Share

BAB 5. BAGAI MAKAN BUAH SIMALAKAMA

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-27 17:39:13

(POV Bagus)

Selama ibu di rawat di rumah sakit, dan sejak kejadian ibu mendorong mangkuk bubur hingga pecah. Aku tidak lagi mengizinkan Mita menunggui ibu. Aku tidak mau hubungan diantara mereka semakin memburuk. Jadi mau tidak mau aku yang mengawasi ibu, meskipun tidak bisa selalu menemaninya di kamar karena aku juga harus bekerja. Namun karena aku juga bekerja di rumah sakit ini, sehingga bisa menitipkan ibu pada teman-teman sejawat.

Hari ini ibu sudah diperbolehkan pulang. Keadaan ibu sudah berangsur membaik pasca aku mengatakan akan membicarakan keinginannya pada Mita--istriku.

Sebenarnya aku sangat bingung dengan keadaan ini. Entah bagaimana caranya aku mengatakan pada Mita, tentang keinginan ibu yang memintaku untuk menikah lagi agar aku bisa segera memiliki keturunan.

Ini benar-benar pilihan yang sangat sulit. Bagai makan buah simalakama.

Satu sisi aku sangat mencintai istriku dan tidak ingin menyakitinya. Tapi di sisi lain, aku juga sangat menyayangi ibu. Ibu adalah orang yang paling berjasa dalam hidupku, karena beliaulah aku ada di dunia ini. Beliau juga yang sudah merawat, membesarkan, hingga membiayai pendidikanku sampai ke perguruan tinggi. Aku tahu, walau aku memberikan dunia dan seisinya tetap tidak akan bisa membalas semua jasa ibu padaku.

Aku juga tahu, bahwa anak Laki-laki adalah milik ibu. Sehingga wajib bagiku untuk berbakti padanya. Karena surgaku ada di bawah telapak kakinya. Apalagi aku adalah satu-satunya anak laki-laki di keluarga kami.

Kalau aku tidak menuruti keinginan ibu, ibu mengancam akan melakukan sesuatu yang akan membahayakan dirinya. Contohnya seperti kemarin, saat ibu mogok makan, penyakit maagnya langsung kambuh sehingga harus di rawat di rumah sakit. Aku semakin takut ibu akan melakukan hal yang lebih gila lagi, ibu tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Sedangkan Mita, dia adalah istri yang baik. Namun demikian aku tidak yakin dia mau dimadu. Perempuan mana yang mau berbagi suami? Jika bisa memilih, mereka yang sudah terlanjur di poligami pun tidak akan mau berbagi suami. Aku hanya takut setelah mengatakan akan menikah lagi, Mita akan memilih mundur dan meninggalkan aku. Aku takut kehilangan Mita.

"Le, kamu sudah bicara belum sama Mita?" ucap Ibu, saat mobil mulai melaju meninggalkan rumah sakit.

"Belum, Bu. Nanti Bagus coba cari waktu yang tepat untuk berbicara dengan Mita," jawabku sambil menatap ke depan dan tetap fokus pada jalanan.

"Ibu ndak mau nunggu terlalu lama, Le. Pokoknya hari ini kamu harus bicara sama Mita," sahut ibu dengan bersungut-sungut.

Aku menghembuskan nafas panjang. Apa ibu tidak tahu, bukan hal yang mudah bagiku untuk mengatakan hal yang pasti akan menyakiti hati istriku.

Tuhan, tolong bantu aku. Aku benar-benar di persimpangan jalan. Aku bingung harus mengambil jalan yang mana, ke kiri atau ke kanan.

"Jangan paksa Bagus seperti ini, Bu. Tolonglah mengerti sedikit saja anakmu ini," ucapku putus asa.

"Apa maksudmu, Le? Kenapa kamu malah bilang Ibu ndak mengerti kamu? Justru karena Ibu mengerti kamu, makanya Ibu melakukan semua ini. Semua yang ibu lakukan adalah untuk kebaikan kamu, untuk generasi penerus keluarga kita. Apa kamu ndak paham!" sahut ibu setengah berteriak, membuat nyaliku menciut. Dan aku pun semakin dibuat pusing oleh sikap ibu. Ibu benar-benar hanya memikirkan tentang keturunan saja, tapi tidak memikirkan bagaimana perasaanku dan Mita.

