Baru juga semalam Serena dan Al berselisih paham soal Ravi. Pagi ini sosok yang selalu memancing kekesalan Al telah berdiri di hadapan Serena, sambil tersenyum lebar.Ravi sempat tertegun melihat Beita berjalan masuk ke gedung RD. Dia pikir lelaki itu suami Serena. Jadi suami Serena bekerja di sini juga. Apa Beita yang sudah memberikan modal pada Alexander Grup. Kalau iya, apa kedudukan Beita di RD. Sosok yang bekerja di Royal Diamond, dan mampu memberikan modal sebesar dua triliun dollar. Tidak ada tebakan lain, selain Beita adalah pemilik Royal DiamondTapi, Ravi lantas mengerutkan dahi. Benarkah Beita owner RD. Sebab informasi yang beredar masih simpang siur. Sebagian bilang Almeer Beita pemiliknya. Namun di satu waktu Beita pernah berujar kalau dia perlu diskusi dengan atasannya which is the real owner-nya RD."Hai Kak. Tumben pagi-pagi ke sini."Serena mengikuti arah pandang Ravi. Pria di depannya masih melihat ke arah Beita."Suamimu?" Tembak Ravi."Bukan, dia Almeer Beita. K
Serena menelan ludah. Pertanyaan itu adalah momok baginya. Ketakutan terbesarnya juga penghancur rasa percaya dirinya. Mungkin lebih mudah bagi mereka yang yatim piatu untuk menjawab pertanyaan ini. Tapi bagi Serena, tanya soal sang ayah adalah tekanan yang tidak bisa dia hadapi sampai saat ini. "Ada banyak hal yang lebih baik disimpan sendiri. Aku secara pribadi tidak menyarankan kamu go publik sekarang. Tidak, sampai kamu menemukan ayahmu. Ada marga Alexander di belakang namamu, pikirkan reputasi mereka jika kamu ingin melakukannya." "Mereka menyarankan hal ini. Mungkin mereka sudah siap dengan resikonya. Tapi pikirkan lagi, mereka baru saja bangkit dari isu kehilangan investor hari itu. Biarkan mereka stabil dulu, baru pikirkan lagi soal ini." Al selesai bicara dengan Serena terdiam sejenak. Setelahnya dia mengangguk. Serena cukup cerdas untuk memahami situasi yang bisa saja terjadi. Benar kata Al, dia bukan lagi anak yang tidak punya identitas. Ada keluarga Alexander yang meng
Tangan Serena terkepal. Pikirannya buntu, dia terlalu terkejut dengan apa yang terjadi. Pertanyaan itu kembali menyeruak di benaknya. Bagaimana bisa desain miliknya mendadak muncul di situs jual beli online.Siapa yang sudah mengunggahnya di sana. Siapa yang telah mencuri desainnya."Diam saja? Berarti bener ni plagiat. Ck, ck, gak nyangka aku."Bisik-bisik makin lantang menyuarakan pendapat yang membuat kepala Serena mendadak pusing. "Ren, kamu gak ngelakuin itu kan?"Pertanyaan Nicky membuat Serena menemukan kesadaran diri. "Kamu tidak percaya padaku?" Serena bertanya lirih.Matanya turut memindai Pevi dan Lisa. Dia menemukan keraguan terpancar dari netra Pevi. Serena menghela napas. Temannya sendiri bahkan tidak percaya padanya.Dia lantas tertawa kecil. Betapa cepat nasibnya berubah. Pagi tadi dia begitu bahagia. Serena berhasil memiliki SIM juga memendapatkan hadiah mobil.Namun kini semua kesenangannya menguap, berganti pandangan penuh cibiran juga cemooh non verbal. Meski tida
