Home / Romansa / DILEMA DUA HATI / 53. Sulit Untuk Dimengerti

Share

53. Sulit Untuk Dimengerti

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2022-12-01 10:10:52

Ali bangun, ia melihat istrinya tidur dengan mengenakan baju lengkap sampai ke cadar sekalian. Lelaki itu mengembuskan napas panjang. Tentu ia paham kalau Gu masih takut dengannya. Maka ia harus bersabar sampai rasa takut itu berubah menjadi kepercayaan lalu tak menutup kemungkinan kalau Gu jatuh cinta dengannnya. Dan apakah ia sendiri mencintai Gu? Ali sendiri tak tahu apa jawabannya. Ia hanya menjalani apa yang sudah ada di depan mata. Perkataan Gu yang tak ingin seranjang dengannya jelas dibuktikan tadi malam.

Sabar, tak ada pilihan lain agar rumah tangga yang belum berusia 24 jam itu tak lekas atau bahkan jangan berakhir sampai waktunya nanti. Ali kemudian menyelimuti Gu dengan selimut miliknya. Ia pun mandi dan bergegas ke masjid, Shubuh sebentar lagi masuk. Sampai di sana ia kabarkan pada teman-temannya bahwa ia telah menikah. Sontak ucapan alhamdulillah pun dilontarkan berkali-kali, karena lelaki itu terlampau lama menduda di tengah temannya yang bahkan sudah banyak punya istr
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • DILEMA DUA HATI    54. Satu Rumah

    Berdua orang itu menunggu di depan sebuah ruangan kantor catatan sipil. Ada banyak pasangan yang duduk romantis sambil memegang tangan pasangannya, bahkan ada pula yang bersandar di bahu sang suami, sedikit menunjukkan kemesraan di depan umum. Terlihat dari wajah lelakinya kalau mereka masih sangat muda. Berbeda dengan Gu dan Ali yang sudah sangat matang dalam menikah. Bahkan orang berdua itu duduk biasa-biasa saja seperti orang tak saling mengenal. Ali membaca laporan yang dikirim ke ponselnya. Sedangkan Gu bermain game menghilangkan bosan, lama sekali mereka dipanggil untuk memproses catatan pernikahan. “Mati kau, mati kau, matilah kau sana! Menghalangi jalanku saja.” Gu menekan-nekan ponselnya, ia menyingkirkan musuh di depan mata dalam mengambil medali. Tentu sambil menyindir Ali. Lelaki itu dengar tapi tak ambil pusing. “Menyusahkan hidupku saja!” Kalah, dan akhirya Gu menggerutu. Ia ulang lagi game itu dari level awal. Tak henti-henti bibirnya menyindir Ali dari tadi, sebab ha

    Last Updated : 2022-12-01
  • DILEMA DUA HATI    Hadiah Dari Teman

    Bagian 55 Hadiah Dari Teman Ali sudah biasa bangun lebih dahulu daripada yang lain meskipun sudah berada di rumah milik Gu. Ia lekas ke dapur, meski ragu-ragu karena belum mendapat izin dari Gu. Namun, perutnya sudah lapar. Tadi malam karena terlalu lelah mereka semua langsung terlelap di kamar masing-masing. Ali memilih tidur di bawah dan membiarkan Maira di kasur tempatnya biasa tertidur. “Oh, banyak sekali kentang di rumah ini,” ujar lelaki itu, ketika membuka tempat penyimpanan makanan. Baru ia ingat Maira sangat suka sekali dengan makanan itu, persis seperti dirinya dan lelaki tersebut semakin menaruh kecurigaan tentang darah yang mengalir di tubuh Maira. Nanti, akan ia temukan waktu yang tepat untuk mencari tahu. “Permisi, ya, aku masak duluan. Kita semua pasti sudah lapar.” Lelaki itu memotong-motong kentang ada yang tipis ada yang tebal. Ada yang digoreng kering begitu saja dan ditabur bumbu, ada yang disiram dengan mayonaise dan saus lainnya. Aroma yang menguar sampai me

