Share

EP. 3

Penulis: youarestarsx
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Saat ini Andrea dan kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan pulang, setelah keributan kecil yang dibuatnya setelah makan malam membuat suasana saat ini menjadi canggung. Selama perjalanan pulang pun orang tua Andrea hanya diam tidak mengungkit atau pun memarahi Andrea seperti yang ia kira sebelumnya, Andrea pikir ia akan diberi ceramah sepanjang malam oleh ibunya karena sikapnya tadi.

Andrea langsung masuk ke kamarnya begitu mereka sampai di rumah, mengunci pintu dan mengurung diri sampai pagi tiba. Andrea hanya keluar dari kamarnya untuk berangkat kampus, dirinya berniat untuk langsung pergi tanpa melihat kedua orang tuanya tapi gagal ketika Andrea tidak menemukan kunci mobilnya di tempat yang seharusnya. Terpaksa ia harus menemui ibunya untuk bertanya.

"Ma lihat kunci mobilku?" Tanya Andrea pada ibunya yang tengah menyiapkan sarapan untuk Ayahnya.

Liliana diam tidak menjawab Andrea.

Andrea merasa kesal karena diabaikan. "Ma? Aku mau berangkat kampus dan aku butuh kunci mobilku sekarang!"

"Apa itu sikap seorang anak pada orang tuanya? Kamu bahkan tidak menyapa sama sekali" ujar Liliana tampak tidak peduli dengan pertanyaan Andrea sebelumnya.

Andrea mendengus. "Selamat pagi" sapa Andrea dengan malas. "Dan sekarang dimana kunci mobilku?"

"Mulai hari ini kamu tidak perlu mobil untuk berangkat kampus Andrea," sela Adam menjawab pertanyaan Andrea, ia melipat koran yang dibacanya lalu meminum kopi yang telah disiapkan oleh Liliana.

"Maksudnya? Terus kalau tidak pakai mobil aku pakai apa ke kampus?" Tanya Andrea bingung dengan sikap orang tuanya yang terlihat tidak peduli dengannya pagi ini.

"Terserah kamu, intinya mobil kamu papa sita dan akan papa jual," kata Adam lagi dengan santai seolah hal itu bukan lah hal besar. "Terima kasih sayang," ucap Adam ketika Liliana memberinya roti panggang lalu mengecup bibirnya.

Andrea semakin kesal melihat orang tuanya malah bermesraan mengabaikan keberadaannya di sana. "Aku tidak tahu apa yang sedang kalian pikirkan, tapi itu mobilku kalian tidak bisa menjualnya begitu saja!" ujar Andrea tidak setuju. Audi R8 adalah mobil yang Ayahnya berikan saat Andrea berulang tahun ke-17 dan sekarang mereka berpikir mau menjualnya? Tentu saja Andrea tidak bisa menerimanya, mobil itu adalah barang kesayangannya.

"Ma!" Andrea memanggil Liliana meminta penjelasan.

"Turuti saja apa kata Papamu" ujar Liliana.

Melihat sikap aneh orang tuanya ini pikiran Andrea langsung terlintas pada kejadian semalam,  kini ia paham apa yang sedang terjadi saat ini, orang tuanya sedang marah padanya dan mengancam mau menjual mobilnya karena kelakuannya saat di rumah Nic semalam.

"Jadi ini karena Nic kalian mau menjual mobil itu?" tanya Andrea mencoba menebak.

Lagi-lagi orang tuanya mengabaikannya dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

"Aku tidak mengerti jadi kalian benar-benar mau menjualku kepada pria tidak normal itu?" Ujar Andrea mengatakan hal itu untuk memancing reaksi kedua orang tuanya.

Dan benar saja Liliana langsung menoleh kearah Andrea dan menatapnya marah mendengar kata-kata yang diucapkan anaknya itu. "Jaga kata-katamu Andrea! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan Mama melakukan ini untuk kebaikanmu, kebaikan kita semua!"

Andrea menggeleng. "Kebaikanku? Jika untuk kebaikanku kalian tidak melakukan itu padaku!" Kata Andrea membalas tatapan ibunya lalu kemudian berbalik pergi meninggalkan orang tuanya di ruang makan.

Hancur sudah ketenangan yang Andrea harapkan pagi ini, akhirnya Andrea memilih pergi untuk menghindari semakin memanasnya suasana yang seharusnya damai saat pagi.

Andrea tahu tidak akan ada habisnya jika ia memulai perdebatan dengan ibunya, jika ia tidak pergi bisa-bisa ia tidak berangkat kampus karena tertahan oleh omelan ibunya sepanjang hari.

*

Andrea turun dari taksi setelah membayar ongkos perjalanan yang menghabiskan cukup banyak uang jajannya.

"Shit, my money!" Keluh Andrea saat melihat isi dompetnya yang kurang dari 100 pound. 

Ia tidak pernah mengeluhkan soal uang sebelumnya, tapi mengingat ia sedang bertengkar Andrea pikir ia harus menghemat khawatir kalau orang tuanya berencana untuk memotong uang jajannya.

"Aku melihat tuan putri turun dari taxi hari ini, dimana mobilmu Andrea?" Tanya Sasha tiba-tiba dari arah belakang langsung merangkul pundak Andrea membuat Andrea terkejut.

