Klunting klunting klunting!!!Terdengar hp ku fari tadi berbunyi karena banyak nya pesan yang masuk kedalam hp. Kembali ku ambil hp ku dan melihat dari siapa lagi pesan-pesan itu dikirimDan ternyata, pesan itu dari para pegawai staff dikantorku. Semua mengucapkan selamat atas kehamilan ku. Tapi ucapan yang mereka berikan seperti begitu tulus, tidak seperti pesan yang sebelum-sebelumnya sudah ku baca."Ma... Nih buah kedondongnya!" Ucap Mas Ferdi yang kini masuk ke kamar sambil meneteng buah pesanan ku."Sini Le, biar Bunda kupas. Kamu tunggu Dina aja.""Iya Bunda, makasih ya!"."Mau dibuatin bumbu rujaknya juga gak Nduk?" Tanya Mami yang paham dengan keinginan ku.Aku hanya nyengir karena takut tak diperbolehkan."Sudah, gak papa. Mami buatin g pedes kok bumbu rujak nya.""Makasih ya Mi...!""Iya sama-sama. Kalau gitu kami berdua keluar kamar dulu."Mami dan Bunda pun berlalu tinggal aku dan Mas Ferdi yang ada didalam kamar. Padahal dirumah juga sudah ada Bik Titin, mereka tinggal mi
Hari ini, tepat dua bulan kehamilan ku. Aku sedikit merasakan kesusahan akibat kurangnya asupan yang bisa masuk kedalam perutku.Hanya makanan dan minuman tertentu saja yang bisa masuk. Kadang, saat aku memaksakan untuk memakan atau meminumnya, beberapa saat kemudian pasti bakal aku muntahkan.Sampai-sampai pekerjaan ku kini kembali diambil alih oleh Papi. Karena Papi tak tega melihat ku yang terlihat lemah dan aku hanya lebih banyak waktu diatas kasur."Sayang, kita periksa aja ya! Papa kuatir banget nih, wajah Mama oucat sekali." Ucap Mas Ferdi yang habis melihatku kembali memuntahkan isi perut."Mama takut kalau disuruh opname Pa, Papa tau sendirikan kalau Mama takut iinfus." Jelasku yang sudah takut duluan membayangkan kala memdapat suntikan ditubuhku.Iiiiu mengerikan, membayangkan saja membuat bulu kuduk ku merinding."Enggak Ma, kita cuman periksa aja. Bismillah gak sampai opname kok. Kita minta vitamin aja. Mama mau ya!"Mas Ferdi nampak memohon padaku, dia menggenggam erat ta
Mereka semua langsung terdiam mendengar ucapan Mas Ferdi. Nampak dari raut muka mereka, terlihat takut."Maaf ya Pak Ferdi, jangan dibawa emosi. Maklum, namanya juga Ibu-ibu. Jadi mulutnya sedikit bocor." Bela Bu Rusmi.Mas Ferdi menghela napas panjang. Sebenarnya dia juga gak suka berhadapan dengan Ibu-ibu. Tapi mau bagaimana lagi, ucapan mereka memang sangat keterlaluan."Bukan begitu Bu Rusmi, harusnya ucapan bisa dijaga. Apalagi, kalian ini sudah berumurm yang pasti bisa membedakan mana ucapan yang benar, dan mana ucapan yang salah.""Saya dan istri saya heran, padahal selama saya disini, saya sama sekali tak pernah mengganggu ataupun menyenggol siapapun. Tapi kenapa kalian nampak tak suka?""Kalian semua baru nampak manis saat tau bahwa kami seorang miliyarder." Jelas Mas Ferdi panjang lebar.Mereka tetap diam, tak ada satupun yang bersuara. Tak seperti tadiz mereka sibuk mencibirku. Padahal, aku sendiri juga tak menginginkan hal ini terjadi.Aku juga ingin, selama hamil menjadi
