Bel jam istirahat berbunyi, sesuai dengan pesan Kate. Andrea dan Sasha pergi menuju ke ruang konseling untuk menerima teguran. Selama setengah jam Kate memberi kuliah pada Andrea dan Sasha, dari mulai mengingatkan untuk tidak memulai perkelahian, sampai membandingkan mereka kepada Annie dan kawan-kawannya. Padahal kalau saja Annie tidak memancing Andrea lebih dulu, keributan itu tidak akan terjadi.
Andrea dan Sasha hanya bisa terdiam mendengar segala ocehan yang keluar dari mulut Kate, tapi di dalam hati mereka merutuki gurunya itu karena kesal hanya Andrea dan Sasha saja yang dipanggil tapi Annie dan kawan-kawannya tidak. Sungguh tidak adil bukan, padahal yang ribut bukan hanya mereka berdua saja. Apa jangan-jangan Kate tidak berani memanggil Annie karena takut ia akan mengadu kepada ayahnya, dan dia memanggil Andrea karena tahu bahwa perusahaan ayahnya sedang diambang kebangkrutan?
Sepertinya benar begitu, karena kalau tidak ada kabar tersebut mana berani Kate menyentuh Andrea. Andrea bisa dibilang murid yang paling kaya di kampus dan orang tuanya selalu menyumbangkan dana kepada kampus dengan jumlah yang cukup besar. Karena itu kadang pihak kampus selalu bersikap hati-hati pada Andrea dan membiarkannya melakukan apapun yang ia mau.
Setelah menerima perkuliahan dari Kate, Andrea dan Sasha keluar dari ruangan tersebut dengan langkah gontai. Andrea menghembuskan nafas beratnya, kupingnya sudah pengang karena omelan Kate dan kakinya juga pegal. Selama setengah jam tadi Kate benar-benar tidak mempersilahkannya untuk duduk.
“Aku lapar, Andrea kau mau makan?” tanya Sasha mengeluh sembari memegangi perutnya yang keroncongan.
“Tentu saja, kau ingin makan apa?”
“Hmm…”
“Bagaimana kalau mie cup? Sepertinya enak,” kata Sasha memberikan saran.
Andrea mengangguk menyetujui. “Kalau gitu ayo sebelum bel masuk, nanti kalau kita telat bisa-bisa kita kembali kena ceramah oleh si Kate.” Andrea tidak mau bertemu dengan Kate untuk kedua kalinya kalau seperti itu.
*
Keadaan kantin saat Andrea dan Sasha datang sudah tidak terlalu ramai seperti pada awal jam istirahat, Andrea memesan mie cup kuah rasa ayam pedas kesukaannya dan Sasha memesan 2 cup kuah rasa kari dan goreng untuk sapi pedas. Bukan Sasha namanya kalau tidak makan seperti orang rakus, tapi anehnya mau sebanyak apapun ia makan. Badannya masih terlihat ramping hanya pipinya saja yang terlihat agak chubby.
Andrea pun memlih tempat duduk di pinggir dekat kebun kampus, suasana siang ini agak mendung. Makan mie cup dengan cuaca seperti ini pun menjadi perpaduan yang pas. Ditambah dengan ice lemon yang menyegarkan membuat rasa pedas pada makanan akan ternetralisir dengan meminum ini.
“Jadi kau nanti malam akan pergi dengan apa?” sembari memakan mie cupnya, Sasha membuka pembicaraan.
Andrea yang tengah mengaduk mienya tiba-tiba terdiam, ia baru mengingat hal itu. “Mungkin aku akan meminjam mobil kakakku,” jawab Andrea asal. Ia tidak yakin akan diizinkan, kakaknya pasti curiga kalau tiba-tiba ia meminjam mobilnya. “Kau ikut kan?”
“Tentu saja, masa aku membiarkan sahabatku sendirian disana.”
Andrea tersenyum simpul, Sasha adalah satu-satunya teman terbaiknya yang selalu menerima Andrea apa adanya. Karena kebanyakan orang yang berteman dengan Andrea mempunyai maksud tertentu. Dan yang tulus padanya bisa dihitung jari.
“Jadi, bagaimana si Nicholas itu?” tanya Sasha penasaran, ia juga baru tahu bahwa Andrea akan menikah dengan Nic. Karena memang Andrea tidak memberi tahu siapa-siapa tentang ini.
“Dia tampan, kaya, rumahnya besar dan mewah seperti istana ditengah kota,” jawab Andrea.