"Aku sedang bertengkar dengan kedua orang tuaku" jawab Andrea dengan malas, ia memasukkan kembali dompetnya ke dalam tasnya.

"Bankrupt already huh?" Sasha yang sudah tahu apa yang terjadi dengan keluargamu bertanya lagi.

Andrea mendorong tubuh Sasha menjauh darinya. "Berhenti berkata seperti aku sudah miskin sekarang, jika aku jatuh miskin pun aku masih lebih kaya darimu," ujar Andrea dengan sombong sembari mengibaskan rambutnya ke belakang.

Sasha tertawa mengejek melihat kesombongan ditampilkan oleh sahabatnya itu. "Tapi intinya kau jatuh miskin."

Andrea menatap tajam ke arah Sasha dan sedetik kemudian tertawa. "Dan kau harus memberikanku mobil baru karena mobilku disita sekarang"

"Serius?" kata Sasha tidak percaya karena orang tua Andrea yang Sasha kenal sangatlah loyal dan memanjakan anak-anaknya.

Andrea mengangguk, ia melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan Sasha yang masih diam di tempat.

Sasha berlari kecil sembari membenarkan tali tasnya yang sedikit melorot ke arah Andrea yang mendahuluinya. "Terus bagaimana dengan taruhan nanti malam?" 

Langkah Andrea terhenti seketika mendengar ucapan Sasha, ia pun memutar tubuhnya menghadap Sasha dan menatapnya bingung. "Taruhan apa?" 

Sasha mendengus. "Jangan bilang kau lupa? Minnerva club besok malam, kalian janjian balapan mobil dan taruhannya adalah mobilmu karena dia tahu itu barang kesayangan kau Andrea! ingat tidak?" ujar Sasha menjelaskan.

Perlahan ekspresi wajah Andrea berubah, ia meringis karena merutuki kebodohannya saat itu yang sedang mabuk dimanfaati oleh Annie dan teman-temannya hanya untuk balapan mobil 2 minggu lalu. Alasannya hanya karena pria incaran Annie mendekati Andrea dan itu membuat Annie kesal dan mengajak Andrea taruhan. Sebenarnya Andrea sama sekali tidak tertarik dengan pria itu, tapi ia sangat senang ketika ia mengalahkan Annie dan melihat ekspresi marah dan iri gadis murahan itu jadi Andrea meladeninya. 

"Bagaimana ini? lagi pula Kenapa waktu itu kau tidak menghentikanku?!" kata Andrea kepada Sasha.

"Aku sedang bersama Jean saat itu jadi aku tidak tahu kalau kau menerima itu," ujar Sasha mengecilkan suaranya dan memasang wajah tidak bersalahnya itu. 

Andrea mendengus kesal kearah Sasha. 

"Well ada tuan putri kita disini," suara centil dan merendah itu terdengar tiba-tiba dari arah belakang Andrea.

Andrea memutar bola matanya kesal, ia sangat hafal siapa pemilik suara itu. Annie. 

Ok, nice timing.

"Good Morning Princess" sapa Annie gadis berambut pirang dengan senyum mengejeknya bersama dengan dua babunya Hanna dan Chloe yang selalu mengikutinya kemanapun ia berada.

Here we go again. 

"Mau apa kau?" tanya Andrea dengan malas. 

"Chill princess, masih pagi jangan marah-marah," ujar Annie lagi mencoba memancing amarah Andrea dengan memanggilnya seperti itu.  "Aku disini hanya mau mengingatkan dengan taruhan kita besok malam tidak lupa kan?" tanya Annie sembari memainkan rambutnya. 

"Tentu saja aku tidak lupa dengan taruhan bodoh yang kau buat," jawab Andrea dengan sarkas. 

Annie mengerutkan wajahnya kesal, tapi dengan cepat ia kembali memasang wajah normalnya dan mengejek Andrea. "Tapi dengan bodohnya juga kau menerimanya" balas Annie diikuti dengan tawa teman-temannya. 

Andrea diam mencoba menahan rasa kesalnya dengan tidak menanggapi ucapan Annie.

"Tapi Annie bagaimana kalau dia kalah? perusahaan orang tuanya bukannya terancam bangkrut bukankah tidak baik jika kau menerima mobilnya begitu saja?"kata Hanna tiba-tiba memprovokasi Annie sambil melemparkan wajah mengasihani kepada Andrea. 

Andrea terbelak bagaimana bisa kabar tersebut sudah diketahui oleh para gadis menyebalkan ini, padahal ini adalah masalah internal perusahaan ayahnya dan hanya beberapa orang dalam saja yang tahu. 

Annie mamasang wajah sedihnya. "Oh iya bagaimana aku bisa lupa kalau princess kita satu ini akan jatuh miskin apa kita batalkan saja taruhannya? aku tiba-tiba merasa kasihan padanya, bahkan tadi aku melihatnya naik taksi menuju kampus," ujar Annie sengaja membesarkan suaranya agar bisa terdengar oleh orang disekitar, tidak lupa ia memberikan Andrea tatapan iba yang semakin membuatmu semakin muak melihatnya. 

"Poor girl," ejek Hanna dan Chloe bersamaan. 

