*****"Hahahah rasalin lo!" Gelitik ku dalam hati.Acara berlangsung hingga pukul sebelas malam, dan setelah semua selesai kami bersama-sama pulang kerumah dalam keadaan lelah namun bahagia.Apalagi Papa mertua yang sedari tadi mengulum senyum karena beliau memang tak menyangka jika acara ulang tahun diumur beliau yang sudah mencapai setengah abad ini begitu meriah dengan berbagai macam kado pemberian dari rekan dan relasinya yang tentu nya berisi kado-kado mewah.Sesuai juga dengan jamuan yang kami berikan tadi. Lagian untuk mereka, memberi kado mewah untuk Papa juga bukan hal yang berat. Karena memang mereka semua kalangan orang berduit.Sesampainya dirumah, masih ada kejutan kecil dari Bunda untuk Papa. Ada kue kecil yang memang disiapkan Bunda untuk Papa tiup dirumah.Biar lebih intim mungkin ya, karena hanya dilakukan bersama keluarga."Terimakasih sayang ku, juga anak-anak ku untuk semua kejutan ini." Kulihat bulir-bulir air mata bahagia tersemat dipelupuk mata Papa yang sedang
Yuuuk ikuti terus cerita ini, dan jangan lupa tinggalkan like dan komen ya. Dan jangn lupa juga untuk subscribe ceritaku yang lainya...Terimaksih dan selamat membaca...****Seusai kegiatanku dengan Mas Ferdi dikantor, aku memutuskan untuk langsung pulang kerumah dan istirahat. Apalagi ini sudah sore hari."Pulang aja ya Pa. Badan Mama uda capek semua.""Gak cari makan dulu?" Tanya nya"Gak usah deh Pa, paling juga Bik Titin masak.""Oke Ma."Kita berdua pun berjalan kedepan lobby kantor menunggu Pak Joko karena memang dialah yang akan mengantarkan kita pulang.Setelah mobil tepat berada diluar kantor, aku dan Mas Ferdi langsung berjalan menghampiri Pak Joko yang sudah membuka kan pintu mobil untuk kita berdua."Sore Pak, Bu..!" Sapanya"Iya sore juga Pak. Langsung pulang kerumah ya." Ucap Mas Ferdi memberi tau "Siap Pak." Pak joko membungkuk kan sedikit badanya dan menutup pintu, lalu berlari kecil menuju kemudi.Dan melajukan mobil menuju rumah yang hanya memerlukan waktu kurang
****Pov Viona"Ma... Mama!" Teriak ku saat mencari Mama"Apa sih Vio, dirumah teriak-teriak, kayak dihutan aja. Ada apa sih!" Ucap Mama yang nampak gusar "Hehehe iya maaf, lagian reflek saking bahagianya Ma." Ucapku berbinar"Bahagia? Bahagia kenapa?" Mama masih nampak bingung dengan ucapanku."Ma, akhirnya Vii keterima kerja di Pt.BAJA KARYA Ma. Dan besok Vio uda mulai masuk." Ucapku bahagia sambil menggenggam tangan Mama."Alhamdulillah ya Nduk, gak sia-sia Mama kuliahin kamu di London, akhirnya kamu sekarang bisa kerja PT. BAJA KARYA." Ucapanjumawa sambil menepuk pelan bahuku setelah acara interview selesai.Aku sendiri juga tak menyangka jika akhirnya aku bisa mendapatkan perkerjaan disana. Ku kira, kerja disana persyaratanya sangat sulit. Ternyata, cuman ecek-ecek."Besok kalau aku sudah gajian, kita makan-makan ya Ma. Sekalian kita jalan-jalan luar kota."Mama yang mendengar ucapanku langsung tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan gigi Mama yang mulai menguning disana
Pov VionaDdrrrt... Dddrrttt... Ddrrtt...Saat aku mulai sibuk dengan pekerjaaku, kembali gawaiku bergetar karena pesan masuk. Aku yang sedari awal sudah bosan, iseng-iseng mengecek pesan tersebut.Ternyata pesan itu berasal dari Anandita, seorang pengusaha muda yang ku kenal saat aku kuliah diLondon, berkat si Karin. Aku sangat suka dengan nya, selain dia cantikz kaya, juga sangat loyal.[Besok Papa aku ultah Rin, besok elo dateng ya!]"Ha, Rin!... Berarti sebenarnya ini pesan pribadi dong, jangan-jangan si Anandita ini salah nulis disini." PikirkuKarena memang grup ini hanya berisi kan tiga orang saja. Aku, Karin dan juga Anandita. Sial, berarti memang si Anandita tak menganggapku. Tak papa lah, aku harus selangkah lebih maju. Langsung saja kubalas pesan darinya, bahwa aku juga ingin ke pesta orang-orang kaya. Masa' bodoh lah dianggap tak tau malu. Yang penting aku bisa ikut ke pesta[Waaah selamat ya Dit, btw jam berapa nih acara ulayahnya?]Langsung kukirim balasan pesan ku. Be