Setelah beberapa hari opname, akhirnya aku diperbolehkan untuk pulang. Mas Ferdi memutuskan agar aku kembali pulang kerumah.Aku pun menyetujui keinginan Mas Ferdi dan meninggalkan Bik Titin dirumah sendiri untuk beberapa bulan ini. Bik Titinlah yang membantu kami berdua untuk membereskan beberapa baju yang akan aku bawa kembali kerumah."Bik, kita peegi dulu ya. Kalau ada apa-ap jangan sungkan untuk menghubungi sata ataupun Mas Ferdi." Pamit ku pada Bik Titin sebelum pergi"Iya Bu, duuh Bibik kok jadi melow gini ya Bu, mau ditinggal Ibu!""Hahahaha besok tujuh bulanan aja ya Bibik kesana. Sekarang Bibik jaga rumah dulu.""Baik Bu... Bu Dina sehat-sehat disana ya!" Aku dan Bik Titin pun berpelukan. Karena aku sudah menganggapnya seperti saudara ku sendiri."Yasudah, kalau gitu kami berangkat dulu ya Bik?" Ucap Mas Ferdi membuatku melepaskan pelukan ke Bik Titin"Iya Pak, hati-hati dijalan ya. Semoga sampai tujuan dengan selamat." Bik Titin menyeka air mata yang sudah keluar dari pel
seminggu sebelum acara, aku memang sengaja meminta Bik Titin untuk mencatat nama tetangga baru ku yang akan ikut kemari, merayakan acara syukuran tujuh bulanan kehamilan ku."Totalnya dua puluh tujuh orang ya Bu yang mai ikut!" "Iya Bik, makasih ya... Oh ya, nanti kabarin kemereka ya, nanti kesininya naik elf aja.""Maksut Bu Dina gimana ya Bu, hehehe maaf Bibik nggak paham.""Gini Bik, besok waktu acara, aku sewain elf buat antar itu Ibu-Ibu kesini. Jadi gak usah susah-susah bawa mobil sendiri." Jelasku"Masyaallah, seriusan ini Bu... Duuh Bu Dina baik banget sih, masih mau-maunya aja ngebaikin mereka yang jahat.""Uda, gak papa Bik. Lagian juga ini semua berkat mereka, akhirnya aku bisa hamil waktu disana. Karena mungkin waktu disana, aku terdholimi. Makanya doa ku terkabul. Hahaha." Tawa ku disela canda."Hahaha Bu Dina bisa aja. Tapi kalau dipikir-pikir bener juga ya Bu!""Hmmm... Oh ya, Bibik kesininya sekalian bareng mereka aja ya. Soalnya nanti aku juga ajak empat orang staff
Aku meminta Bik Asih mengajaknya kekamar tamu untuk berganti pakaian. Karena hari juga sudah mau menjelang maghrib. Dan acara pengajian tujuh bulanan mau diadakan."Bik, tolong ambilkan baju Bibik ya... pinjamkan sama Bu Fitri." Ucapku saat kita bertiga sudah ada didalam kamar."Huhuhu Bu Din, saya pakek baju Bu Din ya! Pinjem baju yang bagusan dikit.""Masa' iya saya pakek baju pembantu, gengsi dong saya!"Aku hanya bisa menelan saliva mendengar ucapan Bu Fitri."Dasar orang gak tau diri, bisanya malah merepotkan saja!" Gerutuku dalam hati"Bu, meskipun saya hanya pembantu disini, baju-baju saya malah lebih mahal ketimbang baju butut yang Ibu pakek ini!" Cebik Bik Asih yang tak terima atas hinaan Bu Fitri."Heee ya mana ada, baju orang miskin kayak kamu lebih mahal dari baju saya yang orang kaya?" Tanya nya"Lagian kamu dapet uang dari mana buat beli baju mahal? Pasti kamu nyuri ya dirumah ini?" Aku dan Bik Asih sama-sama mendelik kearah Bu Fitri. Bisa-bisanya dia memfitnah orang se
Pov Bu Fitri"Pa, ayo berangkat... Nanti kita telat lo!"Kulihat Mas Aldo yang masih nampak santai memainkan hp nya. Padahal aku sudah bersiap dari tadi. Seketika rasa jengkel terhadap Mas Aldo merasuki hati dan jiwaku."Kamu aja yang berangkat Ma, Papa mau kerja.""Mesti deh, tiap kali diajak kontrol gak pernah mau. Katanya pingin punya anak, tapi gak mau usaha. Masa' tiap periksa cuman aku aja yang datang. Dipikirnya aku aja apa yang bermasalah!" Gerutuku bersungut-sungut"Iya iya, orang kok bisanya ngomeeel aja..." Akhirnya dia pun beranjak dari sofa.Begitulah Mas Aldo, setiap kali diajak konsultasi masalah ini, dia selalu saja menolak. Aku sampai jengah jika ingin mengajaknya periksa.Dengan langkah malas dan gontai, Mas Aldo akhirnya menuruti perkataan ku.Dia pun masuk kedalam kamar berganti pakaian dan mengambil kunci mobil. Sedangkan aku menunggunya diruang tamu.Ketika dia keluar, aku pun mengekorinya dan masuk kedalam mobil. Mas Aldo lantas menyalakan mesin mobil, memanaska
