Pertama kali sejak Andrea menginjakkan kaki di mansion keluarga Horison, ia tidak bisa berhenti berdecak kagum. Andrea tidak pernah melihat rumah semewah dan sebesar ini secara langsung meski ia sudah bertahun-tahun kenal dengan keluarga Horison, ia tidak pernah sekalipun datang ke rumah mereka yang ini.
Bahkan Andrea hampir membuka mulutnya saking tidak biasa melihat rumah mewah yang ia biasa lihat di film-film hollywood, anggaplah ia norak karena meski keluarga Andrea kaya tapi itu sangat berbeda dengan keluarga Horison. Karena keluarga Andrea bukanlah keluarga bangsawan.
'Astaga ini rumah calon suamiku, baru melihat rumahnya saja sudah membuatku insecure apa lagi tinggal dengannya,' batin Andrea sedikit minder, matanya melihat-lihat sekeliling interior rumah keluarga Horison.
"Andrea berhentilah berdiri seperti orang norak disana cepat masuk memangnya kau tidak kedinginan!" Omel sang Ibu yang sudah di dalam sementara kamu masih melihat suasana di luar.
Andrea mengerjapkan matanya, lalu tertawa kecil merutuki kebodohannya.
"Andrea selamat datang sayang." suara lembut dan elegan Fiona ibu Nic menyambut kedatangan Andrea, kemudian ia memberi pelukan dan ciuman hangat di kedua pipinya. "Lihatlah pipimu sampai memerah seperti ini karena kedinginan, ayo cepat masuk di dalam lebih hangat, aku sudah menyiapkan makanan kesukaanmu"
Andrea mengikuti langkah Fiona, begitu juga dengan kedua orang tuanya. Kakaknya, Rachel tidak bisa ikut datang ke pertemuan keluarga karena sedang hamil besar sehingga dilarang oleh suaminya untuk keluar ditambah saat ini sedang musim dingin.
"Duduk di sini Andrea, sebelahku!" seru Emma adik terkecil Nic yang baru berumur 7 tahun. Emma sangat senang di dekat Andrea, bahkan ia selalu menempeli Andrea ketika Andrea sedang berada di sekitarnya. Karena Emma satu-satunya anak perempuan di keluarga Horison. Jadi ia merasa kesepian karena kakaknya sangat cuek dan gila bekerja, belum perbedaan umur yang jauh, jadi Emma tidak bisa bermain dengan kakaknya meski ingin.
"Halo cantik," sapa Andrea menarik kursi di sebelah Emma.
"Halo juga kaka cantik," balas Emma dengan senyum lebar membuat salah satu giginya yang ompong terlihat.
"Ishh kamu ini lucu sekali sih," kata Andrea gemas sambil mencubit pelan kedua pipi tembam Emma, padahal ia hanya tersenyum.
Emma hanya bisa tertawa ketika Andrea memperlakukannya seperti itu
"Kau terlihat cantik dengan dress itu Andrea," puji Alexander kepala keluarga Horison sekaligus Ayah dari Nic dan Emma.
"Terima kasih om," ujar Andrea tersenyum.
"Jangan panggil aku itu, sebentar lagi kita akan menjadi keluarga panggil aku Papa seperti yang lainnya," kata Alex meminta.
Andrea sedikit terkejut dan malu dengan perkataan Ayah Nic barusan hanya bisa tertawa kecil. "Baik Papa.” Andrea mencoba memanggil ayah Nic dengan gugup
"Kalau begitu kamu juga harus memanggilku Mama," sahut Fiona dari belakang, lalu ia menaruh sebuah piring berisi sup asparagus di depanmu. "Kamu ingin ayam panggang? kata ibumu kamu sangat menyukai Ayam" tawar Fiona kepada Andrea
"Tentu saja tante terima kasih." Andrea tersenyum senang.
"Mama, Andrea!" Tegur Fiona berpura-pura tegas.
"Iyaa Mama," kata Andrea lagi dengan malu-malu, karena ia belum terbiasa.
Saat ini Andrea beserta keluarga, sedang bertamu dan makan malam bersama dengan keluarga Horison. Tentunya ada maksud dibalik pertemuan ini, yaitu adalah membicarakan perihal pernikahan 'ralat' perjodohan yang sangat konyol antara Andrea dengan anak kedua mereka Nic.
"Ini kamu sendiri yang memasaknya Fiona?" tanya Adam Brooke ayah Andrea yang terlihat kagum dengan begitu banyak macam makanan yang tersaji di meja makan.
Fiona menggeleng. "Tidak sepenuhnya kita mempunyai koki disini dan aku hanya memberikannya resep yang kupunya dan membantunya sedikit di dapur."
