Gue benar-benar kasihan banget lihat Ryan tengah meringis nahan sakit. Pasti racun yang Cantika kasih bikin perut Ryan mulas makanya sampai buka sabuk segala deh.
KLIK.
“Keluar.”
“Hah.”
“Keluar sayang, kamu pulang sendiri sana.”
“Hah.”
Di saat gue masih nggak paham tetapi tangan Ryan kayak ngusir gue dari dalam mobilnya. Kenapa racun yang Cantika kasih jadi buat Ryan benci sama gue sih? Benar-benar kudu diruwat nih si Ryan.
“Ryan ... kita ke dok—“
“Pulang sana cepetan, jangan dekat-dekat aku.”
“Ryan.”
“Shakira—aouh ... shit!”
“Sakit banget ya perut kamu?”
Asli Ryan benar-benar kejam banget tetap ngusir gue dari dalam mobilnya. Mana diusir di parkiran hotel pula. Dan, gue tetap nggak mau pergi ninggalin dia gitu aja. Gue takut Ryan mati di dalam mobil. Tadi apakah kissing terakhir ki
Saat ini gue lagi teleponan sama Mbak Sila di kamar. Berbeda dengan Ryan yang tengah mengobrol sama mama papa.“Iya gitu Mbak amsyong banget gue ketahuan si dakjal itu di bandara,” ujar gue dengan suara yang begitu menggebu-gebu.“Hah, terus terus?”“Gue sama dia kayak tom and jery anjir banget lah.”“Hahaha, siap-siap lo kena SP nanti.”“Nah itu yang gue takutin dong. Dia juga udah bilang bakalan hukum gue nanti kalau dia kembali ke kantor dua bulan lagi gitu, dia kira-kira mau ke mana sih ada di bandara gitu.”“Ke Los Angeles mungkin, dia kan dulu tinggal di sana, Ki.”“Ya ampun ... kenapa nggak menetap saja di sana sih, dia ke sini tuh Jakarta jadi sempit. Penuh-penuhin penduduk Ibukota aja.”“Hahaha sial. Btw, gimana nih sama Ryan? Kapan acaranya?”Ditanya seperti itu bikin gue senyam senyum sendiri meski Mbak Sila nggak l
Untung aja mata gue bisa jeli saat melihat hengpong jadul di Joko yang lagi ngerekam adegan debat gue sama si Chyta.“Hapus nggak tuh video,” teriak gue.“Nggak mau, berita hangat dan terupdate masa kini.”“Bocah kampret! Macam-macam gue bakalan aduin lo sama Mbak Sila biar digelitikin lagi sampai ngompol mau?”“Bodo amat.”Kurang ajar. Bocah bau kencur udah mulai berani main-main sama gue. Dengan sedikit ancang-ancang pun gue langsung berlari ngejar si Joko yang larinya gesit banget kayak ikan belut.Kini gue langsung berhenti karena merasa saluran pernapasan hampir putus. Sialan itu si Joko.Tak ingin meladeni Joko, akhirnya gue kembali berjalan ke arah meja yang ternyata si Chyta udah nggak ada. Sukur deh tuh makhluk gaib pergi dari bumi.Ting.Ryan : Aku udah nunggu di depan gedung kantor.Buru-buru gue langsung menyambar tas dan memasukkan ponsel ke dalamnya. Ba
Gue sama Ryan kini udah berada di salah satu warung. Ya, gue sama dia makan di warung bukan restoran. Entahlah, jiwa miskin gue terasa meronta-ronta.“Makannya pelan-pelan dong sayang.”“Abisnya enak.”“Aku suka lihat kamu makan.”“Kok gitu?”“Iya nggak jaim gitu.”Gue langsung tersenyum malu dipuji Ryan seperti itu. Kenapa sih gue gampang banget baper dan geer begitu, padahal kalau dipikir-pikir belum tentu juga Ryan memuji yang benar-benar dari hati dan bisa jadi dia hanya pengin gue senang aja.“Kalau kebanyakan jaim nanti laper,” balas gue.“Hmm, lagian laki-laki lebih suka perempuan apa adanya aja dibanding harus tampil perfeck tapi banyak tipuan.”Gue langsung berhenti menyuapkan makanan dan menatap ke arah Ryan yang sudah habis terlebih dulu seperti biasa.“Aku nggak mau nipu kamu, aku pengin kamu lihat aku begini dan