"Iya, Bu, iya, nanti Bagus coba bicara sama Mita," ucapku untuk menenangkan ibu yang mulai emosi.

Sepertinya saat ini kesabaranku benar-benar sedang di uji. Meskipun ibu keras kepala, tapi aku tidak pernah bisa marah padanya. Karena walau bagaimanapun beliau adalah orang yang telah mempertaruhkan nyawanya saat melahirkanku ke dunia ini. Apalagi setelah ayah pergi untuk selamanya, ibulah yang berjuang mati-matian untuk menghidupi dan membiayai pendidikan kami bertiga hingga selesai kuliah. Beliau berjuang sendirian, untungnya almarhum ayah meninggalkan warisan yang lumayan banyak, sehingga ibu selalu ada pemasukan dari hasil sawah dan kebun yang kami miliki.

Akhirnya kami sampai juga di rumah. Sebuah mobil terparkir di depan pagar. Aku mengenali mobil itu adalah milik kakak Iparku. Aku segera turun untuk membuka pintu gerbang sendiri, tak enak rasanya untuk minta tolong pada Mita karena dia sedang ada tamu.

Setelah memasukkan mobil ke garasi. Aku segera turun lalu membantu ibu turun dengan pelan.

"Sepertinya sedang ada tamu, Le," ucap ibu kala melihat ada sendal dan juga sepatu di depan teras.

"Iya, Bu, sepertinya itu Mba Mira dan suaminya," jawabku sembari menuntun ibu masuk.

Setelah mengucapkan salam dan mendapat jawaban dari dalam, aku dan ibu pun masuk.

"Eh, Bagus sudah pulang." Mas Rayhan bangun dari tempat duduk dan langsung menghampiri saat melihat aku dan ibu masuk.

"Iya, Mas. Sudah lama sampai?" tanyaku sambil bersalaman. Mas Rayhan menyambut tanganku kemudian langsung menyalami ibu.

"Nggak, baru aja sampai. Sudah sehat, Bu?" tanyanya pada ibu sambil tersenyum.

"Iya, alhamdulillah sudah mendingan, Nak." Ibu menyambut uluran tangan suami dari kakak iparku itu.

Kemudian kami berjalan menuju ruang keluarga dimana Mita tengah menggendong salah satu anak kembar Mba Mira dan Mas Rayhan.

Mba Mira dan Mita langsung berdiri dan menyalami aku dan Ibu.

"Clarissa nggak ikut, Mba?" tanyaku saat tidak melihat anak sulung Mba Mira dengan mantan suaminya -Mas Haris.

"Clarissa belum pulang sekolah, Gus. Rencananya nanti pulang dari sini sekalian jemput Clarissa," jawab Mba Mira.

"Kalau dia tahu Ayah sama Bundanya main ke sini tapi dia nggak diajak, pasti nanti langsung ngambek," sahut Mita.

"Tenang ... 'kan ada pawangnya." Kelakar Mba Mira sambil melirik suaminya. Mas Rayhan hanya tersenyum mendengar ucapan istrinya. Dia memang suami dan ayah yang baik.

Aku juga ikut senang melihat Mba Mira dan Mas Rayhan yang bahagia. Apalagi melihat Mas Rayhan yang begitu menyayangi Clarissa tanpa membedakan dengan si kembar yang merupakan anak kandungnya. Mas Rayhan memperlakukan Clarissa sama seperti memperlakukan kedua anak kembarnya yang kini telah berusia tiga tahun. Sedangkan Clarissa sekarang sudah berusia delapan tahun dan sudah duduk di kelas 3 MI.

"Ibu mau istirahat di kamar?" tanya Mita.