"Luar biasa kamu Fiona," puji Liliana.
"Terima kasih," balas Fiona dengan senang hati.
Andrea ikut tersenyum dengan kehangatan yang ia rasakan disini, ini juga salah satu alasan mengapa Andrea mau menikah dengan anak mereka meskipun terpaksa. Keluarga Horison terlihat sangat harmonis dan hangat membuat siapapun akan iri dan ingin menjadi bagian keluarganya saat melihatnya.
"Oh iya dimana dia?" tanya Andrea yang sedari tadi belum melihat pria yang akan menjadi suaminya tersebut.
Meskipun keluarga Andrea dan keluarga Horison sudah kenal dekat sejak lama tetapi anak-anak mereka tidak begitu akrab, dikarenakan Nathan dan Nic sudah sangat sibuk dengan kegiatan kebangsawanan sejak kecil. Lagi pula Andrea juga saat itu tidak tertarik berteman dengan mereka ditambah perbedaan usia yang mereka punya, membuat mereka hanya bertemu beberapa kali saja.
"Tadi ia baru pulang kerja mungkin sedang bersiap di kamarnya," jawab Alex sembari menyesap gelas berisi wine di tangannya.
Andrea hanya mengangguk mengerti. Sebenarnya Andrea tidak begitu tertarik dengan acara ini tapi ia sangat ingin melihat langsung Nic karena terakhir ia melihatnya adalah saat Andrea datang ke acara ulang tahun emma pada saat ia berumur 15 tahun.
Setelah semua makanan di meja telah siap dan semua orang sudah duduk pada tempatnya, Fiona memberi tahu kepada salah satu pelayan untuk memanggil Nic turun. Sayangnya saat ini kakak Nic, Nathan tidak bisa ikut karena sedang berada di luar negeri.
Tidak lama kemudian, Nic datang dengan kemeja putih dengan balutan vest hitam yang terlihat sangat pas ditubuhnya yang cukup atletis. Belum lagi rambut hitamnya yang masih sedikit basah menandakan ia baru saja selesai mandi, membuat Nic terlihat tampan dan juga seksi dimata Andrea.
Andrea hanya bisa menatap lurus Nic dan menahan agar dirinya tidak tersenyum pada saat Nic melihat kearahnya.
Mata Nic dan Andrea bertemu, ekspresinya yang datar membuat Andrea tidak bisa membaca raut wajahnya pada saat Nic melihat Andrea. Padahal Andrea ingin tau seperti apa ekspresi yang Nic tampilkan saat melihatnya, tapi Nic hanya diam lalu mengambil duduk di seberang Andrea yang mana sudah disediakan sebelumnya.
Liliana berdecak kagum menatap anak kedua dari Alex dan Fiona itu. "Aku tidak menyangka jika Nic bisa setampan ini," puji Liliana yang juga terpesona pada aura yang dipancarkan Nic meskipun saat ini ia sudah berumur.
"Ia sangat mirip denganmu Alex saat kamu masih muda," ujar Adam menambahkan.
"Sampai saat ini pun aku juga masih terlihat muda dan tampan sepertinya," balas Alex diikuti dengan tawa.
Semuanya ikut tertawa mendengar itu, kecuali Andrea yang hanya tersenyum kecil dan Nic yang masih mempertahankan ekspresi datarnya itu.
"Kalau begitu kenapa kita tidak mulai saja acara makan malamnya, aku yakin kalian semua sudah lapar," sela Fiona mempersilahkan.
Akhirnya acara makan malam pun dimulai di awali dengan bersulang bersama, semua tampak menikmati makanan mereka dan saling mengobrol satu sama lain. Kecuali Nic, pria itu hanya makan dengan tenang tanpa berkata apapun. Sesekali Andrea melirik ke arah Nic, sepertinya pria itu sama sekali tidak tertarik dengan acara makan malam ini sama sekali.
Nic yang sadar tengah di perhatikan oleh seseorang pun melihat ke Andrea, dan membuat gadis itu menjadi salah tingkah karena terpegok telah melihatnya terlalu lama. Andrea segera mengalihkan pandangannya dengan mencoba mengajak ngobrol Emma, dan tanpa berkata apapun Nic kembali melanjutkan makananya dengan santai.
Setelah semuanya telah selesai makan malam acara inti dari pertemuan ini pun dimulai.
Andrea merasa bosan karena pria di depannya tidak mengatakan satu kata pun sejak kedatangannya, dan ekspresinya yang terlihat enggan berbicara membuat Andrea juga kebingungan ingin membuka obrolan dengannya.
