Share

EP. 2

Author: youarestarsx
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Nic membawa Andrea ke lantai atas tempat kamarnya berada, dengan sebelah tangannya yang kosong ia membuka kenop pintu kamarnya dan memaksa Andrea masuk ke dalam lalu mengunci pintu.

Andrea mengambil kesempatan itu untuk meghempaskan pegangan tangan Nic yang mencengkram cukup kuat tangannya, ia mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dengan pria itu.

Suasana kamar Nic yang dominan benuansa hitam dan abu-abu semakin menambah kesan maskulin dari Nic, membuat Andrea sedikit takut hanya berduaan dengannya. Entahlah, ini pertama kalinya Andrea memasuki kamar pria jadi itu membuatnya gugup.

Nic membalikkan badannya dan menatap lurus Andrea.

Andrea yang merasa tidak nyaman dilihat seperti itu oleh Nic lalu berkata, "Apa?!"

"Aku hanya mau memperingatkan untuk berhati-hati dalam bicara terutama di depan ibuku," ucap Nic terdengar cukup serius.

Andrea mengkerutkan keningnya, ia mengingat dengan jelas perkataannya beberapa menit yang lalu. "Apa yang aku katakan memang fakta bukan?" balas Andrea dengan nada yang membuat Nic semakin kesal.

"Dengar." Nic maju beberapa langkah mendekati Andrea. "Aku tidak peduli jika kau mau menghinaku, tapi tolong jangan pernah kau mengucapkan hal semacam tadi di depan ibuku! Apa kau tidak pernah diajarkan sopan santun oleh ibumu?!"

Andrea mendelik kearah Nic, ia sadar bahwa ucapannya memang kasar tapi apa-apaan dia membawa ibunya sekarang. "Aku tahu yang akukatakan itu kasar, aku minta maaf! Tapi hal itu nggak merubah fakta bahwa kau itu gay!" Andrea berteriak di hadapan Nic, ia sudah kesal dan pusing dengan pernikahan paksa ini ditambah Nic mengungkapkan bahwa dirinya itu gay.

"Aku mau membatalkan pernikahan ini," lanjut Andrea dengan serius menatap Nic lekat-lekat.

Nic balas menatap Andrea lalu menggeleng. "Aku tidak bisa, mau bagaimana pun kita tetap harus menikah!" kata Nic dengan suara dalam dan memaksa.

Andrea menatap Nic tidak percaya, setelah Nic mengatakan dengan terang-terangan tentang orientasi seksualnya yang tidak normal itu ia tetap meminta Andrea untuk menikahinya?! Andrea tidak mengerti bagaimana jalan pikir pria itu.

"Kau pikir aku mau menikah dengan kamu setelah apa yang kau katakan tadi?! Jangan buat akutertawa sekarang," balas Andrea.

"Aku tahu, aku juga tidak berpikir kamu akan langsung menerimanya."

"Kalau tahu kenapa memaksa." Andrea memutar bola matanya kesal.

"Tapi kau tidak lupa alasan lain dibalik pernikahan ini kan? Kamu mau perusahaan ayahmu jatuh begitu saja?" lanjut Nic mengingatkan Andrea yang sepertinya lupa tujuan awal dari pernikahan ini.

Tubuh Andrea menegang, Andrea lupa tentang hal yang membuat dirinya menerima pernikahan ini sebelumnya. Ia terlalu marah tadi jadi ia tidak berpikir bagaimana nasib perusahaan Ayahnya.

"Bukankah ini menguntungkan kita berdua?" kata Nic membuat Andrea mengalihkan perhatiannya.

Andrea melirik kearah Nic menunggu pria itu melanjutkan kata-katanya.

"Aku mendapatkan nama baikku kembali, dan kau mendapat suntikan dana dari keluargaku plus akan kutambahkan check sebesar 1 juta dollar untuk deposit pernikahan kita." Nic memberikan tawaran yang terdengar sangat menguntungkan bagi keluarga Andrea, Andrea yakin jika Ayahnya mendengar itu sekarang beliau akan langsung menerimanya tanpa ragu dan akan marah besar padanya jika Andrea berani menolaknya.

"Untuk apa deposit itu memangnya kau pikir keluargaku menjual aku hah!" Andrea semakin marah mendengar ucapan Nic seolah-olah menghinanya.

Nic bersandar di dinding, menyilangkan kedua tangannya lalu mengendikkan bahunya. "Tapi memang terlihat seperti itu bukan?" ujar Nic santai dengan smirk kecilnya.

