Share

12. Bab 12

Author: Siti Aisyah
last update Last Updated: 2022-05-24 20:47:09

DIKIRA MISKIN 12

Aku pikir kehamilanku ini akan disambut dengan suka cita oleh keluarga Mas Yudi, seperti saat Mbak Ranti hamil, mereka begitu bahagia mendengarnya, bahkan sampai diadakan acara besar-besaran untuk merayakannya. Namun, jangankan dirayakan, disambut dengan senyuman pun tidak. Sedih dan sakit hati ini. Hampir saja tangisku pecah menghadapi kenyataan ini.

Kami pun mengurungkan niat untuk menginap di rumah Ibu dan memilih pulang lagi dengan membawa sejuta luka yang entah bisa disembuhkan atau tidak. Luka terkena senjata tajam, lambat laun akan mengering dan menghilang. Namun, luka karena lidah yang tajam, sulit untuk dihilangkan. 

Mas Yudi tetap memberi kabar saat aku melahirkan. Berharap mereka mau datang untuk menyambut kehadiran anggota keluarga baru mereka. Tapi, mereka tidak mau datang juga.

"Malas, ah, datang, jangankan mendapatkan jamuan yang enak, tempat yang layak saja, pasti tidak akan kami dapatkan," kata Mbak Wiwid dari seberang telepon.

Bukan hanya Mbak Wiwid yang tidak datang, Mbak Ranti juga tidak mau datang dengan alasan yang sama. Begitu juga dengan Ibu.

Mereka tidak tahu, usaha kami sudah mulai berkembang, meski belum pesat seperti sekarang. Kami juga sudah punya rumah baru yang lebih layak meski masih nyicil saat aku melahirkan Sasya.

Ah, bayangan tentang masa lalu itu sangat menyakitkan. Aku sudah berusaha melupakan, tapi, kenapa dia selalu datang?

_____________

Kuminta suamiku mandi, ganti baju dan makan.

"Ibu sudah makan, Dek?" Tanya Mas Yudi usai mandi.

"Sudah, Mas, sekarang sedang istirahat," jawabku seraya mengambil nasi beserta lauk dan sayurnya ke dalam piring dan mengulurkan pada Mas Yudi.

"Terima kasih ya, Dek, kamu sudah mau merawat Ibu," 

"Iya, Mas, Ibu kamu tentu Ibuku juga. Jadi, sudah sewajarnya aku merawatnya dengan baik," ucapku tersenyum.

"Sasya mana?" Tanya Mas Yudi celingukan mencari anak semata wayangnya itu.

"Habis bermain dan mandi, ia langsung tidur, sepertinya mulai ia betah tinggal di sini, Mas, nggak rewel lagi," jawabku dengan senyum mengembang di bibirku.

Anak-anak memang begitu, dia tidak nyaman berada di lingkungan baru. Begitu juga dengan Sasya, awalnya dia rewel saat baru pertama kali menginap di sini. Sekarang tidak lagi, mungkin karena neneknya juga mulai  menunjukkan kalau ia sayang pada cucunya, sehingga Sasya juga merasa nyaman. 

"Mbak Ranti juga sedang panen sekarang meski tidak sebanyak punya Ibu, tapi, masih mending daripada sawah Mbak Wiwid yang menganggur tidak ditanami apa-apa," ucap Mas Yudi usai makan.

Mas Yudi, Mbak Ranti dan Mbak Wiwid memang lahir dari rahim dan Bapak yang sama, namun, bukan berarti mereka punya sifat yang sama. Mbak Wiwid dan Mbak Ranti hanya punya satu kesamaan, yaitu, sama-sama sombong dan suka merendahkan orang lain.

Mbak Wiwid orangnya pemalas dan lebih senang tinggal di rumah menunggu suami pulang kerja. Ia hobi rebahan sambil bermain ponsel sepanjang hari dan kalau sudah capek rebahan, ia akan menghibur diri dengan goyang tik-tok.