    Last Updated : 2022-12-09
  • DILEMA DUA HATI    Dari Hari ke Hati

    Bagian 56 Dari Hati ke Hati. Dua orang itu tidur dengan berselimut tebal, menghalau dingin yang merambat pada tubuh mereka masing-masing. Tidak ada yang berani keluar kamar, sampai waktu terlewati menjadi tengah malam. Gu melihat ponselnya, pesan yang tadi sore ia kirim baru saja centang biru. Ada pula balasan, bahwa Maira menginap bersama kakek dan neneknya. Satu rumah bicara menggunakan ponsel, luar biasa ajaibnya. “Ah, mending berdua saja dengan Maira kalau begini,” gerutu Gu. Tak jelas apa maunya, didekati takut tak didekati bertanya-tanya penasaran. Tak bisa tidur wanita itu, cuaca dingin menjelang musim salju membuat perutnya mudah lapar. Ia pun mengenda-endap pergi ke dapur. Takut sekali tertangkap basah oleh suaminya sendiri. Ia buka lemari makan, tak ada masakan apa pun di sana. Terpaksa ia membuka laci, dan hanya tersisa tiga bungkus pasta saja. Mereka belum sempat belanja kebutuhan dapur. Pelan-pelan Gu menghidupan kompor gas agar suaranya tak terdengar sampai ke kamar

    Last Updated : 2022-12-09
  • DILEMA DUA HATI    Malu-Malu

    Bagian 57 Malu-Malu Sampai dua orang itu di sebuah rumah yang teramat sederhana. Baju Gu dan Ali terkena jejak salju. Lekas saja dokter kandungan itu diminta untuk masuk ke dalam kamar yang sempit persis seperti tempat tinggalnya bersama Sarah dulu. Hanya ada kasur tipis tempat ibu itu berbaring. “Kenapa hanya sendiri saja? Mana suaminya?” tanya Gu pada wanita itu. Ia kemudian ditunjukkan pada seorang lelaki yang terbaring di lantai. “Pingsan. Istri mau melahirkan masih sempat-sempatnya pingsan?” gerutu Gu sambil kesal. “Sudah cepat, urus saja dia.” Ali menggeser tubuh lelaki yang tak kuat melihat istrinya kesakitan. “Lalu apa yang harus disiapkan?” tanya lelaki bermata abu-abu itu pada istrinya. “Air bersih dan selimut bayi. Makanan seduh saja yang ini. Penting selesai bersalin.” Gu membuka sebuah selimut khusus untuk alas melahirkan. Ia angkat tubuh wanita itu dibantu Ali tentunya. Jelas sekali wanita tersebut mulai menjerit karena tak tahan dengan tekanan yang ada di bagian pa

    Last Updated : 2022-12-09
  • DILEMA DUA HATI    Anak Ayah

    Bagian 58 Anak Ayah Musim dingin berjalan sedikit hangat di rumah itu. Meski masih belum satu kamar, setidaknya Gu tak takut-takut lagi memandang sosok lelaki dalam rumahnya. Mereka kerap bertukar pikiran bersama. Bahkan pernah membahas masa lalu tanpa canggung dan berujung pada Gu yang lari ke dalam kamar. Sebabnya, karena pikiran laki-laki dan perempuan yang berbeda. Terkadang wanita bermata biru itu juga heran apa yang ia mau. Pernah Ali tak pulang selama tiga hari, tak juga ada telepon masuk saking lelaki itu sibuknya. Gu, jangan tanya lagi, ia bingung. Ingin menyusul ke perbatasan takut terulang kejadian serupa. Tak diketahui kabarnya ia berpikir yang tidak-tidak. Terhitung sudah satu bulan lebih mereka satu rumah tapi tidak pernah terjadi apa-apa. Kejadian di perbatasan itu hanya angin lalu saja. Yang satu gengsi luar biasa, yang satu takut untuk mencoba. “Isi kepalaku sudah lebih keriting daripada rambutku.” Gu berbicara sendirian di depan cermin sambil menyisir rambutnya. S

