Kiki tersenyum dan selalu mengucapkan terima kasih berulang kali kepada Melviano. Dan, respon Melviano hanya diam saja seperti biasanya.Sebelum pulang ke rumah pun Kiki menyempatkan mampir terlebih dulu ke ruangan Sila. Biasalah perempuan kalau nggak gibah kayaknya ada yang kurang.“Ki.”Kiki pun menoleh saat dipanggil seseorang dari bagian HRD. Ia mengeryit bingung dan tumbenan sekali HRD panggil dia.“Iya, Bu.”“Nih ada titipan surat dari Pak Melviano.”“Apa?”“Buka sendiri aja katanya.”Kiki tersenyum lebar. Selain sangat peduli juga bossnya sangat sweet. Pakai dikasih surat begini segala. Kira-kira apa sih isinya? Bonus kali, ya. Kenapa ngga
Mall Senayan City.Ryan yang sudah mendapat kabar lagi kalau mereka akan ketemuan di Social Garden pun langsung merasa gugup saat berada di parkiraan seperti ini.Huft!Berulang-ulang Ryan mengambil napas panjang dan mengembuskan secara kasar. Ryan pun langsung turun mobil dan berjalan menuju ke arah restoran.Saat sampai di restoran pun Ryan langsung memilih tempat duduk. Kedua tangannya pun kini saling bertautan dan meremas-remas dengan kuat.Ting.Dengan cepat pula Ryan langsung membuka ponselnya kala mendengar suara notifikasi chat masuk. Ryan membaca kalau Kiki akan telat datang ke Social Garden.Tak lama, pelayan datang menawarkan menu makanan namun langsung ditolak Ryan karena menunggu istrinya datang terlebih dulu.Tiga puluh menit kemudian.Merasa sudah lama menunggu membuat Ryan langsung melihat arlojinya bahkan ia juga melihat waktu yang terdapat di ponsel untuk memastikan kalau waktu yang dilihatnya salah, ta
Ryan mengembuskan napasnya kasar saat sudah sampai di apartemen Pakubowono di mana seorang Priyo tinggal. Ryan memejamkan matanya sejenak sebelum turun dari mobil.Merasa sudah siap, Ryan turun dari mobil dan berjalan menuju ke arah unit Priyo dengan hati yang bergemuruh hebat jika memang nanti istrinya ternyata benar ada di sini. Ryan sudah nggak bisa berkata-kata lagi mengenai hal ini. Yang pasti dirinya ini sangat cemburu sekali melihat kedekatan dua makhluk beda jenis ini.Ting nong. Ting nong.Ryan menunggu dengan hati yang bisa dikatakan sangat gelisah. Ingatan kemarin malam pun langsung berputar seperti sebuah kaset rusak. Memutaran adegan Kiki yang keluar dari kamar dengan baju yang Ryan yakin kalau itu milik Priyo. Bisa Ryan tahu dari jenis dan ukuran yang tidak selaras dengan tubuh istrinya itu.Di saat akan memencet bel kembali, pintu itu terbuka menampilkan sesosok wanita paruh baya yang Ryan yakini adalah ibu dari Priyo karena wajahnya yang b
Niat untuk ketemuan bersama Ryan pun Kiki urungkan. Ia langsung banting setir menuju ke arah Pondok indah. Awalnya ia takut untuk datang ke istri boss besar, tapi ia datang ke sana bukan untuk urusan kantor melainkan ingin berdamai dan mencoba dekat agar bisa menjadi wanita yang sedikit bar-bar. Kiki merasa capek selalu mengalah dan mengalah selama ini. Ia juga butuh bahagia. Dan, Kiki yakin kalau dia orang yang tepat memberikan solusi agar bisa bahagia. Bisa Kiki lihat dari boss besarnya yang mulut pedas itu takluk akan ucapan dia—Kaila.Kaila sendiri awalnya syok mendapat tamu yang ternyata tetangga-nya dulu. Tapi, setelah duduk dan mengobrol lama pun ia merasa kasihan dengan kehidupan rumah tangga Shakira. Secara nggak sadar pun Kaila jadi mengingat momen dirinya saat di Los Angeles bersama Melviano dulu. Ujian rumah tangganya juga dibilang cukup berat. Tetapi akan kekuatan cinta dan kesabarannya pun sekarang Melviano menjadi bucin akut.“Terima kasih ba