Perkataan Annie tadi berhasil menarik perhatian beberapa orang disana dan mereka mulai saling berbisik mempertanyakan kebenaran dari ucapan Annie tersebut. 

Annie tersenyum miring penuh kemenangan saat melihat orang-orang mulai membicarakan Andrea dan menertawakan Andrea dalam diam.

Kedua tangan Andrea terkepal menahan emosi terhadap sikap Annie yang semakin membuatnya kesal, padahal rasa kesalnya akibat masalah di rumah tadi belum juga hilang. 

Sasha yang tidak tahan dengan sikap mereka yang mengejek Andrea akhirnya mulai bergerak, ia mendorong cukup keras pundak Annie sehingga membuatnya terdorong ke belakang beberapa langkah. "Shut the fuck up Annie, kalau pun Andrea bangkrut dia masih lebih kaya daripada kau!" 

"Oh ya?" Annie menaikkan sebelah alisnya. "Aku tidak yakin karena ayahku bilang bahwa saham perusahaan milik Ayahnya princess sudah menurun hampir 50%, apa aku benar Andrea?" ungkap Annie dengan suara lembut yang dibuat-buat. 

'...Jadi dia benar-benar jatuh miskin?...'

'...Lihat wajahnya sudah miskin saja masih sombong...'

'...Aku dengar dia ke casino untuk berjudi...'

'...Padahal minggu lalu dia masih membeli tas bermerek mahal, jadi dia masih berfoya-foya walau usaha ayahnya sedang bangkrut anak tidak tahu diri...'

Andrea menggigit bibir bawahnya begitu orang-orang mulai membicarakannya secara terang-terangan, Andrea sebenarnya tidak peduli dengan status sosial yang sangat dijunjung tinggi murid di kampusnya ini. Dimana yang kaya akan diagung-agungkan dan miskin dikucilkan, sungguh kasta di kampus ini sangat terlihat bahkan kerap kali guru disini melakukan diskriminasi terhadap murid yang dianggap miskin dan mendekati para murid yang kaya untuk mengambil hatinya agar orang tua mereka mau menyumbangkan dana dalam jumlah besar ke kampus.

Andrea menatap tajam kearah Annie, sementara Annie tidak bisa menahan ekspresi bahagianya ketika orang-orang mulai menjelekkan Andrea.

"Kalau kau jatuh miskin Andrea." Annie berjalan mendekati Andrea. "Kau tidak akan bisa melawanku lagi dan menunjukkan wajah angkuhmu yang menyebalkan itu," ujar Annie lagi mengangkat paksa dagu Andrea agar ia bisa melihat dengan jelas ekspresi wajahnya, dan lagi Annie melemparkan senyum mengejeknya kepada Andrea.

Dengan cepat Andrea meraih tangan Annie yang berada di dagunya, ia menjauhkan tangan Annie dari wajahnya dan mencengkramnya dengan keras. 

Annie meringis. "Apa-apaan lepaskan bodoh, ini sakit!" kata Annie berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang dicengram kuat Andrea. 

Bukan melepasnya Andrea malah semakin mempererat cengramannya itu lalu tersenyum ke arah Annie. "Oh ya? aku bahkan hanya menyentuhnya saja, lemah sekali," ejek Andrea. 

Hanna yang melihat ekspresi kesakitan Annie marah dan mencoba menyerang Andrea. "Lepaskan tanganmu itu jalang!" 

Andrea dengan cepat menghindari serangan Hanna, dan membuat badan Hanna sedikit terhuyung kedepan. Hanna terkejut dengan refleks Andrea membuat Hanna kehilangan keseimbangannya, dengan sigap Andrea segera menyelamatkan Hanna agar tidak tersungkur dengan cara memegang rambut belakang Hanna dan menariknya dengan kencang membuat badan Hanna tertarik ke belakang.

Hanna memekik cukup keras ketika Andrea secara tidak langsung menjambak rambutnya. "Kau gila ya?!!"

"Aku hanya ingin menyelamatkanmu agar wajah cantikmu itu tidak menyentuh lantai Hanna," kata Andrea dengan santai masih memegang rambut Hanna dan mencengkram tangan Annie.

Annie membelak ketika Andrea menjambak rambut Hanna, ia pun marah karena Andrea menggunakan kekerasan dan membuatnya tidak berdaya. "Lepaskan Andrea! Kau telah melakukan kekerasan di kampus aku bisa laporkan ini kepada orang tuaku!" teriak Annie.

"Lakukan saja, kau pikir aku takut?" Kata Andrea lalu dengan sengaja memperat cengramannya pada pergelangan Annie dan membuat Annie mengeluh kesakitan.

Hal ini menarik perhatian banyak orang karena tertarik dengan keributan kecil yang Andrea buat.

Sementara Sasha tersenyum senang melihat Andrea melakukan hal itu.

"Hei kau mau apa hah?" Tanya Sasha dengan baik menahan Chloe saat ia mencoba mencari kesempatan untuk ikut menyerag Andrea untuk menyelamatkan kedua temannya.

"Diam kau jelek!" Ejek Chloe.

Sasha tersenyum ketika Chloe mengatainya, sedetik kemudian Sasha sudah merangkul leher Chloe dan kemudian menekannya dengan lengannya. "Terima kasih atas pujiannya cantik," ujar Sasha dengan senyum.