Mbak Ranti berbeda dengan Mbak Wiwid, ia adalah seorang pekerja keras. Meski suaminya sudah menjadi pegawai negeri, namun ia tetap tidak mau jika hanya berdiam diri di rumah. Ia lebih memilih untuk bekerja apa saja di sawah pemberian orang tuanya. Tak heran, jika sawahnya tidak pernah menganggur atau sering punya hasil panen. Itu semua  hasil dari kerja keras Mbak Ranti.

Sekarang, di saat sawah Mbak Wiwid tidak ditanami apapun, di sawah Mbak Ranti sedang panen cabai, padahal belum lama ini katanya ia juga baru saja panen sayur kol.

Mungkin Mbak Ranti sekarang memang punya uang, sehingga dia bisa membantu Adiknya untuk membayar utang. Jika benar seperti itu, betapa mulia hatinya, mau membantu saudara yang sedang kesusahan. Tapi, kenapa tadi ada drama pingsan segala? Harusnya kalau ia memang punya uang, dia tidak perlu beradegan pingsan, kan?

Sepertinya aku harus menunggu seminggu lagi untuk mengetahui jawabannya. 

Related chapters

  • DIKIRA MISKIN   13. Bab 13

    DIKIRA MISKIN 13Waktu seminggu terasa berjalan sangat lambat tidak seperti biasa. Aku masih penasaran dengan apa yang akan terjadi dengan Mbak Wiwid jika Mbak Ranti tidak menepati janjinya.Hari yang ditunggu itu masih kurang dua hari lagi. Pagi ini, aku melihat Mbak Wiwid tengah menyiram aneka bunga yang ia tanam di dalam pot yang berjejer rapi di depan rumahnya. Bukan hanya menyiram saja, ia bernyanyi kecil sambil menggoyangkan pinggulnya. Begitu lah, Mbak Wiwid, ia hanya mau mengurus tanaman bunga yang ada di halaman rumah, tapi kalau diminta ke sawah, langsung angkat tangan.Heran aku, kok ada ya, orang punya utang banyak masih bisa bersenandung dan berjoget seperti itu. Hari yang dinanti tiba, jantungku berdebar tidak karuan. Lho, padahal bukan aku yang punya utang, tapi, kenapa malah aku yang ketakutan. Aku takut kakau Mbak Ranti tidak dapat memenuhi janjinya.Sebentar sebentar aku melihat kearah rumah Mbak Wiwid yang bisa terlihat dari sudut rumah Ibu. Semoga hal buruk tidak

    Last Updated : 2022-05-24
  • DIKIRA MISKIN   14. Bab 14

    DIKIRA MISKIN 14"Kenapa kalian nggak makan?" Tanya Mbak Ranti dengan mulut belepotan dan kepedasan karena ia terlalu banyak memasukkan sambal ke dalam mulutnya. Ia pasti tidak tahu kalau sambal yang kubuat adalah sambal setan dengan pedas level tiga puluh."Melihat kamu makan saja sudah kenyang aku," ucap Ibu, aku hanya mengangguk membenarkan ucapan Ibu."Bagaimana kami mau makan, Mbak, sedang nasinya tinggal sedikit, dan lauknya juga sudah kalian habiskan semua," ucapku dengan bibir mengerucut."Nggak usah cemberut gitu kenapa, nggak enak banget dilihatnya, buat nggak selera makan saja," ucap Mbak Ranti seraya meletakkan sendok ke dalam piring dengan kasar. Gimana mau selera makan, dia sudah memasukkan makanan terlalu banyak ke dalam perut, pasti sudah kenyang banget dia. Aku tidak salah duga, setelah itu dia bersendawa cukup keras. Aduh, aduh, orang nggak berakhlak. Janganlah kamu sendawa dengan keras saat makan di rumah orang, itu termasuk adab saat bertamu. Itulah pesan dari ust