Hari ini tepat hpl ku. Tapi aku belum juga mendapatkan tanda-tanda melahirkan. Kini diriku mulai dilanda rasa gelisah.Bahkan sempat terfikir untuk ku melakukan operasi sesar. Karena takutnya terjadi hal yang tak diinginkan. Takut jika dia keracunan air ketuban, atau pun air ketuban rembes dan habis."Kita periksa lagi yuk Pa. Mama kok ngerasa galau gini." Tukasku."Sabar Ma, kamu cuman terbawa suasana aja. Rileks ya!" Jawab Mas Ferci yang memeluk ku, agar aku merasa sedikit lebih tenang.Tak lupa dia memberikan kecupan sayang dipucuk kepalaku Dua hari berlalu, aku masih belum juga mendapatkan tanda-tanda melahirkan. Aku pun mengajak Mas Ferdi untuk kontrol. Rasa khawatirku begitu besar merasuki jiwa."Pa, pokoknya sekarang kita kontrol. Bawa sekarang tas nya." Ucapku tegas pada Mas ferdi yang akhirnya menuruti keinginan ku.Kita berdua pun berangkat ke rumah sakit sambil membawa perlengkapan yang sudah jauh hari ku persiapkan demi menyambut buah hati tercinta kami.Sambil menunggu n
Setelah membereskan semua pakaian, akhirnya aku bisa ber istirahat bersama dengan Mas Ferdi. Apalagi, nanti malam aku sudah ada janji untuk keluar dengan AnanditaAku pun menikmati kegiatan ku dirumah ku sendiri. Hingga malam pun tiba, dan Anandita menjemputku setelah sholat maghrib."Yuk mbak, kita berangkat." Ajak Adik iparku ini "Jangan malem-malem pulangnya Dit! Kasian ponakan mu!" Tukas Mas Ferdi"Iya iya Mas, aku janji. Paling malam juga jam sembilan.""Yasudah kalau gitu." Jawab Mas Ferdi pasrah."Yuuk Mbak." Ajak ya lagi padaku"Iya Dit." Kami bertiga pun akhirnya berangkat, karena aku memang sengaja mengajak Bik Titin untuk menjaga putraku.Anandita pun langsung menancapkan gas ke butik langganan nya. Sesampainya disana, dia langsung bertemu dengan pemilik butik yang juga ku kenal. Karena memang kami sering memesan kebaya disini, termasuk saat pesta ulang tahun Papa mertua dan waktu syukuran kelahiran ArshakaSetelah mereka berbasa-basi, Anandita menyampaikan maksutnya, san
"uda beres semua kan Ma?" Tanya Mas Ferdi saat kami berdua sedang rebahan didalam kamar sambil menonton tv."Kayak nya uda semua kok Pa.""Kok kayak nya? Yang pasti dong Ma?" Aku hanya diam tak menjawab ucapan Mas Ferdi. Dan sibuk berbalas pesan dengan Anandita "Ma...?" Tanya Mas Ferdi lagi sambil sedikit mengguncang tubuhku"Eh iya Pa? Apa lagi?" Tanya ku balik."Huh, diajak suami ngomong malah dicuekin. Lagi WA an sama siapa sih?"Kini ganti Mas Ferdi yang merajuk padaku."Bukan nyuekin Pa, ini loh Mama lagi balas pesan Anandita!" Jawabku sambil menyodorkan hp didepan muka Mas Ferdi."Ngapain tuh anak, galau?"Deg-deg an sih lebih tepatnya. Maklum, namanya wanita mau lamaran uda pasti gugup dong Pa.""Emang Mama dulu juga gitu?" Tanya Mas Ferdi lagi, lama-lama dia mirip detektif aja.Aku hanya mengangguk tanpa memalingkan muka yang masih menghadap layar hp, membalas pesan dari adik iparku ini."Oh ya Pa, besok kita berangkat pagi ya. Soalnya Dita ngajak Mama belanja baju buat lam
