Yasmin terhenyak sesaat, saat melihat siapa yang berdiri di depan lift. Membuang pandang dengan wajah yang terlihat menahan marah pada Damar dan Arina, lalu ia eratkan genggaman di tangan suaminya. Seperti sedang menahan dendam dan...luka.’ “Hati-hati, Sayang!” Arzan menahan tubuh Yasmin yang hampir terjatuh sebab tersandung di depan lift tadi, tak sengaja saat tatapannya bersirobok dengan mata bening milik Arina. Dua wanita yang pernah mengisi satu hati milik pria yang sama.“Maaf, Mas, aku nggak lihat.” Yasmin tarik dan kibaskan ujung gamis hijau mint bermotif bunga lilac yang di pakaianya. Belum berhijab, namun sebisa mungkin bila keluar rumah Yasmin menggunakan pakaian panjang, bahkan lebih senang menggunakan dress lengan panjang sekarang atau g
Semakin hari Nurlita semakin jengah dengan kelakuan Sofyan yang doyan main judi. Sementara keuangan perusahaan suaminya sedang tak sehat. Nurlita sendiri dulunya adalah karyawan di perusahaan itu, posisinya sebagai staf acounting, sebelum dekat dengan Sofyan kemudian menikah. Sebenarnya Nurlita sudah resign sejak menikah dengan Sofyan, namun tetap membantu suaminya memantau keuangan perusahaan. Nurlita pun tak tahu mengapa Sofyan melarang Yasmin bekerja di perusahaan orang tua mereka, padahal adik iparnya itu sarjana administrasi kalau tak salah.Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, namun batang hidung suaminya belum juga nampak, buat Nurlita ingin marah saja dan berprasangka yang tidak-tidak.Sementara Sofyan masih terpekur di depan meja kerjanya, kemana ia harus mencari pinjaman lima ratus juta, selain untuk membayar utangnya di meja judi, juga untuk ia gunakan sebagai suntikan modal usahanya yang hampir bangkrut. Bulan depan ada tender minyak sawit yang baru, dia berusaha betul m
“Mas, masih lama? Aku udah capek,” keluh Yasmin, sebab tubuhnya masih diayun dengan pelan oleh Arzan untuk kedua kalinya. Selalu saja seperti ini. Janjinya Cuma sekali, kenyataannya Yasmin dibuat terkulai berkali-kali.“Bentar lagi, Sayang.” Kemudian Arzan cepatkan hentakannya dibawah sana, memburu dan mengejar, seperti seorang pemburu handal Arzan ini, sorot matanya tajam menatap wajah Yasmin yang merintih dibawahnya. Gairahnya selalu terlecut melihat Yasmin yang merintih, seperti buruan yang takluk pada tuannya.Arzan begitu merasa gagah bila Yasmin meneriakkan namanya ataupun memohon padanya untuk segera menyudahi permainan intim mereka.“Masss Arzan,” jerit Yasmin ,bersamaan hentakan Arzan yang kuat dan dalam dibawah sana. Keduanya terkulai merasakan sisa percintaan yang hebat seperti malam-malam sebelumnya. Biasanya mereka akan membersihkan diri sebelum tidur, namun karna rasa lelah yang mendera, buat Yasmin tak mampu untuk membuka mata. Bahkan tubuhnya pun, diselimuti oleh sua
MAKANAN PENYUBUR KANDUNGAN, POSISI SEKS AGAR CEPAT HAMIL. Dua buku ini yang menemani Yasmin di pembaringan, entah sudah dibaca atau belum, sebab hampir pukul sepuluh malam, Arzan baru pulang dan menemukan istrinya tertidur di kamar dengan buku-buku seperti ini. Sepertinya kelelahan, sebab sehabis sholat subuh tadi, Arzan kembali minta jatah sebelum bersiap ke kantor.Arzan memang bawa kunci rumah sendiri, agar tak mengganggu Yasmin jika ia pulang larut malam. Arzan akan lewat pintu belakang dekat dapur, sebab kunci pintu itu yang ia bawa satu. Untuk pintu depan, tetap Yasmin kunci dan pasang grendelnya dari dalam.Arzan menyimpan buku-buku tadi ke atas nakas samping ranjang itu, lalu menarik selimut hendak menyelimuti istrinya.“Mas, udah pulang? maaf aku nggak dengar.” Ucap Yasmin yang terbangun sebab gerakan Arzan yang menarik pelan selimut dibawahnya.“Kebangun?, mas mau selimutin.” Arzan tak jawab pertanyaan Yasmin. Yasmin yang ingin praktekkan gaya seks yang ia pelajari tadi di