    Last Updated : 2022-05-24
  • DIKIRA MISKIN   15. Bab 15

    DIKIRA MISKIN 15"Dek, Mas Berangkat, ya?" Kata Mas Yudi, kemudian mengulurkan tangannya, aku meriah dan menciumnya. Setelah itu ia beralih pada Sasya yang masih tertidur lelap.Hari masih pagi saat Mas Yudi berangkat ke kota. Ya, meski kami tinggal di rumah Ibu, namun Mas Yudi tetap ke kota untuk mengurus resto kami, meski sudah ada Alvin, orang kepercayaannya. Bukannya tidak percaya namun ia harus tetap memastikan kalau usaha kami itu berjalan dengan baik. Yah, setidaknya tiga hari sekali Mas Yudi ke sana."Mau pesan dibelikan apa nanti?" Tanya Mas Yudi saat hendak keluar kamar."Terserah kamu saja, Mas," jawabku tersenyum.Mas Yudi juga berpamitan pada Ibu."Sebenarnya kamu ini sering-sering ke kota ada keperluan apa, Nak?" Tanya Ibu usai Mas Yudi bersalaman dengannya."Aku ada urusan pekerjaan, Bu, do'akan saja agar urusanku lancar ya, Bu," kata Mas Yudi."Ya, Nak, Ibu pasti mendo'akan yang terbaik untuk kamu, hati-hati di jalan, semoga selamat sampai tujuan," kata Ibu dengan meme

    Last Updated : 2022-05-24
  • DIKIRA MISKIN   16. Bab 16

    DIKIRA MISKIN 16"Kamu ini ngomong apa, tho, Ran, Antika nggak mengajak Ibu puasa. Ini atas kemauan Ibu sendiri. Enak kalau puasa ada temannya, lagi pula, dengan berpuasa malah membuat Ibu semakin sehat," uap Ibu."Nggak usah ganti kenapa? Aku aja saat Ramadhan kemarin banyak yang bolong, malah banyak bolongnya dari pada yang puasa. Tapi, malas untuk menggantinya sekarang, ups," Mbak Ranti seketika menutup mulutnya saat melihat mata Ibu melotot mendengar ucapannya barusan."Apa? Saat bulan puasa kamu banyak bolongnya dan kamu tidak ada niat untuk menggantinya?" Tanya Ibu dengan tatapan tajam ke arah Mbak Ranti, sehingga membuat ia salah tingkah."Nggak ada yang menagih, Bu," jawab Mbak Ranti menunduk dan bersuara lirih."Ya Allah, Nak, kenapa kamu jadi seperti ini? Padahal sejak kecil Ibu sudah mengajarkan padamu untuk berpuasa. Bahkan Bapak kamu rela menggendong kamu setiap habis zuhur, demi kamu mau berpuasa. Kalau Bapak tahu kamu seperti ini, beliau pasti akan sedih," kata Ibu."

    Last Updated : 2022-05-24
  • DIKIRA MISKIN   17. Bab 17

    DIKIRA MISKIN 17Ibu mengamati Mas Yudi yang baru saja turun dari mobil dan berjalan menuju pintu.Sasya yang sedari tadi asyik menonton upin ipin di youtube, segera meletakkan ponselnya dan berlari menyambut kepulangan Ayahnya. Dengan sigap Mas Yudi membawa Sasya ke dalam gendongannya dan menciumnya dengan gemas. Mas Yudi berjalan menuju ke arah kami, aku meraih tangan dan menciumnya, kemudian Mas Yudi beralih meraih tangan Ibu yang masih berdiri mematung seraya mengucek matanya berulang kali."Kamu benar Yudi, anak Ibu?" Tanya Ibu seraya membingkai wajah anaknya itu. Tangannya menepuk pipi Mas Yudi kemudian mengitarinya."Ya, Bu, ini Yudi yang tadi berangkat dan sekarang sudah pulang," jawab Mas Yudi seraya masuk ke dalam."Tapi, kok bisa berubah dalam sehari? Sekarang ganteng, sejak kapan gantengnya, atau jangan-jangan kamu bertemu peri kemudian dikutuk jadi ganteng begini?" Tanya Ibu dengan tatapan yang aneh dan masih menepuk-nepuk pipi Mas Yudi."Ada-ada saja Ibu ini, selama ini