"Ndak, nanti saja. Ibu masih mau di sini dulu, mau main sama si kembar," jawab Ibu lalu berjalan ke arah sofa. Gegas Mita membantu ibu dengan menuntunnya, padahal dia juga sedang menggendong salah satu anak Mba Mira.

Ibu meminta Mita juga duduk di sofa di dekatnya dengan meletakkan salah satu anak kembar Mba Mira di antara mereka.

Aku, Mas Rayhan, dan Mba Mira, akhirnya juga ikut duduk di sofa. Sebelumnya aku sudah mengambil si kembar yang berada di gendongan Mba Mira, kini batita yang semakin hari semakin menggemaskan itu aku dudukkan di pangkuanku.

"Lucu-lucu banget anakmu, Mir. Kapan ya Bagus dan Mita punya yang seperti ini," ucap ibu sambil mengelus rambut anak Mba Mira.

Mendengar ucapan ibu, semua terdiam. Mita hanya menunduk sambil memegang tangan mungil salah satu keponakannya. Kasihan sekali melihatnya, sejak ibu tinggal bersama kami Mita terlihat tertekan.

"Anak itu rezeki, Bu. Kalau sekarang Mita dan Bagus belum punya anak, berarti memang belum rezeki. Tuhan masih mau menguji kesabaran mereka, mungkin juga Tuhan mau melihat usaha mereka lebih keras lagi. Kita doakan saja semoga secepatnya mereka diberi kepercayaan," ucap Mas Rayhan bijak.

"Tapi Ibu sudah semakin tua. Umur siapa yang tahu 'kan? Jadi sebelum Ibu di panggil oleh yang maha kuasa, Ibu maunya Bagus sudah punya anak. Itu sebabnya kalau Mita ndak bisa memenuhi keinginan Ibu untuk memberikan cucu, Ibu terpaksa akan menikahkan Bagus dengan perempuan lain."

🌷🌷🌷

Yang belum tahu siapa Mira, Rayhan, dan Bu Wulan baca kisahnya di cerita saya yang berjudul PELAKOR ITU KAKAK IPARKU.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
New Betsi Damisi
naah begini bagus ada petunjuk nya. jadi baca nya jadi seruh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 6. TAK MAU DIMADU

    (POV Mita)"Tapi Ibu semakin tua. Umur siapa yang tahu 'kan? Jadi sebelum Ibu di panggil oleh yang maha kuasa, Ibu maunya Bagus sudah punya anak. Itu sebabnya kalau Mita ndak bisa memenuhi keinginan Ibu untuk memberikan cucu, Ibu terpaksa akan menikahkan Bagus dengan perempuan lain.""Apa?!" ucap kami hampir bersamaan.Bukan hanya aku yang terkejut, bahkan semua orang yang ada di ruangan ini. Mendengar ucapan ibunya, wajah Mas Bagus memucat, sedangkan aku ....Ah, hati ini sudah tak jelas lagi seperti apa bentuknya. Hancur sehancur-hancurnya. Menyisakan rasa sakit yang luar biasa.Tak terasa air mata langsung menetes. Aku memang paling sensitif kalau sudah membicarakan soal anak. Apalagi sekarang ibu menambah dengan keinginannya yang tentu saja sangat menyakiti hatiku.Madu? Aku bahkan tak pernah terpikir sedikit pun akan memilikinya. Aku tidak mau dimadu. Kugelengkan kepala berkali-kali, membayangkannya saja rasanya aku tak sanggup.Teganya ibu ingin menghadirkan perempuan lain dian

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07
  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 7. BERSIAP

