Share

Hilang Kabar

Penulis: Okta Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku beringsut, berdiri, lalu melangkah mundur. Hati ini begitu sakit mendengar pengakuan Mas Danu meskipun dalam igauan. Aku seperti adik tidak tahu diri yang membiarkan kakaknya terluka tanpa memberikan obat. Namun, bagaimana cara untuk menyembuhkan lara Mas Danu pun aku tidak tahu.

Mulut laki-laki yang masih terpejam itu terus bergumam dengan gerak kepala seperti orang gelisah. Namun, aku bingung harus berbuat apa. Aku juga seperti ikut merasakan sakit yang Mas Danu alami.

"Nak, kenapa?"

Aku terkesiap saat Ibu bertanya seraya menepuk bahuku. Aku menggeleng kasar sambil menahan air yang hampir tumpah dari pelupuk mata. Dada ini pun kembang-kempis menahan sesak yang tiba-tiba datang.

Ibu tanpa bertanya lagi, langsung memelukku. Mungkin beliau paham dengan apa yang kurasakan. Aku pun tergugu dalam hangatnya dekapan Ibu tanpa peduli jika dikatakan cengeng. Inilah rasaku yang sebenarnya ingin tumpah setiap melihat Mas Danu.

Laki-laki berstatus kakak untukku itu memang setiap hari sel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DINGINNYA SUAMIKU   Menjodohkan

    Seperti kata pepatah, Dunia hanya selebar daun kelor. Kali ini aku mengalami dan menyetujui pepatah itu. Di depan mata, sekarang berdiri perempuan yang sempat aku curigai. Dokter Fahira tersenyum ramah dan terlihat begitu cantik dengan pashmina hijau yang senada dengan gamisnya. Aku masih ternganga, sedangkan Mas Danu langsung menyambut dengan semringah dam mempersilakan masuk. Apa mereka sudah saling kenal? "Datang juga kamu, Rim. Ini, kakak sepupu yang kamu maksud?" Mas Danu berbicara dengan perempuan di samping Dokter Fahira. "Nda, kenalin. Ini, Rima yang akan bantu kita di EO." Mas Danu memperkenalkanku dengan perempuan bernama Rima. Lantas, mereka saling bermain mata, seperti memberi kode. "Ini, Kak Fahira. Dia kakak sepupuku sekaligus customer pertama kita. Oh iya, sepertinya, Kak Fahira sudah kenal dengan adiknya Danu, ya?" jelas Rima. Aku mengangguk seraya tersenyum canggung. Customer? Lalu, kenapa Dokter Fahira bisa ada di Jogja?"Boleh saya ajak Manda bicara berdua?" ta

  • DINGINNYA SUAMIKU   Salah Tingkah

    "Nggak ada jodoh-jodohan, ya, Nda! Aku nggak suka!" bentak Mas Danu. Seketika, aku terdiam menahan nyeri yang tiba-tiba datang di hati. Mas Danu baru kali ini membentakku seperti itu. "Maaf, aku nggak bermaksud membentak, tapi tolong jangan pernah berpikir ke sana. Jangan berpikir kalau aku nggak bahagia. Masmu ini selalu bahagia asal kamu selalu tersenyum."Aku tidak lagi menanggapi dan memilih diam. Entahlah, aku bingung bagaimana cara menghadapi Mas Danu. Aku hanya ingin dia bisa bahagia, bukan tersiksa dengan rasa terhadapku. Mas Danu menghindariku sejak kami pulang dari rumah sakit. Dia sama sekali tidak memperlihatkan batang hidungnya di depanku. Kata Ibu, dia tidur di kantor malam ini. Mungkinkah rencanaku menjodohkannya itu membuatnya marah? Bukankah dia yang memintaku mencarikan jodoh saat acara bakar jagung malam itu? Hingga malam mulai larut, aku menjadi sulit tidur meskipun rasa mengatuk sangat menguasai. Pikiran ini selalu tertuju pada Mas Danu. Bahkan, video call dar

