Home / Romansa / DILEMA DUA HATI / Bertemu Malaikat

Share

Bertemu Malaikat

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2022-11-07 07:31:56

Tubuh Gu terus terombang-ambing setelah dihempaskan ke dalam air sungai. Beberapa kali ia nyaris terlepas dari sebatang kayu yang ia pegang. Namun, tekadnya untuk membalas semua yang telah terjadi pada diri dan keluarganya membuat wanita berambut keriting itu terus bertahan hidup. Dingin air tersebut ia tahan, tak lupa pula doa terus dipanjatkan dalam hatinya. Agar Allah memberinya kesempatan hidup kedua. Semua semata-mata demi melihat kehancuran orang yang telah menyebabkan semua penderitaan untuknya.

Gigil di bibir Gu semakin menjadi, sehelelai selimut yang menutupi tubuhnya telah robek sebagian karena tersangkut di akar pepohonan. Kulit wanita itu juga tergores bebatuan yang terkadang ia lewati. Sungai yang terlihat tenang di atasnya belum tentu di bagian bawah tidak menyimpan badai. Sampai mata biru wanita itu telah lelah. Segala upaya telah ia keluarkan untuk bertahan hidup. Ia pasrahkan saja semuanya pada penggenggam hidup. Kalau pun mati sekarang, ia bisa bertemu dengan kedua
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • DILEMA DUA HATI    Luka Yang Sama

    Gu masuk ke kamar mandi, di sana ia membersihkan dirinya. Air tersebut pun terasa sangat dingin ketika menyentuh tubuhnya, sebab hari sebentar lagi akan musim salju. Saat gadis Khazakh itu menyentuh kulitnya sendiri, seketika ia teringat bagaimana Ivan menggerayanginya. Memejam mata biru tersebut, ia berusaha melawan rasa takut dan trauma dalam dirinya sendiri, sebab ia merupakan petugas medis. Namun, sekuat apa pun ia mencoba, bayangan kelam itu terus saja menghantuinya. Setiap embusan napas Ivan masih terasa di sekujur tubuhnya. Gu menjadi jijik dengan tubuhnya sendiri. “Sudah tak suci lagi. Aku kotor.” Ia mengacak-acak rambut keritingnya. Napasnya langsung cepat naik turun seperti ditekan perasan bersalah. Berbagai macam pengandaian menari-nari di dalam kepalanya.“Andai aku bunuh diri saja, atau andai aku membunuhnya terlebih dahulu. Aggghhh!” jerit gadis itu di dalam kamar mandi. Ia tak tahan lagi setiap kali memejamkan mata selalu saja wajah bengis itu yang terlihat. Seolah-ola

    Last Updated : 2022-11-07
  • DILEMA DUA HATI    Nasehat Ibu

    Terhitung sudah tiga hari Gu berbaring di rumah sakit. Sarah bolak-balik membawa baju ganti juga makanan. Tak apa baginya sedikit repot walau pinggang wanita berusia setengah abad lebih itu sakit. Ia senang, akhirnya ada yang membutuhkan bantuannya. Sedangkan Gu masih berputus asa di ranjang pesakitan. Merenungi semua yang telah menimpanya. Pikiran manusia yang luar biasa lemah menyebabkan apa yang menimpa dirinya tidaklah adil. Apalagi jika Gu melihat jika Ivan hidup bahagia bergelimang harta bersama istri dan keturunannya. Akan semakin menjadi penyakit di hatinya. “Ayo, buka mulutmu, kau perlu makan,” pinta Sarah. Gu menurut saja, ia bagaikan seonggok kayu yang diberikan nyawa, tak ingin melakukan apa-apa lagi. “Katakanlah sesuatu, Nak. Apa saja yang bisa membuatmu bahagia,” ucap Sarah. Ia membersihkan bibir Gu yang remahan rotinya jatuh. “Dulu, aku memeriksa pasien yang terbaring lemah di ranjang. Sekarang akulah yang lemah. Miris sekali,” ujar Gu perlahan saja. Namun, cukup jel