Asli deh rasanya pengin gue sleding banget saat mendengarkan suara Cantika tengah tertawa begitu puas seakan-akan lagi ngeledekin gue gitu.“Ryan lagi sama gue, kenapa?”“Hahaha, bohong lo.”“Nggak percaya? Ayo video call.”Ingin membuktikan kalau ucapan si Cantika itu bohong pun akhirnya gue setuju untuk melakukan panggilan video. Tapi, pada saat sudah terhubung gue sangat kaget karena Ryan lagi teler. Ya, sepertinya Ryan habis mabok.“Cantika, kenapa lo ada di apartemen Ryan?”“Mau senang-senang lha, Ki, kayak nggak tahu aja.”“Jangan macam-macam lo.”“Tapi gue suka yang macam-macam gimana dong.”“SHIT!”“Hahaha.”Nit.Pikiran gue merasa kacau melihat Ryan yang tengah tertidur teler di sofa. Gue ngeri aja kalau Cantika kasih sesuatu yang bikin khilaf terus Ryan suruh tanggung jawab gitu
Sehabis membayar ojek, kita berdua nggak langsung kembali ke apartemen melainkan duduk-duduk di kafe Hardrock terlebih dulu.“Mau makan apa?”“Udah malam nanti aku gendut gimana?”“Aku nggak peduli sayang yang penting kamu nggak kelaperan.”“Yaudah samain aja sama kamu.”Ryan pun mengangguk dan menyebutkan beberapa menu kepada pelayan.“Teriyaki salmon 1 porsi, chipotle steak 2, long island iced tea 2, potato skins 1.”Selesai Ryan memesan pun dia langsung menatap ke arah gue dengan mata sayunya. Gue sendiri langsung terkikik geli melihat wajah bangun tidur dia.“Kamu cuci muka dulu gih.”“Kelihatan jelek banget, ya?”“Enggak kok, kamu tetap tampan cuma mau makan masa muka bantal gitu.”Ryan tersenyum dan langsung berdiri pamit untuk pergi ke toilet. Gue pun hanya menatap ke arah musik live yang dised
Pondok Labu, Jakarta.Saat ini kediaman rumah gue udah diubah sama Winda menjadi mirip orang hajatan. Tapi, kali ini bukan hajatan pernikahan tapi hanya lamaran biasa aja kok. Dan, kemarin hari jumat sore pun antar para orang tua sudah bertemu terlebih dulu sebelum hari besar ini. Mama papa gue benar-benar klop banget kalau ngobrol sama mamanya Ryan. Dua wanita itu memang senang sekali mengobrol ngalor ngidul sampai keluar tema segala.Persiapan dadakan ini bikin gue sedikit khawatir banget. Terlebih gue sama Ryan nggak pacaran sama sekali. Pacaran nggak sih? enggak deh, cuma sering hampir khilaf aja. Ryan juga bilang nggak mau ngajakin gue pacaran tapi penginnya ngajak nikah aja. Mendengar niat dia begitu kenapa harus gue tolak? Sedangkan gue juga lagi butuh pendamping hidup. Semoga saja memang Ryan adalah pilihan yang tepat buat gue.“Lipstiknya tambah lagi,” kata Winda saat menemani gue di kamar. “Masih keliatan pucat soalnya, Kiki kulitnya