    Last Updated : 2022-12-09
  • DILEMA DUA HATI    Perang Panas Dingin

    Bagian 59 Perang Panas Dingin Gu tidur di kamar rawat inap tempat Maira. Anak gadisnya semakin menunjukkan kesembuhan. Sesekali ayahnya datang berjaga gantian. Gu tetap bekerja sembari memantau perkembangan Maira. Ali memasang sikap dingin pada istrinya. Ia diam agar tak mudah melepaskan marahnya. Ternyata tak diberi perhatian itu membuat hati Gu kelimpungan. Ia seperti kehilangan sebelah sayapnya. Malam itu Maira baru saja tidur selepas minum obat walau sedikit dipaksakan. Kedua orang tuanya menunggu di kamar yang sama. Keheningan menjadi teman, tidak ada satu pun yang mau berbicara. Ali menatap Gu yang hampir tertidur. Dengan mengucap bismillah di dalam hati lelaki itu menanyakan yang telah ia pendam selama beberapa hari. “Apa Maira putriku?” tanya Ali, tidak ada jawaban dari Gu, wanita itu masih memejamkan matanya. “Jangan pura-pura tak dengar, aku tahu kau belum tidur.” Lelaki itu menegakkan tubuhnya yang tadi bersandar di sofa. “Nasabnya ikut denganku,” jawab wanita itu tan

    Last Updated : 2022-12-09
  • DILEMA DUA HATI    Saran yang Menyesatkan

    Bagian 60 Saran yang Menyesatkan Terhitung satu minggu sudah Ali hanya berbicara seperlunya dengan Gu. Semakin panas dingin wanita itu dibuatnya. Namun, untuk memulai terlebih dahulu ia juga tak berani. Memang mereka kini sudah tidur satu kamar. Maira di ranjang atas, sedangkan keduanya di bawah memakai kasur lipat yang berbeda-beda. Gu tidur di sisi kiri dan Ali di sisi kanan, seperti orang yang sedang bermusuhan. Sebenarnya tak ada niat lelaki bermata abu-abu untuk tak memberi perhatian pada istrinya. Namun, ia hanya ingin memastikan putrinya sembuh dulu. Sebagai pengganti waktu yang terbuang percuma selama tiga tahun lamanya.“Bisa kering aku lama-lama kalau begini.” Wanita itu mengaduk teh panas di gelasnya. Ia selalu membuat lebih. Ali bersedia memakan dan meminum apa saja yang dibuat oleh Gu, tanpa banyak protes. Walau rasa makanan istrinya kurang enak. “Sayang.” Sebuah panggilan yang membuat hati wanita itu berdesir-desir. Ia menoleh dan terlihat di sana Ali sedang memegang

    Last Updated : 2022-12-09
  • DILEMA DUA HATI    Mengelak

    Ali bangun terlebih dahulu. Ia ingat tadi sebelum satu kamar bersama dengan Gu karena digoda. Ali mendapatkan pesan bahwa ia memang harus pergi ke wilayah yang baru dikembangkan di bagian pinggiran. Lelaki itu mengusap wajahnya. Masih berusaha menimbang antara mimpi dan kenyataan. Namun, Gu yang berbaring di sebelahnya menjadi bukti bahwa mereka tadi malam memang menjadi suami istri yang sebenarnya. “Salah minum obat mungkin dia ini. Selama ini jual mahal luar biasa,” ujar lelaki itu. Ia memakai bajunya yang tadi malam dibuka paksa oleh Gu. Jelas sekali Ali ingat betapa memang istrinya berubah seperti serigala kelaparan, dan sekarang sedang tidur nyenyak karena kelelahan. Ali membersihkan dirinya di kamar mandi. Kulitnya terasa perih terkena air hangat. Ada beberapa bekas cakaran tipis yang tercipta baik di punggung atau bagian dada. Tak habis pikir Ali kenapa istrinya berubah dalam waktu semalam saja. Namun, ia berharap hal itu tidak hanya untuk sementara waktu saja, jika bisa sela