“Bukan itu bodoh, semua orang juga tahu dia seperti itu maksudku kepribadiannya,”
Andrea terdiam sebentar, memikirkan kata yang pas untuk ia deskripsikan bagaimana seorang Nicholas Aldrich itu. “Arogan, tukang memaksa, dan menyebalkan.”
Pupil mata Sasha sedikit membesar mendengar itu. “Wow, itu terdengar sangat berbeda dengan tampangnya yang tampan dan lemah lembut.”
“Benar kan!!” tiba-tiba saja Andrea menjadi bersemangat. “Aku juga tidak tahu dia mempunyai sikap yang buruk, aku pikir dia orang yang hangat, baik hati dan juga ramah. Tapi saat aku bertemu dengannya, ia bahkan tidak tersenyum sama sekali dan seperti tidak punya malu sikapnya yang buruk itu juga ditunjukkan kepada kedua orang tua ku!” Andrea menceritakan kejadian yang ia alami kemarin di rumah Nic pada Sasha, ia seperti menuang rasa kekesalannya atas kejadian kemarin dan juga tadi pagi.
Hanya karena Nic, orang tuanya bahkan menjual mobil yang mereka berikan untuk Andrea. Tanpa sepengetahuan Andrea pula.
Sasha terus memakan mie cupnya sembari mendengarkan cerita Andrea dengan seksama, sesekali ia tertawa karena ekspresi kesal Andrea saat menjelaskan terlihat lucu dimatanya.
“Tapi aku yakin dia bersikap seperti itu karena pernikahan ini juga.”
“Maksudmu?”
“Ya aku yakin dia juga tertekan dengan pernikahan ini sama dengan kau, bedanya kalau kau tidak bisa menahan semuanya dan memilih untuk berontak karena ini tidak sejalan yang kau mau. Sementara Nic menahan itu semua, karena ia tidak bisa memberontak sepertimu itu. Masalah orientasi seksualnya saja sudah cukup membuat dia bermasalah apa lagi ditambah kalau ia menolak pernikahan ini. Nic akan terlihat seperti pria yang kekanak-kanakan,” kata Sasha panjang lebar. Ia memahami kedua sisi dari yang diceritakan oleh Andrea, dan Nic menanggung beban yang lebih berat dari Andrea. Oleh karena itu sikapnya yang buruk itu mungkin muncul dari rasa lelahnya.
“Oh iya, kau bawa mobil kan?” tanya Andrea, setelah meneguk habis kuah mie cupnya.
Sasha mengangguk.
“Aku menumpang ya!”
“Tidak biasanya seorang Andrea Brooke menumpang mobil temannya, di mana memang mobilmu memang?” goda Sasha sambari memainkan alisnya, mukanya menahan tawa karena ledekannya sendiri.
“Kurang ajar, meledekku ya!” Andrea melempar tisu bekas ia pakai ke arah Sasha lalu tertawa lepas.
*
Saat ini Andrea sudah berada di depan rumah kakaknya, Rachel. Sasha yang mengantarnya kemari tadi sudah pulang karena ia mempunyai janji dengan Jean untuk bertemu. Andrea kemari untuk meminjam mobil kakaknya, tentu saja ia tidak akan memberikan alasan sebenarnya untuk apa ia meminjam mobil. Andrea yakin bukan diberi izin oleh Rachel, ia malah akan kena omelan olehnya jika kakaknya itu tahu kalau Andrea ikut balapan liar.
Sebenarnya tanpa memberikan alasan pun Andrea ragu Rachel akan meminjamkannya, karena Rachel itu termasuk kategori kakak yang pelit. Jadi Andrea sudah memiliki rencana kedua jika ia tidak diberi izin, Andrea akan meminta langsung kepada kakak iparnya yang baik hati. Devan, untuk meminjamkannya mobil.
Setelah memencet bel beberapa kali, pintu rumah Rachel terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang mengenakan baju seragam khas nanny.
“Halo Nek!” Andrea menyapa Wanita itu dengan senyum diwajahnya.
Wanita itu balas tersenyum pada Andrea dengan teduh. “Non Andrea, sudah lama tidak kemari,” kata wanita paruh baya yang bernama Yessy itu, lalu ia mempersilahkan Andrea masuk ke dalam.