Telapak tangan gue mendadak gemetaran di saat ibu calon mertua akan memakaikan cincin. Gue pun tersenyum menatap cincin yang kini sudah melingkar begitu cantik di jari manis gue. Dan, kini giliran mama untuk memakaikan cincin ke arah jari manis Ryan.Selesai dengan acara tukar cincin, kini pembawa acara melanjutkan acara yaitu ramah tamah dan perkenalan antar anggota keluarga inti dan saudara-saudara agar bisa saling mengenal satu sama lain.Kini giliran gue yang tengah dikenalkan Ryan ke arah anggota keluarganya.“Ini Abang Surya kakak kandungku sama istrinya Cantika dan mereka akan menjadi kakak kamu juga nanti, itu Chaca sepupuku dan disampingnya itu Tante Tiwi mamanya Chaca, masih banyak lagi cuma mereka nggak bisa hadir sama kondisi yang jauh di kampung,” kata Ryan.Gue mengangguk paham. Dan kini giliran gue yang akan memperkenalkan Ryan ke anggota keluarga gue.“Ini Mama Papaku kamu udah kenal, dan yang duduk di sana t
Selesai acara lamaran dengan memberikan balasan seserahan kepada keluarga Ryan berupa makanan, buah-buahan serta kebutuhan calon mempelai laki-laki, Kini gue lagi tiduran sambil cerita-cerita sama Winda yang memang sengaja menemani sambil membahas konsep acara pernikahan yang akan diadakan dua bulanan lagi.“Gue pengin sewa gedung RT aja deh, tapi Ryan pengin di ballroom hotel. Menurut lo gimana, Win?”“Yaudah turutin aja kemauan dia selagi ada modal sih.”“Sayang Win buang-buang duit buat pesta sehari doang. Gue merasa kaum biasa aja jadi agak peritungan nih, kalau sultan mah terserah di mana tempatnya gue jabanin deh.”“Kan yang bayar Ryan, Ki, ngapain sih lo pusing-pusing amat.”“Nah justru itu gue nggak enak lha, masa yang nikah berdua yang biayain dia semua sih. Gue penginnya bareng-bareng gitu, Win.”“Yaudah lo entar ngomong aja sama dia. Mau jalan kan lo nanti? Ja
Tak terasa gibah squad kini sudah duduk hampir empat jam sendiri di La Moda Jakarta. Bahkan mereka semua sudah kenyang makan ditambah ngobrol ngalor ngidul dan lebih parahnya mereka memesan wine. Joko yang anak bawang pun hanya bisa melihat kelakuan orang-orang dewasa di sekitarnya.“Eh, gue kalau belum kawin bakalan pepet para bos dah,” ceplos Sila.“Kayak laku aja lo,” sahut Rinto.“Remehin lo. Gini-gini gue jago goyang di ranjang tahu.”“Hissst … urusan ranjang lo bawa-bawa, Mbak,” cela Kiki.“Iyahlah, para laki-laki itu paling suka perempuan jago ranjang. Iyakan Priyo?” todong Sila ke arah Priyo dengan pertanyaan yang membuatnya menelan ludah susah payah.“Apaan sih, Mbak, gue kan belum pernah rasain,” jawabnya gugup.“Masa?” Sila menatap Priyo sambil tersenyum. Ia pun tertawa dan mengambil gelas yang berisi wine.Kondisi Sila y
Suami mana yang tak takut kalau istrinya bekerja dengan laki-laki single dan berduit. Oke. Kalau saingan hanya si Priyo yang sama-sama pekerja, tapi ini kedudukannya boss besar sekaligus pemilik perusahaan. Perempuan mana yang akan menolak jika harta, tahta sudah bertindak? Bukan berarti Ryan tidak mempercayai istrinya, tapi rasa takut itu benar-benar muncul begitu saja. Tak memungkiri juga jika istrinya itu benar-benar cantik dan lebih sialnya memiliki body yang perfek. Menonjol dibagian yang semestinya. Dobel sial!“Aku percaya sayang, tapi aku takut.”“Kamu takut tandanya nggak percaya dong.”Melihat istrinya yang langsung badmood membuat Ryan pun mengalah. Ia menghela napas kasar sambil berpikir ke depan akan seperti apa.“Ya udah kamu gapapa bekerja di Ansell.”“Lagian kan belum tentu diterima juga. Orang baru ngirim CV. Pasti saingan banyak dan usia jauh lebih muda-muda.”“Ya mudah-
