Helena berjalan kearah jendela kamar hotel, kemarin pagi Bara, sang kekasih hati, sudah pulang duluan meninggalkannya. Seminggu menghabiskan waktu berdua di hotel selepas pertemuan di kota makassar ini, buat Helena benar-benar puas.Kemarin ia sedikit keberatan saat Bara akan pulang duluan, namun mengingat mertua kekasihnya meninggal, Helena terpaksa merelakan, namun ia minta satu ronde dulu dan bara tak menolaknya.Helena tersenyum mengingat lagi, betapa nakalnya mereka seminggu ini. Sebisa mungkin jadwal meeting di percepat dan Bara menolak bila proyek dibahas secara bertele-tele. Helena tersenyum penuh arti menatap Bara yang sedikit bersuara tegas di hari kedua, saat meeting berlangsung. Bukan apa-apa sebenarnya, hampir tiga minggu Bara tak dapat jatah seks dari Helena, selain karna datang bulan, Pak Subroto juga meminta wanita itu untuk lembur berhari-hari, meghitung dan mengaudit secermat mungkin keuangan perusahaan yang akan digunakan nanti untuk menjalankan proyek yang akan B
Hujan diluar mengamuk dengan derasnya, mengantarkan hawa dingin hingga yang menembus kulit. Sesekali terdengar suara petir yang menyapa penghuni bumi.Abel mengambil dua ember berukuran sedang dan menaruhnya di dapur, satu dekat pintu, satunya samping kamar mandi. Ada atap yang bocor di rumah sederhana itu. hingga bila hujan seperti sekarang, air dari atas atap akan masuk membasahi rumah itu.Bara memperhatikan semua yang Abel lakukan, terlihat istrinya itu mengambil beberapa kain lap bersih dan menaruh di sekeliling ember itu.Hampir tiga tahun dia menjadi suami Abel, tapi dia baru beberapa kali mengunjungi rumah mertuanya ini. Bara terlalu sibuk dengan dunianya. Bara terlalu sibuk dengan wanita-wanita lain itu, dan Bara terlalu dan semakin sibuk dengan Helena sekarang. Bahkan Bara baru memperhatikan dengan jelas keadaan rumah mertuanya yang sangat sederhana ini.Hampir tiga tahun menjadi suami Abel, dengan penghasilan yang lumayan, harusnya dia bisa membantu mertuanya merenovasi ru
Bara keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan lilitan handuk putih di bagian bawah tubuhnya. Otot-ototnya jelas tercipta dibawah kulit kecoklatan miliknya, menandakan kekuatan dan kejantanannya sebagai seorang pria. Setetes air jatuh dari rambutnya yang mulai memanjang. Biasanya Helena akan protes kalau Bara sudah gondrong sedikit. Rahang kokohnya yang ditumbuhi cambang kasar, buat Bara nampak semakin manly.Helena menelan salivanya, kasar. Melihat Bara keluar hanya dengan lilitan handuk putih dengan rambut yang masih basah. Malam ini Helena gunakan lingear terseksi miliknya, ``1Dua minggu bertemu namun nyaris tak bisa bersentuhan, sebab Bara akan tergesa pulang ke rumah Abel saat jam pulang kantor hingga tujuh hari lamanya.“Mas aku kangen,” rajuk Helena pelan, saat keduanya bertemu di pantry. Lalu Bara langsung mencuri lumatan di bibir merah Helena.“Mas, juga kangen sayang.” ucap Bara terengah, menahan hasratnya.“Masih berapa hari lagi kamu sama istrimu, Mas?”“Mas kamu nggak k
Dear mas Bara,Tiga tahun rasanya, bukan waktu yang sebentar untuk menahan perasaan kita masing-masing dari belenggu pernikahan yang tak pernah kau inginkan.Tiga tahun rasanya sudah cukup lelahku menanti kepulanganmu sebagai suami yang sesungguhnya.Tiga tahun ini sudah cukup rasanya, menjadi istri yang tak pernah diinginkan. Aku tahu di matamu tak pernah ada cinta untuk pernikahan kita, apalagi untukku. Namun bisa kulihat jelas jejak cinta ditubuhmu dengan wanita yang lain, wanita yang ada di hatimu.Mas Bara…Terima kasih telah memberiku tumpangan hidup selama tiga tahun ini. maafkan bila aku hadir dalam hidupmu dan menjadi penghalang cintamu dengan wanita itu.Bersama ini kukembalikan cincin pernikahan yang dulu terpaksa kau sematkan di jariku.Untuk uang bulanan yang kau beri padaku, tiga tahun ini itu kuanggap sebagai upahku dalam mengurus rumah dan juga mencucikan pakaianmu.Maafkan aku tak bisa menunggu hingga esok, sebab sekali lagi janjimu kau ingkari. Padahal hanya sehari