"Jadi Andrea." Nic yang pada akhirnya membuka suara.
Andrea yang tengah melamun sambil memainkan gelasnya refleks melihat kearah Nic saat ia berbicara.
Namun perhatiannya teralih saat Emma meminta tolong padanya. "Kak Andrea bisa tuangkan aku jus?" kata Emma sembari menyodorkan gelasnya yang kosong.
"Tentu saja," kata Andrea dengan senang hati. "Tadi kamu ingin bicara apa? lanjutkan saja aku akan mendengarnya." Andrea berbicara pada Nic sembari menuang jus ke dalam gelas milik Emma.
Setelah mendengar itu Nic kembali berbicara. "Apa kau tahu kalau aku itu gay?" lanjut Nic pada intinya.
Andrea yang tengah menuang jus sangat terkejut mendengar perkataan yang tiba-tiba dari calon suaminya, dan membuat Andrea hilang keseimbangan sehingga ia tidak sengaja menumpahkan jus ke baju yang ia pakai.
Semua tampak terkejut dengan perkataan jujur Nic dan juga respon dari Andrea.
Liliana yang duduk disamping Andrea lekas mengambil beberapa lembar tisu dan mengelap baju anaknya yang basah terkena tumpahan jus itu.
"Dilihat dari responmu sepertinya kamu tidak tahu ya?" kata Nic dengan santai seolah hal itu bukanlah hal besar.
Andrea yang ikut sibuk membersihkan tumpahan jus di bajunya menatap was-was kearah Nic.
"Nic, bisakah kamu tidak berbicara sefrontal itu?!" kata Ayahnya memperingati.
Fiona menatap khawatir anaknya, ia tidak menyangka Nic akan langsung to the point seperti itu dan membuat Andrea terkejut.
"Kau bercanda kan?" ujar Andrea yang tidak percaya atas ucapan Nic yang sebelumnya itu.
Alis Nic terangkat sebelah. "Untuk apa aku bercanda di saat seperti ini."
Andrea terdiam berusaha mencerna ucapan Nic, lalu melirik kearah kedua orang tuanya. Melihat dari ekspresinya saat ini sepertinya mereka sudah tahu situasinya jauh sebelum Andrea.
Raut wajah Andrea berubah menjadi kesal, ia segera bangkit dari duduknya membuat sisa tumpahan jus yang berada di dressnya menetes ke lantai. "Aku mau ke toilet sebentar," ujar Andrea lalu segera pergi tanpa menunggu izin dari pemilik rumah.
"Sepertinya ia terlalu terkejut dengan itu," kata Liliana melihat wajah Andrea yang terlihat pucat saat pergi.
"Nic seharusnya kamu tidak langsung mengatakan itu, perjodohan ini sudah membuatnya sangat terkejut dan akhirnya ia bisa menerimanya walau hanya setengah hati tapi sekarang tiba-tiba kau langsung berbicara seperti itu apa kau tidak memikirkan perasaannya?" ujar Adam terlihat marah atas ucapan Nic yang membuat putrinya shock atas ucapannya.
Nic hanya mengendikkan bahunya. "Aku hanya berbicara apa adanya, itu salah kalian sendiri tidak memberi tahunya sejak awal," kata Nic tidak peduli.
Alasan mereka belum memberi tahu Andrea bahwa Nic gay adalah membuat Andrea menerima dan percaya pada fakta bahwa ia akan menikah saja sudah susah, apa lagi langsung memberi tahunya tentang fakta tersebut. Itu akan membuat Andrea semakin menolak pernikahan ini, jadi mereka memutuskan untuk memberi tahu Andrea di akhir saat mereka sudah menikah. Licik memang tapi itu menjadi satu-satunya jalan agar Andrea mau menerima Nic.
*
Andrea menatap wajahnya di cermin, kata-kata Nic adalah gay masih terdengar jelas di kepalanya. Hal konyol apa lagi ini, dengan adanya pernikahan ini saja sudah membuat Andrea menderita di tambah dengan fakta bahwa yang akan menikahinya nanti adalah seorang gay membuat Andrea stres memikirkannya. Andrea tidak tahu rumah tangga macam apa yang akan di jalankannya nanti.
Karena itu Andrea memutuskan untuk menolak kembali pernikahan ini, tentu saja dengan alasan yang jelas. Ia tidak mau menikahi seorang gay hanya untuk memenuhi perjanjian konyol yang kakeknya buat dahulu.
Setelah berkutat dengan pikirannya sendiri di cermin, Andrea segera membasuh bajunya yang lengket akibat terkena jus dengan air. Kemudian segera mengelapnya dengan tisu, Setelah selesai Andrea keluar dari kamar mandi.