  • DINGINNYA SUAMIKU   Hati yang Diuji

    "Dari tadi, aku lihat kamu berbeda dari biasanya. Akhirnya, ketemu juga apa bedanya." Mas Arsya memandangku dengan senyum indah. Aku mengerutkan kening. Memangnya, apa bedanya aku sama sebelumnya? "Aku gendutan, ya?" Kutekan kedua pipi dengan tangan. Tahu sendiri kalau perempuan paling anti jika disinggung berat badan olah suami sendiri. Mas Arsya malah tertawa. Sepertinya dia benar-benar ingin berperang denganku. Aku merengut dan membuang muka, kesal. "Bukan itu," sanggahnya di sela tawa yang masih berderai. "Itu, anting baru? Kamu tambah cantik pakai itu." Laki-laki berhidung bangir yang duduk di hadapan itu menarik kedua tanganku, lalu meremas pelan. Meja yang memisahkan kami duduk ini untungnya masih kosong. Pesanan kami belum diantar oleh waiter. "Oh, anting? Dikasih Mas Danu," jawabku tak acuh. Mas Arsya langsung menarik tangan dan menyandarkan punggung di kursi. Dia seperti tidak suka mendengar jawaban dariku. Apa dia cemburu? "Mas nggak suka? Aku lepas aja kalau gitu."

  • DINGINNYA SUAMIKU   Kesal

    Aku beringsut mundur saat Mas Arsya sama sekali tidak mengenaliku. Lantas, dia justru tersenyum dan memanggil nama Dokter Fahira dengan lugas mekipun belum terlalu jelas. Aku menangis, hancur jika harus menerima kenyataan yang membuat Mas Arsya melupakan siapa aku. "Manda ...." Dokter Fahira memanggilku yang sudah seperti orang linglung. Aku terus berjalan mundur sambil memperhatikan Mas Arsya yang memegangi tangan Dokter Fahira. Ini menyakitkan. Saat punggung menyentuh dinding, aku langsung balik badan dan ingin langsung pergi saja. "Manda." Panggilan lirih menyapa telinga. Tanpa berpikir, aku kembali membalik badan. "Manda." Mas Arsya memanggilku. Apa maksudnya? Aku sungguh tidak memahami apa yang sedang terjadi. Dengan ragu, kaki ini membawa mendekat pada Mas Arsya berada. Senyum kembali terkembang di bibirnya. Tangannya menyentuh perutku saat aku sudah berdiri di samping dia berbaring. "Maaf," ucapnya pelan. Saat sedang panik, khawatir, dan takut menjadi satu, lalu diajak

  • DINGINNYA SUAMIKU   Insiden

    PoV ArsyaMeninggalkan Amanda di Jogja sebenarnya terlalu berat untukku. Apalagi dengan adanya Danu yang terang-terangan mencintai Amanda lebih dari cinta seorang kakak. Namun, ketulusan dan kesetiaan Amanda membuatku menepis itu semua. Saat mengetahui jika anting yang dipakai Amanda adalah dari Danu, seketika itu aku merasa hampir kalah. Barang pemberian dari Danu bisa menempel di tubuh Amanda tanpa jeda. Sementara dariku? Hanya cincin pernikahan kami karena aku memang belum pernah membelikan perhiasan untuknya. Akhirnya, aku terpikir untuk membelikan kalung secara diam-diam karena Amanda terlihat murung saat kuminta memilih sendiri. Ya, istimewanya istriku itu adalah tidak suka kemewahan, tapi dia sangat suka kejutan. Senyumnya kala aku memakaikan kalung sederhana itu membuat hati ini berdesir. Aku bisa benar-benar mencintai perempuan lagi sejak kepergian Arumi. Mungkin memang Arumi-lah yang selama ini membuatku tidak mau menerima cinta lain dari sang mama, karena nyatanya aku me

