Beranda / Romansa / DIA / Chapter 4

Share

Chapter 4

Penulis: Azeela Danastri
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-07 12:45:27

Davka menunduk dan merangkum sisi wajah Almira dengan kedua tangannya mendekatkan wajah mereka dan kemudian melumat bibir Almira dengan lembut. Lidahnya mendorong celah bibir Almira agar terbuka untuknya. Memaksa memberikan akses pada lidahnya untuk masuk menjelajah kemanisan yang ada. Tak berselang lama Davka melepaskan pagutan bibir mereka.

"Abang tolong jangan begini ya?" pinta Almira dengan wajah memelas dan panik kemudian ia terisak kembali, airmatanya bercampur peluh sudah membasahi wajah dan juga lehernya yang jenjang.

"Kamu harus jadi milik aku. Aku sudah tidak bisa berhenti, Sayang," tegas Davka dengan suara bergetar pilu. Dalam hati Davka ini satu-satunya jalan dia untuk memiliki Almira, karena rasa putus asanya. Davka sungguh sudah hilang akal.

Davka menegakkan tubuhnya dan turun dari ranjang. Ia berdiri persis di tepi ranjang dengan tatapan matanya yang tidak berpaling dari wajah Almira. Davka melucuti pakaiannya sendiri tanpa canggung.

Almira tetap bergerak-gerak gelisah mencoba melepaskan ikatan tangannya dan memalingkan wajahnya ia malu melihat tubuh telanjang Davka.

Namun yang tidak disadarinya gerakannya itu membikin simpul dan belitan handuknya terlepas.

Melihat tubuh Almira sudah polos davka meraih handuk yang terlepas dan membuangnya kesembarang arah. Davka naik ke ranjang kemudian menindih tubuh Almira dan kembali melumat bibirnya yang ranum.

Airmata masih senantiasa bercucuran. Hancur sudah harga dirinya, ia tak menyangka bisa setega ini Davka padanya.

Rasa saliva Davka bercampur dengan alkohol sudah mulai mempengaruhi akal sehat Almira, kesadarannya sudah mulai menghilang, tangisan dan rontaanyatak di gubris oleh Davka.

Tangan Davka berada di atas buah dada Almira meremas-remasnya sembari mengulum puncaknya yang kecoklatan secara bergantian. Davka seperti bayi yang tak hentinya menghisap dan memberikan banyak tanda di sekitar areolanya. Kemudian sebelah tangannya turun dan bersama lututnya mulai memaksa melebarkan paha Almira. Davka menurunkan kepalanya seraya meninggalkan banyak tanda kepemilikan di setiap jengkal tubuh yang dilalui dengan kecupan dan hisapan bibirnya yang hangat.

Davka memposisikan diri di tengah selangkangan Almira, mengosokkan ujung miliknya membelah celah surgawi milik Almira dan bermain dengan gundukan kecil yang mulai terlihat. Davka berusaha membuat tubuh Almira agar siap menerimanya dengan salivanya ia mengusapkan pada celah inti itu dan juga ujung miliknya dan mulai menusuk-nusuk dengan lembut, sampai

Davka mulai merasa nyeri menahan hasratnya. Lalu dengan sekali hentakan pinggulnya, ia menerjang masuk menggesek dinding rahim Almira menembus pertahanan terakhir Almira.

Saat rasa terbelah itu datang menerjang, Almira menarik nafas dalam-dalam dadanya membusung dengan kepalanya yang menggeleng kekiri dan kekanan. Milik Davka sudah membelah intinya tanpa ampun, rasa perih dan seperti terbakar bercampur menjadi satu sungguh membuatnya tidak merasa nyaman. Almira hanya bisa merintih, menautkan alisnya menahan rasa nyeri dan sakit yang serasa sampai di ubun-ubun. Bukan begini cara yang ia inginkan untuk melepas keperawanannya. Davka memompanya seperti tak perduli lagi dengan hari esok.