Selesai membahas masalah kerjaan dengan Wawan, kini Kiki tengah bersiap-siap menuju ke salah satu mall. Lebih tepatnya Grand Indonesia karena akan ketemu Ryan untuk makan siang bersama dan sorenya akan ada acara bersama gibah squad yang akan mengadakan pesta pemecatan. Grup sinting memang. Sepertinya kalau nggak sinting bukan gibah squad namanya.Selesai menggunakan make up dan pakaian sedikit rapi, Kiki keluar kamar dan langsung menatap ke arah Wawan yang masih duduk di sofa menunggunya dengan wajah begitu kesal.“Yuk,” ajak Kiki.“Naik ojek aja.”“Nggak. Anterin gue sampai depan pintu mall GI.”“Ya ampun, gue bayarin deh ojeknya.”“No no no. Lo udah makan mi instan sampai dua mangkok juga, gue sampai ngalah buat nggak makan lho.”‘Anjer, mi melar begitu masih aja diungkit sama si Kiki,’ batin Wawan.“Iya oke deh gue anter sampai restoran juga entar.
Merasa terkejut dengan orang yang tak dikenalnya membuat Kiki menampar dengan secepat kilat. Bahkan orang itu mengaduh kesakitan yang membuat Kiki melongo.“Wawan! Ngapain lo pakai rambut palsu gitu.” Kiki mengomel saat melihat orang didepannya tengah melepas rambut palsu gondrong yang dipakainya dan kaca mata hitam yang berhasil menutupi mata yang tampak merah itu.“Gue numpang ngumpet.”“Apaan, enggak!”“Pelit banget lo.”Kiki langsung menghadang Wawan di depan pintu dengan satu tangan yang direntangkan ke arah tembok apartemen.Wawan sendiri hanya berdecak kesal sambil menatap ke bawah dan tersenyum jahil. “Whoa gede banget.”“Apanya yang besar woy!”Wawan pun langsung nyelonong masuk saat melihat Kiki tengah lengah. Kiki melihat itu langsung merasa murka dan berteriak kencang yang mambuat Wawan menutup kedua telinganya dengan telapak tangan.&ldq
Faktanya ingin puasa dua bulan semua itu hanya ucapan belaka untuk Kiki. Justru hari ini bahkan sejak semalam gelora panas yang lebih mendominasi keluar dari seorang Shakira Intan Ayu dibanding Ryan Anggara. Sosok Ryan hanya sebagai pemancing dan pemanas saja untuk diawal dan selanjutnya yang memimpin kegiatan panas itu Kiki sendiri.Merasa pintar memancing istrinya membuat Ryan selalu tersenyum begitu bangga di saat suara lenguhan keduanya keluar hingga keduanya mencapai ketitik pelepasan.Kiki yang awalnya bingung melakukan di dapur justru kini ia langsung bisa mengusai dan beradaptasi dengan cepat.Selesai melakukan kegiatan panas mereka memilih beres-beres rumah bersama dan istirahat sebentar kemudian pergi kembali ke apartemen.“Mas, cariin kerjaan pokoknya.”“Iya besok senin.”“Nggak mau. Pokoknya sekarang biar senin aku kirim email buat ngelamar.”Kiki terus berbicara soal lamaran kerja. Bahk