    Last Updated : 2022-11-07
  • DILEMA DUA HATI    Mencoba Ikhlas

    Pagi harinya Sarah benar-benar mengawasi Gu untuk sholat. Agak malas sebenarnya gadis itu. Namun, ia tak punya pilihan lain sebab menumpang di rumah orang. Usai menunaikan ibadah wajib dua orang itu sama-sama memasak olahan kentang lagi. Gadis berambut keriting itu tahu apa yang dibuat oleh istri Hamis. Ditambah pasokan umbi tersebut sangat banyak ada di dapur, terlihat baru saja selesai dipanen. “Sepertinya Ibu sangat suka dengan kentang, ya?” tanya Gu ketika ia memotong-motong tipis bahan makanan tersebut. Ia harus terus berbincang dan berbagi agar tak terus-menerus memikirkan peristiwa beberapa hari silam. Tadi malam ia berpikir keras, sangat rugi memang jika Gu bunuh diri, sebab ancamannya begitu jelas berakhir di jahanam. Sementara itu Ivan hidup bahagia bergelimang harta bersama istri dan anaknya. Jadi keputusan yang diambil oleh Gu ialah mencoba untuk meneruskan hidup dan mulai melepaskan rasa sakit dalam dadanya. Beruntung ia bertemu Sarah, wanita yang juga punya luka dan mam

    Last Updated : 2022-11-07
  • DILEMA DUA HATI    Sisi Lain Perempuan

    “Apa yang kau lihat, Gu?” Sarah membuyarkan lamunan gadis itu. Mata biru Gu tertuju pada senapan usang milik wanita paruh baya tersebut. “Bagaimana caranya Ibu memiliki senapan itu. Apa di desa ini memang lumrah orang punya senjata.”“Tidak. Bisa dihitung jari, sebab membelinya pun setara dengan harga tiga box besar kentang. Mahal, lebih baik untuk makan saja uangnya.” Sarah kembali ke teras rumahnya, lalu menyusun sisa terong yang ada. Gu mengikuti dari belakang. Ketika ada warga desa yang menginginkan hasil kebun Sarah, pembicaraan senjata tajam itu terhenti sejenak. “Lalu, kenapa engkau membelinya?” Sarah melirik benda yang ditukar dengan terong. Menarik, beberapa buah bawang merah juga putih untuk kebutuhan masak. “Berjaga-jaga. Demi keamanan, sebagai seorang dokter kau tentu paham bagaimana caranya menyikapi trauma. Entah dengan menghindar dari peristiwa yang sama atau memilih mempersiapkan diri lebih kuat dengan bekal yang lebih matang.” “Ajari aku, Bu. Aku juga ingin lebih

    Last Updated : 2022-11-07
  • DILEMA DUA HATI    Berita Tak Diinginkan

    Setelah mencoba dan terus mencoba, pada akhirnya Gu bisa memperoleh pekerjaan di klinik. Tak mudah merayu pemilik klinik, sebab gadis asal Khazakh itu tak lagi punya bukti bahwa ia seorang dokter umum. Dan ia pun berakhir di sana sebagai petugas kebersihan saja. Setidaknya, Gu masih bisa bekerja di lingkup medis, bertemu alat-alat kedokteran juga obat-obatan. Walau rasanya ia sedikit terhina ketika harus menyapu dan mengepel ruangan saja. Namun, tak ada pilihan lain, karena ia tak mungkin terus-terusan merepotkan Sarah. Pemilik klinik tersebut adalah seorang dokter perempuan. Awal mulanya ia tak ingin memperkerjakan Gu, sebab klinik itu sudah ada petugas kebersihan. Namun, ia sempat mendengar cerita dari dokter yang berjaga tempo hari bahwa gadis berambut keriting itu sempat dirawat sebentar, indikasi disebabkan karena trauma ringan mengarah berat karena korban perkosaan. Lagi pula saat ditanyai, Gu bisa menjawab jenis-jenis obat, alat medis serta penyakit dan cara penanganan pertama