    Last Updated : 2022-05-26
  • DIKIRA MISKIN   18. Bab 18

    DIKIRA MISKIN 18"Bagus kalau kamu sadar diri tidak ikut andil dalam membelinya, ini uang Ibu, dan aku anak kesayangan jadi, aku juga berhak menikmatinya, lagi pula lidah kamu tidak cocok makan makanan mahal seperti ini. makan tempe goreng dan singkong saja sudah cukup. Kalau makan pizza, perut kamu bisa kaget nanti," ucap Mbak Wiwid seraya mengambil lagi pizza itu dan memasukkan ke dalam mulutnya. "Ada apa Mbak datang kemari?" Tanyaku setelah mereka selesai memakan makanan yang di bawa Mas Yudi hingga habis tidak bersisa."Aku ingatkan sekali lagi ya, Tik, jangan sekali-kali tanya seperti itu lagi jika aku ke sini. Ini rumah Ibu, jadi aku bisa datang kapan pun aku mau. Aku ke sini hanya ingin tahu, apa benar itu mobil yang di depan milik Yudi? Sejak kapan Yudi bisa mengendarai mobil seperti itu?" Tanya Mbak Wiwid dengan menautkan alis."Oh, itu mobil majikanku, Mbak," jawab Mas Yudi."Sudah kuduga, itu tidak mungkin mobil kamu. Kalau begitu aku pulang karena sudah mendapat jawaban

    Last Updated : 2022-05-26
  • DIKIRA MISKIN   19. Bab 19

    DIKIRA MISKIN 19Mbak Ranti masih saja menggedor pintu dan berteriak dari luar. Hari memang masih terlalu pagi, pintu masih dikunci dari dalam. Ibu masih berada di kamarnya usai sholat subuh tadi.Awalnya aku malas untuk membuka pintu karena Mbak Ranti suka membuat keributan dan datang hanya ingin merendahkan. Apalagi sambil gedor-gedor pintu ia juga berteriak menanyakan mobil siapa yang ada di depan. Haruskah kujawab?Terpaksa aku membuka pintu karena tidak mau terlalu lama mendengar teriakannya yang dapat memecahkan gendang telinga itu."Lama amat buka pintunya, enak banget ya, hidup kamu, jam segini baru bangun," Kata Mbak Ranti dengan muka ditekuk dan bibir mengerucut.Enak saja bilang aku baru bangun, padahal aku sudah selesai mencuci dan hendak memasak mumpung Sasya masih tidur. Jika Sasya sudah bangun, aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi. Balita seusia Sasya memang butuh perhatian ekstra sehingga tidak bisa melakukan hal lain saat bersamanya.Di sini, aku harus mengerjakan

    Last Updated : 2022-05-26
  • DIKIRA MISKIN   20. Bab 20

    DIKIRA MISKIN 20"Oh, aku pikir itu mobilnya si Yudi. Kalau benar, aku juga harus punya." Aku masih mendengar perkataan Mbak Ranti meski sekarang aku sudah berada di dapur, tanganku sudah siap memegang pisau untuk memotong wortel."Kalau kamu pingin mobil, ya, beli saja, nggak usah minta Ibu. Ibu sudah banyak bantu kamu selama ini," ucap Ibu."Ibu nggak ikhlas membantuku dan keluargaku?" Tanya Mbak Ranti tidak terima."Bukan masalah ikhlas atau tidak ikhlas, selama Ibu bisa bantu pasti akan Ibu bantu. Tapi, kamu juga jangan mengandalkan Ibu terus, kamu harus mandiri, apalagi suami kamu seorang pegawai negeri. Percuma menjadi pegawai kalau mau beli mobil saja masih minta Ibu," ucap Ibu. Aku yang mendengar ucapan Ibu dari dapur hanya tersenyum. Rasain kamu, Mbak."Ibu meremehkan aku dan Mas Gani?""Kamu sendiri yang meremehkan dirimu sendiri. Dengan selalu meminta pada Ibu itu sama artinya dengan merendahkan dirimu sendiri." Ucap Ibu."Ah, malas, semenjak Mas Yudi dan Antika tinggal di