Chloe terkejut ketika Sasha mengapit lehernya dengan lengan dan membuat Chloe kesulitan bernafas. "Sakit! jauhkan lenganmu dari leherku jalang!!" ringis Chloe sambil memukul-mukul lengan Sasha.

Tapi Sasha menghiraukan ocehan Chloe dan terus mengapit leher Chloe dengan lengannya.

"Dengan Annie! Mau aku kaya atau jatuh miskin itu bukan urusanmu mengerti?! Lagi pula itu tidak akan terjadi ketika aku adalah tunangan dari Nicholas jadi jangan coba-coba mempermalukan ku seperti tadi!!" ujar Andrea dengan nada mengancam penuh kesal.

Annie yang sedari tadi berusaha melepas cengraman Andrea langsung terhenti ketika Andrea menyebutkan nama seorang pria.

"Nicholas?"

Entah kenapa semuanya menjadi hening seketika.

Annie melihat ke arah Andrea. Hanya ada satu Nicholas yang Annie kenal, tapi tidak mungkin rivalnya ini menjadi tunangan seperti yang dikatakannya.

"Nicholas Horison?" Kali ini Sasha bertanya, karena ia sama sekali tidak pernah mendengar ini darimu.

"Tentu saja," jawab Andrea dengan percaya diri.

Semuanya kembali terdiam, antara terkejut dan tidak percaya seorang keluarga konglomerat seperti Horison bisa bertunangan dengan gadis seperti Andrea.

Karena ini Nicholas Aldrich Horison yang mereka bicarakan, most wanted pria bangsawan di kalangan sosial atas London. Sudah pasti semua orang mengenalnya.

Andrea bingung dengan keheningan ini lalu melirik keadaan sekitarnya.

"T-tapi kudengar dia itu gay, kau berbohong bukan?" Tanya salah satu dari kerumunan disana.

Andrea mematung, sial tadi ia begitu percaya diri mengatakan bahwa ia bertunangan dengan pria itu sampai melupakan fakta bahwa pria itu gay.

"Dan kau percaya dengan rumor bodoh itu?" Tanya balik Andrea.

Beberapa diantaranya menggeleng. Tentu saja tidak, mana mungkin mereka percaya bahwa pria setampan Nic adalah gay.

"Hah jangan mau tertipu dengan Andrea, aku tahu Nic benar-benar gay karena ayahku menjalankan bisnis dengannya dan sudah menjadi rahasia umum karyawan disana kalau dia itu gay," ujar Chloe membenarkan rumor tersebut.

Andrea kembali mematung, ia bingung harus mengelak seperti apa karena hal itu memang benar. Tapi Andrea tidak mau mengakui bahwa rumor itu benar begitu saja.

"Aku tidak tahu orang bodoh mana yang menyebarkan rumor itu, yang jelas aku disini sebagai tunangannya mengelak kalau rumor itu bohong!" ujar Andrea pada akhirnya memutuskan untuk berbohong.

Belum sempat ada yang menyanggah ucapan Andrea, bel tanda masuk sudah berbunyi. Lalu seorang guru dari kejauhan meneriaki kalian yang sedang berkumpul.

Andrea refleks melepaskan tangannya dari rambut Hanna dan juga tangan Annie begitu mendengar suara guru, begitu juga dengan Sasha yang melepaskan Chloe lalu membantunya membenarkan kerah bajunya yang berantakan.

"Bubar apa yang sedang kalian lakukan disini tidak mendengar bel masuk berbunyi hah?!" Omel Kate salah seorang guru yang terkenal killer pada murid yang sedang berkumpul.

Satu persatu murid disana pun mulai pergi tanpa berkata apapun lagi.

Andrea menghela nafas lega, ia terselamatkan oleh bel kampus. Karena kalau tidak, akan semakin panjang argumen yang akan ia hadapi mengenai Nic.

Andrea pun meringis merutuki 3. Kenapa juga ia harus menyebut Nic dan mengatakan bahwa ia tunangannya di saat seperti tadi.

"Andrea!" panggil Annie.

Andrea menoleh kearah Annie malas, dilihatnya pergelangan tangan Annie yang memerah dan juga rambut Hanna yang berantakan. Entah kenapa itu membuat Andrea senang melihatnya kalah seperti itu. "Apa?"

"Jangan lupakan taruhan kita besok malam!" kata Annie dengan sinis sambil mengelus pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman Andrea.

Belum sempat Andrea menjawab, Kate sudah menyelanya. "Annie kenapa kau diam saja disitu? Cepat masuk kelas!"

Annie hanya bisa mendengus kesal lalu pergi meninggalkan Andrea sambil mengentak-hentakkann kaki.

Chloe dan Hanna pun mengikuti, sembari berjalan  Chloe mengejek ke arah Sasha tanpa mengeluarkan suara. "Bitch"

Sasha dengan senyum membalas perkataan Chloe dengan mengeluarkan jari tengahnya.

"Kau juga Andrea, Sasha cepat masuk kelas!" omel Kate.

Andrea dan Sasha pun melangkah pergi saat Kate menyuruhnya masuk kelas.

