Share

Kesal

Penulis: Okta Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-09 09:45:19

Aku beringsut mundur saat Mas Arsya sama sekali tidak mengenaliku. Lantas, dia justru tersenyum dan memanggil nama Dokter Fahira dengan lugas mekipun belum terlalu jelas. Aku menangis, hancur jika harus menerima kenyataan yang membuat Mas Arsya melupakan siapa aku.

"Manda ...." Dokter Fahira memanggilku yang sudah seperti orang linglung.

Aku terus berjalan mundur sambil memperhatikan Mas Arsya yang memegangi tangan Dokter Fahira. Ini menyakitkan. Saat punggung menyentuh dinding, aku langsung balik badan dan ingin langsung pergi saja.

"Manda." Panggilan lirih menyapa telinga.

Tanpa berpikir, aku kembali membalik badan.

"Manda." Mas Arsya memanggilku. Apa maksudnya? Aku sungguh tidak memahami apa yang sedang terjadi.

Dengan ragu, kaki ini membawa mendekat pada Mas Arsya berada. Senyum kembali terkembang di bibirnya. Tangannya menyentuh perutku saat aku sudah berdiri di samping dia berbaring.

"Maaf," ucapnya pelan.

Saat sedang panik, khawatir, dan takut menjadi satu, lalu diajak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Virafdylan S Saban
cerita jelek norak kyak gini harus di musnahkan dri dftr pustaka,g berguna sama skli ni cerita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DINGINNYA SUAMIKU   Insiden

    PoV ArsyaMeninggalkan Amanda di Jogja sebenarnya terlalu berat untukku. Apalagi dengan adanya Danu yang terang-terangan mencintai Amanda lebih dari cinta seorang kakak. Namun, ketulusan dan kesetiaan Amanda membuatku menepis itu semua. Saat mengetahui jika anting yang dipakai Amanda adalah dari Danu, seketika itu aku merasa hampir kalah. Barang pemberian dari Danu bisa menempel di tubuh Amanda tanpa jeda. Sementara dariku? Hanya cincin pernikahan kami karena aku memang belum pernah membelikan perhiasan untuknya. Akhirnya, aku terpikir untuk membelikan kalung secara diam-diam karena Amanda terlihat murung saat kuminta memilih sendiri. Ya, istimewanya istriku itu adalah tidak suka kemewahan, tapi dia sangat suka kejutan. Senyumnya kala aku memakaikan kalung sederhana itu membuat hati ini berdesir. Aku bisa benar-benar mencintai perempuan lagi sejak kepergian Arumi. Mungkin memang Arumi-lah yang selama ini membuatku tidak mau menerima cinta lain dari sang mama, karena nyatanya aku me

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • DINGINNYA SUAMIKU   Masa Lalu

    Aku memilih kembali ke ruang rawat Mas Danu untuk menekan emosi. Mendengar kesaksian Dokter Fahira di depan Mas Arsya tadi rasanya begitu menyakitkan. Aku jadi bertanya-tanya tentang hubungan dokter itu dengan Arumi. Kenapa dia mengakui anak sambungku sebagai miliknya bersama Mas Arsya? Akan tetapi, lagi-lagi aku mendapat kejutan. Tepat sebelum aku masuk ke kamar rawat Mas Danu, Mbak Rima dan Mas Udin membuka pintu. Mereka pamit untuk ke kantor EO. Aku pun memilih berdiam di depan kamar rawat Mas Danu sambil menahan dengan kaki agar daun pintu tidak tertutup rapat. "Gue nyesel, Rud. Gara-gara obsesi buat milikin Manda, gue hampir aja buat calon ponakan gue jadi yatim sebelum lahir. Gue lega karena Arsya selamat dan Manda bisa senyum lagi. Kemarin, gue kayak orang gila dan nggak sadar. Gue pikir, kalau Arsya nggak selamat, Manda bisa sama gue. Tapi, itu salah.""Lu emang salah, Dan. Gue udah sering bilang, cari cewek lain buat move on, tapi lu nggak pernah dengerin.""Gue udah coba i