“Iya nek aku ingin bertemu kak Rachel, dia ada?” tanya Andrea. Ia memanggil Yessy dengan sebutan nenek karena beliau adalah salah satu asisten rumah tangga yang telah bekerja pada keluarga Andrea sejak Rachel masih kecil, Andrea sudah menganggap Yessy sebagai neneknya sendiri karena beliau sudah mengurus Andrea sejak masih bayi. Yessy juga sangat perhatian dan sayang sekali pada Andrea dan sudah menganggapnya seperti cucunya sendiri. Sifat Andrea mengingatkan pada dengan cucunya Laura.
Saat ini Yessy sedang bekerja di rumah Rachel untuk membantunya mengurus keperluan rumah karena sekarang Rachel sedang hamil.
“Ada, non Rachel sedang di ruang baca dengan tuan Devan,” jawab Yessy, lalu ia meraih tas Andrea untuk disimpannya.
“Tidak usah nek, aku hanya sebentar di sini jadi kubawa saja,” kata Andrea, lalu ia merogoh tasnya untuk mengambil sesuatu. “Ini aku bawakan untuk nenek.” Andrea mengeluarkan sekotak penuh permen jahe kesukaan Yessy dan memberikan padanya.
Yessy tersentuh saat Andrea memberikan permen jahe tersebut, walau hanya permen tapi Yessy senang karena Andrea mengingat hal kecil yang disukai olehnya. “Terima kasih banyak non.”
Andrea mengangguk. “Sama-sama nek!” kemudian Andrea pergi meninggalkan Yessy dan berjalan menuju ruang baca tempat di mana Rachel berada.
Andrea mengetuk pintu ruang baca sebanyak dua kali sebelum membuka kenopnya. Di sana ia melihat kakaknya Rachel dan Devan suaminya sedang duduk bersama di sofa ruang baca, mereka tampak terkejut dengan pintu yang tiba-tiba terbuka.
“Ah maaf, aku tidak tahu kalau kalian sedang ….” Andrea menjadi salah tingkah sendiri, ia datang saat Rachel dan suaminya Devan sedang bercumbu.
Rachel menoleh kesal saat tahu Andrea yang membuka pintu. “Ck, kalau mau masuk biasakan ketuk pintu!” tegur Rachel ia menjauhkan tubuh Devan dengan tangannya, ia sendiri juga merasa malu karena dipergoki oleh adiknya seperti itu.
Andrea hanya tersenyum kikuk.
Berbeda dengan Devan, ia bersikap santai dan hanya tersenyum saat melihat Andrea. “Tidak biasanya kau datang kesini Andrea, ada apa?” tanya Devan seraya membenarkan posisi duduknya.
“Itu… aku mau meminjam mobil boleh tidak kak?” tanya Andrea pada Rachel.
“Untuk apa, memangnya kenapa mobilmu?” Rachel balik bertanya dengan galak.
Benar-benar kakak Andrea satu ini, ia tidak bisa bersikap baik pada adiknya sekali saja.
“Itu mobilku disita sama papa, boleh kan kak.” Andrea memasang wajah sedih yang dibuat-buat agar Rachel luluh
Rachel terdiam lalu melirik suaminya seolah meminta izin.
Devan hanya mengangguk. “Aku boleh saja, lagi pula kalau tidak ada mobil Andrea akan kesulitan bukan untuk pergi ke kampus,” ujar Devan pada Andrea.
Andrea sumringah melihat Devan, ia lalu mengangguk dengan cepat mengiyakan perkataannya, kakak iparnya ini memang paling mengerti dirinya. Dengan begitu Andrea tidak perlu memberikan alasan lagi pada Rachel.
“Kau habis buat masalah ya, karena itu mobilmu disita.” Rachel memberikan tatapan menyelidik pada Andrea. Ia sangat tahu sifat Andrea, ia tidak akan meminta bantuan padanya kecuali saat ada masalah.
Andrea mengangguk pelan. “T-tapi hanya masalah kecil kak.” Jujur saja Andrea lebih takut pada kakaknya daripada orang tuanya, Rachel terlihat sangat galak dan mengintimidasi dan kesalnya Rachel hanya bersikap seperti itu kepada Andrea. Tapi walaupun begitu Rachel sangat sayang pada adik satu-satunya itu.
“Coba aku tanya pada mama,” ujar Rachel, ia mengambil ponselnya untuk menghubungi ibunya untuk memastikan bahwa Andrea tidak membuat masalah besar.