Andrea menarik nafas panjang mengumpulkan keberanian untuk menolak pernikahan ini di depan Nic, sebelum ia melangkahkan kakinya kembali ke ruang makan.
*
Semua mata tertuju ke arah Andrea saat ia kembali dari kamar mandi dengan baju yang basah.
Fiona langsung berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Andrea dengan wajah khawatir. "Kamu bisa kedinginan kalau seperti ini sayang," ujar Fiona memberikan selimut kecil yang ia sampirkan pada tubuh Andrea.
Andrea hanya diam tidak merespon perbuatan ataupun perkataan Fiona, matanya hanya fokus kepada Nic yang juga tengah menatapnya dengan tatapan yang cukup tajam dengan ekspresinya yang tidak berubah sejak tadi.
"Aku mau membatalkan pernikahan ini," Andrea mengucap dengan lantang, matanya bahkan tidak lepas dari Nic saat mengatakannya.
Nic hanya diam tidak merespon, tapi Andrea dapat melihat bahwa ekspresi Nic sedikit berubah di banding yang tadi.
Semua yang mendengarnya tampak terkejut dengan itu, Ayah, ibunya dan kedua orang tua Nic berbicara bersamaan meminta Andrea untuk memikirkan lagi ucapannya membuat Andrea tidak mendengar dengan jelas ucapan mereka karena terlalu berisik.
"Aku tidak mau melanjutkan perjodohan konyol ini, untuk apa aku menikahi seorang pria gay seperti dia untuk menikah dengan orang yang tidak aku kenal sudah membuat aku muak ditambah lagi dengan fakta menjijikan tersebut," lanjut Andrea dengan emosi di dalamnya.
Suasana hening seketika mendengar Andrea berbicara seperti itu, Andrea yang terbiasa memilih kata sebelum berbicara kini tidak mempedulikannya lagi. Andrea marah, banyak hal yang membuatnya marah dari pernikahan konyol ini, fakta bahwa calon suaminya gay dan sikap tenang Nic yang membuat Andrea semakin kesal dan merasa sedang di permainkan.
Fiona yang awalnya memegang lembut pundak Andrea refleks melepasnya saat mendengar kata 'menjijikan' keluar dari bibir cantik Andrea.
Tatapan Nic yang ia lemparkan pada Andrea menajam, Nic segera berdiri dan berjalan menghampiri Andrea dan ibunya.
"Mama." Nic menyentuh pundak ibunya. "Bisa bawakan baju ganti untuknya? sepertinya kami harus berbicara empat mata," ujar Nic pada ibunya.
Fiona yang masih terkejut dengan perkataan yang baru saja terlontar dari mulut Andrea hanya bisa mengangguk dan bergegas pergi untuk mengambil pakaian ganti untuk Andrea. Sementara Andrea melihat Nic bingung, karena suara lembut yang Nic lontarkan pada Fiona tampak membuatnya sedikit berbeda.
Tanpa berkata apapun lagi Nic langsung mencengkram pergelangan tangan Andrea dan menarik dirinya ke atas menuju kamar Nic.
"Mau kemana?" Andrea memberontak dengan sikap Nic yang menyentuhnya sembarangan.
"Ikut aku, ada yang ingin aku bicarakan!" kata Nic dengan suara yang dingin terdengar tegas, tatapannya kembali menajam sangat berbeda dengan apa yang Andrea lihat sedetik yang lalu.