    Last Updated : 2022-11-16
  • DILEMA DUA HATI    Anugrah atau Bencana

    Gu meminta tespack pada petugas yang jaga di klinik. Kemudian ia bergegas ke kamar mandi, tentu dengan tangan juga kaki yang luar biasa gemetar. Ia gunakan alat itu seperti petunjuk yang tertera. Kemudian, detik yang berlalu terasa sangat lama sekali bagi gadis itu. “Negati, negatif, negatif, please!” Tak berkedip mata birunya melihat baru satu garis merah yang tercetak. Lalu seketika harapannya hancur sudah, tanda bahwa dirinya positif tak terelakkan lagi. Namun, ia masih berkilah, ada lima alat penguji, ia coba semua. Gu berharap ada setidaknya salah satu saja yang negatif. Sayang sekali, tidak ada satu pun yang sesuai dengan keinginannya. Ia tak bisa mengelak lagi, ada janin tak diinginkan yang tumbuh di dalam rahimnya. “Aku harus bagaimana?” Gu duduk di kamar mandi selama beberapa waktu. Berapa kali pun ia pandang test pack itu tetap saja tak berubah menjadi negatif. Benih dari lelaki yang paling ia benci dititipkan padanya. “Sial. Sudah laki-laki itu menghancurkan hidupkan sek

    Last Updated : 2022-11-16
  • DILEMA DUA HATI    Keputusan yang Sulit

    “Aku ingin menggugurkan anak ini, Nyonya,” ucap Gu ketika Hela baru saja tiba, tentu dengan setengah berbisik.“Kita bicara di ruanganku.” Hela tersenyum ramah pada salah satu pasien, seorang wanita yang juga sedang hamil besar. Gu berpaling dan tak mau tahu sama sekali. “Aku serius, aku tak bisa hidup membawa janin kotor ini.” Dua orang perempuan itu duduk berhadap-hadapan dalam pantry sambil menyesap secangkir kopi panas. “Sudah kau pikirkan baik-baik?” tanya Hela, Gu mengangguk dengan penuh keyakinan. “Bisa saja aku menggugurkan bayimu sekarang. Tapi aku ingin mengajakmu ke kota dulu. Ada sebuah obat yang harus aku beli. Dan aku tak bisa mengaborsi bayimu di sini. Terlalu riskan, ada sebuah kenalanku yang biasa melakukannya. Dia sering menggugurkan bayi-bayi yang tidak diinginkan oleh sepasang kekasih. Biasanya alasan masih ingin bersenang-senang. “Aku berbeda dengan mereka. Aku tak menginginkannya karena lelaki itu orang yang paling aku benci,” bantah gadis bermata biru itu. A

    Last Updated : 2022-11-16
  • DILEMA DUA HATI    Menikmati Ujian

    Setelah mampu berdamai dengan hati dan kesedihan, juga dendam yang tak akan pernah surut, Gu menerima dengan sepenuhnya anak yang dititipkan dalam kandungannya. Bahkan ia rutin memeriksakan calon bayi dalam rahimnya, demi agar tidak kekurangan vitamin. Cinta, tak bisa dipungkiri tumbuh perlahan-lahan, walau hadirnya dengan cara yang sangat menyakitkan. Usia kandungan itu telah memasuki lima bulan, tak sabar Gu ingin mengetahui apa anak yang dikandungnya, entah laki-laki atau perempuan. Sarah jadi ikut ketularan bahagia sendiri. Ia tak sabar juga menanti cucunya untuk lahir. Setiap malam sebelum tidur selalu ia bacakan ayat-ayat suci agar anak dalam kandungan itu terbiasa mendengarnya. “Semoga yang lahir nanti anak perempuan. Aku tak pernah mengurus mereka dari dulu. Pasti menyenangkan.” Sarah mengelus perut Gu yang sudah mulai bergerak. Terkadang gadis itu menyesali mengapa dulu ia nyaris menggugurkan kandungannya. “Aku lebih memilih anak laki-laki saja. Supaya besarnya nanti dia b