Sedangkan Almira sudah kehabisan tenaga untuk melawan Davka. Pergelangan tangannya sudah mulai memar, rahangnya pun sudah memar karena bekas cengkraman jari Davka yang memaksanya menatap kedua manik hitam milik Davka. Davka ingin agar percintaan mereka tak kan pernah dilupakan oleh Almira seperti halnya ia yang seumur hidup pasti tidak akan melupakan Almira.

Saat puncak kenikmatan itu tiba benih kehidupan sudah Davka tanamkan dalam rahim Almira, hanya lenguhan Davka yang terdengar sedangkan Almira sendiri sudah jatuh pingsan kelelahan.

Beberapa jam kemudian Almira terbangun dengan rasa aneh seperti mengganjal dan tubuhnya terhentak-hentak saat ia mencoba membuka matanya lebar-lebar dilihatnya Davka sedang menghujam intinya di atas tubuhnya. Karena tangan Almira masih terikat dia tak bisa berkutik.

"Ampunn Bang tolong ... sudah ... Bang, aku tak sang ... gup Bang," rintih Almira.

"Maaf Sayang, Abang tidak bisa berhenti. Tubuhmu sangat lezat, seperti candu untuk Abang. Lihat darah perawanmu saja sudah mulai berkurang. Ingat, kamu hanya milik abang. Ingat itu baik- baik hemm," sanggah Davka tanpa menghentikan pergerakannya.

Entah sudah berapa kali Davka mengalami pelepasan. Sesudahnya hanya rasa bersalah dan posesif yang ada, dengan tubuh sempoyongan Davka berjalan ke dalam kamar mandi mengambil air hangat dan handuk kecil untuk membasuh tubuh Almira yang kembali pingsan dangan penuh tanda kepemilikan darinya. Dibukanya ikatan pada tangan Almira, Davka lalu meraih salep dan mengoleskan di setiap memar karena ulahnya. Sembari tak henti-hentinya ia menggumamkan kata 'maaf'.

Akhirnya ia tertidur di samping Almira, Davka merengkuh tubuh polos gadis itu  ke dalam dekapan lengan kekarnya. Diciuminya puncak kepala serta bibir Almira sampai kantuknya datang dan ia pun terlelap.

***

Ketika Almira terbangun ia menyadari kalau tubuhnya polos tanpa sehelai benangpun. Hanya selimut tipis miliknya yang menutupi tubuhnya dan Davka. Ia memalingkan wajahnya melihat wajah Davka yang sepertinya sangat damai dalam tidurnya. Dengan perlahan ia menggeser lengan Davka yang melingkar diatas perutnya. Seraya menahan rasa perih yang berasal dari pusat inti tubuhnya ia bangkit duduk sampai tepi ranjang, kemudian berusaha berjalan walau tertatih menuju kamar mandi. Almira basuh tubuhnya dengan kasar di bawah shower, lelah dan nyeri luar biasa yang ia rasakan seolah-olah tak mau larut dengan guyuran air dingin shower.

Setelah dirasa cukup untuk membersihkan diri Almira kemudian mengemasi barang-barangnya, memesan ojek online dan iapun meninggalkan kamar kostnya dan Davka yang masih tertidur pulas.

Hidupnya sudah hancur, ia tak mau lagi berurusan dengan Davka. Dengan berat hati ia akan pergi meninggalkan Davka bersama semua kenangan kebersamaan mereka selama ini. Walaupun begitu besar juga rasa cintanya kepada pria pujaan hatinya itu. Rasanya ia akan menjadi pribadi yang egois jika tidak bisa mengalah dengan janin yang di kandung wanita itu. memberikan kesempatan untuknya memiliki keluarga yang utuh. Demi janin dan wanita itu, Almira sadar diri seorang wanita yang hamil memerlukan pendamping agar merasa aman dan tidak tertekan. seperti yang ia lihat kemarin sepertinya wanita itu cukup temperamental dan jelas kondisinya seperti tidak stabil. seperti yang terlihat pada Davka sekarang ini.