Dorongan napas kasar terdengar. Detik setelahnya mobil berwarna putih itu melaju keluar dari kawasan RD. Serena tidak memasang maps. Dia tidak tahu jalan, tapi bodo amat. Dia sedang kesal, ingin melampiaskannya dengan berkendara ke mana saja. Di sampingnya ada Al yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya."Maaf," ucap lelaki itu tiba-tiba.Serena diam, dia sedang tidak ingin mendengar apapun. Tapi Al sebaliknya. Dia bersikeras ingin menjelaskan."Waktu datanya aku pulihkan. Aku tidak memeriksa apa ada yang menyalin datanya atau tidak. Kemungkinan besar mereka mencurinya saat itu."Serena masih bungkam. Dia fokus pada jalanan di depannya. Sepenuhnya tidak mendengarkan Al. Hatinya kadung sakit mendapati teman dekatnya meragukannya. Teman, di dunia ini di mana bakal dia temukan teman sejati. Serena menghela napas. Bahkan dia yang dulu berjanji akan menjemputnya jika sudah besar, sampai hari ini sosok itu tidak pernah datang."Dasar penipu!" Serena memaki sambil memukul kemudi. Al lekas
"Pokoknya ganti tidak mau tahu!" Di depan The Palace, Serena meraung setengah menangis."Hmmm." "Persis sama kayak gitu. Aku tidak mau kak Ravi curiga mobilnya remuk."Audi A8 itu betul-betul ringsek. Satu mobil penguntit yang tersisa nekat menabrak mobil Serena. Meski terkejut, Serena mampu menguasai diri.Dibalut amarah akibat ulah Vasti, juga kekesalan yang masih tersisa, membuat Serena secara impulsif balas menabrak mobil lawan. Alhasil mobilnya rusak parah. Untungnya mereka tidak apa-apa."Oke."Hanya itu yang terucap dari bibir sang suami. Serena melempar diri ke kasur, sementara Al masuk ke kamar mandi."Mandi, Ren."Al baru selesai bicara ketika menyadari Serena tertidur. Komplit tanpa mengganti pakaian. Helaan napas terdengar. Al perlahan menunduk, melepas sepatu, tas.Al keluarkan ponsel Serena yang ternyata mati. Dia letakkan benda pipih itu di atas fast charging di meja. Setelahnya dia buka ikatan rambut sang Serena. Terakhir dia naikkan selimut sampai menutupi perut Se
"Kenapa saya harus menggantikan kak Thalia untuk menikah dengan orang itu?"Pertanyaan itu mengalir lancar dari bibir seorang gadis berpakaian lusuh dengan wajah kusam dan rambut diikat asal.Serena Valencia namanya. Hari ini dia baru dipecat dari restoran tempat dia bekerja sebagai pelayan. Semua karena ulah kakaknya sendiri.Thalia, perempuan yang kini duduk manis di sofa sambil memainkan kukunya yang dicat merah menyala. Kakaknya berulah, sengaja membuat keributan di restoran, hingga Serena yang kena akibatnya.Serena dipecat dari pekerjaan, yang jadi satu-satunya sumber pendapatan guna membeli obat untuk sang ibu. Ada seulas benci bersemayam di hati Serena untuk Thalia."Masih tanya kenapa? Tentu saja untuk menunjukkan kalau kau ada gunanya. Lihat! Kau hanya anak haram yang kubesarkan di rumahku. Sudah waktunya kau membalas budi." Seorang pria menjawab penuh emosi."Tapi, A-Tuan. Bukankah ini kesalahan Kak Anthony. Kenapa saya yang harus menanggungnya?"Yang disebut namanya meloto
"Lepaskan aku! Ibu! Jangan sakiti ibuku!" "Rasakan ini! Rasakan!" Serena menggigil kedinginan ketika tubuhnya disiram air dingin bertubi-tubi. Siraman air berhenti, kini tubuhnya diseret paksa untuk kemudian dilempar ke dalam gudang. "Rasakan itu, berani kau menolak perintah Papa." Suara Thalia terdengar sangat puas, memandang tubuh Serena yang basah kuyup dengan bibir memucat, juga badan bergetar. "Ibu, Ibu! Ibu tidak apa-apa?" Serena merangkak ke arah sang ibu lalu membuka ikatan tangan dan kakinya. Juga lakban yang menutup mulut Nereida. "Rena, kamu kedinginan." Nereida berniat memeluk Serena. Tapi sang gadis menolak. "Nanti baju Ibu ikut basah. Rena tidak mau Ibu ikut sakit. Ini simpanlah." Serena mengulurkan sebotol obat yang ragu untuk Nereida terima. "Ini gaji terakhir Serena, Bu. Simpan, Serena tidak tahu lagi kapan akan mendapat uang untuk beli obat Ibu." Nereida segera memeluk Serena yang tampak pasrah, tak bisa menolak keinginan sang ibu. "Serena akan ba