Kiki langsung membekap mulutnya sendiri kala merasa suaranya memang sudah begitu sangat berisik. Ryan sendiri hanya tersenyum penuh kemenangan karena istrinya sudah pasrah dilucuti pakaian oleh dirinya satu persatu. Pertahanan untuk memberikan Ryan pelajaran gagal sudah karena Kiki sendiri pun tak bisa menahan hawa panas dan rangsangan dari suaminya itu.Tak ingin menyia-nyikan kesempatan pun membuat Ryan langsung mengeksplor area sensitive istrinya dan memberikan tanda serta kenikmatan yang luar biasa.Merasa tak kuasa menahan kenikmatan membuat Kiki terus bergelinjang dan menarik kepala suaminya untuk bisa ia kecup hingga akhirnya pun melakukan kissing yang begitu panas yang membuat Kiki benar-benar terbuai.“Sialan!”Ryan terkekeh saat mendengar istrinya mengumpat untuk pertama kali saat mereka bercinta seperti ini. Terlebih birahi sang istri seperti tengah benar-benar keluar. Bahkan kedua tangan Kiki membantu kepala Ryan agar lebih terbena
Merasa tahu kalau istrinya mulai tak nyaman dan takut saat melihat Abangnya membuat Ryan pun kembali membalas genggaman tangan Kiki dengan begitu erat sebagai tanda kalau dia akan baik-baik aja selama dia berada di sampingnya.Kepala Ryan menoleh dan memberikan senyuman tipis kepada istrinya untuk sedikit santai saat akan memasuki rumah orang tuanya.“Mas.”“Gapapa sayang, kamu bakalan aman ada aku di sini.”Ryan pun merasakan kalau istrinya mulai mempercayakan dengan mulai ikut melangkah masuk untuk bertemu Mama Nina.“Halo sayang,” sapa Nina langsung cipika cipiki kepada putra dan menantunya itu. “Mama kira kalian berdua nggak jadi nginep di sini.”“Jadi dong, Ma, soalnya weekend depan kita berdua mau ke Bandung.”“Ke Bandung?” kening Nina mengerut sebagai tanda kalau ia ingin tahu mereka ke sana untuk apa.“Iya ada urusan.”“Oh &
Setelah dari kantor, yang dilakukan oleh Kiki hanya tiduran sambil menangis saja sampai malam. Bahkan ia lupa makan, dan mandi. Bagi Kiki sendiri ini ujian terberat karena akan menjadi pengangguran yang kerjanya bakalan plonga plongo.Tak lama telinga Kiki menangkap suara pintu yang terbuka. Ia tahu kalau yang masuk ke kamar itu suaminya. Tak usah menoleh juga aroma tubuhnya sudah ketara.“Malam sayang, tumben udah tiduran jam segini.”Kiki diam.Melihat reaksi istrinya yang diam membuat Ryan langsung berjalan mendekat ke ranjang dan memeluk istrinya dengan gemas. Bahkan ia juga langsung mendusel-dusel ke leher jenjang istrinya.“Ih awas ah jangan pegang-pegang.”“Kenapa, hm?”“Nggak usah tanya.”“Jutek banget jawabnya.”“Lagian nyebelin sih.”“Nyebelin gimana sayang?”“Kamu tuh tadi pura-pura sinyal ilang kan? Sejak k
Kiki masih saja mencerna ucapan laki-laki yang duduk di depannya ini yang statusnya itu sebagai boss. Hati dan pikirannya pun berjalan secara bersamaan untuk menganalisa kejadian hari ini.“Apa ini ada hubungannya sama Ryan?” tanyanya.“APA? Tidak ada.”“Jangan bohong, Mr. Kalian berdua tadi habis ngopi bareng kan? Terus Ryan itu nggak pengin saya kerja. Dan, tiba-tiba saya dipecat dengan alasan tak jelas seperti ini.”Bisa Kiki lihat kalau boss-nya tengah mengambil napas panjang dan menatapnya kembali. Bahkan saat ini Kiki sudah siap mengembalikan uang pesangon itu asal jangan dipecat seperti ini.“Kamu sepertinya harus banyak intropeksi diri. Berkaca. Sudah baik belum dalam bekerja. Itu yang harus kamu lakukan bukannya menuduh orang lain atas pemecatan ini.”“Tapi, Mr, saya nggak tahu kesalahannya apa?”“Ini yang kurang dalam diri kamu. Kurang membaca diri sendiri.&rd