Mendengar sang boss memanggil nama Kaila membuat Kiki langsung meringis tak enak sendiri. Mata Kiki dan Kaila pun saling menatap satu sama lain.“Dipanggil suamimu tuh.”“Biarin aja.”“Jangan begitu aku nggak enak.”“Palingan dia bosan karena merasa nggak ada teman.”“Yaudah sana temanin.”“Biarlah.”“Kai … entar karirku yang jadi taruhan karena istrinya lebih memilih menemaniku.”Kaila mendesah pasrah, ia pun langsung turun dari ranjang dan pergi keluar dari kamar tamu yang ternyata Melviano sudah menunggu di depan pintu sambil bertolak pinggang.“Kamu kemana aja sih, Kai?”“Di dalam kamar sama Shakira.”“Aku bosan nggak ada teman main.”“Udah tua pikirannya main terus.”Melviano pun langsung mendekap tubuh istrinya yang sangat tampak berisi itu. Melviano
Kiki benar-benar tak menyangka kalau Ryan akan berani melakukan aksi gila seperti ini. Apalagi dia melakukannya di depan kantor tempat ia bekerja.“Itu suamimu kan?”“Iya, Mr.”“Kampungan!”Kiki semakin tak enak kala Melviano seperti terganggu dengan aksi yang dilakukan oleh Ryan. Kalian bayangin aja Ryan lagi bawa spanduk gede banget dengan tulisan permintaan maaf dan ada beberapa orang yang Kiki tak kenal. Sudah pasti itu pasukan dari Ryan, sih.“Mr, Mr,” panggil Kiki laka melihat Melviano justru semakin melangkah jauh dan mendekat ke area kerumunan orang. Berbeda dengan Kiki yang tengah menunduk bahkan menutup mukanya malu melihat Ryan nekad seperti itu. Dengan cepat ia langsung menghubungi Kaila untuk menanyakan hal yang harus ia lakukan karena saat ini benar-benar merasa bingung sekali.Sambil menunggu teleponnya diangkat pun, Kiki terus menerus menggigiti bibir bawahnya gugup karena semua
Kini di sebuah kedai kopi duduk dua orang laki-laki dewasa yang tengah saling adu tatap. Di antara mereka berdua tak ada yang mengeluarkan suara sejak Melviano mengajak bicara di tempat ini dan mendapat persetujuan oleh Ryan.Pelayan pun datang menawarkan menu dan keduanya secara kompak menyebutkan kopi americano. Setelah sama-sama memesan kopi keduanya kembali saling adu tatap bahkan seperti saling melotot satu sama lain.Melviano mulai terkekeh kecil bahkan Ryan sendiri merasa tersinggung dengan kekehan dari Melviano.“Anda gila, ya?”Melviano justru tambah terkekeh mendengarkan penilaian dari laki-laki di depannya itu.Merasa sudah capek terkekeh membuat Melviano diam kemudian membuang napas secara kasar. Ia pun menarik dan membuang napas berulang-ulang.“Kok bisa sih laki-laki seperti ini selingkuh,” ujarnya.“Jangan sembarangan kalau ngomong,” sangkal Ryan cepat.“Hahaha. Say
Adeeva pun akhirnya maju, dan menyapa seramah mungkin kepada customernya. Adeeva tersenyum simpul yang membuat orang itu tetap menatap kosong dan mengabaikan keberadaannya.“Pagi, Kak. Kakak mau pesan apa?” tanya Adeeva, ramah.Merasa tidak dijawab membuat Adeeva merasa kesal sendiri karena keberadaannya dianggap hantu? Adeeva pun memejamkan mata dan menahan napasnya meski dalam hati kesal diabaikan seperti ini.“Kita ada menu spesial jika Kakak membeli dua por—““Buatkan semuanya.”“Hah! Apa, Kak?”“Kamu budeg, ya? Buatkan semua menu di sini. Tidak usah banyak tanya lagi. Kamu pasti pelayan baru di sini makanya tanya menu pesananku,” cerocosnya yang membuat Adeeva kesal sampai ke ubun-ubun.“Baik, Kak.”Adeeva langsung berlalu pergi dengan wajah masamnya. Ia melempar buku note kecil ke arah Zia. Adeeva langsung mendengkus sebal karena ini masih jam s