    Last Updated : 2022-12-29

Latest chapter

  • DILEMA DUA HATI    Home Sweet Home

    Bagian 195 Home Sweet Home Maira melebarkan bola matanya, dua bulan menikah dengan Fahmi berat badannya sudah bertambah empat kilogram. Bayangkan kalau setahun jadi berapa, dan ia pun jadi bertambah gemuk dan gemuk saja. Bagaimana tidak, masakan milik Fahmi jauh lebih enak daripada masakannya. Awal mulanya Maira letih melihat cara memasak orang India yang begitu rumit dan banyak sekali proses yang harus dilalui. Wajar saja kalau dapurnya besar. Lama-lama dicoba makanan itu enak sekali rasanya. Terus-terusan dimasak oleh Fahmi ditambah pula ekstra kentang goreng yang merupakan makanan favorit Maira dari kecil. Sedikti demi sedikit dimakan, enak, tambah lagi, begitu saja terus sampai perut Maira yang kemarin-kemarin rata, mulai menggembung. “Ya Allah, sebentar lagi akan ada lipatan lemak di mana-mana.” Putri Ali memandang cermin di kamarnya. Ia naikkan seragam kepolisian dan benar celana yang longgar itu mulai teras sesak. Ia tarik napas baru terlihat ramping lagi seperti dulu, tapi

  • DILEMA DUA HATI    Bersama Zahra

    Bagian 194 Bersama Zahra Maira tiba-tiba memeluk suaminya karena rasa bahagia yang membuncah dalam dadanya. Dulu, jangankan rayuan, membaca doa saja Amran tak pernah ingat. Untung saja tidak ada jejak yang tertinggal dalam diri Maira dulu sehingga tak perlu repot-repot mengurus anak seorang diri. Fahmi terkejut dengan reaki istrinya. Tentu saja reaksi yang menimbulkan aksi. Lelaki itu tek henti-hentinya menyentuh puncak kepala Maira, wanita yang ia cintai sejak masih ingusan.Diam saja Fahmi, hanya sampai di sana lalu tidak ada pergerakan fluktuatif yang menunjukkan grafik peningkatan amat pesat. Maira jadi bertanya-tanya sendiri. Mengapa suaminya jadi berubah lagi, padahal tadi rayuan maut sudah dilontarkan, giliran dia sudah menyerah, malah membeku di musim panas. Payah sekali Fahmi. ‘Apa aku harus memulai terlebih dahulu?’ tanya putri Ali di dalam hatinya. Ia menjauh sejenak dari pelukan Fahmi, tapi tak bisa, lelaki itu masih mendekapnya sangat erat. “Sesak napas aku lama-lama,

  • DILEMA DUA HATI    Gombal

    Bagian 193 Gombal Fahmi menyodorkan minuman dingin untuk istrinya. Satu botol besar, dan habis sekali napas oleh Maira. Tertegun lelaki itu melihat cara makan dan minum Maira. 11 12 dengan Naima, hanya saja putri Ali lebih mudah gendut, karena itu ia menjaga makan. Namun, untuk hari ini tidak ada kata diet. Maira makan semua yang ada di meja. “Kau lapar?” tanya Fahmi daripada tak ada bahan yang dibicarakan. “Tinggal batu saja yang belum aku makan,” jawab Maira, ia merobek bungkusan cokelat dan sekali hap sudah tinggal setengah batang. “Wow,” gumam Fahmi. “Mau aku belikan kentang?” tawarnya. Wajar Maira lapar, jadi pengantin kemarin ia susah buka mulut karena pengaruh kerudung dan riasan. Terus waktu berjalan sampai pagi ia sibuk mengatur lalu lintas dan bertengkar dengan suaminya. Semua kegiatan itu membutuhkan tenaga ekstra. “Dua bungkus,” ujar Maira. Fahmi pun lekas pergi, agak jauh sedikit penjual kentang goreng itu tapi ia datangi saja karena cinta. Setengah jam kemudian tig