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • DINGINNYA SUAMIKU   Absurd

    Rupanya, rencana acara empat bulananku yang direncanakan Ibu sebelumnya bersamaan dengan hari ulang tahunku. Aku bahkan lupa dengan tanggal di mana aku pertama kali bernapas. Semua masalah yang ada, menjadikanku tidak ingat dengan diri sendiri. Mas Danu pun sudah mengakui kesalahannya di hadapanku, Ayah, Ibu, dan Mas Arsya. Dia bilang, rela jika harus dilaporkan ke pihak berwajib. Ayah dan Ibu sangat marah mendengar kenyataan yang terjadi. Namun, Mas Arsya sangat lapang dada dan memaafkan Mas Danu dengan mudahnya. Ya, Mas Danu sudah kembali menjadi kakakku yang dulu. Meskipun aku tidak tahu isi hatinya, sikapnya banyak berubah. Hari ini adalah hari kedua dari event pertama yang ditangani EO Mas Danu. Aku dan Mas Arsya berharap agar event itu berjalan lancar dan bisa menjadi awal mula dekatnya Mas Danu dengan Dokter Fahira. Secara usia, Dokter Fahira lebih tua tiga tahun dari Mas Danu. Namun, itu bukanlah halangan utama jika mereka akhirnya saling cinta. "Sayang, kapan suamimu yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • DINGINNYA SUAMIKU   Selamat Malam

    "Kalau ... ehm, itu ... dengan istri, apa sudah boleh?" Sedikit gugup, Mas Arsya berucap. Mataku membulat. Pertanyaan laki-laki yang botak sebelah itu membuatku sangat malu. Apalagi, tanggapan sang dokter yang blak-blakan, membuat perawat yang ada di belakangnya ikut menahan senyum."Boleh, Pak. Asal pelan-pelan saja." Dokter itu menepuk pelan bahu Mas Arsya. Aku spontan menunduk, menyembunyikan wajah yang pastinya sudah memerah. Duh, suamiku! Maluku menjadi berlipat ganda saat seorang laki-laki dengan kaus merah tertawa cekikikan di ambang pintu kamar rawat ini setelah dokter dan perawat yang memeriksa Mas Arsya pergi. Aku tidak tahu sejak kapan Mas Danu ada di sana. Apa mungkin dia mendengar pertanyaan Mas Arsya kepada dokter tadi? Duh, ingin rasanya aku menggunakan jurus menghilang yang pernah diajarkan Naruto dalam mimpi. Setelah kecelakaan, suamiku menjadi aneh. Apa mungkin ada otaknya yang bergeser dari tempat semula?Astaga! Aku menepuk jidat sendiri. Bisa-bisanya aku berpi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • DINGINNYA SUAMIKU   Mama

    Pagi ini, aku tidak bisa menutupi gelisah. Rencana kedatangan Mama hari ini membuatku kepikiran. Meskipun sosoknya belum terlihat, aku sudah sangat takut. Aku tidak ingin dipisahkan dari Mas Arsya.Selepas memastikan Mas Arsya sarapan dan minum obat, aku mondar-mandir sendiri di kebun belakang rumah. Memetik cabai dan tomat untuk membuat sambal, hanya sebagai alasan klise. Aku tidak ingin Mas Arsya cemas. Mata ini tiba-tiba menangkap sosok Mas Mas Arsya. Dia berjalan mendekat dari arah pintu dapur. Senyumnya yang begitu mania selalu mengembang sekarang. Namun, laki-laki itu berjalan melewatiku tanpa berkata, lalu berhenti di depan pohon pisang. "Pohon pisang ini, pohon yang sangat baik dan tidak peduli diri sendiri. Dia cuma berpikir, bagaimana caranya bisa bermanfaat untuk makhluk hidup lain. Bayangan saja, setelah satu kali berbuah, dia pasti akan mati. Namun, daunnya masih bisa dimanfaatkan, buahnya bisa dimakan, dan dia sudah menumbuhkan tunas baru untuk menggantikan tugasnya ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • DINGINNYA SUAMIKU   Histerisnya Bi Narti