Sebuah mobil kini berganti berhenti didepan rumah ku. Ternyata hari ini kami kedatangan Bunda dan Papa mertua. Karena memang sudah hampir sebulan mereka belum bertemu dengan cucu mereka satu-satunya.Kedatangan mereka juga secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Bruak!!! Bunda dan Papa pun keluar dari mobil. Dan langsung menghampiriku yang masih menggendong Arshaka didepan rumah."Assalamualaikum sayaaang!!!" Salam Bunda"Waalaikumsalam Bunda, Papa. Kok tumben kesini gak bilang-bilang dulu." Tanya ku yang langsung menyalami tangan Bunda dan Papa."Iya Din, kedatangan kami kesini memang ada perlunya. Sekalian mau jenguk cucu Opa yang ganteng ini. Kangen, uda lama gak ketemu." Jelas Papa membuat ku jadi kepo"Perlu apa ya Pa?" "Kita bicara didalam aja ya. Masa' kami enggak dipersilahkan masuk dulu?" Jawab BundaAstagaaa, aku sampai lupa saking keponya. Sampai-sampai aku tak mempersilahkan mereka untuk masuk."Ya Allah, maaf Bun, Pa, Dina sampai lupa. Mari masuk dulu..." Aku pun meri
Hari ini sengaja aku meminta tolong pada Bik Titin untuk berkemas. Karena besok aku sudah harus pindah dari sini.Ada rasa lega sekaligus berat dalam hati. Walaupun mereka termasuk tetangga super resek, tapi aku begitu menikmati sensasinya. Karena tetangga dikomplek perumahan ku sendiri, tak ada yang seperti ini.Maklum, rata-rata mereka memang seorang pegusaha. Alhasil, mereka juga harang sekali berada dirumah. Mereka sibuk mengelola bisnis, atau sekedar jalan-jalan menghabiskan uang mereka keluar negeri."Jangan sampek ada yang tertinggal ya Bik.""Siap Bu."Sehabis menidurkan putraku, aku juga ikut membantu Bik Titin berkemas. Untung saja saat aku menyewa rumah ini, semua perabotan rumah sudah terisi. Jadi aku hanya tinggal membawa pakaian saja.Meskipun ada yang ku beli, itu pun juga hanya sekedar perintilan kecil yang tak seberapa. Dan memang berniat aku tinggalkan disini.Karena merasa kasian dengan Bibik Titin yang nampak kelelahan, aku pun memutuskan untuk memesan makanan mela
Sore harinya, Mas Ferdi pun mengajak kami untuk jalan-jalan ke mall terdekat didaerah ku. Dengan senang hati, aku pun mengiyakan.Karena memang sudah hampir beberapa bulan semenjak kehamilan ku, kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan."Bik, uda selesai kan gantinya?""Sudah Bu." Jawab Bik Titin seraya mendekatiku."Yasudah, gantiin baju Arshaka sekalian ya. Aku mau ganti baju dulu." "Ooh iya Bu!" "Sini anak ganteng, sama Bibik dulu ya. Mama mau ganti baju dulu." Ucap Bik Tin saat mengajak ngobrol si bayi Putra ku pun merespon nya dengan tersenyum dan menggerak kan badan nya ke girangan. Sedangkan aku langsung berlalu masuk kedalam kamar, menyusul Mas Ferdi yang sudah siap dan terlihat sangat menawan.Mungkin jika wanita lain melihat Mas Ferdi, mereka akan menganggap Mas Ferdi ini masih lajang. Akibat baby face nya yang menggemaskan, membuat nya nampak awet muda.Berbeda dengan ku kini yang bertubuh semakin melar setelah melahirkan, ditambah saat ini sedang
Tok tok tok!!!"Biar aku aja yang buka Bik! Itu paati Mas Ferdi." Ucap ku sumringah"Ooh iya Bu..."Aku yang sedang sibuk didapur pun langsung berlalu keruang tamu ingin membuka kan pintu. Karena sudah jelas, jika yang datang kali ini Mas Ferdi.Langsung saja ku buka pintu rumah dengan perasaan bahagia"Selamat datang Pa!!!" Ucapku sambil tersenyumTapi begitu terkejutnya aku, kala melihat BuSri lah yang malah berdiri didepan pintu rumah ku sambil melipat tanganya"Lah, kok Bu Sri." Batinku"Pagi Bu Din!" Ucapnya sedikit emosi"Iya, pagi juga. Ada apa ya Bu?" Tanya ku pura-pura tak tau.Padahal aku mah paham. Jika orang ini pasti ingin bertanya tentang tragedi nasi basi kemarin."Saya cuman mau tanya aja. Kok bisa-bisanya sih Bu Din ngasih saya nasi basi. Emang kamu gak mampu ya ngasih saya makanan layak!" Ucapnya sewot membuat ku seketika terbahak.Astaga, ni orang apa gak pernah sadar diri ya. Bisa-bisa malah playing victim. Dasar orang otak kurang se-ons."Teruuuus!!!" Ucapku tak k