Hembusan nafas terdengar dari bibir Serena. Gadis itu sedang duduk di taman kota. Setelah tubuhnya mampu bertahan dari guyuran air dingin. Serena berhasil menyelinap keluar rumah pagi tadi. Saat Frans, Thalia dan Anthony tidak ada di rumah. Serta semua staf sibuk dengan tugas masing-masing. "Halo, sudah lama menunggu?" Suara itu membuat Serena mengembangkan senyum dari balik masker. Pria di depannya memang selalu membawa kebahagiaan untuk Serena. Pantas saja jika putri Nereida menyukainya. Lelaki yang tak lain adalah Ravi Alexander. "Tidak juga," balas Serena. "Kamu pakai masker pasti dia habis memukulmu. Kenapa kalian tidak mau menerima bantuanku?" Ravi tampak prihatin dengan keadaan Serena. Dia tahu kalau Frans kerap melakukan kekerasan pada Serena. "Kata Ibu nanti akan jadi masalah buat Kakak. Jadi begini saja aku sudah senang." Netra Serena menyipit menandakan gadis itu sedang tersenyum lebar. Ravi mendengus sebelum mengusap puncak kepala Serena. "Yang sabar ya. Panggil ak
"Pokoknya ganti tidak mau tahu!" Di depan The Palace, Serena meraung setengah menangis."Hmmm." "Persis sama kayak gitu. Aku tidak mau kak Ravi curiga mobilnya remuk."Audi A8 itu betul-betul ringsek. Satu mobil penguntit yang tersisa nekat menabrak mobil Serena. Meski terkejut, Serena mampu menguasai diri.Dibalut amarah akibat ulah Vasti, juga kekesalan yang masih tersisa, membuat Serena secara impulsif balas menabrak mobil lawan. Alhasil mobilnya rusak parah. Untungnya mereka tidak apa-apa."Oke."Hanya itu yang terucap dari bibir sang suami. Serena melempar diri ke kasur, sementara Al masuk ke kamar mandi."Mandi, Ren."Al baru selesai bicara ketika menyadari Serena tertidur. Komplit tanpa mengganti pakaian. Helaan napas terdengar. Al perlahan menunduk, melepas sepatu, tas.Al keluarkan ponsel Serena yang ternyata mati. Dia letakkan benda pipih itu di atas fast charging di meja. Setelahnya dia buka ikatan rambut sang Serena. Terakhir dia naikkan selimut sampai menutupi perut Se
Dorongan napas kasar terdengar. Detik setelahnya mobil berwarna putih itu melaju keluar dari kawasan RD. Serena tidak memasang maps. Dia tidak tahu jalan, tapi bodo amat. Dia sedang kesal, ingin melampiaskannya dengan berkendara ke mana saja. Di sampingnya ada Al yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya."Maaf," ucap lelaki itu tiba-tiba.Serena diam, dia sedang tidak ingin mendengar apapun. Tapi Al sebaliknya. Dia bersikeras ingin menjelaskan."Waktu datanya aku pulihkan. Aku tidak memeriksa apa ada yang menyalin datanya atau tidak. Kemungkinan besar mereka mencurinya saat itu."Serena masih bungkam. Dia fokus pada jalanan di depannya. Sepenuhnya tidak mendengarkan Al. Hatinya kadung sakit mendapati teman dekatnya meragukannya. Teman, di dunia ini di mana bakal dia temukan teman sejati. Serena menghela napas. Bahkan dia yang dulu berjanji akan menjemputnya jika sudah besar, sampai hari ini sosok itu tidak pernah datang."Dasar penipu!" Serena memaki sambil memukul kemudi. Al lekas