    (POV Mita)Karena sudah waktunya menjemput Clarissa di sekolah, akhirnya Mba Mira dan Mas Rayhan pamit pulang. Sebenarnya aku berharap Mba Mira tetap di sini, menemaniku. Tapi aku tidak boleh egois, kakakku itu sudah punya kehidupan sendiri, tentu dia harus lebih mengutamakan keluarganya.Setelah kendaraan roda empat milik saudaraku itu tak terlihat lagi, aku segera melangkah masuk ke dalam rumah. Sedangkan Mas Bagus menutup pintu gerbang."Sayang, tunggu." Panggil Mas Bagus.Tapi aku tetap melangkah dengan cepat masuk ke dalam kamar, kemudian menutup pintu. Sebenarnya ini sudah waktunya makan siang, tapi aku sungguh tidak berselera untuk mengisi perut. Saat ini aku hanya ingin sendiri di dalam kamar.Setelah melaksanakan shalat Dzuhur, aku memilih naik ke tempat tidur. Mencoba memejamkan mata, sejenak ingin melupakan semua masalah yang sedang ku hadapi.Mas Bagus tak kedengaran lagi suaranya. Ah, pasti dia sedang mengurus ibunya. Bukan aku cemburu, tapi karena mertuaku itu punya renc

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08
  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 8. OLEH-OLEH

    Aku tertegun menatap mereka yang kini ada di depanku. Ya, mereka ....Tampak Mas Bagus berdiri berdampingan dengan seorang perempuan muda yang usianya mungkin sebaya denganku. Lalu di belakangnya ada ibu mertuaku bersama perempuan paruh baya yang sepantaran dengannya.Aku diam dan masih memindai mereka satu persatu."Kenapa diam saja, cepat sambut adik madumu!" Ucapan Bu Tata bagai petir yang menyambar."Apa, adik madu? Apa aku tidak salah dengar? Jadi kalian ...." Aku tidak melanjutkan kata-kata, kualihkan pandangan pada laki-laki yang sampai saat ini masih sah menjadi suamiku.Mas Bagus tampak salah tingkah. Dia mengusap leher bagian belakang berkali-kali dan tidak berani menatapku sedikit pun. Gigiku gemeletuk dengan tangan yang refleks mengepal, bahkan kini tanganku bergetar menahan amarah.Dasar laki-laki. Meskipun Mas Bagus kemarin mengatakan kalau dia terpaksa menuruti keinginan ibunya. Tapi tak bisa ku pungkiri, hati ini tetap sakit sekali saat dia dan ibunya pulang membawa ol

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09
  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 9. MULAI MELAWAN

    Setelah menu makan malam tersaji di meja makan, aku langsung memanggil suami dan mertuaku yang sedang bercengkrama di ruang keluarga."Mas, makan malam sudah siap," panggilku."Iya sayang, sebentar," sahut Mas Bagus sambil menoleh ke arahku, kemudian langsung berdiri."Ayo, Bu, kita makan sama-sama. Mita sudah menyiapkan makan malam.""Istri mudamu di gandeng dong, Le. Pengantin baru biasanya 'kan lagi mesra-mesranya," sahut mertuaku seolah sengaja memanasiku.Mendengar ucapan ibunya Mas Bagus melirikku, sepertinya dia merasa tidak enak tapi juga tidak berdaya di depan ibunya yang sering memaksakan kehendak itu."Ya sudah, ayo kita makan malam sama-sama," ucap Mas Bagus seraya menatap istri barunya."Bantuin berdiri," rengek Anida dengan manja sambil mengulurkan tangannya pada Mas Bagus.Melihat sikap menantu barunya yang manja pada putranya, justru membuat Bu Tata tersenyum senang. Berbeda saat melihat ke arahku, dia malah terlihat sinis. "Ayo, Suk, kita makan. Aku sudah lapar," aja

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10
  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 10. KERIBUTAN DI Pagi HARI

    Entah siapa semalam yang akhirnya mencuci piring dan peralatan makan lainnya. Aku tidak tahu, karena setelah perdebatan dengan si Anida and gengs, aku langsung masuk ke dalam kamar dan tidak keluar lagi.Semalam Mas Bagus juga tidak menghampiriku ke dalam kamar, sekedar menguatkan atau menghibur. Padahal biasanya kalau ada yang berani menyebutku mandul, Mas Bagus tidak akan terima. Tapi sekarang tidak lagi, bahkan tidak ada pembelaan sama sekali dari suamiku saat istri mudanya menyematkan kalimat itu untukku. Mungkin setelah ini aku harus mulai terbiasa kalau Mas Bagus tak lagi membelaku. Aku juga harus belajar menguatkan diri sendiri, tanpa harus bergantung pada siapa pun lagi.Saat adzan Subuh berkumandang, mataku serasa diberi lem, berat dan susah sekali untuk dibuka. Itu karena hampir semalaman aku tidak bisa tidur. Selain karena belum terbiasa tidur sendiri, aku juga menyadari fakta dibalik alasan suamiku tidak tidur di kamar kami. Tentu saja karena Mas Bagus tidur di kamar sebe