Davka terlihat sangat tertekan dan bimbang, tetapi Almira bisa apa. Jika orangtuanya sudah memanggilnya seperti yang almira dengar itu dan melihat keadaan Davka saat ini jelas sekali pria itu tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan orang tuanya. sepanjang yang ia tahu Davka adalah seorang anak yang patuh. sedangkan apa yang terjadi pada dirinya saat ini anggap saja dirinya sedang apes. Almira akan fokus untuk mengenyahkan davka dari dalam pikiran dan hatinya itupun jika ia sanggup. Namun setidaknya ia akan berusaha agar hal ini tidak mengganggu masa depannya nanti. Ia akan pergi menemui bu Suci semoga saja disana masih ada tempat kosong tuntuk dirinya setidaknya sampai ia menemukan tempat baru yang akan dari jangkauan Davka dan keluarganya. Mungkin juga ia akan pergi dari kota ini setelah urusan rumah dan tanah peninggalan almarhum orangtuanya selesai.

Selamat tinggal kekasih hatiku, selamat tinggal sayang. Cintaku padamu tetap abadi.

Bab terkait

  • DIA   Chapter 5

    Begitu berada dalam mobil online Almira segera menghubungi bu Suci, untung saja panggilan teleponnya dengan cepat direspon oleh mantan guru sekaligus bosnya sekarang. Ia beranggapan dengan menerima tawaran bu Suci, Davka tidak akan menemukannya disini. ia juga mengirimkan pesan singkat kepada Sinta dan juga Johnny bahwa ia sudah putus dengan Davka dan ia juga meminta kedua sahabatnya itu untuk merahasiakan keberadaannya jika Davka atau anggota keluarganya yang lain menanyai mereka termasuk juga Valentina yang adalah sahabat mereka juga, tetapi disisi lain Valentina juga adalah sepupu Davka jadi ia juga tidak diberi tahu.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 6

    Davka dengan pakaian pengantinnya menatap kosong halaman rumah Lidya dari balkon kamar gadis itu, yang mulai penuh sesak dengan para sanak saudara baik dari pihaknya maupun dari pihak wanita tersebut. Keluarga Lidya termasuk keluarga sederhana mereka tinggal di daerah Bekasi. Acara pernikahan akhirnya bisa di undur atas rayuannya kepada sang ayah. Selain ia berusaha mencari Almira yang jua tidak ketemu. Gadis itu seperti tertelan bumi, menghilang begitu saja. Davka juga sedang menyusun rencana bersama dengan para saudaranya yang lain. Tidak ada seorang pun yang bisa berlaku curang kepadanya begitu juga wanita licik seperti Lidya.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 7

    "Tolong terima ya Mbak, Mbak Al mau apa? Akan kami beri apapun itu," bujuk ayah dari Ratan Jaya Parvis. Untuk kesekian kalinya, sejak Almira menyelamatkan nyawa Ratan tadi.Almira saat ini duduk di sofa berseberangan dengan Bayanaka Parvis sang ayah. Almira dengan menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Terima kasih Pak Naka, tetapi maaf sungguh tidak perlu sampai seperti ini . Itu semua saya lakukan karena rasa kemanusiaan saja kok Pak. Kalau bukan saya, orang lain juga pasti juga akan menolong," ucap Almira sembari meringis segan.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 8

    Almira mengajak kedua buah hatinya untuk berbelanja. Sesudah memastikan apa yang mereka butuhan sudah terambil semua. Almira segera menuju ke arah kasir. Setelah Almira membayar belanjaannya di meja kasir ia kemudian menghela kedua anaknya ke arah parkiran. Sembari menenteng belanjaan mereka. Saat ini anak-anaknya sudah berusia sepuluh tahun sekarang dan mereka mengikuti kelas akselerasi. Adyatama sudah duduk di kelas 2 SMP sama dengan Anulika.Mereka bertiga berjalan beriringan di halaman parkir luas itu. Saat sampai di depan mobilpick upmilik Suci. Terdengar suara merdu menyapanya. Suara yang