  • DINGINNYA SUAMIKU   Masa Lalu

    Aku memilih kembali ke ruang rawat Mas Danu untuk menekan emosi. Mendengar kesaksian Dokter Fahira di depan Mas Arsya tadi rasanya begitu menyakitkan. Aku jadi bertanya-tanya tentang hubungan dokter itu dengan Arumi. Kenapa dia mengakui anak sambungku sebagai miliknya bersama Mas Arsya? Akan tetapi, lagi-lagi aku mendapat kejutan. Tepat sebelum aku masuk ke kamar rawat Mas Danu, Mbak Rima dan Mas Udin membuka pintu. Mereka pamit untuk ke kantor EO. Aku pun memilih berdiam di depan kamar rawat Mas Danu sambil menahan dengan kaki agar daun pintu tidak tertutup rapat. "Gue nyesel, Rud. Gara-gara obsesi buat milikin Manda, gue hampir aja buat calon ponakan gue jadi yatim sebelum lahir. Gue lega karena Arsya selamat dan Manda bisa senyum lagi. Kemarin, gue kayak orang gila dan nggak sadar. Gue pikir, kalau Arsya nggak selamat, Manda bisa sama gue. Tapi, itu salah.""Lu emang salah, Dan. Gue udah sering bilang, cari cewek lain buat move on, tapi lu nggak pernah dengerin.""Gue udah coba i

  • DINGINNYA SUAMIKU   Absurd

    Rupanya, rencana acara empat bulananku yang direncanakan Ibu sebelumnya bersamaan dengan hari ulang tahunku. Aku bahkan lupa dengan tanggal di mana aku pertama kali bernapas. Semua masalah yang ada, menjadikanku tidak ingat dengan diri sendiri. Mas Danu pun sudah mengakui kesalahannya di hadapanku, Ayah, Ibu, dan Mas Arsya. Dia bilang, rela jika harus dilaporkan ke pihak berwajib. Ayah dan Ibu sangat marah mendengar kenyataan yang terjadi. Namun, Mas Arsya sangat lapang dada dan memaafkan Mas Danu dengan mudahnya. Ya, Mas Danu sudah kembali menjadi kakakku yang dulu. Meskipun aku tidak tahu isi hatinya, sikapnya banyak berubah. Hari ini adalah hari kedua dari event pertama yang ditangani EO Mas Danu. Aku dan Mas Arsya berharap agar event itu berjalan lancar dan bisa menjadi awal mula dekatnya Mas Danu dengan Dokter Fahira. Secara usia, Dokter Fahira lebih tua tiga tahun dari Mas Danu. Namun, itu bukanlah halangan utama jika mereka akhirnya saling cinta. "Sayang, kapan suamimu yang

  • DINGINNYA SUAMIKU   Selamat Malam

    "Kalau ... ehm, itu ... dengan istri, apa sudah boleh?" Sedikit gugup, Mas Arsya berucap. Mataku membulat. Pertanyaan laki-laki yang botak sebelah itu membuatku sangat malu. Apalagi, tanggapan sang dokter yang blak-blakan, membuat perawat yang ada di belakangnya ikut menahan senyum."Boleh, Pak. Asal pelan-pelan saja." Dokter itu menepuk pelan bahu Mas Arsya. Aku spontan menunduk, menyembunyikan wajah yang pastinya sudah memerah. Duh, suamiku! Maluku menjadi berlipat ganda saat seorang laki-laki dengan kaus merah tertawa cekikikan di ambang pintu kamar rawat ini setelah dokter dan perawat yang memeriksa Mas Arsya pergi. Aku tidak tahu sejak kapan Mas Danu ada di sana. Apa mungkin dia mendengar pertanyaan Mas Arsya kepada dokter tadi? Duh, ingin rasanya aku menggunakan jurus menghilang yang pernah diajarkan Naruto dalam mimpi. Setelah kecelakaan, suamiku menjadi aneh. Apa mungkin ada otaknya yang bergeser dari tempat semula?Astaga! Aku menepuk jidat sendiri. Bisa-bisanya aku berpi

