“Mas, masih lama? Aku udah capek,” keluh Yasmin, sebab tubuhnya masih diayun dengan pelan oleh Arzan untuk kedua kalinya. Selalu saja seperti ini. Janjinya Cuma sekali, kenyataannya Yasmin dibuat terkulai berkali-kali.“Bentar lagi, Sayang.” Kemudian Arzan cepatkan hentakannya dibawah sana, memburu dan mengejar, seperti seorang pemburu handal Arzan ini, sorot matanya tajam menatap wajah Yasmin yang merintih dibawahnya. Gairahnya selalu terlecut melihat Yasmin yang merintih, seperti buruan yang takluk pada tuannya.Arzan begitu merasa gagah bila Yasmin meneriakkan namanya ataupun memohon padanya untuk segera menyudahi permainan intim mereka.“Masss Arzan,” jerit Yasmin ,bersamaan hentakan Arzan yang kuat dan dalam dibawah sana. Keduanya terkulai merasakan sisa percintaan yang hebat seperti malam-malam sebelumnya. Biasanya mereka akan membersihkan diri sebelum tidur, namun karna rasa lelah yang mendera, buat Yasmin tak mampu untuk membuka mata. Bahkan tubuhnya pun, diselimuti oleh sua
MAKANAN PENYUBUR KANDUNGAN, POSISI SEKS AGAR CEPAT HAMIL. Dua buku ini yang menemani Yasmin di pembaringan, entah sudah dibaca atau belum, sebab hampir pukul sepuluh malam, Arzan baru pulang dan menemukan istrinya tertidur di kamar dengan buku-buku seperti ini. Sepertinya kelelahan, sebab sehabis sholat subuh tadi, Arzan kembali minta jatah sebelum bersiap ke kantor.Arzan memang bawa kunci rumah sendiri, agar tak mengganggu Yasmin jika ia pulang larut malam. Arzan akan lewat pintu belakang dekat dapur, sebab kunci pintu itu yang ia bawa satu. Untuk pintu depan, tetap Yasmin kunci dan pasang grendelnya dari dalam.Arzan menyimpan buku-buku tadi ke atas nakas samping ranjang itu, lalu menarik selimut hendak menyelimuti istrinya.“Mas, udah pulang? maaf aku nggak dengar.” Ucap Yasmin yang terbangun sebab gerakan Arzan yang menarik pelan selimut dibawahnya.“Kebangun?, mas mau selimutin.” Arzan tak jawab pertanyaan Yasmin. Yasmin yang ingin praktekkan gaya seks yang ia pelajari tadi di
Shella gelisah dan bingung sendiri, Anton yang dua minggu lalu pamit padanya akan ke luar kota selama tiga hari, nyatanya sudah dua minggu ini, pria yang menikahinya secara siri itu belum juga pulang, bahkan tak ada kabar sama sekali. Bukan hanya kabar yang tak ada, namun juga uang bulanan yang Antin berikan sudah hampir habis, tersisa seratus ribu saja, sementara lusa Shella harus membayar cicilan pada koperasi simpan pinjam. Shella nekat meminjam uang pada renteiner yang berkedok koperasi itu, sebab keinginannya untuk membeli baju dan makanan yang enak-enak, tak dapat ia bendung. Sementara uang yang Anton berikan sangat terbatas. Bila dulu saat menjadi istri Arzan, semua akan Shella dapatkan dengan mudah, sebab jatah bulanan dari Arzan untuknya lebih dari cukup. Lelaki yang bertanggungjawab dalam hidupnya, meski tak adAduh bagaimana ini, besok pagi pasti penagih dari koperasi itu datang lagi. Ingin rasanya menemui mantan suaminya untuk minta tolong, namun mengingat aib yang menjadi
Arzan terlihat memantau pekerja yang sedang sibuk memasang peralatan SPBU mini miliknya, persentase pengerjaan bangunan miliknya sudah tujuh puluh persen, insya Allah awal bulan sudah bisa dioperasikan, pinjaman dengan bunga lunak dari bank sangat membantu usaha yang Azran sedang bangun ini, bahkan pelan-pelan ia bnatu pula usaha kakka iparnya gar tetap bisa beroperasi. Jangan sampai gulung tikar. Beberapa karywan sangat menggantungkan harapan pada usaha itu. Sebisa mungkin Arzan bantu bang Sofyan untuk memulihkan kembali kondisi perusaahan almarhum mertuanya.Kacamata hitam yang bertengger di hidung bangirnya semakin menambah pesona kepemimpinan lelaki dewasa ini. Arzan tadi sengaja ke lokasi ini siang, sekalian membawakan makan siang yang cukup mewah untuk para pekerja nya. Nasi kota kotak dan ayam bakar. Sesekali ia potretkan bangunan SPBU itu dan mengirimnya pada Yasmin. Bahkan sesekali ia goda isrinya itu yang sekarang sedang menemani mbak Nurlita memeriksa kandungan di dokter Di