  • DILEMA DUA HATI    Terlalu Polos

    Bagian 192 Terlalu Polos Selesai shalat Maghrib, Fahmi tak langsung pulang. Jujur saja dia agak takut dengan istrinya. Termenung lelaki itu di dalam masjid, duduk bersila, kepala ditundukkan, mata terpejam, seolah-olah sedang dzikir panjang, padahal hatinya sedang memikirkan Maira. Untuk kali ini dia memang tak bisa tenang, sekali ini dzikirnya tak fokus. “Kupikir dia kan pemalu seperti gadis-gadis yang ada dalam cerita,” gumam lelaki berdarah India itu perlahan. Malu kalau didengar orang lain. “Apa karena dia sudah janda, jadi pengalamannya lebih banyak, dan tak sabar untuk mengulanginya? Begitukah? Aduh mana aku minus ilmu hal-hal begitu. Apakah aku terlalu polos jadi laki-laki?” Putra Naina menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Tak bisa, tak boleh seperti ini. Walau bagaimanapun aku adalah pemimpin. Aku harus jadi yang, aduh, Ya Allah kenapa kepalaku jadi pusing. Aku harus terlihat pemberani dan tegas di matanya. Sudah cukup di kantor dia jadi atasanku jangan sampai di rumah jug

  • DILEMA DUA HATI    Lelaki Yang Gugup

    Bagian 191 Gak ada Judul Khalifah memberikan penghargaan bagi para polisi juga tentara yang jujur dan amanah dalam mengemban tugas. Tentu saja nama Humaira dan lima orang timnya disebutkan. Barisan telah disusun, untuk polisi perempuan sangat sedikit sekali jumlahnya, dan baru dibuka penerimaan besar-besaran setelah berhasil membuang semua pengaruh Ex Gubernur Asad yang telah tewas. Satu demi satu mereka maju menerima penghargaan. Fahmi dan empat polisi yang lain naik pangkat satu tingkat, sedangkan Maira mendapatkan lencana kesetiaan walau pangkat tidak bertambah. Seharusnya semuanya pulang, tapi tidak dengan lima polisi yang pernah dikumpulkan jadi satu oleh Maira itu. Mereka berkumpul mengenang masa-masa indah ketika masih bertugas bersama-sama. Sekarang sudah kembali ke kota masing-masing. Maira melihat mereka dari jauh, walau bagaimanapun dia masih punya perhitungan pada Fahmi juga Musa. Kenapa Musa? Terserah dia, karena ikut-ikutan mengelabuhinya. “Ehm.” Kedatangan Maira me

  • DILEMA DUA HATI    Benang Merah

    Bagian 10 Benang Merah Ali menelan kekecewaan saat ke rumah Fahmi. Ternyata orangnya tidak ada. Ia pun tak berniat masuk ke rumah ketika kepala keluarga itu tidak ada di tempat. Sudahlah lelah, jauh, musim panas lagi. Sang kapten yang seharusnya sudah pensiun itu pun kembali ke kotanya. Menaiki kereta api super cepat. Beruntungnya di musim panas, siang sangat lama daripada malam, walau angin yang bertiup jadi ikut-ikutan panas. Beberapa jam kemudian ia sampai di pemberhentian kotanya, dan bertemu dengan teman lamanya lagi yang sama-sama kecewa—Hamdan.“Kenapa mukamu ditekuk begitu?” tanya Ali yang langsung menghampiri temannya. “Yang dicari tak ada di rumah,” jawab Hamdan. Mereka memang tak selemah orang-orang tua pada umumnya, tetapi kalau disuruh bepergian dan yang dicari tak ada juga, lelah terasa tubuh mereka. “Sama kalau begitu. Sudah lelah pergi ke sana, salahku juga, kenapa tak memberi tahu dulu.” Ali menarik napas panjang. Ia melirik jam tangannya, Dzuhur masih panjang sek