*
Nic membawa Andrea ke lantai atas tempat kamarnya berada, dengan sebelah tangannya yang kosong ia membuka kenop pintu kamarnya dan memaksa Andrea masuk ke dalam lalu mengunci pintu. Andrea mengambil kesempatan itu untuk meghempaskan pegangan tangan Nic yang mencengkram cukup kuat tangannya, ia mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dengan pria itu. Suasana kamar Nic yang dominan benuansa hitam dan abu-abu semakin menambah kesan maskulin dari Nic, membuat Andrea sedikit takut hanya berduaan dengannya. Entahlah, ini pertama kalinya Andrea memasuki kamar pria jadi itu membuatnya gugup. Nic membalikkan badannya dan menatap lurus Andrea. Andrea yang merasa tidak nyaman dilihat seperti itu oleh Nic lalu berkata, "Apa?!" "Aku hanya mau memperingatkan untuk berhati-hati dalam bicara terutama di depan ibuku," ucap Nic terdengar cukup serius. Andrea mengkerutkan keningnya, ia mengingat dengan jelas perkataannya beberapa menit yang lalu. "Ap
Saat ini Andrea dan kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan pulang, setelah keributan kecil yang dibuatnya setelah makan malam membuat suasana saat ini menjadi canggung. Selama perjalanan pulang pun orang tua Andrea hanya diam tidak mengungkit atau pun memarahi Andrea seperti yang ia kira sebelumnya, Andrea pikir ia akan diberi ceramah sepanjang malam oleh ibunya karena sikapnya tadi. Andrea langsung masuk ke kamarnya begitu mereka sampai di rumah, mengunci pintu dan mengurung diri sampai pagi tiba. Andrea hanya keluar dari kamarnya untuk berangkat kampus, dirinya berniat untuk langsung pergi tanpa melihat kedua orang tuanya tapi gagal ketika Andrea tidak menemukan kunci mobilnya di tempat yang seharusnya. Terpaksa ia harus menemui ibunya untuk bertanya. "Ma lihat kunci mobilku?" Tanya Andrea pada ibunya yang tengah menyiapkan sarapan untuk Ayahnya. Liliana diam tidak menjawab Andrea. Andrea merasa kesal karena diabaikan. "Ma? Aku mau berangkat kam
Bel jam istirahat berbunyi, sesuai dengan pesan Kate. Andrea dan Sasha pergi menuju ke ruang konseling untuk menerima teguran. Selama setengah jam Kate memberi kuliah pada Andrea dan Sasha, dari mulai mengingatkan untuk tidak memulai perkelahian, sampai membandingkan mereka kepada Annie dan kawan-kawannya. Padahal kalau saja Annie tidak memancing Andrea lebih dulu, keributan itu tidak akan terjadi. Andrea dan Sasha hanya bisa terdiam mendengar segala ocehan yang keluar dari mulut Kate, tapi di dalam hati mereka merutuki gurunya itu karena kesal hanya Andrea dan Sasha saja yang dipanggil tapi Annie dan kawan-kawannya tidak. Sungguh tidak adil bukan, padahal yang ribut bukan hanya mereka berdua saja. Apa jangan-jangan Kate tidak berani memanggil Annie karena takut ia akan mengadu kepada ayahnya, dan dia memanggil Andrea karena tahu bahwa perusahaan ayahnya sedang diambang kebangkrutan? Sepertinya benar begitu, karena kalau tidak ada kabar tersebut mana berani Kate meny
Andrea pulang kerumah saat hari sudah mulai gelap, setelah memarkirkan mobil pinjaman dari Rachel. Ia masuk ke dalam rumahnya yang tampak sepi, maklum saja rumah yang cukup besar ini hanya diisi 5 orang yaitu Andrea dan kedua orang tuanya dan 2 lainnya adalah pembantu rumah tangga. Sebenarnya sebelum ini Andrea memiliki 5 orang pembantu, tapi sayangnya 3 orang lainnya sudah dipecat oleh ayahnya karena keuangan keluarga Andrea saat ini takut tidak cukup untuk membayar gaji mereka, belum lagi ayahnya harus membayar gaji karyawan di kantornya. Tapi itu tidak termasuk Yessy, beliau sudah disuruh untuk berhenti oleh kedua orang tua Andrea lagi pula Yessy sudah lama bekerja dengan keluarga ini. Tapi Yessy menolak, katanya selama ia masih sehat dan bisa bekerja ia tidak mau berhenti dan tetap ingin melayani keluarga Andrea. Untuk masalah gaji Yessy tidak terlalu memikirkan itu, ia bisa dibayar pakai apa saja asal keluarga Andrea membiarkan ia bekerja dengan mereka. Yessy bilang, ia
Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, Nic yang baru saja pulang kerja langsung masuk ke kamarnya tanpa menyantap makan malam yang sudah disiapkan oleh bibi yang memasak. Semenjak orang tua Nic mengetahui bahwa anaknya penyuka sesama jenis, orang tuanya melarang dia untuk tinggal sendiri lagi. Mereka takut tanpa sepengetahuan mereka, Nic membawa seorang pria pulang untuk diajak tidur bersama. Jadi mereka memaksa Nic untuk tinggal serumah agar Nic tetap dalam pengawasan mereka. Sesampainya di kamar Nic membuka jas yang ia kenakan dan melonggarkan dasinya yang sudah menyesakkan, semenjak ia bertemu dengan Andrea, Nic merasa harinya menjadi sangat berat. Pikirannya tidak bisa lepas dari kata-kata yang dilontarkan Andrea pada malam itu, dimana Andrea dengan lantang menghinanya didepan ibunya dan membatalkan pernikahan secara sepihak. Ancaman Fiona untuk membujuk Andrea kembali menyetujui pernikahan juga belum Nic lakukan, Nic sangat sibuk di kantor dan Andrea juga belum m