    Mas Arsya sekalian mengajakku memeriksakan kandungan bersamaan jadwal kontrolnya. Kondisi Mas Arsya sudah sangat baik, tapi dokter memberikan surat rujukan untuk bisa kontrol di rumah sakit lain setelah kami mengatakan akan kembali ke Jakarta. Pun kondisi kehamilanku normal, sehingga sudah diperbolehkan melakukan perjalanan menggunakan pesawat. Aku rindu juga dengan suasana ibu kota negara tercinta ini. Apalagi dengan Bi Narti dan Kaniya. Mereka pasti juga merindukanku. Aku meminta Mas Arsya untuk tidak memberitahu kepulangan kami kepada asisten rumah tangga itu agar menjadi kejutan. Saat sedang berbenah, Mas Arsya melarangku membawa semua pakaian. Katanya, biar kalau kami kembali ke Jogja, tidak perlu membawa pakaian lagi. "Tapi, Mas. Bajuku di rumah Mas udah nggak ada. Dulu, aku bawa semua," bantahku. "Siapa suruh kamu kabur?" sahutnya menyebalkan. Dia malah mengungkit kesalahanku. "Siapa dulu yang mulai? Main rahasia-rahasiaan pula! Mana setiap hari aku dibikin sakit hati, dik

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • DINGINNYA SUAMIKU   Berita Mengejutkan

    Aku merasakan sentuhan lembut di kepala, tapi mata ini masih enggan terbuka. Lelah di perjalanan tadi membuatku tidur sangat nyenyak. Telinga ini terasa seperti ditiup-tiup berulang kali, tapi masih tak kuhiraukan. Aku sedang dalam posisi tidak mau diganggu. "Ada kecoa!" Kecoa? Aku gelagapan saat mendengar nama hewan kecil itu disebut. Bulu-bulu halus di tangan langsung berdiri semua. Namun, saat bangkit dengan buru-buru dari tidur, aku disambut dengan pelukan dari Mas Arsya. Dia sudah duduk manis di tepian tempat tidur. "Cepet usir kecoanya, Mas! Aku geli," ucapku cepat sambil menenggelamkan wajah pada dada Mas Arsya. "Kecoanya banyak, Nda. Aku juga geli. Ini pasti Bi Narti bersihin kamarnya asal, deh," gerutu Mas Arsya. Pelukannya justru makin kencang. Aku pun lantas berteriak, memanggil Bi Narti dan menyuruhnya mengusir hewan pengganggu itu. Rasanya enggan menarik diri dari pelukan Mas Arsya jika masih ada kecoa yang berkeliaran. Hewan kecil itu sebenarnya tidak menakutkan, ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • DINGINNYA SUAMIKU   Persidangan Jihan

    Mas Arsya mengatakan jika pagi ini, Mama akan datang berkunjung. Dia juga mengingatkan agar aku bersiap karena harus datang ke persidangan pertama Jihan. Gadis itu rupanya sudah ditahan sejak dua pekan yang lalu karena semua bukti yang diperlukan pihak kepolisian sudah komplet. Aku sebenarnya tidak tega, tapi hukum sudah berjalan dan semuanya harus jelas. Ada rasa takut yang masih melekat di hati, tapi pengacara yang mengurus kasus kami dengan Jihan, sudah mengarahkanku untuk mengatakan apa saja yang diperlukan. Terkadang, aku sadar jika hati ini begitu rapuh. Namun, ada saatnya aku harus tetap waras dengan memperlihatkan tawa di depan banyak orang. Konyol memang, tapi saat aku bersama Mas Arsya yang sekarang, sikap Amanda berubah drastis. Seperti orang yang awalnya garang, bisa berubah begitu manis. Lalu, orang yang awalnya penyabar, bisa berubah menjadi pemarah. Itu memang bukan watak bawaan, tapi cenderung ekspresi pada kenyataan yang dialami. Dan aku sekarang memilih untuk meni