    Last Updated : 2022-05-26

Latest chapter

  • DIKIRA MISKIN   87. Bab 87

    DIKIRA MISKIN 87Kami hanya terdiam mendengar permintaan sang keponakan yang sudah beranjak remaja itu. Rifki masih saja menggoyangkan lengan Mas Yudi dan berharap agar ia mau menuruti permintaannya mengizinkan papanya ikut tinggal dengan kami.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang cukup keras dari arah belakang. Kami menoleh serempak."Hebat, kamu, Mas?" kata Elvira dengan masih bertepuk tangan dan berjalan mengitari Mas Ajun."Pak Atmaja?" Mas Ajun pucat pasi saat melihat kedatangan mantan istri dan mertuanya serta Mas Fikar."Pintar sekali kamu mengarang cerita dan memutar balikkan fakta. Kamu layak untuk menjadi aktor yang pandai berakting dan bersandiwara di depan kamera, ck ck ck," ucap Elvira tersenyum sinis."Ada apa ini? Kenapa kalian datang ke sini beramai-ramai?" tanya Mbak Ranti."Kami mendengar kabar kalau Wiwid meninggal. Ya, meski aku benci dengannya, tapi bagaimanapun juga ia adalah calon dari bagian keluarga kami. Saat Mas Fikar menikah dengan Mbak Ranti, otoma

  • DIKIRA MISKIN   86. Bab 86

    DIKIRA MISKIN 86Aku terpaku di samping jenazah Mbak Wiwid. Lidahku terasa kelu, tidak mampu berkata lagi.Masih teringat dengan jelas saat Mbak Wiwid bilang kalau saat kami datang menjenguknya, ia sudah tidak bernyawa. Sekarang ucapannya itu menjadi nyata. Apakah ini yang disebut dengan ucapan adalah do'a?Semoga Mbak Wiwid sudah bertaubat saat meninggal. Meski banyak harapan yang belum terwujud.Aku ngeri saat melihat wajah Mbak Wiwid yang sudah pucat karena memang nyawa sudah lepas dari raganya. Itu artinya darahnya sudah berhenti mengalir, jantung sudah tidak berdetak dan organ tubuh sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya."Wiwid. Kenapa kamu pergi secepat ini? Mbak sayang kamu, Wid," seru Mbak Ranti sambil memeluk Mbak Ranti yang matanya sudah tertutup rapat."Sabar, Mbak. Ikhlaskan kepergian Mbak Wiwid." Aku mengusap pundak Mbak Ranti dengan lembut.Kami kembali terdiam, larut dakam pikiran masing-masing. Bagaimana dengan ibu? Ibu pasti shock jika mengetahui kenyataan ini, p

  • DIKIRA MISKIN   85. Bab 85

    DIKIRA MISKIN 85"Bagaimana, Yud? Apakah kamu berhasil menemui Ajun dan mengancamnya?" tanya Mbak Ranti. Mas Yudi baru saja pulang dari menjalankan misi yang diminta wanita yang akan segera menikah itu."Tidak," jawab Mas Yudi. Tanganya meraih gelas di hadapannya dan segera meminum habis minuman yang tersaji di meja."Maksudmu tidak, apa?" tanya Mbak Ranti dengan dahi mengernyit."Aku tidak berhasil menemui Ajun karena ternyata dia sudah pisah dengan Elvira," kata Mas Yudi."Apa?" "Tadi aku ke rumah Elvira. Awalnya dia marah-marah padaku, dia bilang aku tidak becus menjaga kakak sehingga Mbak Wiwid berbuat nekat. Pusing aku, Mbak Wiwid yang berbuat, aku harus ikut menanggung akibat." Mas Yudi mengusap pelipisnya. Aku segera duduk di sampingnya dan memberikan sentuhan hangat."Terus Ajun sekarang tinggal di mana?" tanya Mbak Ranti. "Mana aku tahu, Mbak. Intinya Mbak tidak perlu khawatir, jika menikah dengan Fikar, Ajun tidak akan ada di sana. Keluarganya tidak akan tahu kalau Mbak Ra