“A-aku.” Belum sempat Andrea menjawab seseorang sudah menyelanya. “Malam bapak Nic, silahkan duduk terlebih dahulu sebelum saya jelaskan,” sanggah polisi yang sebelumnya sedang mengintrogasi Andrea. Nic sempat menoleh ke arah polisi tersebut kemudian mengambil duduk disebelah Andrea, ia duduk dengan tegak, tangannya dilipat di depan dada sembari menunggu polisi memulai penjelasannya. “Jadi calon isteri Bapak ini ditangkap saat-“ Nic mengangkat sebelah tangannya, membuat si polisi berhenti berbicara. “Jangan panggil saya bapak, memangnya muka saya terlihat tua?” interupsi Nic tidak suka. “Ah baik Pak, maksud saya Tuan Nic.” polisi tersebut membenarkan panggilannya. “Jadi calon isteri anda kami tangkap sedang berkumpul di area xxx diduga untuk melakukan balap liar.” Mata Nic membulat saat mendengar itu. “Tunggu.” Ia kemudian menoleh ke arah Andrea dengan tatapan terkejut dan tidak percaya. “Kau mengikuti balap liar?” “T-tidak!” e
Saat ini Nic dan Andrea sedang berada diperjalanan pulang, suasana malam yang dingin dan sepi menemani mereka di dalam keheningan. Tidak ada yang berbicara diantara mereka sejak awal memasuki mobil, dua-duanya sibuk tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Andrea terus memandangi suasana malam yang terlihat sangat menenangkan baginya, jalanan yang sepi, toko-toko yang tutup, dan beberapa orang yang masih berada diluar dengan kesibukannya masing-masing. Andrea menyukai suasana kota pada malam hari terlihat tenang dan memiliki getaran yang berbeda, Andrea kemudian melirik ke arah jam pada dashboard mobil. Waktu sudah menunjukkan pukul jam 12 malam, Andrea tersenyum tipis lalu melirik Nic yang sedang fokus menyetir. Late night drive bersama pria, ini adalah pertama kalinya bagi Andrea dan ia selalu ingin merasakan ini. Mengelilingi kota dengan kendaraan pada malam hari, walaupun tahu mereka hanya sedang berada di dalam perjalanan pulang dari kantor polisi tapi
Saat ini Andrea tengah berada di dalam kamar Nic, sendirian. Kamarnya cukup luas, semua barang-barangnya tertata rapi dan dominan berwarna hitam dan putih. Tidak terlalu banyak barang disini sepertinya Nic menerapkan konsep minimalis atau memang dia orang yang tidak membutuhkan banyak barang, karena itu kamar ini terlihat lega. Tidak banyak juga yang dapat dilihat oleh Andrea ya selain karena Nic melarang dirinya untuk menyentuh barang-barangnya, tidak ada hal yang menarik di kamar ini. Andrea pun memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi dalam kamar Nic, sebelum beristirahat ia memutuskan untuk berendam air panas untuk melemaskan otot-ototnya yang tegang. Karena Andrea tidak membawa baju ganti dan bajunya sudah penuh dnegan keringat ia pun memutuskan untuk mengenakan bathrobe sebagai baju tidurnya. Toh besok ia bisa meminjam baju ibu Nic untuk dipakai. * Nic membuka kamar tidurnya yang terlihat masih gelap bertanda bahwa orang yang men
Andrea terus memandangi map yang berisi perjanjian antara dirinya dan Tatiana yang sudah ia tanda tangani. Andrea sedikit menyesal dengan pilihannya sekarang, karena ia merasa untuk siapa sebenarnya ia mempertaruhkan hidupnya ini. Awalnya semua direncanakan hanya sebagai sandiwara saja, tapi kenapa ia malah terjebak di situasi yang rumit ini? Situasi yang tidak pernah Andrea bayangkan sebelumnya. Seharusnya tadi Andrea meminta waktu untuk memikirkan ini semua, tapi saat tadi Andrea sama sekali tidak terpikirkan itu. Tatiana terlalu mendesaknya tadi sehingga ia tidak bisa berpikir tenang, dan di kepalanya saat itu hanya terbayang wajah kedua orang tuanya yang terlihat sangat sedih karena masalah ini. Setidaknya untuk sekarang Andrea berpikir ia melakukan ini untuk kedua orang tuanya setelah itu barulah Andrea bisa memikirkan kebahagiaannya. Dan soal anak yang diminta Tatiana … Andrea akan memikirkan rencana yang bagus untuk membuat semuanya terlihat natural dan tentu saja ia
Suara Tatiana dari belakang menginterupsi mereka. Andrea dan Nathan langsung menoleh ke arah Tatiana yang entah sudah sejak kapan berdiri di sana. Andrea berdehem, ia langsung mundur beberapa langkah menjauhi Nathan agar tidak membuat Tatiana salah paham atas apa yang baru saja dilakukan Nathan. Tatiana memandang Andrea dan Nathan dengan tajam bergantian, matanya seperti berusaha membaca sesuatu dari mereka. “Aku hanya mengatakan untuk berhati-hati saat bertemu Grandmama, karena Grandmama sangat galak,” kata Nathan bohong penuh nada bercanda. Ia menyunggingkan senyumnya seperti biasa agar tidak dicurigai oleh Tatiana. Mata Tatiana menyipit, wajahnya ditekuk siap marah karena tersinggung dengan perkataan Nathan barusan. “Dasar anak kurang ajar! Sudah sana pergi untuk apa kau berlama-lama di sini!” tangannya bergerak mengusir Nathan agar pergi dari pandangannya. “Dan Andrea aku sudah menunggumu dari tadi kenapa malah mengobrol dengan anak ini!”