Andrea gelagapan, kalau Rachel menghubungi ibunya Andrea akan dimarahi nantinya karena telah mencoba meminjam mobil kakaknya. Perhatian Andrea pun beralih pada Devan, ia mencoba memberi kode pada kakak iparnya agar tidak menelpon ibunya.
“Kak Devan~”
Untungnya Devan mengerti maksud Andrea. “Sudah kasih aja, kamu tidak kasian sama adik kamu? Liat itu mukanya sampai melas begitu,” ujar Devan, ia menahan tangan Rachel untuk tidak menghubungi ibunya.
“Tapi sayang kalau dia buat masalah gimana, aku lagi aja yang kena omel papa.” Rachel menggerutu, nada bicaranya berubah menjadi sangat lembut berbeda saat berbicara dengan Andrea.
Dalam hati, Andrea merutuki Rachel. ‘Emang dasar pelit aja tidak mau meminjamkan.’
Devan memberikan tatapan yang membuat Rachel luluh, akhirnya Rachel meminjamkan mobilnya pada Andrea. “Aku pinjamkan hanya karena Devan izinin, awas kalau sampai mobilku lecet sedikit pun. Kubunuh kau.” Rachel memberikan tatapan mengancam pada Andrea.
Andrea tersenyum lebar, ia sangat berterima kasih berkat kak Devan, Rachel manusia yang Andrea anggap paling pelit di dunia ini mau meminjamkan mobil padanya.
“Makasih banyak kak Devan!” ucap Andrea senang.
Devan balas tersenyum, Andrea sudah ia anggap seperti adiknya jadi Devan akan memberikan apapun yang Andrea butuhkan selama ia mampu.
“Kok sama Devan saja, aku?” Rachel menunjuk dirinya, tidak terima.
“Kan yang kasih izin kak Devan, bukan kak Rachel,” ucap Andrea sambil memeletkan lidahnya meledek Rachel. “kunci mobilnya ada disopir kan? Kalau begitu aku pergi dulu, bye!” ssetelah itu Andrea berjalan meninggalkan Rachel dan Devan di ruang baca.
“Dasar adik kurang ajar, tidak tahu terima kasih!” rutuk Rachel melempar bantal sofa pada Andrea, tapi tidak kena karena Andrea terlanjur menutup pintu.
Devan hanya tertawa melihat keributan kecil antara kakak dan adik itu, mereka berdua sangat menggemaskan. pikirnya.
*
Andrea pulang kerumah saat hari sudah mulai gelap, setelah memarkirkan mobil pinjaman dari Rachel. Ia masuk ke dalam rumahnya yang tampak sepi, maklum saja rumah yang cukup besar ini hanya diisi 5 orang yaitu Andrea dan kedua orang tuanya dan 2 lainnya adalah pembantu rumah tangga. Sebenarnya sebelum ini Andrea memiliki 5 orang pembantu, tapi sayangnya 3 orang lainnya sudah dipecat oleh ayahnya karena keuangan keluarga Andrea saat ini takut tidak cukup untuk membayar gaji mereka, belum lagi ayahnya harus membayar gaji karyawan di kantornya. Tapi itu tidak termasuk Yessy, beliau sudah disuruh untuk berhenti oleh kedua orang tua Andrea lagi pula Yessy sudah lama bekerja dengan keluarga ini. Tapi Yessy menolak, katanya selama ia masih sehat dan bisa bekerja ia tidak mau berhenti dan tetap ingin melayani keluarga Andrea. Untuk masalah gaji Yessy tidak terlalu memikirkan itu, ia bisa dibayar pakai apa saja asal keluarga Andrea membiarkan ia bekerja dengan mereka. Yessy bilang, ia
Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, Nic yang baru saja pulang kerja langsung masuk ke kamarnya tanpa menyantap makan malam yang sudah disiapkan oleh bibi yang memasak. Semenjak orang tua Nic mengetahui bahwa anaknya penyuka sesama jenis, orang tuanya melarang dia untuk tinggal sendiri lagi. Mereka takut tanpa sepengetahuan mereka, Nic membawa seorang pria pulang untuk diajak tidur bersama. Jadi mereka memaksa Nic untuk tinggal serumah agar Nic tetap dalam pengawasan mereka. Sesampainya di kamar Nic membuka jas yang ia kenakan dan melonggarkan dasinya yang sudah menyesakkan, semenjak ia bertemu dengan Andrea, Nic merasa harinya menjadi sangat berat. Pikirannya tidak bisa lepas dari kata-kata yang dilontarkan Andrea pada malam itu, dimana Andrea dengan lantang menghinanya didepan ibunya dan membatalkan pernikahan secara sepihak. Ancaman Fiona untuk membujuk Andrea kembali menyetujui pernikahan juga belum Nic lakukan, Nic sangat sibuk di kantor dan Andrea juga belum m