Andrea terdiam menggigit bibir bawahnya, sialan Nic mengejeknya. Andrea segera mengalihkan pandangannya dari anak bangsawan yang menyebalkan itu.

Andrea tahu keluarga Nic adalah keluarga yang sangat berpengaruh di Birmingham, kekayaannya hampir setara dengan keluarga kerajaan di Inggris membuat keluarga Nic disegani dan terkenal di lingkungan sosial kelas atas maupun bawah. Tapi ia tidak percaya ternyata Niic mempunyai sikap se-arogan ini.

"Jadi kau mau menggunakan pernikahan ini hanya untuk mengembalikkan nama baikmu?" Tanya Andrea terdengar tidak puas.

"Tentu saja, apa kau melihat alasan lain?"

Andrea kembali terdiam dan berpikir. Hal ini sangat menguntungkan baginya, hanya dengan adanya pernikahan ini rumor tentang Nic yang gay akan langsung hilang begitu saja. Tapi bagaimana dengannya? Yang untung hanyalah keluarganya bukan dirinya sendiri. Kehidupan setelah menikah macam apa yang akan dijalaninya nanti? Hanya memikirkannya saja sudah membuat Andrea takut.

Dirinya tidak berpengalaman berhubungan dengan pria, ia saja belum pernah pacaran jadi perjodohan sudah terdengar menakutkan baginya. Ditambah fakta calon suaminya yang gay membuat Andrea semakin stres hanya dengan memikirkannya.

Suasana menjadi hening untuk beberapa saat, sampai Andrea membuka mulutnya kembali. "Pacar, apa kau mempunyainya?" Tanya Andrea tanpa melihat kearah Nic.

Nic menaikkan sebelah alisnya merasa sedikit terganggu dengan pertanyaan bersifat pribadi seperti itu "Kenapa memangnya?"

"Jawab saja!" kata Andrea dengan suara yang tertahan.

"Punya."

Jawaban itu cukup membuat Andrea semakin mual, situasi aneh macam apa yang ia hadapi sekarang? Pernikahan konyol, calon suami tidak normal yang sudah mempunyai pacar dan lebih parahnya lagi orang tuanya yang sangat egois tetap mau menikahkan dirinya dengan pria itu hanya demi uang.

Andrea mengerti perusahaan keluarganya begitu penting, tapi apa mereka tidak memikirkan perasaannya tentang pernikahan ini begitu tahu bahwa calon menantunya itu penyuka sesama jenis.

Andrea menarik nafas lalu membuangnya perlahan sebelum berkata. "Akusudah berpikir akuakan tetap membatalkan pernikahan ini," ujar Andrea dengan bulat. Ia mengangkat wajahnya dan menatap Nic kembali.

Nic melihat ke arah Andrea tidak percaya bahwa ia tetap pada pendiriannya setelah Nic menyebutkan banyaknya keuntungan yang akan ia dapatkan dari pernikahan ini.

"Dengar Andrea, aku menikah bukan hanya ingin mengembalikkan nama baikku tetapi juga karena ibuku. Aku tidak tega melihat ibuku bersedih dan mengkhawatirkan aku sepanjang hari," ujar Nic memberi Andrea alasan lain berharap Andrea mau berubah pikiran.

Andrea diam beberapa detik menatap Nic sebelum menjawab. "Kalau begitu aku akan memikirkannya Kembali." Andrea sedikit melunak ketika Nic menyebut Fiona ibunya, ke dalam percakapan.

Nic memasang wajah kesal menghadapi sikap labil Andrea yang angat membuang-buang waktunya. Sebenarnya ini bukanlah hal yang rumit karena pastinya Andrea sudah menimbang ini, mengingat pernikahan sudah dibicarakan dari sebulan yang lalu dan seharusnya ia sudah siap menerima resiko dan konsekuensinya tapi apa-apaan sikap seolah dia yang tersiksa disini itu?

"Bukankah ini jelas sangat menguntungkanmu? Apa lagi yang perlu dipikirkan jika kita menikah tidak ada lagi yang harus kau khawatirkan bukan jadi kenapa masih ragu?" ujar Nic dengan kesabaran yang hampir habis karena Andrea yang terlalu banyak basa-basi dengan emosi yang tidak stabil, membuat Nic berpikir bagaimana bisa ia bertahan saat harus hidup dengan Andrea nanti kalau begini caranya.