“Udah dulu, Mas.” Helena meringis perih sebab dadanya serasa lecet, seharian ini Bara tak henti mengganggu tubuhnya. Tentu Helena tahu apa yang menyebabkan Bara terburu datang di tengah malam begini. Segera Helena menelan pil kontrasepsi yang ia beli kemarin sore, dan menggunakan lingear seksi kesukaan prianya itu, sebab kekasihnya itu pasti ingin minta jatah. Dan benar saja, Bara seperti kesetanan, ia mendatangi Helena dengan brutalnya, bahkan belum sampai di kamar, lingear yang hanya menutup area tertentu Helena di bagian dada, sudah Bara buat teronggok di lantai depan TV. Setelah usahanya merayu Abel untuk disentuh tak berhasil, Bara semakin tertantang saja menaklukan istrinya itu yang mungkin sudah mati rasa terhadap dirinya. Bahkan permintaan cerai yang Abel ajukan, Bara seolah enggan menanggapi. Namun hasrat yang sudah terlanjur bangun, buat Bara kalap melampiaskan birahinya pada Helena. Semalaman ia menghentak dan menunggangi Helena sedemikian rupa, namun wajah Abel lah yang
“Puas kamu bermain dengan perempuan hina diluar sana?” suara kemarahan bu Aida menggelegar di ruang tamu rumah Bara sore ini. Pak Masri yang duduk di salah satu sofa berwarna hitam di rumah Bara ini, ikut geram saat mendapati menantunya sudah tak ada di rumah ini.“Jangan kamu pikir, jika Abel sudah tak jadi istrimu, mama sama papa merestui kamu dengan perempuan itu, Bara.” Pecah tangis bu Aida, mengingat menantu kesayangannya, harus pergi dan keluar dari rumah ini. “Bagaimana Abel sekarang?, bagaimana ia sendiri di luar sana?” tangisan bu Aida semakin menjadi, membayangkan kesendirian Abel, tanpa orang tua, juga tanpa suami. Kembali terlintas bayangan menantunya itu, bagaimana Abel menjalani kerasanya hidup sedari kecil, bagaimana ia harus menahan lapar, bagaimana ia harus bertahan hidup disaat sakit dan tanpa obat dulu sewaktu kecil. Bayangan wajah teduh dan sendu Abel memenuhi benak bu Aida, bagaimana saat beliau sakit dan Abel mengurusnya dengan begitu baik.“Harusnya kamu melind
Flashback Hera dan Subroto“Aku nggak mau punya anak sama kamu ya. Kamu bikin aja sama perempuan lain!” Hera berteriak histeris dihadapan Pak Subroto, suaminya yang baru pulang kerja sore itu. usaha yang semakin menanjak sukses dengan puluhan tender proyek juga puluhan anak buah di kantor, buat pak Subroto semakin disegani oleh kawan maupun lawan usahanya di luar sana. Namun pak Subroto yang memang dasarnya senang hidup sederhana, tetap bersahaja dengan segala pencapaian yang sudah di raih. Sikap bersahaja dengan tubuh dan wajah yang terjaga di usia menjelang empat puluh tahun justru buat banyak perempuan lain tergila-gila padanya. Mulai dari anak SMU dan Mahasiswi yang terang-ternag menggoda hingga rekan kerja yang berusaha menarik perhatian pria dewasa ini. usia hampir empat puluh namun uban belum ada di rambutnya satupun.Tentu pak Subroto juga senang berolahraga dan mengkonsumsi vitamin demi kebugaran dan kesehatan tubuhnya.“Kenapa kamu nggak mau punya anak Hera?” keluh pak Subro
Bara menjalani hari-harinya dengan perasaan yang begitu nelangsa. Sungguh penyesalan yang besar kini melanda hidupnya. Tak menyangka, perselingkuhannya dengan Helena akan membawanya pada titik terendah dalam hidup ini.Pria ini sungguh tak menyangka ia bisa menyia-nyiakan Abel, wanita baik dan begitu terjaga adabnya. Beberapa kali ia coba mengunjungi Abel, mulai dari sekadar menanyakan kabar hingga terang-terangan memintanya untuk rujuk. Namun Abel bukanlah wanita yang sama yang dulu hidup dengannya. Di jemari Abel melingkar cincin dengan hiasan safir biru, sebagai tanda ikatan dari Danu. Cincin yang begitu indah, dan membuat Bara jadi cemburu.Masih pantas kah Bara cemburu?Rasanya ia menjadi pria yang begitu egois, setelah melihat sendiri bagaimana Helena bermain api bersama pak Subroto di belakangnya, rasanya begitu ingin kembali membina rumah tangga yang tenang bersama Abel."Bel, balik sama aku, Kita bina rumah tangga kita lagi, percayalah aku, menyesali semuanya." ucap Bara saa