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 9

    Waktu kepindahan mereka bertiga sudah di sambut oleh mang Asep di depan pintu rumah baru mereka di Cianjur. Mang Asep dan istrinya bibi Sumiati yang akrab di panggil dengan sebutan ‘bi Sum’ adalah pengurus rumah tersebut. Awalnya mereka bekerja dengan keluarga Parvis tetapi begitu rumah itu berpindah kepemilikan mereka berdua di minta langsung oleh Yohanna untuk mengurusi rumah tersebut sampai dengan si empunya rumah yang baru datang. Jika si empunya rumah yang baru tidak berkenan dengan kehadiran mereka, keluarga Parvis akan dengan tangan terbuka menyambut mereka kembali. Syukur bagi keduanya Almira beserta dengan kedua anaknya sangat senang dengan adanya mereka. Jadi mereka tidak kembali ke rumah keluarga Parvis dan memutuskan untuk tetap membantu Almira.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 10

    Ciudad de Mexico, setelah menghabiskan makan siang Davka segera melakukan check out dari hotel tempatnya menginap untuk segera ke bandara. Pasalnya hari ini juga mereka akan segera kembali ke Indonesia, bandung kota seribu kenangan tepatnya. Tempat davka menuntut ilmu dan juga banyak kenangan kebersamaannya dengan kekasihnya Almira dahulu di sana. Perjalanan antara Mexico dan Bandung memerlukan waktu lebih dari satu hari karena mereka harus ke Jakarta terlebih dahulu.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 11

    Selama hampir dua tahun Almira tinggal bersama anak-anaknya masyarakat di sana sangat baik dengan mereka. Cuma karena parasnya yang menawan kadang membuat iri hati beberapa gadis di sana. Sofian sendiri juga selalu meluangkan waktu untuk membantu Almira. Baik urusan rumah maupun urusan kebunnya itu. Almira sendiri tidak pernah meminta bantuan, semua itu dilakukan Sofian atas kemauan pemuda itu sendiri. Kadang almira merasa tidak enak hati. Apalagi Sofian termasuk lelaki pujaan mereka.Seperti hari ini Almira akan ke Bandung menemui Vallen, mengajak serta anak-anak mereka

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 12

    Ponsel Eric berdering, dengan santai Eric mengangkat panggilan tersebut dengan menatap wajah Davka."Halo Tama, sudah sampai mana?""Kata Bunda udah deket Kebun Binatangnya.""Baik,uncledanaunty

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07

Bab terbaru

  • DIA   Extra Part

    Ibu suci kembali datang ke bandung, dan kali ini beliau menemani Almira yang segera melahirkan putranya yang ketiga. Ini adalah kehamilan yang kedua tetapi Almira merasakan ketakutan karena usianya yang tak lagi muda, menurutnya begitu. Karena terus terang ia tidak memmiliki contoh di rumah. Pasalnya sang mertua dan pembantu di rumahnya sama-sama memiliki anak tunggal dan mereka melahirkan dalam usia muda. Kepercayaan diri Almira merosot tajam, banyak kemungkinan buruk terpintas dipikirannya terlebih perbedaan usia kehamilan pertama dan kedua ini sangat jauh enam belas tahun selisihnya. Saat ia akan m

  • DIA   EPILOG

    Adyatama sudah mendapatkan perawatan, kemudian ia ditempatkan satu ruangan dengan Anulika. Sedangkan Almira sedari tadi tak beranjak dari sisi anak-anaknya. Valentina dan sang putri sudah pulang. Davka sendiri saat ini masih di kantor polisi guna memberikan keterangan yang di butuhkan.Drtt drtt drtt."Hallo ibu," ucap Almira.