"Aku harus memikirkan bagaimana kehidupanku nanti setelah menikah, ini pertama kalinya aku berkomitmen dengan seorang pria jadi setidaknya aku harus memikirkan secara matang-matang sebelum aku menyesal!" balas Andrea dengan emosi yang tertahan, Andrea benci dengan Nic yang terlihat menyepelekan pernikahan ini. Apa semua orang dewasa seperti itu? Menganggap sebuah pernikahan hanya sebatas komitmen diatas materai dan mengaggap itu adalah hal kecil.

Nic membuang nafas berat, ia mengacak rambutnya pusing menghadapi Andrea yang masih remaja. Remaja? Nic baru teringat dilihat sikap Andrea yang labil dan menyebalkan ini karena dirinya yang masih remaja dan menginginkan kebebasan.

"Andrea jika kau khawatir akuakan menganggu masa mudamu, kau salah. Aku akan membebaskanmu dan kau jangan terlalu membebani pikiranmu di pernikahan ini anggap saja pernikahan ini tidak ada dan kau bisa menjalani kehidupanmu seperti biasa kalau soal materi tidak usah pikirkan, apapun yang kau minta akan aku berikan!" ujar Nic memberikan ultimatum  lagi untuk menarik perhatian lawan bicaranya

Andrea lalu mendongakkan wajahnya, ekspresi yang ia lemparkan kali ini datar tidak terbaca lalu ia berkata dengan pelan. "Kebahagiaan"

Sebelah alis Nic terangkat, seolah bertanya.

"Apa kau bisa memberikan aku kebahagiaan?" Tanya Andrea lagi dengan serius, matanya yang bulat menatap nanar Nic.

Seketika dada Nic terasa tertohok dengan pertanyaan yang diajukan oleh Andrea, ditambah dengan tatapan iba yang ia lemparkan membuat Nic segera mengalihkan pandangannya dari Andrea.

Nic diam seribu bahasa, 'kebahagiaan' Nic tidak bisa menjawab pertanyaan yang bahkan tidak pernah terbesit di pikirannya. Baginya saat ini hal seperti itu tidak terlalu penting, meski ia sendiri tidak bahagia dengan pernikahan ini tapi hal itu bisa membuat ibunya bahagia, itu sudah lebih dari cukup bagi Nic. Asalkan ibunya tidak terus bersedih karenanya.

Tapi berbeda dengan Andrea, gadis itu sepertinya sangat memikirkan kebahagiannya dan membuat semuanya menjadi rumit seperti ini.

Suasana yang awalnya panas karena argumen yang di lemparkan keduanya tiba-tiba saja menjadi hening.

Saat ini Andrea dan Nic sedang disibuki oleh pikirannya masing-masing. Sampai Fiona ibu Nic datang mengetuk pintu mengalihkan perhatian mereka berdua dan menengahi keheningan yang ada.

Dengan inisiatif Nic membuka kunci dan pintu untuk ibunya, Andrea melihat ibu Nic datang sembari memeluk sebuah dress berwarna biru tua untuknya.

Andrea segera bangun dari duduknya, ia langsung merasa tidak enak dengan Fiona karena perkataannya tadi.

Fiona menghampiri Andrea dengan senyum lembutnya. "Kamu bisa ganti baju ini ya, ini punya Mama masih baru belum pernah dipakai karena kekecilan," kata Fiona bahkan dirinya masih bersikap baik padanya meski ia sudah menghina Nic di depannya.

Andrea tertunduk tidak mampu melihat wajah Fiona karena malu akan sikapnya tadi "Terima kasih, Ma."

Fiona tersenyum mendengar Andrea masih mau memanggilnya Mama.

"Dan aku minta maaf atas ucapan kasarku tadi" lanjut Andrea dengan pelan.

Tangan Fiona terangkat dan membelai halus rambut Andrea. "Tidak apa-apa sayang, Mama tahu kalau kamu sedang emosi tadi," ujar Fiona yang menenangkan hati Andrea.

Wajah Andrea terangkat dan melihat Fiona yang tersenyum lembut kepadanya, Andrea pun membalas senyuman itu.

Nic hanya bisa diam memperhatikan interaksi ibunya dan Andrea, sampai Andrea melangkah pergi menuju ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan ibunya yang mengajaknya berbicara.

"Seharusnya kamu tidak langsung mengatakan hal itu Nic," ujar Fiona suaranya terdengar kecewa pada anak keduanya itu.

Nic tidak membalas karena tahu ibunya sedang marah padanya saat ini, karena jika ia membalas ibunya tidak akan berhenti untuk menceramahinya dan itu akan mempermalukannya dirinya di depan Andrea nanti.