"Dan kalian berdua jangan lupa datang ke ruang BK atas perbuatan kalian tadi," ujar Kate memberi tahu sekaligus mengingatkan.

Andrea dan Sasha menghentikan langkahnya lalu menoleh dan kemudian saling bertatapan, mereka tidak menyangka bahwa ada yang mengadu soal ini ke guru padahal hanya masalah kecil.

'sialan'

*

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mersiana Handayani
kampus,, dosen kali thoorrr lbh cocok.. drpd guru... kayak masih sekolahan aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DIGNITY    EP. 4

    Bel jam istirahat berbunyi, sesuai dengan pesan Kate. Andrea dan Sasha pergi menuju ke ruang konseling untuk menerima teguran. Selama setengah jam Kate memberi kuliah pada Andrea dan Sasha, dari mulai mengingatkan untuk tidak memulai perkelahian, sampai membandingkan mereka kepada Annie dan kawan-kawannya. Padahal kalau saja Annie tidak memancing Andrea lebih dulu, keributan itu tidak akan terjadi. Andrea dan Sasha hanya bisa terdiam mendengar segala ocehan yang keluar dari mulut Kate, tapi di dalam hati mereka merutuki gurunya itu karena kesal hanya Andrea dan Sasha saja yang dipanggil tapi Annie dan kawan-kawannya tidak. Sungguh tidak adil bukan, padahal yang ribut bukan hanya mereka berdua saja. Apa jangan-jangan Kate tidak berani memanggil Annie karena takut ia akan mengadu kepada ayahnya, dan dia memanggil Andrea karena tahu bahwa perusahaan ayahnya sedang diambang kebangkrutan? Sepertinya benar begitu, karena kalau tidak ada kabar tersebut mana berani Kate meny

  • DIGNITY    EP. 5

    Andrea pulang kerumah saat hari sudah mulai gelap, setelah memarkirkan mobil pinjaman dari Rachel. Ia masuk ke dalam rumahnya yang tampak sepi, maklum saja rumah yang cukup besar ini hanya diisi 5 orang yaitu Andrea dan kedua orang tuanya dan 2 lainnya adalah pembantu rumah tangga. Sebenarnya sebelum ini Andrea memiliki 5 orang pembantu, tapi sayangnya 3 orang lainnya sudah dipecat oleh ayahnya karena keuangan keluarga Andrea saat ini takut tidak cukup untuk membayar gaji mereka, belum lagi ayahnya harus membayar gaji karyawan di kantornya. Tapi itu tidak termasuk Yessy, beliau sudah disuruh untuk berhenti oleh kedua orang tua Andrea lagi pula Yessy sudah lama bekerja dengan keluarga ini. Tapi Yessy menolak, katanya selama ia masih sehat dan bisa bekerja ia tidak mau berhenti dan tetap ingin melayani keluarga Andrea. Untuk masalah gaji Yessy tidak terlalu memikirkan itu, ia bisa dibayar pakai apa saja asal keluarga Andrea membiarkan ia bekerja dengan mereka. Yessy bilang, ia

  • DIGNITY    EP. 6

    Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, Nic yang baru saja pulang kerja langsung masuk ke kamarnya tanpa menyantap makan malam yang sudah disiapkan oleh bibi yang memasak. Semenjak orang tua Nic mengetahui bahwa anaknya penyuka sesama jenis, orang tuanya melarang dia untuk tinggal sendiri lagi. Mereka takut tanpa sepengetahuan mereka, Nic membawa seorang pria pulang untuk diajak tidur bersama. Jadi mereka memaksa Nic untuk tinggal serumah agar Nic tetap dalam pengawasan mereka. Sesampainya di kamar Nic membuka jas yang ia kenakan dan melonggarkan dasinya yang sudah menyesakkan, semenjak ia bertemu dengan Andrea, Nic merasa harinya menjadi sangat berat. Pikirannya tidak bisa lepas dari kata-kata yang dilontarkan Andrea pada malam itu, dimana Andrea dengan lantang menghinanya didepan ibunya dan membatalkan pernikahan secara sepihak. Ancaman Fiona untuk membujuk Andrea kembali menyetujui pernikahan juga belum Nic lakukan, Nic sangat sibuk di kantor dan Andrea juga belum m

  • DIGNITY    EP. 7

    “A-aku.” Belum sempat Andrea menjawab seseorang sudah menyelanya. “Malam bapak Nic, silahkan duduk terlebih dahulu sebelum saya jelaskan,” sanggah polisi yang sebelumnya sedang mengintrogasi Andrea. Nic sempat menoleh ke arah polisi tersebut kemudian mengambil duduk disebelah Andrea, ia duduk dengan tegak, tangannya dilipat di depan dada sembari menunggu polisi memulai penjelasannya. “Jadi calon isteri Bapak ini ditangkap saat-“ Nic mengangkat sebelah tangannya, membuat si polisi berhenti berbicara. “Jangan panggil saya bapak, memangnya muka saya terlihat tua?” interupsi Nic tidak suka. “Ah baik Pak, maksud saya Tuan Nic.” polisi tersebut membenarkan panggilannya. “Jadi calon isteri anda kami tangkap sedang berkumpul di area xxx diduga untuk melakukan balap liar.” Mata Nic membulat saat mendengar itu. “Tunggu.” Ia kemudian menoleh ke arah Andrea dengan tatapan terkejut dan tidak percaya. “Kau mengikuti balap liar?” “T-tidak!” e