    Last Updated : 2022-11-16

Latest chapter

  • DILEMA DUA HATI    Home Sweet Home

    Bagian 195 Home Sweet Home Maira melebarkan bola matanya, dua bulan menikah dengan Fahmi berat badannya sudah bertambah empat kilogram. Bayangkan kalau setahun jadi berapa, dan ia pun jadi bertambah gemuk dan gemuk saja. Bagaimana tidak, masakan milik Fahmi jauh lebih enak daripada masakannya. Awal mulanya Maira letih melihat cara memasak orang India yang begitu rumit dan banyak sekali proses yang harus dilalui. Wajar saja kalau dapurnya besar. Lama-lama dicoba makanan itu enak sekali rasanya. Terus-terusan dimasak oleh Fahmi ditambah pula ekstra kentang goreng yang merupakan makanan favorit Maira dari kecil. Sedikti demi sedikit dimakan, enak, tambah lagi, begitu saja terus sampai perut Maira yang kemarin-kemarin rata, mulai menggembung. “Ya Allah, sebentar lagi akan ada lipatan lemak di mana-mana.” Putri Ali memandang cermin di kamarnya. Ia naikkan seragam kepolisian dan benar celana yang longgar itu mulai teras sesak. Ia tarik napas baru terlihat ramping lagi seperti dulu, tapi

  • DILEMA DUA HATI    Bersama Zahra

    Bagian 194 Bersama Zahra Maira tiba-tiba memeluk suaminya karena rasa bahagia yang membuncah dalam dadanya. Dulu, jangankan rayuan, membaca doa saja Amran tak pernah ingat. Untung saja tidak ada jejak yang tertinggal dalam diri Maira dulu sehingga tak perlu repot-repot mengurus anak seorang diri. Fahmi terkejut dengan reaki istrinya. Tentu saja reaksi yang menimbulkan aksi. Lelaki itu tek henti-hentinya menyentuh puncak kepala Maira, wanita yang ia cintai sejak masih ingusan.Diam saja Fahmi, hanya sampai di sana lalu tidak ada pergerakan fluktuatif yang menunjukkan grafik peningkatan amat pesat. Maira jadi bertanya-tanya sendiri. Mengapa suaminya jadi berubah lagi, padahal tadi rayuan maut sudah dilontarkan, giliran dia sudah menyerah, malah membeku di musim panas. Payah sekali Fahmi. ‘Apa aku harus memulai terlebih dahulu?’ tanya putri Ali di dalam hatinya. Ia menjauh sejenak dari pelukan Fahmi, tapi tak bisa, lelaki itu masih mendekapnya sangat erat. “Sesak napas aku lama-lama,

  • DILEMA DUA HATI    Gombal

    Bagian 193 Gombal Fahmi menyodorkan minuman dingin untuk istrinya. Satu botol besar, dan habis sekali napas oleh Maira. Tertegun lelaki itu melihat cara makan dan minum Maira. 11 12 dengan Naima, hanya saja putri Ali lebih mudah gendut, karena itu ia menjaga makan. Namun, untuk hari ini tidak ada kata diet. Maira makan semua yang ada di meja. “Kau lapar?” tanya Fahmi daripada tak ada bahan yang dibicarakan. “Tinggal batu saja yang belum aku makan,” jawab Maira, ia merobek bungkusan cokelat dan sekali hap sudah tinggal setengah batang. “Wow,” gumam Fahmi. “Mau aku belikan kentang?” tawarnya. Wajar Maira lapar, jadi pengantin kemarin ia susah buka mulut karena pengaruh kerudung dan riasan. Terus waktu berjalan sampai pagi ia sibuk mengatur lalu lintas dan bertengkar dengan suaminya. Semua kegiatan itu membutuhkan tenaga ekstra. “Dua bungkus,” ujar Maira. Fahmi pun lekas pergi, agak jauh sedikit penjual kentang goreng itu tapi ia datangi saja karena cinta. Setengah jam kemudian tig