“A-aku.” Belum sempat Andrea menjawab seseorang sudah menyelanya. “Malam bapak Nic, silahkan duduk terlebih dahulu sebelum saya jelaskan,” sanggah polisi yang sebelumnya sedang mengintrogasi Andrea. Nic sempat menoleh ke arah polisi tersebut kemudian mengambil duduk disebelah Andrea, ia duduk dengan tegak, tangannya dilipat di depan dada sembari menunggu polisi memulai penjelasannya. “Jadi calon isteri Bapak ini ditangkap saat-“ Nic mengangkat sebelah tangannya, membuat si polisi berhenti berbicara. “Jangan panggil saya bapak, memangnya muka saya terlihat tua?” interupsi Nic tidak suka. “Ah baik Pak, maksud saya Tuan Nic.” polisi tersebut membenarkan panggilannya. “Jadi calon isteri anda kami tangkap sedang berkumpul di area xxx diduga untuk melakukan balap liar.” Mata Nic membulat saat mendengar itu. “Tunggu.” Ia kemudian menoleh ke arah Andrea dengan tatapan terkejut dan tidak percaya. “Kau mengikuti balap liar?” “T-tidak!” e
Saat ini Nic dan Andrea sedang berada diperjalanan pulang, suasana malam yang dingin dan sepi menemani mereka di dalam keheningan. Tidak ada yang berbicara diantara mereka sejak awal memasuki mobil, dua-duanya sibuk tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Andrea terus memandangi suasana malam yang terlihat sangat menenangkan baginya, jalanan yang sepi, toko-toko yang tutup, dan beberapa orang yang masih berada diluar dengan kesibukannya masing-masing. Andrea menyukai suasana kota pada malam hari terlihat tenang dan memiliki getaran yang berbeda, Andrea kemudian melirik ke arah jam pada dashboard mobil. Waktu sudah menunjukkan pukul jam 12 malam, Andrea tersenyum tipis lalu melirik Nic yang sedang fokus menyetir. Late night drive bersama pria, ini adalah pertama kalinya bagi Andrea dan ia selalu ingin merasakan ini. Mengelilingi kota dengan kendaraan pada malam hari, walaupun tahu mereka hanya sedang berada di dalam perjalanan pulang dari kantor polisi tapi
Saat ini Andrea tengah berada di dalam kamar Nic, sendirian. Kamarnya cukup luas, semua barang-barangnya tertata rapi dan dominan berwarna hitam dan putih. Tidak terlalu banyak barang disini sepertinya Nic menerapkan konsep minimalis atau memang dia orang yang tidak membutuhkan banyak barang, karena itu kamar ini terlihat lega. Tidak banyak juga yang dapat dilihat oleh Andrea ya selain karena Nic melarang dirinya untuk menyentuh barang-barangnya, tidak ada hal yang menarik di kamar ini. Andrea pun memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi dalam kamar Nic, sebelum beristirahat ia memutuskan untuk berendam air panas untuk melemaskan otot-ototnya yang tegang. Karena Andrea tidak membawa baju ganti dan bajunya sudah penuh dnegan keringat ia pun memutuskan untuk mengenakan bathrobe sebagai baju tidurnya. Toh besok ia bisa meminjam baju ibu Nic untuk dipakai. * Nic membuka kamar tidurnya yang terlihat masih gelap bertanda bahwa orang yang men
“Apa yang kau pikirkan mengatakan hal itu tanpa memberi tahuku terlebih dulu? Lihat sekarang semuanya jadi seperti ini, aku belum sepenuhnya siap kau tahu!” cerocos Andrea begitu mereka berada di sebuah ruangan berdua, Andrea tidak terima bahwa Nic memutuskan pernikahan secara sepihak tanpa membicarakan kepadanya terlebih dulu. “lebih cepat lebih baik, untuk sekarang ikuti saja rencana mereka,” kata Nic cepat, ia sudah malas untuk berargumen dengan Andrea. “Ah sepertinya aku akan gila sebentar lagi.” Andrea memijat pelipisnya, nafasnya berderu cepat. Ia benar-benar muak dengan sikap Nic yang sangat arogan dan egois seperti ini. Nic yang merasa pembicaraannya sudah selesai langsung beranjak pergi, namun dengan cepat Andrea menahan pundak Nic dan membalikkan tubuhnya dengan satu tangan membuat Nic tersentak. “Ini pernikahan! P-E-R-N-I-K-A-H-A-N,” Andrea mengeja perkataannya dengan penuh penekanan. “Kenapa kau selalu menganggap sepele ini hah?” N