  • DIGNITY    EP. 8

    Saat ini Nic dan Andrea sedang berada diperjalanan pulang, suasana malam yang dingin dan sepi menemani mereka di dalam keheningan. Tidak ada yang berbicara diantara mereka sejak awal memasuki mobil, dua-duanya sibuk tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Andrea terus memandangi suasana malam yang terlihat sangat menenangkan baginya, jalanan yang sepi, toko-toko yang tutup, dan beberapa orang yang masih berada diluar dengan kesibukannya masing-masing. Andrea menyukai suasana kota pada malam hari terlihat tenang dan memiliki getaran yang berbeda, Andrea kemudian melirik ke arah jam pada dashboard mobil. Waktu sudah menunjukkan pukul jam 12 malam, Andrea tersenyum tipis lalu melirik Nic yang sedang fokus menyetir. Late night drive bersama pria, ini adalah pertama kalinya bagi Andrea dan ia selalu ingin merasakan ini. Mengelilingi kota dengan kendaraan pada malam hari, walaupun tahu mereka hanya sedang berada di dalam perjalanan pulang dari kantor polisi tapi

  • DIGNITY    EP. 9

    Saat ini Andrea tengah berada di dalam kamar Nic, sendirian. Kamarnya cukup luas, semua barang-barangnya tertata rapi dan dominan berwarna hitam dan putih. Tidak terlalu banyak barang disini sepertinya Nic menerapkan konsep minimalis atau memang dia orang yang tidak membutuhkan banyak barang, karena itu kamar ini terlihat lega. Tidak banyak juga yang dapat dilihat oleh Andrea ya selain karena Nic melarang dirinya untuk menyentuh barang-barangnya, tidak ada hal yang menarik di kamar ini. Andrea pun memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi dalam kamar Nic, sebelum beristirahat ia memutuskan untuk berendam air panas untuk melemaskan otot-ototnya yang tegang. Karena Andrea tidak membawa baju ganti dan bajunya sudah penuh dnegan keringat ia pun memutuskan untuk mengenakan bathrobe sebagai baju tidurnya. Toh besok ia bisa meminjam baju ibu Nic untuk dipakai. * Nic membuka kamar tidurnya yang terlihat masih gelap bertanda bahwa orang yang men

  • DIGNITY    EP. 10

    “Apa yang kau pikirkan mengatakan hal itu tanpa memberi tahuku terlebih dulu? Lihat sekarang semuanya jadi seperti ini, aku belum sepenuhnya siap kau tahu!” cerocos Andrea begitu mereka berada di sebuah ruangan berdua, Andrea tidak terima bahwa Nic memutuskan pernikahan secara sepihak tanpa membicarakan kepadanya terlebih dulu. “lebih cepat lebih baik, untuk sekarang ikuti saja rencana mereka,” kata Nic cepat, ia sudah malas untuk berargumen dengan Andrea. “Ah sepertinya aku akan gila sebentar lagi.” Andrea memijat pelipisnya, nafasnya berderu cepat. Ia benar-benar muak dengan sikap Nic yang sangat arogan dan egois seperti ini. Nic yang merasa pembicaraannya sudah selesai langsung beranjak pergi, namun dengan cepat Andrea menahan pundak Nic dan membalikkan tubuhnya dengan satu tangan membuat Nic tersentak. “Ini pernikahan! P-E-R-N-I-K-A-H-A-N,” Andrea mengeja perkataannya dengan penuh penekanan. “Kenapa kau selalu menganggap sepele ini hah?” N

  • DIGNITY    EP. 11

    “Selamat siang Pak Nic,” sapa Veronica setelah ia mengetuk pintu ruangan kerja Nic dan membukanya, Veronica mengecek terlebih dahulu apa yang sedang dilakukan bosnya itu sebelum ia berbicara. Nic yang sedang mengecek beberapa berkas mengalihkan pandangannya kepada Veronica. “Iya ada apa?” tanya Nic seraya membenarkan letak kacamata bacanya. “Itu ada …,” perkataan Veronica tergantung. Nic menaikkan sebelah alisnya menunggu Veronica melanjutkan perkataannya. “Ada Pak Lu—” belum selesai Veronica berbicara, tiba-tiba seseorang menyingkirkan tubuhnya secara paksa membuat tubuhnya terhuyung ke samping, untung saja Veronica bisa menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh. Veronica mengumpat dalam hati dan melirik kesal kepada orang itu. “Halo darling!” Seorang pria berambut hitam legam, dengan wajah yang cukup cantik, lengkap dengan tuxedo hitam miliknya muncul memaksa masuk ke dalam ruangan dan menyapa Nic dengan semangat, ia melep