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 11. TRAGEDI CUCIAN

    "Apa-apaan ini!" teriakku kala baju-baju kotor Anida berjatuhan di dekat kakiku, setelah sebelumnya mengenai tubuhku karena Anida melemparnya begitu saja."Kamu 'kan lagi nyuci, jadi sekalian ya cuciin bajuku," jawabnya seolah aku ini pembantunya. Caranya pun sangat tidak sopan karena tidak di sertai dengan kalimat 'tolong'. Begitu juga dengan aksinya yang melempar pakaian kotor itu padaku, tentu saja aku jadi langsung emosi."Enak aja, cuci sendiri," sahutku sembari memunguti pakaian-pakaian itu kemudian melemparkannya kembali pada yang punya."Pelit banget sih, cuma beberapa potong doang.""Ya, tapi cara kamu nggak sopan. Emangnya kamu nggak pernah di ajari sopan santun apa," sahutku kesal. "Kalau nyuruh orang itu pakai kalimat yang baik, terus ngasihnya yang sopan bukan malah di lempar. Masak gitu aja nggak ngerti, kayak anak kecil aja. Lagian ya, katanya kamu itu anak orang kaya, pasti uangnya banyak dong, kenapa nggak di laundry aja sih. Ngapain malah nyuruh-nyuruh aku. Aku ini u

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-12
  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 12. KEINGINAN

    Setelah kejadian tadi sore aku sengaja mengurung diri dan mengunci pintu kamar. Tidak ada lagi yang peduli padaku, bahkan saat aku tidak keluar dari kamar untuk makan malam. Mungkin Mas Bagus sudah tidak ingat lagi padaku, entah sedang apa dia sekarang sehingga tak tergerak hatinya untuk melihatku walau hanya sebentar.Semarah itukah Mas Bagus padaku? Walaupun aku sudah berusaha menjelaskan yang sebenarnya, tapi tetap saja akulah yang terlihat bersalah di matanya. Ternyata lima tahun hidup bersama tak membuat Mas Bagus mengenal sifatku, begitu juga aku yang hampir tak mengenali lagi dirinya yang sekarang.Sekarang apalagi yang tersisa? Mungkin tidak ada. Bahkan kini lambat laun aku mulai kehilangan suamiku, padahal selama ini mati-matian berusaha bertahan untuknya. Haruskah sekarang aku menyerah? Meninggalkan bahtera yang mungkin sebentar lagi akan benar-benar karam.**Tak mau terlalu lama larut dalam kesedihan, akhirnya setelah berpikir panjang aku putuskan untuk kembali bekerja. Da

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 13. BANTUAN DARI TEMAN

    Meskipun aku sudah lama mundur dari pekerjaanku, tapi aku masih tetap menjalin hubungan baik dengan rekan-rekan seprofesi dulu. Sehingga pada saat aku membutuhkan pekerjaan seperti saat ini, alhamdulilah beberapa teman bersedia membantuku dengan memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan di beberapa rumah sakit.Bahkan salah satu diantara mereka ada yang mau merekomendasikan aku langsung pada atasannya. Dia adalah--Dinda--teman baikku sesama perawat saat dulu masih bekerja di rumah sakit Citra Sehat.Masih teringat saat itu, kala aku mengatakan pada Mas Bagus dan ibu tentang keinginanku untuk mundur dari pekerjaan yang sangat kucintai."Mas, Bu, aku mau resign," ucapku suatu pagi saat kami sedang sarapan bersama."Resign? Kamu yakin, Mit? Memangnya nggak sayang, itu 'kan memang cita-cita kamu dari kecil mau merawat orang sakit," sahut ibu."Iya sih Bu, tapi mau bagaimana lagi, aku mau punya anak. Barangkali kalau aku lebih banyak istirahat di rumah, aku akan cepat hamil," jawabku