  • DIKIRA MISKIN   84. Bab 84

    DIKIRA MISKIN 84"Pokoknya aku tidak mau punya kakak ipar dari keluarga Atmaja." Mbak Wiwid masih saja cemberut, sementara Mbak Ranti sudah pergi membawa rasa jengkel."Aku sudah merestui hubungan mereka. Orangtuanya juga sudah datang melamar dan kita tinggal menentukan tanggal untuk melangsungkan acara pernikahan," ucap Ibu."Aku akan menggagalkan pernikahan mereka. Bagaimanapun caranya." Tangan kurus Mbak Wiwid mengepal."Bagaimana caranya, Mbak, kan ada di sini? Sakit lagi," tanya Mas Yudi."Aku akan mati dan arwahku akan gentayangan, kemudian mengganggu Mbak Ranti dan Mas Fikar sehingga mereka tidak akan bisa hidup tenang dan pernikahan pun gagal. Aku yang sudah berada di alam lain akan tertawa saat melihat Mbak Ranti menangis karena gagal nikah dengan lelaki kaya." Mbak Wiwid tersenyum puas. Ia pasti sedang membayangkan kalau menjadi arwah penasaran itu menyenangkan. "Suatu pemikiran yang konyol. Memangnya ada arwah penasaran? Mbak Wiwid ini korban film horror kayaknya. Tidak ad

  • DIKIRA MISKIN   83. Bab 83

    DIKIRA MISKIN 83Kami saling berpandangan saat Mbak Ranti bilang nama calon suaminya sama dengan yang dibilang Mbak Wiwid. Apa mungkin hanya namanya saja yang sama? Atau memang yang mereka maksud itu orang yang sama? Kenapa bisa kebetulan banget begitu?"Kamu kenal dengan lelaki yang bernama Zulfikar Atmaja?" Bukan hanya aku yang penasaran, Mas Yudi juga."Kalau Zulfikar Atmaja, aku kenal, tapi entah dia yang kumaksud atau orang lain. Mungkin hanya namanya yang sama, kan?" Mbak Wiwid tersenyum."Ya, mungkin hanya namanya yang kebetulan sama. Dia seorang manager di sebuah perusahaan bonafit. Dia sering datang ke resto-ku," jelas Mas Yudi. Pernyataannya menjawab rasa penasaranku."Oh." Mbak Siwid hanya ber 'oh' ria dan tidak bertanya lagi."Kamu yakin tidak mau kusewakan pengacara agar masa tahanan kamu bisa berkurang, Mbak?" tanya Mas Yudi mengalihkan pembicaraan."Iya, aku mau di sini sampai masa tahananku habis sambil memperbaiki diri. Lagi pula aku juga tidak mau utangku semakin me

  • DIKIRA MISKIN   82. Bab 82

    DIKIRA MISKIN 82Rifki histeris melihat kondisi mamanya, pun dengan kami. Apalagi Ibu, ia bahkan sampai gemetar melihat anak yang selama ini ia manja dan ia rindukan sedang mengalami masa kritis.Ibu terus melantunkan istigfar. Tangannya mengusap lengan Mbak Wiwid."Ya Allah, sembuhkanlah anakku, berilah ia kesempatan untuk memperbaiki diri. Kami sudah memaafkan kesalahannya," ucap Ibu tulus.Mata Mbak Wiwid yang awalnya melotot dan seperti menahan sakit, tiba-tiba terpejam dan tubuhnya mendadak lemas setelah beberapa saat sebelumnya terlihat kaku."Kenapa dengan anak saya, Dok? Dia akan baik-baik saja, kan?" Ibu panik."Tenang, Bu. Pasien hanya pingsan," jawab Dokter Rudy."Dokter tidak bohong, kan? Anak saya tidak mati, kan?" tanya Ibu lagi seraya memeluk Mbak Wiwid yang mata kini sudah terpejam. Aku melihat ada seukir senyum di bibirnya.Mbak Wiwid masih hidup, terlihat dengan jelas dadanya masih naik turun. Saat tanganku mendekat di lubang hidung, masih ada embusan napas di sana.