Bab terbaru

  • DIGNITY    EP. 31

    Andrea terus memandangi map yang berisi perjanjian antara dirinya dan Tatiana yang sudah ia tanda tangani. Andrea sedikit menyesal dengan pilihannya sekarang, karena ia merasa untuk siapa sebenarnya ia mempertaruhkan hidupnya ini. Awalnya semua direncanakan hanya sebagai sandiwara saja, tapi kenapa ia malah terjebak di situasi yang rumit ini? Situasi yang tidak pernah Andrea bayangkan sebelumnya. Seharusnya tadi Andrea meminta waktu untuk memikirkan ini semua, tapi saat tadi Andrea sama sekali tidak terpikirkan itu. Tatiana terlalu mendesaknya tadi sehingga ia tidak bisa berpikir tenang, dan di kepalanya saat itu hanya terbayang wajah kedua orang tuanya yang terlihat sangat sedih karena masalah ini. Setidaknya untuk sekarang Andrea berpikir ia melakukan ini untuk kedua orang tuanya setelah itu barulah Andrea bisa memikirkan kebahagiaannya. Dan soal anak yang diminta Tatiana … Andrea akan memikirkan rencana yang bagus untuk membuat semuanya terlihat natural dan tentu saja ia

  • DIGNITY    EP. 30

    Suara Tatiana dari belakang menginterupsi mereka. Andrea dan Nathan langsung menoleh ke arah Tatiana yang entah sudah sejak kapan berdiri di sana. Andrea berdehem, ia langsung mundur beberapa langkah menjauhi Nathan agar tidak membuat Tatiana salah paham atas apa yang baru saja dilakukan Nathan. Tatiana memandang Andrea dan Nathan dengan tajam bergantian, matanya seperti berusaha membaca sesuatu dari mereka. “Aku hanya mengatakan untuk berhati-hati saat bertemu Grandmama, karena Grandmama sangat galak,” kata Nathan bohong penuh nada bercanda. Ia menyunggingkan senyumnya seperti biasa agar tidak dicurigai oleh Tatiana. Mata Tatiana menyipit, wajahnya ditekuk siap marah karena tersinggung dengan perkataan Nathan barusan. “Dasar anak kurang ajar! Sudah sana pergi untuk apa kau berlama-lama di sini!” tangannya bergerak mengusir Nathan agar pergi dari pandangannya. “Dan Andrea aku sudah menunggumu dari tadi kenapa malah mengobrol dengan anak ini!”

  • DIGNITY    EP. 29

    Sudah lima menit Andrea berdiri di pekarangan rumah Tatiana. Hari ini ia datang memakai taksi karena mobilnya masih di simpan oleh orang tuanya, dan Andrea sudah terlanjur malas untuk meminjam kembali mobil kakaknya. Sebelumnya Andrea berdiri tepat di depan pagar rumah Tatiana, namun karena ia dilihat oleh sekuriti dan kebetulan sekuriti tersebut mengenalinya jadilah Andrea di suruh masuk ke dalam. Kini Andrea kembali berdiri di pekarangannya memandang pintu masuk rumah Tatiana. Andrea mengumpulkan keberaniannya untuk bertemu dengan nenek Nic, karena nantinya mereka hanya bertemu empat mata yang mana akan membuat Andrea semakin gugup. “Nona Andrea?” Andrea tersentak saat tiba-tiba ada yang memanggil namanya, mata Andrea melihat sosok wanita berumur tiga puluh tahunan, mengenakan seragam, dari arah berlawanan. Wanita itu sedang membawa sebuah pot bunga ditangannya. “Ah iya,” sahut Andrea. “Kenapa masih di sini? Grandmama sudah menunggumu, ayo m

  • DIGNITY    EP. 28

    Hari ini adalah hari ke-tujuh Andrea belajar etiket kebangsawanan di rumah milik Nic. Karena banyak yang Andrea harus pelajari, Nic sampai repot-repot mau menyewakan seorang guru untuknya. Setelah pulang kuliah Andrea langsung bergegas ke rumah Nic untuk menerima pembelajaran lagi dari guru yang berbeda. Pada awalnya Andrea tidak merasa kesulitan walaupun ia keberatan menjalani semua pelajaran etika yang sangat membatasi ruang geraknya. Karena Andrea adalah tipe wanita yang bisa dibilang semborno dalam bertingkah, tapi untungnya Andrea dapat cepat mempelajarinya. Hari pertama Andrea belajar tata cara bagaimana ia harus berpakaian, guru etikanya Madam Claire memberinya contoh pakaian yang biasa dikenakan oleh bangsawan pada saat-saat acara atau pesta. Kebanyakan baju yang dicontohkan adalah dress formal dengan rok selutut, itu pun adalah batas yang boleh Andrea kenakan saat di pesta. Tidak bole terlalu memperliatkan kulit di punggung ataupun bagian depan tubuhnya. Andrea sedi

  • DIGNITY    EP. 27

    Fiona melangkahkan kakinya di kediaman mertuanya, Tatiana. Ia datang tepat pada pukul dua belas siang karena Tatiana tiba-tiba mengajak makan siang bersama. Saat mendengar ajakan Tatiana, Fiona sudah mengetahui maksud dari Tatiana mengajaknya makan siang. Ada hal yang ingin dibicarakan dengannya terkait pernikahan cucu kesayangannya, Nic dengan Andrea. Terlebih kesan pertama Tatiana melihat Andrea begitu buruk membuat semuanya menjadi sangat jelas. “Selamat datang Ny. Fiona grandmama telah menunggu anda di kebun belakang untuk makan siang,” sapa salah satu pelayan pribadi rumah Tatiana sekaligus memberi tahu keberadaan Tatiana. Dahi Fiona mengerut bingung. “Kebun belakang? Bukankah siang ini agak terik untuk makan siang di luar?” tanya Fiona. Pelayan tersebut mengangguk sopan. “Memang, tapi kami sudah menyiapkan tempat senyaman mungkin agar anda dan grandmama tidak kepanasan meski berada di luar.” Fiona hanya mengangguk paham, lalu ia berjalan masuk m