"Andrea gadis yang baik, dia mau menuruti semua ini sampai kamu datang dan mengacaukannya," lanjut Fiona, ia tertunduk mengingat bagaimana reaksi Andrea tadi setelah tahu bahwa anaknya yang akan menikah dengannya adalah gay dan membuat harga dirinya jatuh di depan Andrea.

Fiona kembali mengangkat wajahnya kemudian menatap lembut manik mata anaknya itu, Nic tahu ada rasa malu dan kemarahan yang tertahan dibalik sikap lembut ibunya itu.

"Buat Andrea kembali menyetujui pernikahan ini Nic! mama tidak peduli entah bagaimana caranya kamu harus tetap menikah dengannya dan mengembalikan nama baik keluarga kita yang sudah kamu jatuhkan itu!" Fiona menekan setiap kata-katanya agar Nic mengerti.

Nic hanya bisa mengangguk, ia tidak lagi bisa membalas perkataan ibunya karena itu hanya sia-sia.

"Dan satu lagi." tangan kanan Fiona terangkat untuk menyentuh pipi putranya yang terasa dingin tersebut. "Jangan biarkan Andrea tahu soal pria yang berhubungan denganmu itu!" bisik Fiona dengan nadanya yang terdengar mengancam dan mengintimidasi sangat bertolak belakang dengan wajah lembutnya.

Setelah mengatakan hal itu Fiona melemparkan senyum terlembutnya pada Nic, ia kemudian berkata sebelum melangkah pergi. "Antarkan Andrea turun jika ia sudah selesai berganti pakaian"

Nic kembali mengangguk, ia baru bisa menghela nafas lega ketika ibunya pergi meninggalkan kamarnya.

Tubuh Nic bersandar di dinding seolah mencari tumpuan, sembari mengingat peringatan yang diberi Fiona tadi sebelum pergi. Ia tersenyum tipis menatap langit-langit kamarnya seolah mengejek ucapan ibunya itu dari belakang. Terlambat dia sudah mengetahui itu, Bu!

*

Related chapters

  • DIGNITY    EP. 3

    Saat ini Andrea dan kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan pulang, setelah keributan kecil yang dibuatnya setelah makan malam membuat suasana saat ini menjadi canggung. Selama perjalanan pulang pun orang tua Andrea hanya diam tidak mengungkit atau pun memarahi Andrea seperti yang ia kira sebelumnya, Andrea pikir ia akan diberi ceramah sepanjang malam oleh ibunya karena sikapnya tadi. Andrea langsung masuk ke kamarnya begitu mereka sampai di rumah, mengunci pintu dan mengurung diri sampai pagi tiba. Andrea hanya keluar dari kamarnya untuk berangkat kampus, dirinya berniat untuk langsung pergi tanpa melihat kedua orang tuanya tapi gagal ketika Andrea tidak menemukan kunci mobilnya di tempat yang seharusnya. Terpaksa ia harus menemui ibunya untuk bertanya. "Ma lihat kunci mobilku?" Tanya Andrea pada ibunya yang tengah menyiapkan sarapan untuk Ayahnya. Liliana diam tidak menjawab Andrea. Andrea merasa kesal karena diabaikan. "Ma? Aku mau berangkat kam

  • DIGNITY    EP. 4

    Bel jam istirahat berbunyi, sesuai dengan pesan Kate. Andrea dan Sasha pergi menuju ke ruang konseling untuk menerima teguran. Selama setengah jam Kate memberi kuliah pada Andrea dan Sasha, dari mulai mengingatkan untuk tidak memulai perkelahian, sampai membandingkan mereka kepada Annie dan kawan-kawannya. Padahal kalau saja Annie tidak memancing Andrea lebih dulu, keributan itu tidak akan terjadi. Andrea dan Sasha hanya bisa terdiam mendengar segala ocehan yang keluar dari mulut Kate, tapi di dalam hati mereka merutuki gurunya itu karena kesal hanya Andrea dan Sasha saja yang dipanggil tapi Annie dan kawan-kawannya tidak. Sungguh tidak adil bukan, padahal yang ribut bukan hanya mereka berdua saja. Apa jangan-jangan Kate tidak berani memanggil Annie karena takut ia akan mengadu kepada ayahnya, dan dia memanggil Andrea karena tahu bahwa perusahaan ayahnya sedang diambang kebangkrutan? Sepertinya benar begitu, karena kalau tidak ada kabar tersebut mana berani Kate meny