Sudah lima menit Andrea berdiri di pekarangan rumah Tatiana. Hari ini ia datang memakai taksi karena mobilnya masih di simpan oleh orang tuanya, dan Andrea sudah terlanjur malas untuk meminjam kembali mobil kakaknya. Sebelumnya Andrea berdiri tepat di depan pagar rumah Tatiana, namun karena ia dilihat oleh sekuriti dan kebetulan sekuriti tersebut mengenalinya jadilah Andrea di suruh masuk ke dalam. Kini Andrea kembali berdiri di pekarangannya memandang pintu masuk rumah Tatiana. Andrea mengumpulkan keberaniannya untuk bertemu dengan nenek Nic, karena nantinya mereka hanya bertemu empat mata yang mana akan membuat Andrea semakin gugup. “Nona Andrea?” Andrea tersentak saat tiba-tiba ada yang memanggil namanya, mata Andrea melihat sosok wanita berumur tiga puluh tahunan, mengenakan seragam, dari arah berlawanan. Wanita itu sedang membawa sebuah pot bunga ditangannya. “Ah iya,” sahut Andrea. “Kenapa masih di sini? Grandmama sudah menunggumu, ayo m
Hari ini adalah hari ke-tujuh Andrea belajar etiket kebangsawanan di rumah milik Nic. Karena banyak yang Andrea harus pelajari, Nic sampai repot-repot mau menyewakan seorang guru untuknya. Setelah pulang kuliah Andrea langsung bergegas ke rumah Nic untuk menerima pembelajaran lagi dari guru yang berbeda. Pada awalnya Andrea tidak merasa kesulitan walaupun ia keberatan menjalani semua pelajaran etika yang sangat membatasi ruang geraknya. Karena Andrea adalah tipe wanita yang bisa dibilang semborno dalam bertingkah, tapi untungnya Andrea dapat cepat mempelajarinya. Hari pertama Andrea belajar tata cara bagaimana ia harus berpakaian, guru etikanya Madam Claire memberinya contoh pakaian yang biasa dikenakan oleh bangsawan pada saat-saat acara atau pesta. Kebanyakan baju yang dicontohkan adalah dress formal dengan rok selutut, itu pun adalah batas yang boleh Andrea kenakan saat di pesta. Tidak bole terlalu memperliatkan kulit di punggung ataupun bagian depan tubuhnya. Andrea sedi
Fiona melangkahkan kakinya di kediaman mertuanya, Tatiana. Ia datang tepat pada pukul dua belas siang karena Tatiana tiba-tiba mengajak makan siang bersama. Saat mendengar ajakan Tatiana, Fiona sudah mengetahui maksud dari Tatiana mengajaknya makan siang. Ada hal yang ingin dibicarakan dengannya terkait pernikahan cucu kesayangannya, Nic dengan Andrea. Terlebih kesan pertama Tatiana melihat Andrea begitu buruk membuat semuanya menjadi sangat jelas. “Selamat datang Ny. Fiona grandmama telah menunggu anda di kebun belakang untuk makan siang,” sapa salah satu pelayan pribadi rumah Tatiana sekaligus memberi tahu keberadaan Tatiana. Dahi Fiona mengerut bingung. “Kebun belakang? Bukankah siang ini agak terik untuk makan siang di luar?” tanya Fiona. Pelayan tersebut mengangguk sopan. “Memang, tapi kami sudah menyiapkan tempat senyaman mungkin agar anda dan grandmama tidak kepanasan meski berada di luar.” Fiona hanya mengangguk paham, lalu ia berjalan masuk m
Andrea yang tengah memandang jalanan kota lewat jendela restoran langsung memalingkan kepalanya begitu Nic membuka suara. Pria itu menatapnya lurus tanpa ekspresi, selalu seperti ini ketika mereka sedang berdua Nic tidak pernah mengganti ekspresinya selain ekspresi datar. “Hum?” Andrea menopang dagunya melihat Nic. “Etiket?” Nic mengangguk dia lalu mengubah posisi duduknya, kedua tangannya ia tampu di atas meja seraya mencondongkan tubuhnya sedikit agar Andrea dapat mendengarnya dengan jelas. “Ya etiket, ada beberapa peraturan yang boleh dan tidak kau lakukan, dan tentunya seorang wanita yang akan menjadi bagian keluarga bangsawan harus mengetahui ini agar tidak salah melangkah nantinya.” “Apa etiket yang dibicarakan Tatiana kemarin?” Andrea memastikan. Nic mengangguk. “Ya, grandmama marah denganmu karena kamu tidak mengetahui satu pun etiket yang ada.” Andrea mengerutkan dahinya, kata-kata Nic terdengar seolah ia menyalahkan dirinya. “Salahmu