Shella gelisah dan bingung sendiri, Anton yang dua minggu lalu pamit padanya akan ke luar kota selama tiga hari, nyatanya sudah dua minggu ini, pria yang menikahinya secara siri itu belum juga pulang, bahkan tak ada kabar sama sekali. Bukan hanya kabar yang tak ada, namun juga uang bulanan yang Antin berikan sudah hampir habis, tersisa seratus ribu saja, sementara lusa Shella harus membayar cicilan pada koperasi simpan pinjam. Shella nekat meminjam uang pada renteiner yang berkedok koperasi itu, sebab keinginannya untuk membeli baju dan makanan yang enak-enak, tak dapat ia bendung. Sementara uang yang Anton berikan sangat terbatas. Bila dulu saat menjadi istri Arzan, semua akan Shella dapatkan dengan mudah, sebab jatah bulanan dari Arzan untuknya lebih dari cukup. Lelaki yang bertanggungjawab dalam hidupnya, meski tak adAduh bagaimana ini, besok pagi pasti penagih dari koperasi itu datang lagi. Ingin rasanya menemui mantan suaminya untuk minta tolong, namun mengingat aib yang menjadi
Arzan terlihat memantau pekerja yang sedang sibuk memasang peralatan SPBU mini miliknya, persentase pengerjaan bangunan miliknya sudah tujuh puluh persen, insya Allah awal bulan sudah bisa dioperasikan, pinjaman dengan bunga lunak dari bank sangat membantu usaha yang Azran sedang bangun ini, bahkan pelan-pelan ia bnatu pula usaha kakka iparnya gar tetap bisa beroperasi. Jangan sampai gulung tikar. Beberapa karywan sangat menggantungkan harapan pada usaha itu. Sebisa mungkin Arzan bantu bang Sofyan untuk memulihkan kembali kondisi perusaahan almarhum mertuanya.Kacamata hitam yang bertengger di hidung bangirnya semakin menambah pesona kepemimpinan lelaki dewasa ini. Arzan tadi sengaja ke lokasi ini siang, sekalian membawakan makan siang yang cukup mewah untuk para pekerja nya. Nasi kota kotak dan ayam bakar. Sesekali ia potretkan bangunan SPBU itu dan mengirimnya pada Yasmin. Bahkan sesekali ia goda isrinya itu yang sekarang sedang menemani mbak Nurlita memeriksa kandungan di dokter Di
Ia menunggui suaminya pulang malam ini. Tadi Arzan sempat menelponnya jika pertemuan hari ini cepat selesa, makan Arzan usahakan akan segera pulang. Yasmin uring-uringan malam ini. Sebentar-sebentar rasa emosi menguasaianya, sebentar-sebantar ingin menangis, kadang malah nangis sebab merindukan suminya.Lalu pertemuannya dengan Arina di rumah sakit beberapa waktu lalu saat memeriksakan diri ke dokter Dini. Ia ingat istri mantan kekasihnya itu sudah hamil lagi. Kalau dihitung-hitung berarti sudah hamil anak ketiga. Subur sekali Arina itu, pikir Yasmin. Sementara dirinya sudah setahun ini menikahnya namun tak kunjung hamil juga. Pertemuannya dengan Arina dulu, tak ia ceritakan pada Arzan. Sebab waktu itu Yasmin langsung membuang pandang, tak ingin saja rasanya ia bertemu dengan Damar dan istrinya itu, bagaimana pun juga pernah ada luka yang menggores diantara mereka. Belum lagi kedatangan mantan istri Arzan, yang mengembalikan uang uang yang dulu ia pinjam. Dimana dan kapan coba bertemu
Bagaimanapun Arzan bilang bila sudah melupakan namun, perasaan tak enak pada Yasmin tetap ada. Apalagi diam-diam Shella menemui Yasmin di rumah ini.“Koq bisa dia datang kesini?”“Mana aku tahu?” Yasmin berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya, namun Arzan sigap menahannya. Pria ini tahu, bila istri tercintanya sedang ngambek.“Sayang, jangan salah paham, beneran mas nggak tahu kenapa Shella datang kesini. Dia menyakiti sayang kah? Hem?” Arzan kecupi kembali pipi mulus Yasmin, untuk meredakan amarah wanitanya ini.“Bukan perempuan itu yang menyakitiku, tapi suamiku yang membuatku sakit hati, karna diam-diam bertemu mantan istri dan memberinya sejumlah uang.” Ucap Yasmin berusaha menahan wajah Arzan yang tak henti mendaratkan ciuman di pipinya.“Astagfirullah, nggak gitu sayang.” Damar menahan tangan Yasmin, yang hendak melepaskan diri dari pelukan.“Buktinya, dia datang kembaliin uang yang pernah dia pinjam sama, Mas.” ada setitik cemburu yang timbul di hati Yasmin.“Nggak gitu