Bab terbaru

  • DINGINNYA SUAMIKU   Melukis Senja

    PoV ArsyaAku tidak pernah menyalahkan Manda dengan sikapnya yang kadang kala seperti anak kecil. Itulah dia apa adanya. Sekali, dua kali, tiga kali dikecewakan, dia masih bisa bersabar. Semua terbongkar sudah kenapa dia begitu marah saat aku menunda kepulangan dari Kalimantan selama beberapa hari lagi. Semua orang merahasiakan sesuatu dan baru sekarang aku mengetahui kejadian sebenarnya. Afkar sempat demam tinggi dan mengalami kejang sehingga dirawat selama satu hari di rumah sakit. Kemungkinan karena anak itu tidak bisa jauh dariku terlalu lama. Padahal, saat itu baru dua hari aku pergi. Ya, kekecewaan Manda bukan karena egois, tapi dia marah karena itu berhubungan dengan Afkar. Mama menceritakan betapa Manda kebingungan karena harus bolak-balik dari rumah ke rumah sakit sampai sepuluh kali dalam sehari. Syifa yang rewel karena belum pernah jauh dari sang bunda dan Afkar yang terus mencariku. Sementara Syifa tidak mungkin dibawa ke rumah sakit. "Kenapa nggak ngabarin aku, Ma? Aku

  • DINGINNYA SUAMIKU   Membuka Tabir

    PoV ArsyaBayu terperangah saat aku membuka tudung kepala dan kacamata hitam. Dia beringsut mundur dan tampak gugup. Namun, dia juga tidak lari. Mungkin, dia kaget dengan keberadaanku."Ba–bapak kenapa bisa di sini?" tanyanya terbata-bata. "Siapa dia, Pak Bayu? Apa perlu saya—""Diam! Dia adalah Pak Arsya, pemilik Jaya Properties!" seru Bayu kepada laki-laki bertubuh besar yang ada di belakangku. Semua orang yang ada dan melihat kejadian ini, terdengar berkasak-kusuk. Kebanyakan mereka menghujatku karena mengira sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pembelian tanah korban kebakaran. Aku lalu menghubungi Damar. Dia bilang, sudah selesai membeli semua barang dan memastikan sampainya barang-barang itu di pengungsian. Sekarang, dia sedang menuju ke tempatku berada. Aku kini justru dikepung warga yang tidak terima dengan harga pembelian tanah mereka. Sementara Bayu berhasil lolos dengan tipu dayanya. Kebanyakan menyalahkanku dan meminta pembatalan pembelian."Saya memang pemilik p

  • DINGINNYA SUAMIKU   Kasih Damar

    PoV ArsyaKalau orang bilang, pasti aku dan Damar itu seperti surat dengan perangko yang menempel terus ke mana pun. Di Kalimantan ini, Damar pun ikut denganku dan kali ini, tanpa Edo yang bisanya menjadi pelengkap tiga sekawan. Edo sedang ada pertemuan dengan klien lain di Jakarta. Dia juga orang sibuk. Sampai di Kalimantan, aku dan Damar langsung menuju hotel terlebih dahulu karena pertemuan dengan Pak Hamdan sudah dijadwalkan selepas makan siang. Sementara saat ini, waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. "Satu kamar aja, nggak apa-apa, kan, Mar? Tapi, aku ambil tempat tidurnya yang dua," kataku setelah memesan kamar. "Saya, sih, nggak apa-apa, Pak. Cuma, apa Bapak nyaman satu kamar sama sopir?" jawab Damar dengan kalimat tanya juga. Mendengar itu, aku justru tertawa. "Kamu masih makan nasi, kan?" "Iya, Pak. Memangnya kenapa? Tadi, saya juga sudah sarapan." Damar berbicara seperti tidak paham dengan ucapanku. "Ya sudah, berarti aku aman. Soalnya, teman satu kamarku bukan