  • DILEMA DUA HATI    Terlalu Polos

    Bagian 192 Terlalu Polos Selesai shalat Maghrib, Fahmi tak langsung pulang. Jujur saja dia agak takut dengan istrinya. Termenung lelaki itu di dalam masjid, duduk bersila, kepala ditundukkan, mata terpejam, seolah-olah sedang dzikir panjang, padahal hatinya sedang memikirkan Maira. Untuk kali ini dia memang tak bisa tenang, sekali ini dzikirnya tak fokus. “Kupikir dia kan pemalu seperti gadis-gadis yang ada dalam cerita,” gumam lelaki berdarah India itu perlahan. Malu kalau didengar orang lain. “Apa karena dia sudah janda, jadi pengalamannya lebih banyak, dan tak sabar untuk mengulanginya? Begitukah? Aduh mana aku minus ilmu hal-hal begitu. Apakah aku terlalu polos jadi laki-laki?” Putra Naina menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Tak bisa, tak boleh seperti ini. Walau bagaimanapun aku adalah pemimpin. Aku harus jadi yang, aduh, Ya Allah kenapa kepalaku jadi pusing. Aku harus terlihat pemberani dan tegas di matanya. Sudah cukup di kantor dia jadi atasanku jangan sampai di rumah jug

  • DILEMA DUA HATI    Lelaki Yang Gugup

    Bagian 191 Gak ada Judul Khalifah memberikan penghargaan bagi para polisi juga tentara yang jujur dan amanah dalam mengemban tugas. Tentu saja nama Humaira dan lima orang timnya disebutkan. Barisan telah disusun, untuk polisi perempuan sangat sedikit sekali jumlahnya, dan baru dibuka penerimaan besar-besaran setelah berhasil membuang semua pengaruh Ex Gubernur Asad yang telah tewas. Satu demi satu mereka maju menerima penghargaan. Fahmi dan empat polisi yang lain naik pangkat satu tingkat, sedangkan Maira mendapatkan lencana kesetiaan walau pangkat tidak bertambah. Seharusnya semuanya pulang, tapi tidak dengan lima polisi yang pernah dikumpulkan jadi satu oleh Maira itu. Mereka berkumpul mengenang masa-masa indah ketika masih bertugas bersama-sama. Sekarang sudah kembali ke kota masing-masing. Maira melihat mereka dari jauh, walau bagaimanapun dia masih punya perhitungan pada Fahmi juga Musa. Kenapa Musa? Terserah dia, karena ikut-ikutan mengelabuhinya. “Ehm.” Kedatangan Maira me

  • DILEMA DUA HATI    Benang Merah

    Bagian 10 Benang Merah Ali menelan kekecewaan saat ke rumah Fahmi. Ternyata orangnya tidak ada. Ia pun tak berniat masuk ke rumah ketika kepala keluarga itu tidak ada di tempat. Sudahlah lelah, jauh, musim panas lagi. Sang kapten yang seharusnya sudah pensiun itu pun kembali ke kotanya. Menaiki kereta api super cepat. Beruntungnya di musim panas, siang sangat lama daripada malam, walau angin yang bertiup jadi ikut-ikutan panas. Beberapa jam kemudian ia sampai di pemberhentian kotanya, dan bertemu dengan teman lamanya lagi yang sama-sama kecewa—Hamdan.“Kenapa mukamu ditekuk begitu?” tanya Ali yang langsung menghampiri temannya. “Yang dicari tak ada di rumah,” jawab Hamdan. Mereka memang tak selemah orang-orang tua pada umumnya, tetapi kalau disuruh bepergian dan yang dicari tak ada juga, lelah terasa tubuh mereka. “Sama kalau begitu. Sudah lelah pergi ke sana, salahku juga, kenapa tak memberi tahu dulu.” Ali menarik napas panjang. Ia melirik jam tangannya, Dzuhur masih panjang sek