Adzan isya' pun berkumandang kala aku sudah bersantai dirumah. Kembali ku teguk teh hangat yang sudah sedikit mendingin. "Gimana Bu?" Tanya Bik Titin kepo sambil mendekatiku"Berees Bik!" Kuacungkan jempol kearah Bik Titin yang tersenyum sumringah"Tinggal nunggu keheboan aja nih ceritanya. Hihihi" Kami berdua pun akhirnya terbahak kala membayangkan ekspresi Bu Sri yang saat ini mungkin terhina sama seperti ku tadi malam.Sudah mendapatkan paling akhir, eeh taunya basi. Kan asem banget pastinya.Hmmmng!!!Suara deru mobil Alex terdengar didepan rumah. Aku pun bangkit dari tempat duduk ku, dan mengintip dibalik jendela kamar.Ternyata Alex tak mau mampir. Dan terlihat wajah Anandita yang nampak sebal. Mungkin pembicaraan mereka hari ini tak berjalan baik.Aku pun melihat Anandita yang turun dari mobil dengan wajah cemberut. Bahkan, dia sampai sedikit membanting pintu mobil kala menutupnyaKadang aku juga merasa iba dengan adik iparku ini, usianya juga terbilang sudah cukup matang unt
Kuletak kan berkat pemberian Bu Sri diatas meja. Dengan cepat, Anandita melihatnya. Tapi gerakan tangan nya seketika berhenti. Dan kulihat dia sedang mengendus makanan."Kamu kenapa Dit?" Tanya ku heran melihat tingkahnya"Kayak nya nasinya basi deh Mbak!""Masa' sih! Gak mungkin lah Dit. Kan acaranya juga barusan. Mana mungkin basi."Bik Titin pun langsung mengecek nasi nya. "Iya Bu, ini basi."Astaghfirullah, keterlaluan sekali mereka. Bisa-bisanya memberikan kami makanan busuk."Kurang ajar banget sih Mbak mereka ini. Kita harus balas perbuatan mereka Mbak." Nampak Anandita berapi-api"Iya Dit, disabar-sabari malah gak tau terimakasih." Aku pun ikut tersulut emosi. Bagaimana mungkin, kami memakan makanan basi. Bahkan, orang tak punya sekalipun juga akan menolak untuk memakan nya.Kepindahan ku dari kontrakan ini juga hanya dua bulan lagi. Kalau aku tak segera membalasnya, nanti keburu tak ada lagi kesempatan membalas perlakuan mereka.Kuambil hp yang masih tergeletak diatas kasur
Suara alunan lagu religi terdengar menggema digang sekitaran rumah ku. Ya sudah tentu pastinya, suara itu berasal dari rumah Bu Sri yang mengadakan syukuran atas bebasnya Viona dari penjara.Aku pun juga tak merasa keberatan, kala mereka tak mengundang ku untuk datang. Toh juga gak ada untungnya buat ku jika aku kesana."Berisik banget ya Mbak, suara soundnya?" Ucap Anandita yang nampak sedikit gusar kala mendengar dentuman dari sound yang berbunyi."Udah gak papa, namanya juga orang lagi bahagia Dit. Biarin aja, membuat orang bahagia juga dapat pahala lo!" "Hmmm, iya juga sih Mbak."Aku mengajak Anandita dan Bik Titin untuk berkumpul diruang keluarga. Sambil menonton drakor kesukaan Anandita.Aku yang memang ta seberapa suka, hanya ikut duduk menemani sambil berbalas pesan dengan Mas Ferdi. Baru dua hari ditinggal, aku sudah merasakan rindu yang membuncah.Drrrt... Drrrt... Dddrttt...Hp ku bergetar kala Mas Ferdi menelponku dengan vidio call. Dengan sigap, aku mengangkat panggilan