  • DINGINNYA SUAMIKU   Tawaran Lagi

    PoV ArsyaDamar berhasil membawa Kasih, istri dari korban di apartemen yang membuat namaku buruk di mata publik. Acara konferensi pers ini juga dihadiri beberapa wakil dari pihak kontraktor, termasuk Pak Alif Nurdiansyah selaku pemilik perusahaan kosntruksi itu. Memang proyek apartemen itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun, sejak sebelum aku mengenal Pak Zaidan. Kasih tidak bisa lagi memberikan tuduhan di depan banyaknya kamera yang merekam kami. Dia juga akhirnya mau menerima jalan damai yang aku dan Pak Alif tempuh dengan memberikan jaminan penghidupan yang layak untuk calon anaknya yang masih dalam kandungan hingga lulus jenjang perguruan tinggi. Aku juga memberinya pekerjaan sebagai staff marketing dengan jam kerja bebas karena memperhitungkan kondisinya yang tengah mengandung. Aku memberinya posisi itu karena dia rupanya lulusan SMK dan mempunyai ijazah D3 Managemen Pemasaran. Keterbatasan ekonomi membuatnya tidak bisa melanjutkan jenjang S1 dan dia kesulitan mendapat peke

  • DINGINNYA SUAMIKU   Berita Miring

    PoV ArsyaSatu masalah selesai, datang lagi masalah baru. Lelah sudah pasti, tapi selama Manda selalu di sisi, semuanya terasa lebih mudah. Dia selalu mendukungku dalam segala hal yang masih dalam koridor kebaikan. Aku sangat beruntung memilikinya. dengan ancaman perempuan yang suaminya menjadi korban kecelakaan di apartemen. Namun, aku tidak ingin Manda ikut kepikiran dengan masalah itu. Apalagi, berita di media elektronik dan sosial yang simpang siur. Aku sebenarnya tidak takut dengan berita miring yang beredar. Namun, tuduhan tentang korupsi dana yang membuatku tidak habis pikir. Aku yang menggelontorkan dana untuk pembangunan apartemen itu dan lahan pun milikku, mana mungkin aku membuat buruk nama sendiri? Pengacara perusahaan pun memberiku support untuk tetap tenang. Juga semua karyawan yang percaya sepenuhnya denganku. Akan tetapi, banyak juga yang membuat namaku makin dituding buruk. Mereka yang merasa tersaingi dengan pesatnya peningkatan perusahaanku tentunya. Aku memijat-

  • DINGINNYA SUAMIKU   Nikmat Bersyukur

    PoV ArsyaBerita tentangku dengan Galuh rupanya tersebar di media sosial. Apalagi, foto saat awalnya aku duduk di sebelah Galuh, sempat tersebar. Memang sebelumnya aku tidak terlalu peduli duduk bersebelahan dengan perempuan itu, tapi karena mulai ada tanda-tanda tidak beres, aku pun bertukar tempat dengan Damar. Siapalah aku yang sampai menjadi incaran pemburu berita? Apa istimewanya juga meliput tentangku? Bahkan, menyebarkan berita hoax yang bisa saja membuat kehidupanku menjadi kacau. Untungnya, Manda bisa berpikir positif dan tidak langsung menuduhku macam-macam. Saat anak-anak sudah tidur lagi, Manda memperlihatkan berita tentangku di akun Instagram miliknya. Cukup viral juga. Namun, yang membuat geram itu caption yang dituliskan "Pemilik Jaya Properties Berlibur ke Belitung dengan Putri Bungsu Pemilik Lahan yang sedang Digarap menjadi Resort di Pelabuhan Ratu." Jelas salah total apa yang diberitakan. Aku ke sana hanya untuk bisnis dan pemilih lahan resort itu bukan lagi ayah