Tangan Serena terkepal. Pikirannya buntu, dia terlalu terkejut dengan apa yang terjadi. Pertanyaan itu kembali menyeruak di benaknya. Bagaimana bisa desain miliknya mendadak muncul di situs jual beli online.Siapa yang sudah mengunggahnya di sana. Siapa yang telah mencuri desainnya."Diam saja? Berarti bener ni plagiat. Ck, ck, gak nyangka aku."Bisik-bisik makin lantang menyuarakan pendapat yang membuat kepala Serena mendadak pusing. "Ren, kamu gak ngelakuin itu kan?"Pertanyaan Nicky membuat Serena menemukan kesadaran diri. "Kamu tidak percaya padaku?" Serena bertanya lirih.Matanya turut memindai Pevi dan Lisa. Dia menemukan keraguan terpancar dari netra Pevi. Serena menghela napas. Temannya sendiri bahkan tidak percaya padanya.Dia lantas tertawa kecil. Betapa cepat nasibnya berubah. Pagi tadi dia begitu bahagia. Serena berhasil memiliki SIM juga memendapatkan hadiah mobil.Namun kini semua kesenangannya menguap, berganti pandangan penuh cibiran juga cemooh non verbal. Meski tida
Serena menelan ludah. Pertanyaan itu adalah momok baginya. Ketakutan terbesarnya juga penghancur rasa percaya dirinya. Mungkin lebih mudah bagi mereka yang yatim piatu untuk menjawab pertanyaan ini. Tapi bagi Serena, tanya soal sang ayah adalah tekanan yang tidak bisa dia hadapi sampai saat ini. "Ada banyak hal yang lebih baik disimpan sendiri. Aku secara pribadi tidak menyarankan kamu go publik sekarang. Tidak, sampai kamu menemukan ayahmu. Ada marga Alexander di belakang namamu, pikirkan reputasi mereka jika kamu ingin melakukannya." "Mereka menyarankan hal ini. Mungkin mereka sudah siap dengan resikonya. Tapi pikirkan lagi, mereka baru saja bangkit dari isu kehilangan investor hari itu. Biarkan mereka stabil dulu, baru pikirkan lagi soal ini." Al selesai bicara dengan Serena terdiam sejenak. Setelahnya dia mengangguk. Serena cukup cerdas untuk memahami situasi yang bisa saja terjadi. Benar kata Al, dia bukan lagi anak yang tidak punya identitas. Ada keluarga Alexander yang meng
Baru juga semalam Serena dan Al berselisih paham soal Ravi. Pagi ini sosok yang selalu memancing kekesalan Al telah berdiri di hadapan Serena, sambil tersenyum lebar.Ravi sempat tertegun melihat Beita berjalan masuk ke gedung RD. Dia pikir lelaki itu suami Serena. Jadi suami Serena bekerja di sini juga. Apa Beita yang sudah memberikan modal pada Alexander Grup. Kalau iya, apa kedudukan Beita di RD. Sosok yang bekerja di Royal Diamond, dan mampu memberikan modal sebesar dua triliun dollar. Tidak ada tebakan lain, selain Beita adalah pemilik Royal DiamondTapi, Ravi lantas mengerutkan dahi. Benarkah Beita owner RD. Sebab informasi yang beredar masih simpang siur. Sebagian bilang Almeer Beita pemiliknya. Namun di satu waktu Beita pernah berujar kalau dia perlu diskusi dengan atasannya which is the real owner-nya RD."Hai Kak. Tumben pagi-pagi ke sini."Serena mengikuti arah pandang Ravi. Pria di depannya masih melihat ke arah Beita."Suamimu?" Tembak Ravi."Bukan, dia Almeer Beita. K
"Serena!"Yang disebut namanya berjengit kaget. Serena menoleh ke belakang, di mana dia mendapati Alterio berjalan ke arahnya, dengan wajah memerah menahan amarah.Sorot matanya tajam, mengisyaratkan adanya badai yang sebentar lagi bakal menghantam Serena."Apa lagi?" Serena lelah, dia ingin langsung tidur. Tidak mau meladeni Al yang keinginannya macam anak TK. Sebentar begini, sebentar mau itu.Ditambah dia baru saja dibanting Beita dalam sesi latihan mereka. Punggungnya sakit, tapi Beita terus memaksanya berlatih.Belum lagi dia bertemu tatapan tidak ramah dari Ara, saat akan masuk ke kamar Alterio. Komplit sudah siksaan yang Serena rasakan."Kamu pergi sama sepupu tercintamu itu." Pertanyaan Al sarat rasa penasaran sekaligus ledekan."Kalau iya memang kenapa. Ini urusan Eternal Diamond.""Atau kencan terselubung kalian."Serena memutar matanya malas. Mulai lagi Alterio mengulik pasal Ravi. Sudah tahu mereka tidak mungkin bersama, Al masih saja tidak suka saat Serena bersua dengan R