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09

Bab terbaru

  • DINGINNYA SUAMIKU   Melukis Senja

    PoV ArsyaAku tidak pernah menyalahkan Manda dengan sikapnya yang kadang kala seperti anak kecil. Itulah dia apa adanya. Sekali, dua kali, tiga kali dikecewakan, dia masih bisa bersabar. Semua terbongkar sudah kenapa dia begitu marah saat aku menunda kepulangan dari Kalimantan selama beberapa hari lagi. Semua orang merahasiakan sesuatu dan baru sekarang aku mengetahui kejadian sebenarnya. Afkar sempat demam tinggi dan mengalami kejang sehingga dirawat selama satu hari di rumah sakit. Kemungkinan karena anak itu tidak bisa jauh dariku terlalu lama. Padahal, saat itu baru dua hari aku pergi. Ya, kekecewaan Manda bukan karena egois, tapi dia marah karena itu berhubungan dengan Afkar. Mama menceritakan betapa Manda kebingungan karena harus bolak-balik dari rumah ke rumah sakit sampai sepuluh kali dalam sehari. Syifa yang rewel karena belum pernah jauh dari sang bunda dan Afkar yang terus mencariku. Sementara Syifa tidak mungkin dibawa ke rumah sakit. "Kenapa nggak ngabarin aku, Ma? Aku

  • DINGINNYA SUAMIKU   Membuka Tabir

    PoV ArsyaBayu terperangah saat aku membuka tudung kepala dan kacamata hitam. Dia beringsut mundur dan tampak gugup. Namun, dia juga tidak lari. Mungkin, dia kaget dengan keberadaanku."Ba–bapak kenapa bisa di sini?" tanyanya terbata-bata. "Siapa dia, Pak Bayu? Apa perlu saya—""Diam! Dia adalah Pak Arsya, pemilik Jaya Properties!" seru Bayu kepada laki-laki bertubuh besar yang ada di belakangku. Semua orang yang ada dan melihat kejadian ini, terdengar berkasak-kusuk. Kebanyakan mereka menghujatku karena mengira sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pembelian tanah korban kebakaran. Aku lalu menghubungi Damar. Dia bilang, sudah selesai membeli semua barang dan memastikan sampainya barang-barang itu di pengungsian. Sekarang, dia sedang menuju ke tempatku berada. Aku kini justru dikepung warga yang tidak terima dengan harga pembelian tanah mereka. Sementara Bayu berhasil lolos dengan tipu dayanya. Kebanyakan menyalahkanku dan meminta pembatalan pembelian."Saya memang pemilik p

  • DINGINNYA SUAMIKU   Kasih Damar

    PoV ArsyaKalau orang bilang, pasti aku dan Damar itu seperti surat dengan perangko yang menempel terus ke mana pun. Di Kalimantan ini, Damar pun ikut denganku dan kali ini, tanpa Edo yang bisanya menjadi pelengkap tiga sekawan. Edo sedang ada pertemuan dengan klien lain di Jakarta. Dia juga orang sibuk. Sampai di Kalimantan, aku dan Damar langsung menuju hotel terlebih dahulu karena pertemuan dengan Pak Hamdan sudah dijadwalkan selepas makan siang. Sementara saat ini, waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. "Satu kamar aja, nggak apa-apa, kan, Mar? Tapi, aku ambil tempat tidurnya yang dua," kataku setelah memesan kamar. "Saya, sih, nggak apa-apa, Pak. Cuma, apa Bapak nyaman satu kamar sama sopir?" jawab Damar dengan kalimat tanya juga. Mendengar itu, aku justru tertawa. "Kamu masih makan nasi, kan?" "Iya, Pak. Memangnya kenapa? Tadi, saya juga sudah sarapan." Damar berbicara seperti tidak paham dengan ucapanku. "Ya sudah, berarti aku aman. Soalnya, teman satu kamarku bukan