Setelah mendapat kabar dari Bu Rusmi, bahwa hari kamis aku mendapatkan giliran pengajian rutin, aku sudah mempersiapkanya.Aku memesan kue ditoko holl*nd dan juga tumini dilangganan Andin. Karena aku tak seberapa paham untuk soal nasi disini.Aku sengaja memilih roti yang sedikit mahal dan tumpeng dengan irisan daging rendang yang besar.Tak masalah lah, kalau aku mengeluarkan bajet sedikit besar untuk tiga puluh orang tetanggaku.Tak lupa, aku juga memesan makanan katering untuk jamuan saat istirahat. Semua sudah ku persiapkan dengan sangat matang"Masyaallah Bu, hampers dari ibu buat pengajian ini benar-benar mewah sekali. Kalau didesa saya mah, cuman sekotak roti. Paling-paling isinya juga donat dua ribuan." Ucap Bik Titin polos"Pasti nih ya Bu, mereka bakal tambah jantungan melihat semua ini. Akhirnya orang yang selama ini mereka hina miskin, ternyata miliyarder yan baik hati."Aku yang mendengarnya langsung terbahak. Bisa-bisanya Bik Titin berpikiran seperti yang ku pikirkan. Bu
Melihat ekspresi mereka membuat aku ingin sekali tertawa terbahak. Bahkan sampai ingin guling-guling. Tapi tak mungkin juga, karena disini banyak orang.Akupun juga harus jaga image dong, sebagai orang berada dan berpendidikan. Tapi aku tetap saja geli melihat mereka.Acara pengajian pun selesai, tak lupa juga aku memberikan hampers untuk mereka semua. Lagi-lagi mereka ternganga melihat nya. Karena bagi mereka, hampers yang ku beri sangat lah istimewa.Berbeda dengan hampers yang mereka terima setiap pengajian rutin dirumah Ibu-ibu komplek sini.Bahkan sampai saat bersalaman, mereka tak henti-hentinya menanyai ku tentang perihal ini. "Ya Allah Bu Din, kenapa gak bilang sih kalau ternyata Bu Dina ini orang yang kaya raya.""Duuuh gak nyangka ya, punya tetangga yang super duper kaya.""Kok mau sih Bu Din, tinggal di kontrakan kayak gini. Padahal kan Bu Dina orang kaya!""Bu, tolong masukan anak saya ke perusahaan Ibu dong, pas dia lulus kuliah nanti.""Waduuh Bu Dina, uda cantik, pinta
Seharian aku mereasakan pusing bahkan kali inu aku mulai merasa sedikit mual. Untung saja hari ini aku bilang ke Andin untuk beberapa hari ini aku tak bakal ke kantor.Kalaupun ada hal yang sangat mendesak, Mas Ferdi yang bakal kesana."Hoek, hoek..." Uuuh mual ini sungguh menyiksaku. Aku dari tadi tak hneti-hentinya bolak balik wastafel hanya untuk memuntahkan air. Mau makan pun tak selera. Apa aku hamil ya?Tapi aku baru telat tiga hari ini. Mana mungkin juga aku hamil. Dulu aku yang hampir telat sepuluh hari saja ternyata enggak hamil. Hanya siklus menstruasi ku saja yang memang terganggu.Bik Titin yang mengetahui bahwa aku, menyarankan aku untuk ke dokter saja. Karena memang, Mas Ferdi aku suruh membeli roti dan buah-buahan. Karena kaalu keiisi nasi, perutku seakan menolaknya "Bu, sebaiknya Ibu ke dokter saja. Soalnya menurut saya Ibu itu hamil.""Masa' sih Bik! Dulu aku juga pernah kayak gini. Malah telat uda sepuluh hari. Eeh ternyata gak hamil, kan kecewa banget Bik." Ratap
Seusai pulang dari rumah sakit, Mas Ferdi langsung mengabari Bunda, begitupula aku yang langsung menelpon Mami.Tampak sekali mereka begitu bahagi dan antusias. Hingga tanpa berlama-lama, mereka pun datang kerumah."Alhamdulillah ya sayang, akhirnya kamu hamil juga. Mami seneng banget dengernya." Mami nampak terharu sampai-sampai beliau meneteskan air mata dan memeluk ku dengan sangat erat."Beri Mami cucu yang banyak ya, karena dulu Mami belum diberi kepeecayaan sama Allah memiliki banyak anak. Syukur-syukur Mami punya kamu. Huhuhu." Terdengar suara isak tangis Mami yang makin mengharu biru.Papi dan Mas Ferdi yang melihat juga nampak terharu dan tentunya berbahagia dengan kehamilan ku ini.Tok tok tok!!!Terdengar pintu rumah ku diketuk seseorang. Bik Titin pun buru-buru membukakan pintu. Ternyata tamu yang datang adalah mertuaku, Papa dan Bunda.Aku dan Mas Ferdi langsung menyalimi punggung tangan mereka dengan takdzim. Kulihat kembali bulir bening yang mengembun dipelupuk mata Bu