  • DIGNITY    EP. 26

    Andrea yang tengah memandang jalanan kota lewat jendela restoran langsung memalingkan kepalanya begitu Nic membuka suara. Pria itu menatapnya lurus tanpa ekspresi, selalu seperti ini ketika mereka sedang berdua Nic tidak pernah mengganti ekspresinya selain ekspresi datar. “Hum?” Andrea menopang dagunya melihat Nic. “Etiket?” Nic mengangguk dia lalu mengubah posisi duduknya, kedua tangannya ia tampu di atas meja seraya mencondongkan tubuhnya sedikit agar Andrea dapat mendengarnya dengan jelas. “Ya etiket, ada beberapa peraturan yang boleh dan tidak kau lakukan, dan tentunya seorang wanita yang akan menjadi bagian keluarga bangsawan harus mengetahui ini agar tidak salah melangkah nantinya.” “Apa etiket yang dibicarakan Tatiana kemarin?” Andrea memastikan. Nic mengangguk. “Ya, grandmama marah denganmu karena kamu tidak mengetahui satu pun etiket yang ada.” Andrea mengerutkan dahinya, kata-kata Nic terdengar seolah ia menyalahkan dirinya. “Salahmu

  • DIGNITY    EP. 25

    “Baik Sir Nic, kami punya beberapa cincin yang baru saja keluar dan ini yang terbaik di toko kami sebentar,” ucap Evan lalu berbicara pada pegawai di sana untuk mengeluarkan cincin-cincin terbaru milik mereka. Terdapat lima pasang cincin yang mereka keluarkan dan menaruhnya di atas etalase agar Nic dan Andrea bisa melihat dengan jelas. “Kau suka yang mana, Andrea?” tanya Nic membiarkan Andrea untuk memilih. Andrea yang sedang melihat ke arah lain, langsung mengalihkan pandangannya pada Nic lalu matanya melihat cincin yang terpajang manis di atas etalase toko siap untuk ia pilih. “Aku hmm….” Andrea berpikir sejenak untuk memilih, semua cincin yang dikeluarkan oleh Evan ini terlihat sangat cantik. Andrea adalah tipe wanita yang jarang menghabiskan uangnya untuk membeli perhiasan seperti emas atau berlian, tapi ia lebih suka menghabiskan uangnya untuk membeli sepatu bermerek karena menurutnya aksen fashion terbaik adalah sepatu. Karena itu Andrea mempuny

  • DIGNITY    EP. 24

    Malam yang dingin membuat dua sejoli yang masih terbaring di kasur, semakin mengeratkan pelukan dan juga selimut untuk menutupi tubuh polos mereka karena aktifitas yang baru saja mereka lakukan. Mereka masih terdiam menatap ke sembarang arah seolah menikmati waktu mereka saat ini, karena sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu berdua di atas kasur seperti sekarang. Nic mengusap lembut surai hitam milik seseorang yang kini tengah menyendarkan kepalanya di dada bidang milik Nic. Mata Nic menyalang lebar menatap plafon kamar tempat mereka berbaring, otaknya melalang buana memikirkan sesuatu. Sementara orang itu menikmati sentuhan lembut yang Nic berikan padanya, seraya tersenyum. “Nic,” panggilnya. Nic berdehem lembut, matanya langsung beralih melihatnya. “Aku merindukanmu,” katanya lagi yang entah sudah keberapa kalinya. Dari awal mereka bertemu sampai ia bercinta tadi ia terus mengatakan itu membuat Nic terkekeh. “Aku di sini, sayang,” balas

  • DIGNITY    EP. 23

    Andrea melangkah memasuki rumahnya saat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Karena begitu Andrea turun dari mobil Nic tadi sore dengan keadaan mood yang berantakan, Andrea langsung menghubungi Sasha dan memintanya untuk mengantarkan mobil Andrea di club Minnerva. Awalnya Andrea hanya ingin minum sendirian karena ia butuh waktu untuk menenangkan pikirannya karena kejadian acara minum teh sore tadi, tapi begitu Sasha datang Andrea langsung menumpahkan segala kekesalannya pada Sasha. Sasha menemani Andrea sembari mendengarkan semua ceritanya dengan seksama. Sampai akhirnya Sasha menyuruh Andrea berhenti minum dan pulang untuk beristirahat sebelum Andrea benar-benar mabuk dan membuat masalah. Dengan paksaan Sasha pun mengantarkan Andrea pulang ke rumah. Saat Andrea sampai di dalam rumah, seluruh anggota keluarganya termasuk kakaknya Rachel dan suaminya Devan ada di sana menunggunya di ruang keluarga. Andrea yang setengah mabuk memicingkan matanya bingung, ia men

DMCA.com Protection Status