  • DINGINNYA SUAMIKU   Tawaran Lagi

    PoV ArsyaDamar berhasil membawa Kasih, istri dari korban di apartemen yang membuat namaku buruk di mata publik. Acara konferensi pers ini juga dihadiri beberapa wakil dari pihak kontraktor, termasuk Pak Alif Nurdiansyah selaku pemilik perusahaan kosntruksi itu. Memang proyek apartemen itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun, sejak sebelum aku mengenal Pak Zaidan. Kasih tidak bisa lagi memberikan tuduhan di depan banyaknya kamera yang merekam kami. Dia juga akhirnya mau menerima jalan damai yang aku dan Pak Alif tempuh dengan memberikan jaminan penghidupan yang layak untuk calon anaknya yang masih dalam kandungan hingga lulus jenjang perguruan tinggi. Aku juga memberinya pekerjaan sebagai staff marketing dengan jam kerja bebas karena memperhitungkan kondisinya yang tengah mengandung. Aku memberinya posisi itu karena dia rupanya lulusan SMK dan mempunyai ijazah D3 Managemen Pemasaran. Keterbatasan ekonomi membuatnya tidak bisa melanjutkan jenjang S1 dan dia kesulitan mendapat peke

  • DINGINNYA SUAMIKU   Berita Miring

    PoV ArsyaSatu masalah selesai, datang lagi masalah baru. Lelah sudah pasti, tapi selama Manda selalu di sisi, semuanya terasa lebih mudah. Dia selalu mendukungku dalam segala hal yang masih dalam koridor kebaikan. Aku sangat beruntung memilikinya. dengan ancaman perempuan yang suaminya menjadi korban kecelakaan di apartemen. Namun, aku tidak ingin Manda ikut kepikiran dengan masalah itu. Apalagi, berita di media elektronik dan sosial yang simpang siur. Aku sebenarnya tidak takut dengan berita miring yang beredar. Namun, tuduhan tentang korupsi dana yang membuatku tidak habis pikir. Aku yang menggelontorkan dana untuk pembangunan apartemen itu dan lahan pun milikku, mana mungkin aku membuat buruk nama sendiri? Pengacara perusahaan pun memberiku support untuk tetap tenang. Juga semua karyawan yang percaya sepenuhnya denganku. Akan tetapi, banyak juga yang membuat namaku makin dituding buruk. Mereka yang merasa tersaingi dengan pesatnya peningkatan perusahaanku tentunya. Aku memijat-

  • DINGINNYA SUAMIKU   Nikmat Bersyukur

    PoV ArsyaBerita tentangku dengan Galuh rupanya tersebar di media sosial. Apalagi, foto saat awalnya aku duduk di sebelah Galuh, sempat tersebar. Memang sebelumnya aku tidak terlalu peduli duduk bersebelahan dengan perempuan itu, tapi karena mulai ada tanda-tanda tidak beres, aku pun bertukar tempat dengan Damar. Siapalah aku yang sampai menjadi incaran pemburu berita? Apa istimewanya juga meliput tentangku? Bahkan, menyebarkan berita hoax yang bisa saja membuat kehidupanku menjadi kacau. Untungnya, Manda bisa berpikir positif dan tidak langsung menuduhku macam-macam. Saat anak-anak sudah tidur lagi, Manda memperlihatkan berita tentangku di akun Instagram miliknya. Cukup viral juga. Namun, yang membuat geram itu caption yang dituliskan "Pemilik Jaya Properties Berlibur ke Belitung dengan Putri Bungsu Pemilik Lahan yang sedang Digarap menjadi Resort di Pelabuhan Ratu." Jelas salah total apa yang diberitakan. Aku ke sana hanya untuk bisnis dan pemilih lahan resort itu bukan lagi ayah