“Baik Sir Nic, kami punya beberapa cincin yang baru saja keluar dan ini yang terbaik di toko kami sebentar,” ucap Evan lalu berbicara pada pegawai di sana untuk mengeluarkan cincin-cincin terbaru milik mereka. Terdapat lima pasang cincin yang mereka keluarkan dan menaruhnya di atas etalase agar Nic dan Andrea bisa melihat dengan jelas. “Kau suka yang mana, Andrea?” tanya Nic membiarkan Andrea untuk memilih. Andrea yang sedang melihat ke arah lain, langsung mengalihkan pandangannya pada Nic lalu matanya melihat cincin yang terpajang manis di atas etalase toko siap untuk ia pilih. “Aku hmm….” Andrea berpikir sejenak untuk memilih, semua cincin yang dikeluarkan oleh Evan ini terlihat sangat cantik. Andrea adalah tipe wanita yang jarang menghabiskan uangnya untuk membeli perhiasan seperti emas atau berlian, tapi ia lebih suka menghabiskan uangnya untuk membeli sepatu bermerek karena menurutnya aksen fashion terbaik adalah sepatu. Karena itu Andrea mempuny
Malam yang dingin membuat dua sejoli yang masih terbaring di kasur, semakin mengeratkan pelukan dan juga selimut untuk menutupi tubuh polos mereka karena aktifitas yang baru saja mereka lakukan. Mereka masih terdiam menatap ke sembarang arah seolah menikmati waktu mereka saat ini, karena sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu berdua di atas kasur seperti sekarang. Nic mengusap lembut surai hitam milik seseorang yang kini tengah menyendarkan kepalanya di dada bidang milik Nic. Mata Nic menyalang lebar menatap plafon kamar tempat mereka berbaring, otaknya melalang buana memikirkan sesuatu. Sementara orang itu menikmati sentuhan lembut yang Nic berikan padanya, seraya tersenyum. “Nic,” panggilnya. Nic berdehem lembut, matanya langsung beralih melihatnya. “Aku merindukanmu,” katanya lagi yang entah sudah keberapa kalinya. Dari awal mereka bertemu sampai ia bercinta tadi ia terus mengatakan itu membuat Nic terkekeh. “Aku di sini, sayang,” balas
Andrea melangkah memasuki rumahnya saat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Karena begitu Andrea turun dari mobil Nic tadi sore dengan keadaan mood yang berantakan, Andrea langsung menghubungi Sasha dan memintanya untuk mengantarkan mobil Andrea di club Minnerva. Awalnya Andrea hanya ingin minum sendirian karena ia butuh waktu untuk menenangkan pikirannya karena kejadian acara minum teh sore tadi, tapi begitu Sasha datang Andrea langsung menumpahkan segala kekesalannya pada Sasha. Sasha menemani Andrea sembari mendengarkan semua ceritanya dengan seksama. Sampai akhirnya Sasha menyuruh Andrea berhenti minum dan pulang untuk beristirahat sebelum Andrea benar-benar mabuk dan membuat masalah. Dengan paksaan Sasha pun mengantarkan Andrea pulang ke rumah. Saat Andrea sampai di dalam rumah, seluruh anggota keluarganya termasuk kakaknya Rachel dan suaminya Devan ada di sana menunggunya di ruang keluarga. Andrea yang setengah mabuk memicingkan matanya bingung, ia men