  • DIA   Chapter 24

    Suara kursi roda mendekati Adyatama yang terikat pada sebuah kursi di tengah gedung. Kedua tangan dan kakinya diikat kuat. Para penculiknya tak mau ambil resiko, karena anak itu jago beladiri. Di leher bocah tersebut sudah tergantung tali tambang.Pramana sampai di dekat gedung bersamaan dengan Michael dan polisi yang lain."Papi tunggu disini biar Mike dan teman-teman yang bereskan. Papi jaga Davka saja

  • DIA   Chapter 23

    Suara decit ban, orang-orang yang berteriak serta dentuman suara tabrakan itu terdengar sampai tempat pernikahan. Seketika keluarga Alsaki berhamburan lari keluar. Perasaan Davka dan yang lainnya semakin tak enak. Mereka berharap jika itu tidak ada hubungannya dengan Anulika. Karena mereka sudah mencari gadis kecil itu.Adyatama tertahan di dalam gedung tak boleh keluar. Secepat kilat Davka dan Pramana mendekati kerumunan orang. Wajahnya terperanjat saat melihat putri yang terkasih sudah bersimbah darah tergeletak diatas kap mobil orang.

  • DIA   Chapter 22

    Suasana belajar mengajar hari ini cukup baik, anak-anak juga sangat menikmatinya. Keadaan seperti biasa tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Si kembar sedang berada di kantin pagi ini, setelah tadi diantar sekolah oleh kakek mereka Pramana.Adyatama bersama dengan Anulika sedang berada di kantin saat ini. Setelah mereka membawa makan siang mereka di salah satu meja. Beberapa orang teman Adyatama berlari tergopoh-gopoh ke arah si kembar berada.

  • DIA   Chapter 21

    "Apa yang sedang kamu pikirkan sayang?" tanya Davka, ketika mendapati sang wanita terlalu pendiam saat ini.Almira memalingkan wajahnya ke arah Davka yang bersandar di daun pintu kamar si kembar.Davka menegakkan badannya berjalan ke arah Almira. Davka kemudian merengkuh pinggang sang kekasih merapat ke tubuhnya. Sedang tangan yang lain membelai pipi halus Almira."Apapun yang ada dalam pikiranmu, ja

  • DIA   Chapter 20

    "Sayang bisa tolong gosok punggungku?" pinta Davka melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi.Almira yang sedang membenahi tempat tidur, kemudian menghentikan kegiatannya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Davka cepat-cepat merengkuh tubuh kekasihnya, menghimpitnya Kedinding dan meloloskan daster serta dalamanAlmira dalam waktu singkat.

  • DIA   Chapter 19

    Davka membaringkan tubuhnya disamping Almira dengan merengkuh tubuh Almira kedalam pelukannya memeluknya dari belakang tubuh Almira. Menghirup aroma tengkuk Almira kembali membangkitkan hasrat Davka.Mulut Davka kembali memagut bibir almira, bersamaan dengan dia menghujamkanmiliknya kembali ke dalam inti Almira dengan perlahan tapi pasti, sampai seluruhnya terbenam."Bang Davka." Almira mendongakkan kepalanya dengan dadanya yang membusung. Davka menangkup dagu Almira agar menoleh dan menatap wajahnya.

  • DIA   Chapter 18

    Almira menatap kearah Davka yang berdiri tak jauh dari meja makan, Almira masih sibuk menata hasil masakannya."Oh itu Kang Sofian mandor perkebuna,." terang Almira."Aku sepertinya pernah melihatnya, tapi lupa dimana?" Davka menautkan kedua alis dan mengusap rahangnya dengan sebelah tangan mencoba mengingat kembali dimana pernah bertemu Sofian. Ia yakin sekali pernah bertemu dengan pria itu.

DMCA.com Protection Status