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14

Bab terbaru

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 45. ENDING

    (POV Mita)"Mita, aku ... menyayangimu, maukah kamu menikah denganku?" tanya Mas Fachri sambil menatapku dengan penuh cinta.Lalu masih dengan memegang tanganku, perlahan dia berlutut di hadapanku."Sekali lagi aku pinta, menikahlah denganku. Aku berjanji tidak akan menyakiti dan mengecewakanmu. Aku juga berjanji akan meletakkan kebahagiaanmu di atas segalanya."Ya Allah, rasanya tak percaya putra angkat Bu Rumini ini tengah melamarku. Bahkan dia memintaku menjadi pendamping hidupnya di depan ibunya.Dengan menahan ledakan kebahagiaan di dalam dada, kuberanikan diri untuk menatap wajah yang beberapa bulan belakangan ini selalu menghiasi mimpiku."Iya, Mas, aku mau. Aku mau menikah denganmu." Aku menjawab seraya tersenyum dan mengangguk.Mas Fachri mendekatkan tanganku ke bibirnya, kemudian dia mengecup jariku dengan begitu lembut."Yeeeyyy! Akhirnya ada yang bakal nikah nich!" Tiba-tiba entah datang dari mana, suasana yang tadi begitu romantis berubah menjadi begitu ramai bahkan cende

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 44. LAMARAN

    "Ibu ... Ibu ...! Apa yang kalian lakukan pada ibuku?! Siapa yang sudah berani melakukan ini pada seorang Sukmawati--pemilik Wicaksono grup?!" Tiba-tiba seorang perempuan masuk ke dalam kantor polisi dan langsung berteriak seperti orang kesurupan.Benar-benar tidak punya sopan santun.Dilihat dari perutnya yang sedikit membuncit, sepertinya perempuan itu sedang berbadan dua.Dan dari ucapan perempuan itu, aku yakin dia adalah Anida--putri tunggal Bu Sukma yang telah dijadikan alat untuk menjebak ayahku dulu. Anak yang sebenarnya entah benih siapa, namun ayahku-lah yang dijadikan kambing hitam atas kehamilan Bu Sukma, si ular yang sangat berbisa.Tepat di samping perempuan itu, berdiri seorang laki-laki yang kemungkinan adalah suaminya. Dan kalau tebakanku benar, berarti laki-laki itu yang bernama Bagus--mantan suami Mita."Saya. Saya orangnya yang sudah menyeret ibumu itu ke tempat ini?" jawabku dengan tenang.Mata perempuan itu membulat. Wajahnya yang putih tampak merah padam menahan

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 43. PENANGKAPAN BU SUKMA

    "Fachri? Apakah kamu Fachri Akbar putraku.""Iya, Pa, ini aku Akbar. Fachri Akbar putra Papa Agung," jawabku masih sambil memeluknya."Ya Allah ... terima kasih banyak. Ternyata benar firasatku selama ini, bahwa putraku masih hidup," jawabnya pelan diiringi isak tangis pilu bercampur haru.Mendengar ucapan ayah kandungku, air mataku semakin deras mengalir. Ternyata ayah memiliki ikatan batin yang cukup kuat terhadapku. Selama ini dia menyakini bahwa aku masih hidup dan tidak serta-merta mempercayai berita tentang kematianku saat kecelakaan maut itu terjadi. Mungkin juga karena jasadku yang tidak ditemukan di area TKP.Aku semakin erat memeluk tubuhnya yang kurus kering laksanakan selembar triplek. Kasihan sekali ayah kandungku, selama ini dia hanya bisa terbaring tak berdaya tanpa bisa melakukan apa pun.'Bu Sukma, dia adalah penyebab semua penderitaan kami. Perempuan iblis itu harus membayar mahal, apa yang sudah dilakukannya terhadap ayah dan almarhumah Ibu kandungku,' ucapku dalam

