Sehabis membayar ojek, kita berdua nggak langsung kembali ke apartemen melainkan duduk-duduk di kafe Hardrock terlebih dulu.
“Mau makan apa?”
“Udah malam nanti aku gendut gimana?”
“Aku nggak peduli sayang yang penting kamu nggak kelaperan.”
“Yaudah samain aja sama kamu.”
Ryan pun mengangguk dan menyebutkan beberapa menu kepada pelayan.
“Teriyaki salmon 1 porsi, chipotle steak 2, long island iced tea 2, potato skins 1.”
Selesai Ryan memesan pun dia langsung menatap ke arah gue dengan mata sayunya. Gue sendiri langsung terkikik geli melihat wajah bangun tidur dia.
“Kamu cuci muka dulu gih.”
“Kelihatan jelek banget, ya?”
“Enggak kok, kamu tetap tampan cuma mau makan masa muka bantal gitu.”
Ryan tersenyum dan langsung berdiri pamit untuk pergi ke toilet. Gue pun hanya menatap ke arah musik live yang dised
Pondok Labu, Jakarta.Saat ini kediaman rumah gue udah diubah sama Winda menjadi mirip orang hajatan. Tapi, kali ini bukan hajatan pernikahan tapi hanya lamaran biasa aja kok. Dan, kemarin hari jumat sore pun antar para orang tua sudah bertemu terlebih dulu sebelum hari besar ini. Mama papa gue benar-benar klop banget kalau ngobrol sama mamanya Ryan. Dua wanita itu memang senang sekali mengobrol ngalor ngidul sampai keluar tema segala.Persiapan dadakan ini bikin gue sedikit khawatir banget. Terlebih gue sama Ryan nggak pacaran sama sekali. Pacaran nggak sih? enggak deh, cuma sering hampir khilaf aja. Ryan juga bilang nggak mau ngajakin gue pacaran tapi penginnya ngajak nikah aja. Mendengar niat dia begitu kenapa harus gue tolak? Sedangkan gue juga lagi butuh pendamping hidup. Semoga saja memang Ryan adalah pilihan yang tepat buat gue.“Lipstiknya tambah lagi,” kata Winda saat menemani gue di kamar. “Masih keliatan pucat soalnya, Kiki kulitnya
Telapak tangan gue mendadak gemetaran di saat ibu calon mertua akan memakaikan cincin. Gue pun tersenyum menatap cincin yang kini sudah melingkar begitu cantik di jari manis gue. Dan, kini giliran mama untuk memakaikan cincin ke arah jari manis Ryan.Selesai dengan acara tukar cincin, kini pembawa acara melanjutkan acara yaitu ramah tamah dan perkenalan antar anggota keluarga inti dan saudara-saudara agar bisa saling mengenal satu sama lain.Kini giliran gue yang tengah dikenalkan Ryan ke arah anggota keluarganya.“Ini Abang Surya kakak kandungku sama istrinya Cantika dan mereka akan menjadi kakak kamu juga nanti, itu Chaca sepupuku dan disampingnya itu Tante Tiwi mamanya Chaca, masih banyak lagi cuma mereka nggak bisa hadir sama kondisi yang jauh di kampung,” kata Ryan.Gue mengangguk paham. Dan kini giliran gue yang akan memperkenalkan Ryan ke anggota keluarga gue.“Ini Mama Papaku kamu udah kenal, dan yang duduk di sana t
Selesai acara lamaran dengan memberikan balasan seserahan kepada keluarga Ryan berupa makanan, buah-buahan serta kebutuhan calon mempelai laki-laki, Kini gue lagi tiduran sambil cerita-cerita sama Winda yang memang sengaja menemani sambil membahas konsep acara pernikahan yang akan diadakan dua bulanan lagi.“Gue pengin sewa gedung RT aja deh, tapi Ryan pengin di ballroom hotel. Menurut lo gimana, Win?”“Yaudah turutin aja kemauan dia selagi ada modal sih.”“Sayang Win buang-buang duit buat pesta sehari doang. Gue merasa kaum biasa aja jadi agak peritungan nih, kalau sultan mah terserah di mana tempatnya gue jabanin deh.”“Kan yang bayar Ryan, Ki, ngapain sih lo pusing-pusing amat.”“Nah justru itu gue nggak enak lha, masa yang nikah berdua yang biayain dia semua sih. Gue penginnya bareng-bareng gitu, Win.”“Yaudah lo entar ngomong aja sama dia. Mau jalan kan lo nanti? Ja
Makan kali ini benar-benar beda menurut gue. Ryan lebih banyak diam setelah gue tanya tentang cinta pertamanya itu. Ada apa sih emangnya? Gue padahal mau kenal baik-baik tapi Ryan suruh kenalannya habis nikah aja. Bawaan gue penginnya suuzon ke dia tapi nggak ada bukti apa-apa. Tanya Kak Doni pun dia jawab nggak tahu kabarnya setelah lulusan SMA waktu itu. Jadi yang benar-benar tahu kondisi Rena hanya Ryan aja. Kata Kak Doni juga si Rezvan suami Nasya juga nggak tahu kabar Rena. Ih, kok bawaan gue curiga mulu begini sih.“Jangan mikir yang macam-macam,” kata Ryan seolah-olah tahu isi pikiran gue.“Enggak.”Tak mau memperpanjang masalah akhirnya gue mencoba berbaik sangka sama dia. Gue mencoba percaya sama Ryan.Selesai makan, Ryan langsung ngantar gue pulang dan katanya dia mau kumpul sama teman-temannya di kelab malam. Pengin banget ngelarang tapi gue takut nanti Ryan nggak terima atau marah. Mungkin pelan-pelan aja nanti, ngubah