  • DIGNITY    EP. 5

    Andrea pulang kerumah saat hari sudah mulai gelap, setelah memarkirkan mobil pinjaman dari Rachel. Ia masuk ke dalam rumahnya yang tampak sepi, maklum saja rumah yang cukup besar ini hanya diisi 5 orang yaitu Andrea dan kedua orang tuanya dan 2 lainnya adalah pembantu rumah tangga. Sebenarnya sebelum ini Andrea memiliki 5 orang pembantu, tapi sayangnya 3 orang lainnya sudah dipecat oleh ayahnya karena keuangan keluarga Andrea saat ini takut tidak cukup untuk membayar gaji mereka, belum lagi ayahnya harus membayar gaji karyawan di kantornya. Tapi itu tidak termasuk Yessy, beliau sudah disuruh untuk berhenti oleh kedua orang tua Andrea lagi pula Yessy sudah lama bekerja dengan keluarga ini. Tapi Yessy menolak, katanya selama ia masih sehat dan bisa bekerja ia tidak mau berhenti dan tetap ingin melayani keluarga Andrea. Untuk masalah gaji Yessy tidak terlalu memikirkan itu, ia bisa dibayar pakai apa saja asal keluarga Andrea membiarkan ia bekerja dengan mereka. Yessy bilang, ia

  • DIGNITY    EP. 6

    Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, Nic yang baru saja pulang kerja langsung masuk ke kamarnya tanpa menyantap makan malam yang sudah disiapkan oleh bibi yang memasak. Semenjak orang tua Nic mengetahui bahwa anaknya penyuka sesama jenis, orang tuanya melarang dia untuk tinggal sendiri lagi. Mereka takut tanpa sepengetahuan mereka, Nic membawa seorang pria pulang untuk diajak tidur bersama. Jadi mereka memaksa Nic untuk tinggal serumah agar Nic tetap dalam pengawasan mereka. Sesampainya di kamar Nic membuka jas yang ia kenakan dan melonggarkan dasinya yang sudah menyesakkan, semenjak ia bertemu dengan Andrea, Nic merasa harinya menjadi sangat berat. Pikirannya tidak bisa lepas dari kata-kata yang dilontarkan Andrea pada malam itu, dimana Andrea dengan lantang menghinanya didepan ibunya dan membatalkan pernikahan secara sepihak. Ancaman Fiona untuk membujuk Andrea kembali menyetujui pernikahan juga belum Nic lakukan, Nic sangat sibuk di kantor dan Andrea juga belum m

  • DIGNITY    EP. 7

    “A-aku.” Belum sempat Andrea menjawab seseorang sudah menyelanya. “Malam bapak Nic, silahkan duduk terlebih dahulu sebelum saya jelaskan,” sanggah polisi yang sebelumnya sedang mengintrogasi Andrea. Nic sempat menoleh ke arah polisi tersebut kemudian mengambil duduk disebelah Andrea, ia duduk dengan tegak, tangannya dilipat di depan dada sembari menunggu polisi memulai penjelasannya. “Jadi calon isteri Bapak ini ditangkap saat-“ Nic mengangkat sebelah tangannya, membuat si polisi berhenti berbicara. “Jangan panggil saya bapak, memangnya muka saya terlihat tua?” interupsi Nic tidak suka. “Ah baik Pak, maksud saya Tuan Nic.” polisi tersebut membenarkan panggilannya. “Jadi calon isteri anda kami tangkap sedang berkumpul di area xxx diduga untuk melakukan balap liar.” Mata Nic membulat saat mendengar itu. “Tunggu.” Ia kemudian menoleh ke arah Andrea dengan tatapan terkejut dan tidak percaya. “Kau mengikuti balap liar?” “T-tidak!” e

  • DIGNITY    EP. 8

    Saat ini Nic dan Andrea sedang berada diperjalanan pulang, suasana malam yang dingin dan sepi menemani mereka di dalam keheningan. Tidak ada yang berbicara diantara mereka sejak awal memasuki mobil, dua-duanya sibuk tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Andrea terus memandangi suasana malam yang terlihat sangat menenangkan baginya, jalanan yang sepi, toko-toko yang tutup, dan beberapa orang yang masih berada diluar dengan kesibukannya masing-masing. Andrea menyukai suasana kota pada malam hari terlihat tenang dan memiliki getaran yang berbeda, Andrea kemudian melirik ke arah jam pada dashboard mobil. Waktu sudah menunjukkan pukul jam 12 malam, Andrea tersenyum tipis lalu melirik Nic yang sedang fokus menyetir. Late night drive bersama pria, ini adalah pertama kalinya bagi Andrea dan ia selalu ingin merasakan ini. Mengelilingi kota dengan kendaraan pada malam hari, walaupun tahu mereka hanya sedang berada di dalam perjalanan pulang dari kantor polisi tapi