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 42. PERTEMUAN PENUH HARU

    (POV Fachri)"Bu Sukma sudah jalan, jadi kita juga harus melanjutkan perjalanan," ucap Pak Lukman sambil bangun dari tempat duduknya."Ya, benar, ayo kita lanjutkan perjalanan. Kalau bisa, kita harus sampai lebih dulu dari Bu Sukma," sahutku, lalu ikut bangun dari bangku yang aku duduki.Bapak, Ibu, dan Bu Wulan juga melakukan hal yang sama, tanpa banyak bicara mereka segera berjalan ke arah mobil Rayhan. Sedangkan Rayhan tampak sedang berbincang dengan Briptu Hendra. Kulihat Briptu Hendra mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya, kemudian melakukan panggilan telepon pada seseorang. Entah sedang menghubungi siapa, mungkin rekan, atasan, atau mungkin juga keluarganya.Setelah berbicara di telepon sebentar, Bribtu Hendra mematikan teleponnya kemudian ia masuk ke mobilnya.Bersamaan dengan itu Rayhan pun melakukan hal yang sama, putra tunggal Bu Wulan itu menaiki mobil miliknya yang di dalamnya ada Bapak yang sudah duduk di samping kursi pengemudi, sedangkan Ibu dan Bu Wulan duduk di kurs

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 41. INFORMASI BARU

    (POV Fachri)"Hah! Pesan dari Ridwan!" seru Pak Lukman. Raut wajah Pak Lukman tampak serius saat membaca pesan itu, pasti ada informasi penting yang disampaikan oleh Bang Ridwan padanya.Mendadak jantungku berdebar. Entah kabar apa yang disampaikan Bang Ridwan pada Pak Lukman. Pak Lukman belum berbicara apapun, karena dia sibuk mengetik pesan di layar ponselnya.Ya Tuhan, semoga saja ada kabar baik dan bukan kabar buruk yang akan disampaikan oleh Pak Lukman padaku nanti. Semoga saja Bang Ridwan mengabarkan bahwa ayah kandungku sudah diketahui keberadaannya."Fachri, ke kantor notarisnya lain kali saja, ya. Sekarang kita ke Wonogiri, karena barusan Ridwan mengabarkan bahwa sore ini Bu Sukma akan bertolak ke Kota itu. Dan Ridwan yakin, bahwa Bu Sukma akan menemui Pak Agung," ucap Pak Lukman sambil menyimpan ponselnya kembali di saku jas yang dipakainya."Benarkah? Baiklah kalau begitu, Pak, kita berangkat sekarang. Saya akan menghubungi Bapak Ibu saya dan juga Rayhan," jawabku sambil me

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 40. MISI RAHASIA

    (POV Pak Lukman)"Maksud Pak Lukman, menyusup ke rumah Bu Sukma?" Teh Rumini ikut menimpali. Dari nada suaranya, tampaknya dia cukup terkejut dengan ide yang barusan kucetuskan."Iya, betul. Di sana tentu akan lebih mudah mendapatkan informasi, tapi resikonya juga besar. Adakah yang bersedia menyusup dan melakukan penyamaran?" tanyaku sambil menatap mereka satu persatu, membuat orang-orang yang duduk di depanku itu seketika berpandangan."Aku saja, aku bersedia!" Tiba-tiba laki-laki yang duduk di samping Kang Rahmat menyahut, padahal sedari tadi dia hanya diam menyimak obrolan kami.Aku menatap laki-laki itu, sejenak kami berpandangan."Pak Lukman, perkenalkan ini putra kami--Ridwan," ucap Kang Rahmat sambil menatapku kemudian beralih pada laki-laki yang baru saja menawarkan dirinya untuk menyusup ke kediaman Bu Sukma."Ridwan? Masya Allah ... jadi kamu Ridwan, putra Kang Rahmat? Iya-iya saya masih ingat saat kamu masih kecil dulu. Umurmu memang tidak begitu jauh dengan Akbar." Hampir