Jujur saja saat ini Adeeva masih tidak menyangka jika Emilia tega melakukan ini semua kepadanya. Entah apa motifnya ia masih belum tahu.Kini Adeeva menghubungi nomor ponsel Emilia untuk memastikan semuanya. Namun, panggilannya belum juga diangkat-angkat.Disaat akan menyerah, mendadak telinga Adeeva mendengar suara gemeresak dari seberang telepon sana.“Hallo.”“Em.”“Oh, kau. Ada apa?”“Kenapa kau tega sekali melakukan ini kepadaku? Apa salahku, Em!” Suara Adeeva tampak menggebu-gebu saat ini. Ia masih kesal dan tidak menyangka jika orang yang selama ini dipercaya dan sudah dianggap saudara justru tega melakukan ini semua kepadanya.“Kau bicara apa, sih?”Adeeva langsung tertawa hambar mendengar Emilia yang masih saja pura-pura tidak mengetahui rasa kekesalannya saat ini. Apa perlu Adeeva harus meledak-ledak secara gamblang agar perempuan di seberan
Kini Adeeva dan keluarganya makan malam di salah satu restoran Korea di kawasan Jakarta Selatan. Meski habis menghadapi polemik rumah tangga yang begitu menguras energi, tapi tidak menyurutkan rasa kebahagiaan saat berkumpul bersama seperti ini bersama keluarga.Bahkan saat melihat sang ayah yang selalu menggoda bunda-nya membuat Adeeva tersenyum lebar. Melihat sang ayah yang meminta izin nikah lagi yang langsung direspon galak sang bunda membuat Adeeva menilainya sangat lucu. Meski hanya bercanda saja, tapi terkadang sang bunda tersulut rasa kesalnya.“Adeeva setuju enggak kalau punya Bunda lagi?” tanya Ryan, disela-sela makan.“Jangan mulai deh. Enggak lihat kalau sekarang Bunda lagi pegang gunting?” Justru Kiki yang menyahuti ucapan Ryan itu. lagian mentang-mentang Abangnya mau nikah lagi terus dia suka sekali menggoda meminta ikut-ikutan. Benar-benar menyebalkan.“Kalau Adeeva, sih, terserah Ayah saja. Selama membuat Ayah
Empat Bulan Kemudian.Akhirnya hasil sidang perceraian Adeeva dengan Leonel berjalan lancar hingga memakan waktu hanya empat bulan saja. Biasanya jika banyak tuntutan dan perkara akan memakan waktu enam bulan lebih.Kini Adeeva resmi menyandang status janda. Adeeva tersenyum getir, namun hatinya lega. Ia merasa tidak ada beban dalam hidupnya.Bahkan sang ayah benar-benar mensupport dan terus menemani sampai sidang selesai. Tidak seharipun Ryan melewatkan anaknya pergi ke sidang sendirian. Ryan pasti akan selalu mengutamakan anaknya terlebih dulu dibanding pekerjaan yang digelutinya.“Tidak apa-apa menjadi janda tidaklah buruk. Hanya saja terkadang pandangan orang soal status ini masih suka salah kaprah. Menganggap janda ini buruk. Padahal tidak. Ayah dan Bunda selalu dukung apapun keputusan kamu ke depannya.”Adeeva tersenyum tipis dan mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah. Adeeva tahu jika kedua orangtuanya pasti lebih terluka namun m
Setelah sadar dari pingsan, Adeeva langsung memilih duduk bersandar di penyangga ranjang. Menatap kedua orangtuanya secara bergantian. Bahkan menatap ke arah sang grandma yang memang berada di dekat Kiki.Adeeva tersenyum senang, karena masih bisa merasakan kasih dan cinta dari keluarganya. Adeeva langsung menggenggam telapak tangan Kiki erat. Menatapnya sendu.“Bun, maafkan segala kesalahan Adeeva yang tidak pernah menurut selama ini. Maaf belum bisa menjadi anak yang baik untuk Bunda. Belum bisa menyenangkan hati Bunda, juga Ayah serta Grandma. Maaf beribu-ribu maaf jika Adeeva masih suka membantah ucapan Bunda. Maaf sudah sering buat nangis atas kelakuan Adeeva yang bandel. Maaf Bun ….”Adeeva langsung memeluk dan mencium pipi sang bunda. Adeeva menangis karena teringat suka membantah ucapan bundanya.Lain hal dengan Kiki yang membalas erat pelukan sang anak. Mengusap dan menepuk-nepuk pelan punggung sang anak. Matanya pun ikut