  • DINGINNYA SUAMIKU   Terlalu Sayang

    PoV ArsyaSelepas Subuh, aku sudah berangkat ke Bandara karena Manda justru memaksaku pergi ke Belitung. Dia tidak lagi mempermasalahkan kesibukanku sejak semalam. Setelah kami sama-sama melepas rindu, dia tiba-tiba memberiku izin. Sebenarnya, aku justru takut jika dia seperti itu. Manda seperti menganggap dirinya tidak penting bagiku. Aku bertekad dalam hati akan mengambil libur setelah urusan di Belitung selesai. Lagi pula, nanti sore, aku sudah kembali lagi ke Jakarta. Aku ke sana juga tidak sendiri. Edo dan Damar aku paksa ikut. Sebagai asisten pribadi, Damar sangat dibutuhkan karena dia juga berperan sebagai sekretarisku. Sekitar pukul delapan pagi, aku dan yang lain sampai di bandara Pulau Belitung. Kami pun langsung menuju tempat pertemuan dengan klien yang dijadwalkan pukul sembilan pagi. Masih ada waktu satu jam lagi untuk kami menyiapkan presentasi. Aku juga harus membaca ulang proposal yang dikirimkan oleh pihak klien lewat email kepada Edo. Satu orang yang berada di ant

  • DINGINNYA SUAMIKU   Ingkar Janji

    PoV ArsyaManda makin sibuk mengurus Afkar dan Syifa. Untungnya, kami tinggal bersama Mama dan masih ada Resti sehingga dia tidak terlalu kelelahan. Meskipun begitu, tuan putri kecil kami tidak pernah absen mengajak bergadang sampai usianya sekarang sudah tiga bulan. Dia bahkan sudah bisa diajak bercanda dan mulai belajar tengkurap. Untuk hadiah kunci saat itu, Manda tidak menolak, tapi hadiahnya malah aku yang memakai. Apa lagi, mobil yang dulu kacanya pecah, sudah kujual karena membuat trauma. Kemudian, mobil yang satunya, aku biarkan dibawa oleh Damar. Kasihan saja kalau dia harus bolak-balik pakai motor untuk pulang dan pergi. Jadi, biar dia sekalian yang merawat mobilku dan saat dia datang, aku tinggal berangkat. Tidak perlu memanaskan mesin dulu. "Hari ini jadwal imunisasi Syifa, Mas. Minggu lalu, Mas Arsya udah janji mau anter, loh," ucap Manda saat aku sudah siap akan pergi ke kantor. Aku menatapnya bingung. Aku diam, bingung harus menjawab apa. Aku benar-benar lupa dengan

  • DINGINNYA SUAMIKU   Afkar dan Syifa

    Hari ini, akikah untuk Syifa dilaksanakan. Rumah Mama dan Papa ditata begitu meriah sehingga penuh dengan tamu yang kebanyakan adalah teman kerja dan keluarga besar. Aku bersyukur karena banyak yang datang dan ikut mendoakan putri kecilku. "Mas, bekas jahitannya nyeri."Mendengar keluhan Manda itu, aku bergegas membawanya ke kamar. Dia pasti kelelahan dan terlalu banyak bergerak saat acara. Syifa pun aku minta kepada Mama untuk dibawa masuk. Apalagi, untuk proses akikah, memang sudah selesai. Tinggal makan bersama saja dengan para tamu. Untungnya, Sofyan juga ada di acara ini dan dia kuminta untuk memeriksa Manda. Katanya, tidak ada apa-apa, hanya kemungkinan karena terlalu banyak bergerak saja. Sofyan lalu menyuruh untuk memberikan obat pereda nyeri saja setelah memastikan Manda makan."Nak Arsya keluar saja. Biar Ibu yang jagain Manda sama Syifa. Para tamu nyariin tadi." Ibu ikut masuk ke kamar ini dan mengambil alih piring berisi makanan yang akan aku berikan untuk Manda. "Iya, S

DMCA.com Protection Status