  • DINGINNYA SUAMIKU   Terlalu Sayang

    PoV ArsyaSelepas Subuh, aku sudah berangkat ke Bandara karena Manda justru memaksaku pergi ke Belitung. Dia tidak lagi mempermasalahkan kesibukanku sejak semalam. Setelah kami sama-sama melepas rindu, dia tiba-tiba memberiku izin. Sebenarnya, aku justru takut jika dia seperti itu. Manda seperti menganggap dirinya tidak penting bagiku. Aku bertekad dalam hati akan mengambil libur setelah urusan di Belitung selesai. Lagi pula, nanti sore, aku sudah kembali lagi ke Jakarta. Aku ke sana juga tidak sendiri. Edo dan Damar aku paksa ikut. Sebagai asisten pribadi, Damar sangat dibutuhkan karena dia juga berperan sebagai sekretarisku. Sekitar pukul delapan pagi, aku dan yang lain sampai di bandara Pulau Belitung. Kami pun langsung menuju tempat pertemuan dengan klien yang dijadwalkan pukul sembilan pagi. Masih ada waktu satu jam lagi untuk kami menyiapkan presentasi. Aku juga harus membaca ulang proposal yang dikirimkan oleh pihak klien lewat email kepada Edo. Satu orang yang berada di ant

  • DINGINNYA SUAMIKU   Ingkar Janji

    PoV ArsyaManda makin sibuk mengurus Afkar dan Syifa. Untungnya, kami tinggal bersama Mama dan masih ada Resti sehingga dia tidak terlalu kelelahan. Meskipun begitu, tuan putri kecil kami tidak pernah absen mengajak bergadang sampai usianya sekarang sudah tiga bulan. Dia bahkan sudah bisa diajak bercanda dan mulai belajar tengkurap. Untuk hadiah kunci saat itu, Manda tidak menolak, tapi hadiahnya malah aku yang memakai. Apa lagi, mobil yang dulu kacanya pecah, sudah kujual karena membuat trauma. Kemudian, mobil yang satunya, aku biarkan dibawa oleh Damar. Kasihan saja kalau dia harus bolak-balik pakai motor untuk pulang dan pergi. Jadi, biar dia sekalian yang merawat mobilku dan saat dia datang, aku tinggal berangkat. Tidak perlu memanaskan mesin dulu. "Hari ini jadwal imunisasi Syifa, Mas. Minggu lalu, Mas Arsya udah janji mau anter, loh," ucap Manda saat aku sudah siap akan pergi ke kantor. Aku menatapnya bingung. Aku diam, bingung harus menjawab apa. Aku benar-benar lupa dengan

  • DINGINNYA SUAMIKU   Afkar dan Syifa

    Hari ini, akikah untuk Syifa dilaksanakan. Rumah Mama dan Papa ditata begitu meriah sehingga penuh dengan tamu yang kebanyakan adalah teman kerja dan keluarga besar. Aku bersyukur karena banyak yang datang dan ikut mendoakan putri kecilku. "Mas, bekas jahitannya nyeri."Mendengar keluhan Manda itu, aku bergegas membawanya ke kamar. Dia pasti kelelahan dan terlalu banyak bergerak saat acara. Syifa pun aku minta kepada Mama untuk dibawa masuk. Apalagi, untuk proses akikah, memang sudah selesai. Tinggal makan bersama saja dengan para tamu. Untungnya, Sofyan juga ada di acara ini dan dia kuminta untuk memeriksa Manda. Katanya, tidak ada apa-apa, hanya kemungkinan karena terlalu banyak bergerak saja. Sofyan lalu menyuruh untuk memberikan obat pereda nyeri saja setelah memastikan Manda makan."Nak Arsya keluar saja. Biar Ibu yang jagain Manda sama Syifa. Para tamu nyariin tadi." Ibu ikut masuk ke kamar ini dan mengambil alih piring berisi makanan yang akan aku berikan untuk Manda. "Iya, S

DMCA.com Protection Status