  • DILEMA DUA HATI    Pertandingan Sepak Bola

    Bagian 189 Pertandingan Sepak Bola Pagi-pagi selepas Shubuh Maira sudah siap dengan seragam lengkapnya, minus rompi anti peluru saja, pistol dan HT turut serta ia bawa. Ia ada pekerjaan penting dari pagi sampai sore, makan dan sholat di sana saja. Namun, sebelum pergi ia sempat berpamitan pada Ali yang memandangnya agak berbeda pagi itu. “Ayah pergi menonton sepak bola nanti?” tanya Maira. “Tidak, Ayah sudah cukup tua untuk urusan itu, biar yang muda-muda saja.” “Terus rapi sekali pagi ini, Ayah mau pergi ke mana?” Agak curiga Maira. “Ada urusan penting, demi keluarga ini juga.” Ali menyembunyikan tujuannya hari itu pada putrinya. Jika Maira tahu sedang dicarikan jodoh, bisa-bisa ia mengelak lagi. “Oh, kabari bagaimana hasilnya, ya. Aku pergi dulu.“ Pagi itu Maira menggunakan mobil polisi karena tugas besar yang ia emban. Maira memimpin tim untuk menjaga keamanan pertandingan sepak bola di salah satu stadion olahraga. Putri Ali mengawasi di tempat duduk khusus perempuan, yang

  • DILEMA DUA HATI    Pengorbanan Seorang Ayah

    Bagian 188 Pengorbanan Seorang Ayah. Gu dan tiga putrinya pulang ke kota tempat tinggal mereka menggunakan kereta cepat. Di dalam kendaraan ekpres itu, Maira hanya diam membisu memandang salju yang terus turun dari langit. Salju sebentar lagi akan berhenti, dan Hira kembali sekolah menyelesaikan pendidikannya, lalu Zahra yang masuk pendidian tingkat pertama. Maira sendiri? Tetap bekerja. Kantor tempatnya mengabdi juga mengalami revolusi besar-besaran, imbas dari kasus Gubernur Asad. Jadi sampai musim panas nanti putri Ali akan sangat sibuk. Namun, tak mengapa, dia jadi bisa melupakan Fahmi. “Kau pasti sudah kembali hidup di kota asalmu. Semoga kita tak akan pernah berjumpa lagi,” gumam Maira dalam keheningan. Ibu dan dua adik kandungnya sedang terlelap, jadi polisi wanita itu menjaga mereka dengan baik. Masalah luka hatinya, ia yakin akan membaik dengan sendirinya. Sampai juga empat perempuan beda generasi itu di stasiun. Tadinya Gu ingin menelepon Ali untuk menjemput mereka. Na

  • DILEMA DUA HATI    Selesai

    Bagian 187 Selesai Fahmi dan Maira membuka matanya perlahan-lahan ketika dua ember air dingin disiramkan ke wajah mereka. Dingin di tengah musim salju yang masih turun. Mereka saling melihat diri masing-masing. Tubuh keduanya terikat dan berada di sebuah gedung kosong juga luas. “Maira, Fahmi. Kalian dua parasit pengganggu, gara-gara kalian, saudaraku banyak yang tewas ditembak.” Lelaki itu duduk di depan keduanya. “Ya, kematian sebenarnya terlalu mudah buat kalian, tapi aku yakin di alam kubur juga kalian kena cambuk malaikat,” jawab putri Ali, sedangkan Fahmi berusaha membuka ikatan di tangannya.“Bawa mereka ke dalam mobil. Terlalu banyak bicara, bosan aku mendengarnya.” Perintah suruhan Harun. Lalu dua orang itu diangkat dalam keadaan terikat dan dimasukkan ke dalam mobil. Sebuah alat berat datang dari belakang hendak menghancurkan mobil Maira dan orangnya di dalam sekalian. Para pesuruh Harun sudah bepergian dan tinggal supir alat berat itu saja dan satu orang pengawas.“Ast

DMCA.com Protection Status