  • DILEMA DUA HATI    Pertandingan Sepak Bola

    Bagian 189 Pertandingan Sepak Bola Pagi-pagi selepas Shubuh Maira sudah siap dengan seragam lengkapnya, minus rompi anti peluru saja, pistol dan HT turut serta ia bawa. Ia ada pekerjaan penting dari pagi sampai sore, makan dan sholat di sana saja. Namun, sebelum pergi ia sempat berpamitan pada Ali yang memandangnya agak berbeda pagi itu. “Ayah pergi menonton sepak bola nanti?” tanya Maira. “Tidak, Ayah sudah cukup tua untuk urusan itu, biar yang muda-muda saja.” “Terus rapi sekali pagi ini, Ayah mau pergi ke mana?” Agak curiga Maira. “Ada urusan penting, demi keluarga ini juga.” Ali menyembunyikan tujuannya hari itu pada putrinya. Jika Maira tahu sedang dicarikan jodoh, bisa-bisa ia mengelak lagi. “Oh, kabari bagaimana hasilnya, ya. Aku pergi dulu.“ Pagi itu Maira menggunakan mobil polisi karena tugas besar yang ia emban. Maira memimpin tim untuk menjaga keamanan pertandingan sepak bola di salah satu stadion olahraga. Putri Ali mengawasi di tempat duduk khusus perempuan, yang

  • DILEMA DUA HATI    Pengorbanan Seorang Ayah

    Bagian 188 Pengorbanan Seorang Ayah. Gu dan tiga putrinya pulang ke kota tempat tinggal mereka menggunakan kereta cepat. Di dalam kendaraan ekpres itu, Maira hanya diam membisu memandang salju yang terus turun dari langit. Salju sebentar lagi akan berhenti, dan Hira kembali sekolah menyelesaikan pendidikannya, lalu Zahra yang masuk pendidian tingkat pertama. Maira sendiri? Tetap bekerja. Kantor tempatnya mengabdi juga mengalami revolusi besar-besaran, imbas dari kasus Gubernur Asad. Jadi sampai musim panas nanti putri Ali akan sangat sibuk. Namun, tak mengapa, dia jadi bisa melupakan Fahmi. “Kau pasti sudah kembali hidup di kota asalmu. Semoga kita tak akan pernah berjumpa lagi,” gumam Maira dalam keheningan. Ibu dan dua adik kandungnya sedang terlelap, jadi polisi wanita itu menjaga mereka dengan baik. Masalah luka hatinya, ia yakin akan membaik dengan sendirinya. Sampai juga empat perempuan beda generasi itu di stasiun. Tadinya Gu ingin menelepon Ali untuk menjemput mereka. Na

  • DILEMA DUA HATI    Selesai

    Bagian 187 Selesai Fahmi dan Maira membuka matanya perlahan-lahan ketika dua ember air dingin disiramkan ke wajah mereka. Dingin di tengah musim salju yang masih turun. Mereka saling melihat diri masing-masing. Tubuh keduanya terikat dan berada di sebuah gedung kosong juga luas. “Maira, Fahmi. Kalian dua parasit pengganggu, gara-gara kalian, saudaraku banyak yang tewas ditembak.” Lelaki itu duduk di depan keduanya. “Ya, kematian sebenarnya terlalu mudah buat kalian, tapi aku yakin di alam kubur juga kalian kena cambuk malaikat,” jawab putri Ali, sedangkan Fahmi berusaha membuka ikatan di tangannya.“Bawa mereka ke dalam mobil. Terlalu banyak bicara, bosan aku mendengarnya.” Perintah suruhan Harun. Lalu dua orang itu diangkat dalam keadaan terikat dan dimasukkan ke dalam mobil. Sebuah alat berat datang dari belakang hendak menghancurkan mobil Maira dan orangnya di dalam sekalian. Para pesuruh Harun sudah bepergian dan tinggal supir alat berat itu saja dan satu orang pengawas.“Ast

DMCA.com Protection Status