  • DIGNITY    EP. 9

    Saat ini Andrea tengah berada di dalam kamar Nic, sendirian. Kamarnya cukup luas, semua barang-barangnya tertata rapi dan dominan berwarna hitam dan putih. Tidak terlalu banyak barang disini sepertinya Nic menerapkan konsep minimalis atau memang dia orang yang tidak membutuhkan banyak barang, karena itu kamar ini terlihat lega. Tidak banyak juga yang dapat dilihat oleh Andrea ya selain karena Nic melarang dirinya untuk menyentuh barang-barangnya, tidak ada hal yang menarik di kamar ini. Andrea pun memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi dalam kamar Nic, sebelum beristirahat ia memutuskan untuk berendam air panas untuk melemaskan otot-ototnya yang tegang. Karena Andrea tidak membawa baju ganti dan bajunya sudah penuh dnegan keringat ia pun memutuskan untuk mengenakan bathrobe sebagai baju tidurnya. Toh besok ia bisa meminjam baju ibu Nic untuk dipakai. * Nic membuka kamar tidurnya yang terlihat masih gelap bertanda bahwa orang yang men

  • DIGNITY    EP. 10

    “Apa yang kau pikirkan mengatakan hal itu tanpa memberi tahuku terlebih dulu? Lihat sekarang semuanya jadi seperti ini, aku belum sepenuhnya siap kau tahu!” cerocos Andrea begitu mereka berada di sebuah ruangan berdua, Andrea tidak terima bahwa Nic memutuskan pernikahan secara sepihak tanpa membicarakan kepadanya terlebih dulu. “lebih cepat lebih baik, untuk sekarang ikuti saja rencana mereka,” kata Nic cepat, ia sudah malas untuk berargumen dengan Andrea. “Ah sepertinya aku akan gila sebentar lagi.” Andrea memijat pelipisnya, nafasnya berderu cepat. Ia benar-benar muak dengan sikap Nic yang sangat arogan dan egois seperti ini. Nic yang merasa pembicaraannya sudah selesai langsung beranjak pergi, namun dengan cepat Andrea menahan pundak Nic dan membalikkan tubuhnya dengan satu tangan membuat Nic tersentak. “Ini pernikahan! P-E-R-N-I-K-A-H-A-N,” Andrea mengeja perkataannya dengan penuh penekanan. “Kenapa kau selalu menganggap sepele ini hah?” N

Latest chapter

  • DIGNITY    EP. 31

    Andrea terus memandangi map yang berisi perjanjian antara dirinya dan Tatiana yang sudah ia tanda tangani. Andrea sedikit menyesal dengan pilihannya sekarang, karena ia merasa untuk siapa sebenarnya ia mempertaruhkan hidupnya ini. Awalnya semua direncanakan hanya sebagai sandiwara saja, tapi kenapa ia malah terjebak di situasi yang rumit ini? Situasi yang tidak pernah Andrea bayangkan sebelumnya. Seharusnya tadi Andrea meminta waktu untuk memikirkan ini semua, tapi saat tadi Andrea sama sekali tidak terpikirkan itu. Tatiana terlalu mendesaknya tadi sehingga ia tidak bisa berpikir tenang, dan di kepalanya saat itu hanya terbayang wajah kedua orang tuanya yang terlihat sangat sedih karena masalah ini. Setidaknya untuk sekarang Andrea berpikir ia melakukan ini untuk kedua orang tuanya setelah itu barulah Andrea bisa memikirkan kebahagiaannya. Dan soal anak yang diminta Tatiana … Andrea akan memikirkan rencana yang bagus untuk membuat semuanya terlihat natural dan tentu saja ia

  • DIGNITY    EP. 30

    Suara Tatiana dari belakang menginterupsi mereka. Andrea dan Nathan langsung menoleh ke arah Tatiana yang entah sudah sejak kapan berdiri di sana. Andrea berdehem, ia langsung mundur beberapa langkah menjauhi Nathan agar tidak membuat Tatiana salah paham atas apa yang baru saja dilakukan Nathan. Tatiana memandang Andrea dan Nathan dengan tajam bergantian, matanya seperti berusaha membaca sesuatu dari mereka. “Aku hanya mengatakan untuk berhati-hati saat bertemu Grandmama, karena Grandmama sangat galak,” kata Nathan bohong penuh nada bercanda. Ia menyunggingkan senyumnya seperti biasa agar tidak dicurigai oleh Tatiana. Mata Tatiana menyipit, wajahnya ditekuk siap marah karena tersinggung dengan perkataan Nathan barusan. “Dasar anak kurang ajar! Sudah sana pergi untuk apa kau berlama-lama di sini!” tangannya bergerak mengusir Nathan agar pergi dari pandangannya. “Dan Andrea aku sudah menunggumu dari tadi kenapa malah mengobrol dengan anak ini!”