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 39. MEMBUAT RENCANA

    (POV Pak Lukman)"Lalu bagaimana dengan semua aset dan kekayaan keluarga Wicaksono. Apakah sampai saat ini masih atas nama Pak Agung dan almarhumah Bu Arini, atau sudah dialihkan pada Bu Sukma?" cecar Bu Wulan.Sebenarnya ini ada apa?Aku semakin bingung dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh keluarga mendiang Pak Aditya."Maaf, Bu Wulan, benarnya ini ada apa? Dari tadi saya tidak mengerti, kearah mana pembicaraan ini?" Akhirnya karena bingung dan penasaran yang begitu menggelitik, kuputuskan untuk bertanya saja."Pak Lukman, apakah Bapak akan percaya kalau saya bilang Fachri Akbar--putra Pak Agung Wicaksono masih hidup?" tanya Pak Rayhan membuatku sangat terkejut."Apa? Tapi, bagaimana mungkin ....""Itu benar, Pak Lukman. Den Akbar masih hidup. Dan apakah Bapak masih ingat pada saya?" Tiba-tiba laki-laki yang duduk di sofa ujung ikut menimpali.Sesaat aku menatapnya ....Ya Tuhan, benarkah yang kulihat ini?Lalu aku pun menatap perempuan yang duduk di samping laki-laki itu.

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 38. BERTEMU PAK LUKMAN

    Bu Wulan melangkah mendekati Fachri. Air matanya sudah tumpah.Sementara itu Fachri pun bangun dari tempat duduknya, dia menatap perempuan yang sudah berlinang air mata itu. Dalam bayangan Fachri, pastilah ibu kandungnya sepantaran dengan perempuan yang kini berada di depannya.Bu Wulan menatap wajah Fachri, kemudian memeluknya dan menangis histeris."Ya Allah, Arini ... Arini, ternyata putramu masih hidup. Arini ... lihatlah, Arini, sekarang putramu ada di depanku, dia sudah pulang." Bu Wulan terus saja menangis sambil memeluk Fachri. Sedangkan Fachri hanya bisa menurut saja, bingung harus berbuat apa. Tapi dia tahu, bahwa perempuan yang sedang memeluknya saat ini adalah orang yang sangat dekat dengan almarhumah ibu kandungnya."Ya Allah, Nak, Ibu rasanya nggak percaya kalau ternyata kamu masih hidup. Tapi Ibu bahagia, akhirnya kamu pulang, mungkin ini pertanda bahwa kejahatan dan kelicikan Bu Sukma akan segera terbongkar," ucap Bu Wulan lagi, lalu dia menoleh pada Rayhan."Ray, kesi

  • DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN    BAB 37. PULANG

    Waktu cepat berlalu, pagi ini Mita dan Bu Rita sudah bersiap untuk berangkat ke kota Prabumulih. Mita akhirnya berhasil membujuk bibinya untuk tinggal bersamanya di Bekasi.Mita juga sudah mengabari Miranti, bahwa dia dan Bu Rita pagi ini akan segera pulang. Miranti ikut senang, dan tak sabar menunggu adik dan bibinya sampai di kota kelahiran mereka.Kini Mita dan Bu Rita sudah berada di dalam angkutan umum menuju kota Prabumulih, begitu pula dengan keluarga Pak Rahmat, sudah berangkat dari Desa Jenang sejak setengah jam yang lalu.Di dalam angkutan umum, Mita yang memegang ponsel Bu Rita sesekali berbalas pesan dengan Fachri, saling memberi kabar sudah sampai dimana.Kira-kira tiga puluh lima menit, akhirnya Mita dan Bu Rita sudah sampai di pol keberangkatan. Mereka berdua turun dengan membawa tas dan bawaan Bu Rita. Mita membantu bibinya, lalu mereka duduk menunggu keluarga Pak Rahmat yang masih dalam perjalanan.Mita sengaja belum membeli tiket, karena tadi Fachri berpesan agar dia

DMCA.com Protection Status