  • DIKIRA MISKIN   81. Bab 81

    DIKIRA MISKIN 81"Ada apa, Yud?" Ibu meletakkan sendok dan menatap Mas Yudi dengan nada khawatir."Enggak tahu, Bu. Kita hanya diminta untuk datang menjenguk Mbak Wiwid," jawab Mas Yudi."Ya Allah, apa yang terjadi dengan anakku itu?" "Maafkan aku, Bu. Seharusnya sudah sejak tadi kalian menjenguk Wiwid, tapi gara-gara acara ini, jadi tertiuda hingga harus di telepon lagi," ucap Mbak Ranti seraya menggigit bibir bawah."Ini bukan salah kamu, Nak. Berdo'a saja agar Wiwid tidak apa-apa." Ibu berusaha tersenyum meski aku yakin hatinya perih membayangkan hal buruk yang terjadi dengan anaknya yang ada di dalam penjara. Ya, semarah-marahnya seorang Ibu, ia tidak mungkin menginginkan hal buruk menimpa anaknya."Ibu sudah memaafkan Mbak Wiwid, kan? Ikhlaskan dia Bu, agar Allah mengampuni dosanya," ucapku seraya mengusap pundak Ibu."Innalillah, memangnya Wiwid is dead," ucap Mbak Ranti dengan nada tinggi, matanya melotot kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan."Siapa yang bilang?" tany

  • DIKIRA MISKIN   80. Bab 80

    DIKIRA MISKIN 80Aku dan Mbak Ranti yang baru saja selesai memasak untuk persiapan nanti malam terkejut dengan kedatangan Mas Yudi dan teriakan ibu."Kita harus menjenguk Wiwid. Pantas saja beberapa hari ini perasaanku tidak enak. Tidur juga sering mimpi buruk. Apa ini ada hubungannya dengannya yang sakit parah itu?" kata ibu.Aku dan Mbak Ranti saling berpandangan. Kulihat aneka makanan yang sudah siap untuk acara istimewa nanti. Jika ibu dan Mas Yudi menjenguk Mbak Wiwid, bagaimana dengan acara ini?"Bu," ucap Mbak Ranti seraya mengusap tangan ibu."Kamu tidak usah khawatir, Ran. Ibu akan menjenguk Wiwid, tetapi tidak sekarang karena ini hari istimewa yang kamu tunggu dan tidak mungkin dibatalkan," ucap ibu tersenyum."Kalau Ibu mau jenguk Wiwid, aku juga tidak akan protes kok, Bu. Aku tahu, dari dulu Wiwid memang selalu yang diutamakan karena ia adalah anak emasnya Ibu dan Bapak," ucap Mbak Ranti menunduk.Ya, meski aku tidak bersama mereka dari kecil, tetapi aku tahu, Mbak Wiwid s

  • DIKIRA MISKIN   79. Bab 79

    DIKIRA MISKIN 79Ibu berjalan keluar ruangan dan Wiwid berusaha mengejarnya, tetapi seorang petugas menahannya. Ibu sudah tidak menggubris Wiwid lagi. Mungkin ibu sudah terlanjur kecewa."Ibu, maafkan aku!" Mbak Wiwid meronta dalam cekalan tangan seorang petugas, tetapi ibu sudah tidak peduli lagi. Ibu malah semakin mempercepat langkahnya. Ia memilih masuk mobil dan menguncinya rapat-rapat.Aku dan Rifki menyusul ibu ke dalam mobil. Sementara Mas Yudi membuat laporan mengenai Mas Wahyu yang telah menganiaya Rifki. Semoga prosesnya cepat sehingga ia segera mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya."Tik," ucap ibu seraya memelukku erat, air matanya terus bercucuran. Bahunya terguncang."Alhamdulilah, laporan kita sudah dalam proses. Polisi akan segera mencari keberadaan Mas Wahyu. Setelah ini ia tidak akan hidup tenang lagi. Ke manapun ia pergi , polisi pasti akan menemukannya. Meski masuk ke lubang semut sekalipun," kata Mas Yudi."Ya, orang jahat memang harus mendapat bal

DMCA.com Protection Status