  • DIGNITY    EP. 29

    Sudah lima menit Andrea berdiri di pekarangan rumah Tatiana. Hari ini ia datang memakai taksi karena mobilnya masih di simpan oleh orang tuanya, dan Andrea sudah terlanjur malas untuk meminjam kembali mobil kakaknya. Sebelumnya Andrea berdiri tepat di depan pagar rumah Tatiana, namun karena ia dilihat oleh sekuriti dan kebetulan sekuriti tersebut mengenalinya jadilah Andrea di suruh masuk ke dalam. Kini Andrea kembali berdiri di pekarangannya memandang pintu masuk rumah Tatiana. Andrea mengumpulkan keberaniannya untuk bertemu dengan nenek Nic, karena nantinya mereka hanya bertemu empat mata yang mana akan membuat Andrea semakin gugup. “Nona Andrea?” Andrea tersentak saat tiba-tiba ada yang memanggil namanya, mata Andrea melihat sosok wanita berumur tiga puluh tahunan, mengenakan seragam, dari arah berlawanan. Wanita itu sedang membawa sebuah pot bunga ditangannya. “Ah iya,” sahut Andrea. “Kenapa masih di sini? Grandmama sudah menunggumu, ayo m

  • DIGNITY    EP. 28

    Hari ini adalah hari ke-tujuh Andrea belajar etiket kebangsawanan di rumah milik Nic. Karena banyak yang Andrea harus pelajari, Nic sampai repot-repot mau menyewakan seorang guru untuknya. Setelah pulang kuliah Andrea langsung bergegas ke rumah Nic untuk menerima pembelajaran lagi dari guru yang berbeda. Pada awalnya Andrea tidak merasa kesulitan walaupun ia keberatan menjalani semua pelajaran etika yang sangat membatasi ruang geraknya. Karena Andrea adalah tipe wanita yang bisa dibilang semborno dalam bertingkah, tapi untungnya Andrea dapat cepat mempelajarinya. Hari pertama Andrea belajar tata cara bagaimana ia harus berpakaian, guru etikanya Madam Claire memberinya contoh pakaian yang biasa dikenakan oleh bangsawan pada saat-saat acara atau pesta. Kebanyakan baju yang dicontohkan adalah dress formal dengan rok selutut, itu pun adalah batas yang boleh Andrea kenakan saat di pesta. Tidak bole terlalu memperliatkan kulit di punggung ataupun bagian depan tubuhnya. Andrea sedi

  • DIGNITY    EP. 27

    Fiona melangkahkan kakinya di kediaman mertuanya, Tatiana. Ia datang tepat pada pukul dua belas siang karena Tatiana tiba-tiba mengajak makan siang bersama. Saat mendengar ajakan Tatiana, Fiona sudah mengetahui maksud dari Tatiana mengajaknya makan siang. Ada hal yang ingin dibicarakan dengannya terkait pernikahan cucu kesayangannya, Nic dengan Andrea. Terlebih kesan pertama Tatiana melihat Andrea begitu buruk membuat semuanya menjadi sangat jelas. “Selamat datang Ny. Fiona grandmama telah menunggu anda di kebun belakang untuk makan siang,” sapa salah satu pelayan pribadi rumah Tatiana sekaligus memberi tahu keberadaan Tatiana. Dahi Fiona mengerut bingung. “Kebun belakang? Bukankah siang ini agak terik untuk makan siang di luar?” tanya Fiona. Pelayan tersebut mengangguk sopan. “Memang, tapi kami sudah menyiapkan tempat senyaman mungkin agar anda dan grandmama tidak kepanasan meski berada di luar.” Fiona hanya mengangguk paham, lalu ia berjalan masuk m