“Selamat siang Pak Nic,” sapa Veronica setelah ia mengetuk pintu ruangan kerja Nic dan membukanya, Veronica mengecek terlebih dahulu apa yang sedang dilakukan bosnya itu sebelum ia berbicara. Nic yang sedang mengecek beberapa berkas mengalihkan pandangannya kepada Veronica. “Iya ada apa?” tanya Nic seraya membenarkan letak kacamata bacanya. “Itu ada …,” perkataan Veronica tergantung. Nic menaikkan sebelah alisnya menunggu Veronica melanjutkan perkataannya. “Ada Pak Lu—” belum selesai Veronica berbicara, tiba-tiba seseorang menyingkirkan tubuhnya secara paksa membuat tubuhnya terhuyung ke samping, untung saja Veronica bisa menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh. Veronica mengumpat dalam hati dan melirik kesal kepada orang itu. “Halo darling!” Seorang pria berambut hitam legam, dengan wajah yang cukup cantik, lengkap dengan tuxedo hitam miliknya muncul memaksa masuk ke dalam ruangan dan menyapa Nic dengan semangat, ia melep
“Nic?!” Andrea meyebut nama Nic dengan lantang begitu ia membuka pintu ruangan Nic dengan paksa, dan melihat calon suaminya sedang asik berpelukan dengan seorang pria. Posisi Nic yang sedang membelakangi pintu membuatnya langsung memutar badannya begitu mendengar namanya disebut, Nic mendapati Andrea sedang berdiri menatapnya shock, Nic mengernyit dengan kehadiran Andrea yang diluar dugaan ia tidak pernah berpikir bahwa Andrea akan datang ke kantornya. Tidak sampai mereka menikah. Penampilan Andrea saat ini pun tampak berantakan seperti sedang dikejar oleh seseorang, Nic bisa menduga bahwa Andrea datang menerobos dan memaksa masuk ke ruangannya melawan para penjaga keamanan. “Nic apa yang kau lakukan? Siapa dia?” tanya Andrea dengan rasa penasaran. “Bukan urusanmu,” jawab Nic tak acuh seraya menutupi wajah Lucas dengan tubuhnya. Kedua alis Andrea bertaut tampak tidak senang dengan jawaban dari Nic, ia pun berjinjit seraya memiringkan badannya
Andrea terus memandangi map yang berisi perjanjian antara dirinya dan Tatiana yang sudah ia tanda tangani. Andrea sedikit menyesal dengan pilihannya sekarang, karena ia merasa untuk siapa sebenarnya ia mempertaruhkan hidupnya ini. Awalnya semua direncanakan hanya sebagai sandiwara saja, tapi kenapa ia malah terjebak di situasi yang rumit ini? Situasi yang tidak pernah Andrea bayangkan sebelumnya. Seharusnya tadi Andrea meminta waktu untuk memikirkan ini semua, tapi saat tadi Andrea sama sekali tidak terpikirkan itu. Tatiana terlalu mendesaknya tadi sehingga ia tidak bisa berpikir tenang, dan di kepalanya saat itu hanya terbayang wajah kedua orang tuanya yang terlihat sangat sedih karena masalah ini. Setidaknya untuk sekarang Andrea berpikir ia melakukan ini untuk kedua orang tuanya setelah itu barulah Andrea bisa memikirkan kebahagiaannya. Dan soal anak yang diminta Tatiana … Andrea akan memikirkan rencana yang bagus untuk membuat semuanya terlihat natural dan tentu saja ia
Suara Tatiana dari belakang menginterupsi mereka. Andrea dan Nathan langsung menoleh ke arah Tatiana yang entah sudah sejak kapan berdiri di sana. Andrea berdehem, ia langsung mundur beberapa langkah menjauhi Nathan agar tidak membuat Tatiana salah paham atas apa yang baru saja dilakukan Nathan. Tatiana memandang Andrea dan Nathan dengan tajam bergantian, matanya seperti berusaha membaca sesuatu dari mereka. “Aku hanya mengatakan untuk berhati-hati saat bertemu Grandmama, karena Grandmama sangat galak,” kata Nathan bohong penuh nada bercanda. Ia menyunggingkan senyumnya seperti biasa agar tidak dicurigai oleh Tatiana. Mata Tatiana menyipit, wajahnya ditekuk siap marah karena tersinggung dengan perkataan Nathan barusan. “Dasar anak kurang ajar! Sudah sana pergi untuk apa kau berlama-lama di sini!” tangannya bergerak mengusir Nathan agar pergi dari pandangannya. “Dan Andrea aku sudah menunggumu dari tadi kenapa malah mengobrol dengan anak ini!”