Pondok Labu, Jakarta.Setelah habis dari percetakan undangan tadi, kini giliran gue buat istirahat karena jujur aja tubuh gue merasa capek banget yang benar-benar capek.Bahkan saking capeknya gue sampai meminta tolong mama buat pijetin kaki barusan. Dan sekarang pun sudah pukul dua belas malam tapi mata gue belum mau terpejam juga. Padahal udah capek tapi susah tidur gini gitu, kalian pernah merasakan hal seperti ini nggak sih? Capek tapi nggak bisa tidur.Gue pun mengambil hape yang tergeletak di atas nakas. Gue duduk sambil bengong seperti orang bingung. Dan, akhirnya pun gue hubungi Ryan.Tut. Tut. Tut.Gue pun menunggu panggilan teleponnya diangkat sambil menggigit bibir bawah. Dalam deringan ke tiga panggilan gue pun diangkat dan dijawab dengan suara serak orang khas bangun tidur.“Halo.”“Kamu udah tidur?”“Hmm, capek banget dari kemarin nggak tidur.”“Maaf ganggu tidur ka
Ballroom Hotel Poin Square, Jakarta.Keluarga gue sama keluarga Ryan sepakat buat melakukan acara akad nikah pagi hari dan dilanjut dengan resepsi pukul sebelas siang.Saat ini gue seperti pada pengantin umumnya, gue lagi dimake-up secantik mungkin supaya orang-orang bisa pangling lihat wajah gue nanti.Demi apapun rasanya benar-benar gemeteran apalagi dua jam kedepan acara akad akan segera dimulai. Mana hampir dua bulan gue sama Ryan nggak ketemu sama sekali. Baru akan ketemu entar pas di depan penghulu pula. Kita berdua hanya mengandalkan hape sebagai kekuatan hubungan di saat LDR dan dilarang ketemu seminggu sebelum nikah. Katanya sih pingit gitu. Gue sendiri hanya nurut-nurut aja apa kata orang tua.“Win, keluarga pihak cowok udah turun ke ballroom?”“Udah, mereka lagi dimake-up semua.”Lega rasanya karena pihak keluarga Ryan udah datang dan lagi dimake-up. Gue dan keluarga pun semalam nginap di hotel supaya
Kiki dan Ryan tengah berganti pakaian untuk melakukan serangkaian prosesi adat Jawa setelah ini. Mereka berdua pun masih tampak malu-malu namun itu berlaku bagi Kiki aja. Ryan sendiri selalu menatap Kiki yang saat ini statusnya sah menjadi istrinya.“Hadap sini dulu, Mas,” kata sang tata rias.Kiki yang mendengar Ryan ditegur seperti itu langsung terkekeh geli. Ia pun langsung pura-pura tak melihat saat Ryan memberikan isyarat melalui cermin besar di depannya itu.Melihat tatapan Ryan pun, dalam hati Kiki tahu apa yang tengah dipikirkan oleh laki-lakinya itu. Sudah pasti membahas yang tak jauh-jauh dari adegan dewasa.“Selesai,” kata tata rias yang memegang Ryan.Kiki pun masih dimake-up kembali karena tadi sedikit berantakan akibat adegan nangis yang tak disengaja. Padahal Kiki sudah mewanti-wanti dirinya sendiri untuk menahan air mata tapi tetap saja nggak bisa.“Cantik banget istriku,” puji Ryan.
“Itu udah tua tapi kok belum nikah-nikah, ya.”“Iya, ngejar karir terus makanya susah jodoh tuh.”“Nggak malu apa gimana sih seusianya udah pada punya anak lho dia masih sendiri aja.”“Bahkan anaknya Jeng Rania saja dua-duanya udah laku semua.”“Nggak takut apa nanti nikah usia tiga puluh susah punya anak.”Berbagai sindiran tetangga sudah menjadi makananku sehari-hari. Bahkan mereka tak segan-segan membicarakan status lajangku di depan mata. Memangnya ada yang salah jika aku lajang? Toh aku lajang dan menikah nanti nggak akan minta biaya resepsi sama mereka, 'kan? Tapi kenapa sih mereka selalu mengurusi kehidupan orang lain seperti ini. Memangnya mereka tak memiliki kesibukan sampai-sampai hidupnya digunakan hanya mengurusi urusan orang dan dijadikan bahan gosip?Kalau tidak kuat iman mungkin rasanya akan gila menghadapi segala standart masyarakat yang memang sudah ada sejak dulu. Terlebih ucapan para tetangga sering kali membuat mama yang tadinya adem ayem menjadi ikut konfrontasi so