  • DIGNITY    EP. 26

    Andrea yang tengah memandang jalanan kota lewat jendela restoran langsung memalingkan kepalanya begitu Nic membuka suara. Pria itu menatapnya lurus tanpa ekspresi, selalu seperti ini ketika mereka sedang berdua Nic tidak pernah mengganti ekspresinya selain ekspresi datar. “Hum?” Andrea menopang dagunya melihat Nic. “Etiket?” Nic mengangguk dia lalu mengubah posisi duduknya, kedua tangannya ia tampu di atas meja seraya mencondongkan tubuhnya sedikit agar Andrea dapat mendengarnya dengan jelas. “Ya etiket, ada beberapa peraturan yang boleh dan tidak kau lakukan, dan tentunya seorang wanita yang akan menjadi bagian keluarga bangsawan harus mengetahui ini agar tidak salah melangkah nantinya.” “Apa etiket yang dibicarakan Tatiana kemarin?” Andrea memastikan. Nic mengangguk. “Ya, grandmama marah denganmu karena kamu tidak mengetahui satu pun etiket yang ada.” Andrea mengerutkan dahinya, kata-kata Nic terdengar seolah ia menyalahkan dirinya. “Salahmu

  • DIGNITY    EP. 25

    “Baik Sir Nic, kami punya beberapa cincin yang baru saja keluar dan ini yang terbaik di toko kami sebentar,” ucap Evan lalu berbicara pada pegawai di sana untuk mengeluarkan cincin-cincin terbaru milik mereka. Terdapat lima pasang cincin yang mereka keluarkan dan menaruhnya di atas etalase agar Nic dan Andrea bisa melihat dengan jelas. “Kau suka yang mana, Andrea?” tanya Nic membiarkan Andrea untuk memilih. Andrea yang sedang melihat ke arah lain, langsung mengalihkan pandangannya pada Nic lalu matanya melihat cincin yang terpajang manis di atas etalase toko siap untuk ia pilih. “Aku hmm….” Andrea berpikir sejenak untuk memilih, semua cincin yang dikeluarkan oleh Evan ini terlihat sangat cantik. Andrea adalah tipe wanita yang jarang menghabiskan uangnya untuk membeli perhiasan seperti emas atau berlian, tapi ia lebih suka menghabiskan uangnya untuk membeli sepatu bermerek karena menurutnya aksen fashion terbaik adalah sepatu. Karena itu Andrea mempuny

  • DIGNITY    EP. 24

    Malam yang dingin membuat dua sejoli yang masih terbaring di kasur, semakin mengeratkan pelukan dan juga selimut untuk menutupi tubuh polos mereka karena aktifitas yang baru saja mereka lakukan. Mereka masih terdiam menatap ke sembarang arah seolah menikmati waktu mereka saat ini, karena sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu berdua di atas kasur seperti sekarang. Nic mengusap lembut surai hitam milik seseorang yang kini tengah menyendarkan kepalanya di dada bidang milik Nic. Mata Nic menyalang lebar menatap plafon kamar tempat mereka berbaring, otaknya melalang buana memikirkan sesuatu. Sementara orang itu menikmati sentuhan lembut yang Nic berikan padanya, seraya tersenyum. “Nic,” panggilnya. Nic berdehem lembut, matanya langsung beralih melihatnya. “Aku merindukanmu,” katanya lagi yang entah sudah keberapa kalinya. Dari awal mereka bertemu sampai ia bercinta tadi ia terus mengatakan itu membuat Nic terkekeh. “Aku di sini, sayang,” balas

  • DIGNITY    EP. 23

    Andrea melangkah memasuki rumahnya saat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Karena begitu Andrea turun dari mobil Nic tadi sore dengan keadaan mood yang berantakan, Andrea langsung menghubungi Sasha dan memintanya untuk mengantarkan mobil Andrea di club Minnerva. Awalnya Andrea hanya ingin minum sendirian karena ia butuh waktu untuk menenangkan pikirannya karena kejadian acara minum teh sore tadi, tapi begitu Sasha datang Andrea langsung menumpahkan segala kekesalannya pada Sasha. Sasha menemani Andrea sembari mendengarkan semua ceritanya dengan seksama. Sampai akhirnya Sasha menyuruh Andrea berhenti minum dan pulang untuk beristirahat sebelum Andrea benar-benar mabuk dan membuat masalah. Dengan paksaan Sasha pun mengantarkan Andrea pulang ke rumah. Saat Andrea sampai di dalam rumah, seluruh anggota keluarganya termasuk kakaknya Rachel dan suaminya Devan ada di sana menunggunya di ruang keluarga. Andrea yang setengah mabuk memicingkan matanya bingung, ia men

DMCA.com Protection Status