Sudah lima menit Andrea berdiri di pekarangan rumah Tatiana. Hari ini ia datang memakai taksi karena mobilnya masih di simpan oleh orang tuanya, dan Andrea sudah terlanjur malas untuk meminjam kembali mobil kakaknya. Sebelumnya Andrea berdiri tepat di depan pagar rumah Tatiana, namun karena ia dilihat oleh sekuriti dan kebetulan sekuriti tersebut mengenalinya jadilah Andrea di suruh masuk ke dalam. Kini Andrea kembali berdiri di pekarangannya memandang pintu masuk rumah Tatiana. Andrea mengumpulkan keberaniannya untuk bertemu dengan nenek Nic, karena nantinya mereka hanya bertemu empat mata yang mana akan membuat Andrea semakin gugup. “Nona Andrea?” Andrea tersentak saat tiba-tiba ada yang memanggil namanya, mata Andrea melihat sosok wanita berumur tiga puluh tahunan, mengenakan seragam, dari arah berlawanan. Wanita itu sedang membawa sebuah pot bunga ditangannya. “Ah iya,” sahut Andrea. “Kenapa masih di sini? Grandmama sudah menunggumu, ayo m
Hari ini adalah hari ke-tujuh Andrea belajar etiket kebangsawanan di rumah milik Nic. Karena banyak yang Andrea harus pelajari, Nic sampai repot-repot mau menyewakan seorang guru untuknya. Setelah pulang kuliah Andrea langsung bergegas ke rumah Nic untuk menerima pembelajaran lagi dari guru yang berbeda. Pada awalnya Andrea tidak merasa kesulitan walaupun ia keberatan menjalani semua pelajaran etika yang sangat membatasi ruang geraknya. Karena Andrea adalah tipe wanita yang bisa dibilang semborno dalam bertingkah, tapi untungnya Andrea dapat cepat mempelajarinya. Hari pertama Andrea belajar tata cara bagaimana ia harus berpakaian, guru etikanya Madam Claire memberinya contoh pakaian yang biasa dikenakan oleh bangsawan pada saat-saat acara atau pesta. Kebanyakan baju yang dicontohkan adalah dress formal dengan rok selutut, itu pun adalah batas yang boleh Andrea kenakan saat di pesta. Tidak bole terlalu memperliatkan kulit di punggung ataupun bagian depan tubuhnya. Andrea sedi
Fiona melangkahkan kakinya di kediaman mertuanya, Tatiana. Ia datang tepat pada pukul dua belas siang karena Tatiana tiba-tiba mengajak makan siang bersama. Saat mendengar ajakan Tatiana, Fiona sudah mengetahui maksud dari Tatiana mengajaknya makan siang. Ada hal yang ingin dibicarakan dengannya terkait pernikahan cucu kesayangannya, Nic dengan Andrea. Terlebih kesan pertama Tatiana melihat Andrea begitu buruk membuat semuanya menjadi sangat jelas. “Selamat datang Ny. Fiona grandmama telah menunggu anda di kebun belakang untuk makan siang,” sapa salah satu pelayan pribadi rumah Tatiana sekaligus memberi tahu keberadaan Tatiana. Dahi Fiona mengerut bingung. “Kebun belakang? Bukankah siang ini agak terik untuk makan siang di luar?” tanya Fiona. Pelayan tersebut mengangguk sopan. “Memang, tapi kami sudah menyiapkan tempat senyaman mungkin agar anda dan grandmama tidak kepanasan meski berada di luar.” Fiona hanya mengangguk paham, lalu ia berjalan masuk m
Andrea yang tengah memandang jalanan kota lewat jendela restoran langsung memalingkan kepalanya begitu Nic membuka suara. Pria itu menatapnya lurus tanpa ekspresi, selalu seperti ini ketika mereka sedang berdua Nic tidak pernah mengganti ekspresinya selain ekspresi datar. “Hum?” Andrea menopang dagunya melihat Nic. “Etiket?” Nic mengangguk dia lalu mengubah posisi duduknya, kedua tangannya ia tampu di atas meja seraya mencondongkan tubuhnya sedikit agar Andrea dapat mendengarnya dengan jelas. “Ya etiket, ada beberapa peraturan yang boleh dan tidak kau lakukan, dan tentunya seorang wanita yang akan menjadi bagian keluarga bangsawan harus mengetahui ini agar tidak salah melangkah nantinya.” “Apa etiket yang dibicarakan Tatiana kemarin?” Andrea memastikan. Nic mengangguk. “Ya, grandmama marah denganmu karena kamu tidak mengetahui satu pun etiket yang ada.” Andrea mengerutkan dahinya, kata-kata Nic terdengar seolah ia menyalahkan dirinya. “Salahmu