Ia menunggui suaminya pulang malam ini. Tadi Arzan sempat menelponnya jika pertemuan hari ini cepat selesa, makan Arzan usahakan akan segera pulang. Yasmin uring-uringan malam ini. Sebentar-sebentar rasa emosi menguasaianya, sebentar-sebantar ingin menangis, kadang malah nangis sebab merindukan suminya.Lalu pertemuannya dengan Arina di rumah sakit beberapa waktu lalu saat memeriksakan diri ke dokter Dini. Ia ingat istri mantan kekasihnya itu sudah hamil lagi. Kalau dihitung-hitung berarti sudah hamil anak ketiga. Subur sekali Arina itu, pikir Yasmin. Sementara dirinya sudah setahun ini menikahnya namun tak kunjung hamil juga. Pertemuannya dengan Arina dulu, tak ia ceritakan pada Arzan. Sebab waktu itu Yasmin langsung membuang pandang, tak ingin saja rasanya ia bertemu dengan Damar dan istrinya itu, bagaimana pun juga pernah ada luka yang menggores diantara mereka. Belum lagi kedatangan mantan istri Arzan, yang mengembalikan uang uang yang dulu ia pinjam. Dimana dan kapan coba bertemu
Bagaimanapun Arzan bilang bila sudah melupakan namun, perasaan tak enak pada Yasmin tetap ada. Apalagi diam-diam Shella menemui Yasmin di rumah ini.“Koq bisa dia datang kesini?”“Mana aku tahu?” Yasmin berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya, namun Arzan sigap menahannya. Pria ini tahu, bila istri tercintanya sedang ngambek.“Sayang, jangan salah paham, beneran mas nggak tahu kenapa Shella datang kesini. Dia menyakiti sayang kah? Hem?” Arzan kecupi kembali pipi mulus Yasmin, untuk meredakan amarah wanitanya ini.“Bukan perempuan itu yang menyakitiku, tapi suamiku yang membuatku sakit hati, karna diam-diam bertemu mantan istri dan memberinya sejumlah uang.” Ucap Yasmin berusaha menahan wajah Arzan yang tak henti mendaratkan ciuman di pipinya.“Astagfirullah, nggak gitu sayang.” Damar menahan tangan Yasmin, yang hendak melepaskan diri dari pelukan.“Buktinya, dia datang kembaliin uang yang pernah dia pinjam sama, Mas.” ada setitik cemburu yang timbul di hati Yasmin.“Nggak gitu
Bara terbangun di pukul tiga dini hari ini, dinginnya malam akibat hujan diluar sana yang menyisakan gerimis, buat heningnya malam semakin kelam. Ada senyum tipis yang terukir di ujung bibir tipisnya, saat ia menyadari ada tangan seorang wanita yang melingkar di perut berototnya.Perlahan Bara singkirkan tangan putih Helena dari tubuhnya, lalu beringsut turun dari pembaringan, tersenyum lagi saat ia lihat tubuh polos kekasihnya. Selimut yang mereka gunakan berdua, tersingkap saat Bara bangkit dari pembaringan. Helana nampak begitu nyenyak dan lelah.Bagaimana tak lelah, ini hari ketiga mereka keluar kota bersama, menginap dan tidur di kamar hotel yang sama. Setelah urusan pekerjaan dan meeting panjang yang melelahkan, tetap membuat keduanya mengakhiri malam dengan percintaan tanpa jeda.Ini malam terakhir mereka, besok sore sudah harus terbang kembali ke Jakarta, mengeksekusi proyek yang mereka dapatkan.Jangan ditanya bagaimana Ganasnya Bara memperlakukan Helena tadi diatas ranjang.
Bara tercekat, entah bagaimana perasaannya sekarang. Seperti ada gada yang menghantam lubuk hatinya. Semua mata pelayat tertuju padanya. Didepan sana, di ruang tamu rumah yang tak luas itu, diatas lantai yang dialasi karpet motif berwarna hijau tua, Jenazah ibu Shalima sebentar lagi akan di sholatkan. Sementara di samping jenazah mertuanya, nampak Abel begitu terpukul. Mata yang sembab dan bengkak dengan wajah yang terlihat begitu lelah, menandakan beberapa hari ini Abel tak tidur. Wajahnya menyiratkan kesedihan yang begitu mendalam. Bara…merasa bersalah.Apa yang harus Bara lakukan sekarang melihat Abel, menangis dengan rapuhnya di depan sana. Abel butuh sandaran, Abel butuh kekuatan, namun Bara…bagaimana sekarang, apa dirinya harus memeluk Abel? Ya, dia ingin memeluk istrinya itu, namun rasa enggan begitu merajai. Tiga tahun hidup serumah, tak sekalipun ia menyentuh Abel, tahun pertama, bu Aida terus meyakinkan Abel, bila Bara nanti akan jatuh cinta padanya. Tahun kedua bu Aida ke