"Kamu kenapa Ren? Sakit?"Pevi bertanya melihat Serena yang tidak terlihat baik pagi itu. Wajahnya pucat dengan tubuh tampak lemas."Aku agak pusing. Pokoknya aku tidak mau lagi pergi ke klub," Serena mencari alasan.Padahal penyebab dia jadi begini adalah Alterio yang kembali menyerangnya, begitu tahu Serena tidak ada di kamarnya, saat lelaki itu pulang. Dia marah."Maaf, Ren. Padahal aku janji bakal jagain kalian. Tidak tahunya aku malah ikutan teler." Nicky mengungkapkan penyesalannya.Dari tempatnya duduk, Lisa juga menyampaikan hal serupa. "Aku padahal ingin menemanimu di kamar itu. Waktu aku kembali kamu sudah tidak ada. Tuan Martinez juga tidak ada."Kalimat Lisa mematik rasa penasaran Pevi dan Nicky. Entah apa maksud gadis itu."Tuan Martinez bersamamu di kamar?" Pevi reflek bertanya.Serena menggeleng. Dia tidak tahu apa yang terjadi. Yang dia tahu, waktu sadar dia sudah berada di The Palace. Seterusnya dia ingat apa yang terjadi."Aku tidak melihatnya di sana. Waktu aku ban
"Ren, bangun. Makan dulu." Suara Al terdengar di telinga Serena.Hampir petang ketika Al masuk ke kamarnya yang masih tertutup rapat. Serena benar-benar tidur sepanjang hari. Untungnya selama itu, Al sibuk dengan pekerjaannya. Hingga tidak mengganggu Serena.Tidak ada jawaban, Serena hanya menggeliat pelan, untuk kemudian kembali tidur."Ren, kamu perlu mandi habis begituan." Al berdiri di sisi ranjang sambil melipat tangan.Dia coba menahan diri melihat bahu Serena terekspose. Tahan Al, tahan Al. Dia tidak mungkin menyerang Serena setiap waktu, meski faktanya dja sangat ingin melakukannya."Ren, Rena!""Sakit," lirih Serena pada akhirnya."Yang mana?" Al seketika merasa bersalah. Dia akui lepas kontrol semalam dan pagi tadi."Semua, pinggangku kayak mau patah. Kamu itu asal aja. Kamu pikir aku kuda apa.""Iya, kuda seksi dan cantik."He? Serena berhenti mengoceh mendengar ucapan Al. Sejak kapan pria kutub di depannya menjelma jadi mesum. "Mulutmu," sambar Serena judes. Dia menaikkan
Serena menggeliat pelan. Ringisan lirih seketika terdengar dari bibirnya. "Dia benar-benar serigala." Putri Nereida sungguh apes. Sekali pancing, Alterio Inzaghi sama sekali tidak bisa berhenti.Setelah semalam tidak membiarkan Serena tidur lelap. Pagi tadi Al kembali mengulangi aksinya. Semua hanya karena Serena tanpa sengaja mencium bibir Al.Serena berusaha mengelak, tapi Al kadung tidak bisa dicegah. Dan Serena baru tahu kalau durasi permainan Al tidaklah sebentar. Habis lemas Serena dibuatnya.Alhasil perempuan itu hanya bisa tergolek lemah di kasur sepanjang pagi.Al sendiri langsung beranjak setelah puas. Meski tak lama dia kembali lagi. "Minum ini."Serena hanya melirik malas sebutir pil yang ada di telapak tangan sang suami. Serena coba hindari memandang tubuh Al yang hanya tertutup jubah mandi yang diikat asal.Hingga penampakan dada bidang dan perut six pack Al mengintip tanpa malu. Pemandangan di depannya seolah mengejek Serena. Bagaimana perempuan itu tadi begitu menikmat