“Baik Sir Nic, kami punya beberapa cincin yang baru saja keluar dan ini yang terbaik di toko kami sebentar,” ucap Evan lalu berbicara pada pegawai di sana untuk mengeluarkan cincin-cincin terbaru milik mereka. Terdapat lima pasang cincin yang mereka keluarkan dan menaruhnya di atas etalase agar Nic dan Andrea bisa melihat dengan jelas. “Kau suka yang mana, Andrea?” tanya Nic membiarkan Andrea untuk memilih. Andrea yang sedang melihat ke arah lain, langsung mengalihkan pandangannya pada Nic lalu matanya melihat cincin yang terpajang manis di atas etalase toko siap untuk ia pilih. “Aku hmm….” Andrea berpikir sejenak untuk memilih, semua cincin yang dikeluarkan oleh Evan ini terlihat sangat cantik. Andrea adalah tipe wanita yang jarang menghabiskan uangnya untuk membeli perhiasan seperti emas atau berlian, tapi ia lebih suka menghabiskan uangnya untuk membeli sepatu bermerek karena menurutnya aksen fashion terbaik adalah sepatu. Karena itu Andrea mempuny
Malam yang dingin membuat dua sejoli yang masih terbaring di kasur, semakin mengeratkan pelukan dan juga selimut untuk menutupi tubuh polos mereka karena aktifitas yang baru saja mereka lakukan. Mereka masih terdiam menatap ke sembarang arah seolah menikmati waktu mereka saat ini, karena sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu berdua di atas kasur seperti sekarang. Nic mengusap lembut surai hitam milik seseorang yang kini tengah menyendarkan kepalanya di dada bidang milik Nic. Mata Nic menyalang lebar menatap plafon kamar tempat mereka berbaring, otaknya melalang buana memikirkan sesuatu. Sementara orang itu menikmati sentuhan lembut yang Nic berikan padanya, seraya tersenyum. “Nic,” panggilnya. Nic berdehem lembut, matanya langsung beralih melihatnya. “Aku merindukanmu,” katanya lagi yang entah sudah keberapa kalinya. Dari awal mereka bertemu sampai ia bercinta tadi ia terus mengatakan itu membuat Nic terkekeh. “Aku di sini, sayang,” balas
Andrea melangkah memasuki rumahnya saat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Karena begitu Andrea turun dari mobil Nic tadi sore dengan keadaan mood yang berantakan, Andrea langsung menghubungi Sasha dan memintanya untuk mengantarkan mobil Andrea di club Minnerva. Awalnya Andrea hanya ingin minum sendirian karena ia butuh waktu untuk menenangkan pikirannya karena kejadian acara minum teh sore tadi, tapi begitu Sasha datang Andrea langsung menumpahkan segala kekesalannya pada Sasha. Sasha menemani Andrea sembari mendengarkan semua ceritanya dengan seksama. Sampai akhirnya Sasha menyuruh Andrea berhenti minum dan pulang untuk beristirahat sebelum Andrea benar-benar mabuk dan membuat masalah. Dengan paksaan Sasha pun mengantarkan Andrea pulang ke rumah. Saat Andrea sampai di dalam rumah, seluruh anggota keluarganya termasuk kakaknya Rachel dan suaminya Devan ada di sana menunggunya di ruang keluarga. Andrea yang setengah mabuk memicingkan matanya bingung, ia men