Setelah sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan, kini Adeeva memilih untuk kembali ke Indonesia sesuai perintah Kiki. Adeeva sudah memberikan kabar jika hari ini ia akan kembali ke Indonesia. Mungkin rasa-rasanya ia sudah tidak akan merantau lagi. Adeeva akan memilih stay di Jakarta bersama keluarga kecilnya. Adeeva akan menghabiskan sisa usia bersama Ayah, Bunda, juga Grandma.“Adeeva,” panggil Ryan.“Ayah.”Ryan pun langsung berjalan cepat untuk menyambut kedatangan putrinya. Ryan segera memeluk putrinya erat. Mencium pipinya dan segera mengusap buliran air mata yang mulai menetes di pipi mulus milik Adeeva.“Jangan sedih, Ayah akan selalu ada untukmu, Nak.”Adeeva masih tidak menyangka jika pernikahannya akan berakhir seperti ini. Padahal dulu juga pas awal nikah memang niat bercerai. Namun, seiring berjalannya waktu perasaan mulai timbul dan keduanya benar-benar sepakat melupakan perjanjian itu. Tapi, te
Hari ini Adeeva mendapat kabar jika Leonel tinggal di sebuah apartemen milik Darrel. Ternyata kehidupan Leonel selama seminggu ini ditanggung oleh Darrel. Dengan cepat pula Alex langsung menjemput Adeeva dan segera menuju ke kawasan El Born.Alex bilang jika Darrel memiliki apartemen di kawasan yang sangat sepi. Katanya dia lebih suka ketenangan dibanding hirup pikuk keramaian kota.Bahkan kawasan ini dihiasi jalan-jalan sempit hingga tampak sangat misterius. Tak pelak juga tempat ini banyak terdapat kafe kecil di sekitarnya untuk menikmati berbagai jenis minuman juga hidangan catalan.Mereka berdua pun memillih memarkirkan mobil di bahu jalan depan gedung apartemen. Alex dan Adeeva langsung berjalan menuju ke unit Darrel.Alex yang sudah pernah ke sini dan mengetahui password sahabatnya langsung memencetkan sederet password hingga suara ‘klik’ terdengar di telinganya juga Adeeva.“Alex … apa tidak apa-apa kita masuk?
Satu minggu sudah Adeeva melalui hari-harinya begitu berat. Bukan hanya dirinya saja, namun Marinka merasakan hal yang sama.Leonel bahkan tidak masuk kantor sudah semingguan ini. Parahnya, semua kunci mobil, ATM, beserta semua fasilitas lainnya dikirim ke mansion Marinka.Perempuan paruh baya itu merasa sedih dengan sikap Leonel yang sangat gegabah ini. Adeeva pun terus menguatkan Marinka. Entah dengan apa pria itu hidup saat ini jika semua fasilitas dikembalikan kepada Marinka.“Mom, dia pasti nanti kembali. Kau tenang saja, ya.”Marinka mengangguk dan kembali menguatkan Adeeva untuk tetap tabah dalam menghadapi ujian ini. Adeeva pun mendadak dapat telepon dari Indonesia—Bunda Kiki menelepon tiada henti yang membuat Adeeva mengerut bingung.Merasa penasaran membuat Adeeva mengangkat telepon itu dan menyapa bundanya dengan suara yang dibuat seceria mungkin agar tidak ketahuan.“Halo, Bunda,” sapanya dengan nada
Rasa-rasanya saat ini Leonel masih belum bisa menerima kenyataan yang sesungguhnya jika ia bukanlah anak dari Marinka. Apalagi sikap Marinka sangat lembut dan benar-benar menunjukkan kasih sayangnya dengan tulus.Seusai mendengarkan kejujuran Marinka, Leonel langsung pamit pergi meninggalkan mansion. Bahkan saat berpapasan dengan Adeeva pun ia rasanya sangat malu menatap perempuan itu. Bahkan Leonel tidak berani menyapa atau mengajaknya bicara. Leonel terlalu malu. Sifat gengsi yang dimilikki masih menguasai otaknya hingga membuat Leonel tidak melakukan itu semua.Kini tujuannya pergi ke apartemen. Leonel berpikir jika ia sudah tidak pantas lagi menikmati kemewahan yang diberikan oleh Marinka. Leonel terlalu malu kepada perempuan itu. Leonel kesal karena diapit oleh dua perempuan sebaik Marinka juga Adeeva. Rasa-rasanya ia tidak pantas berada di dekat mereka berdua. Kedua perempuan itu hanya pantas berada dilingkungan orang-orang baik saja. Sedangnya dirinya? Hanya ora