Beranda / Romansa / DIA / Chapter 7

Share

Chapter 7

Penulis: Azeela Danastri
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-07 12:53:48

"Tolong terima ya Mbak, Mbak Al mau apa? Akan kami beri apapun itu," bujuk ayah dari Ratan Jaya Parvis. Untuk kesekian kalinya, sejak Almira menyelamatkan nyawa Ratan tadi.

Almira saat ini duduk di sofa berseberangan dengan Bayanaka Parvis sang ayah. Almira dengan menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Terima kasih Pak Naka,  tetapi maaf sungguh tidak perlu sampai seperti ini . Itu semua saya lakukan karena rasa kemanusiaan saja kok Pak. Kalau bukan saya, orang lain juga pasti juga akan menolong," ucap Almira sembari meringis segan.

"Kami tidak hanya berhutang budi tetapi berhutang nyawa lho Mbak. Kalau nggak ada Mbak Al, entah bagaimana nasib anak kami Ratan," timpal Yohanna.

"Yang terpenting sekarang Ratan sudah baik-baik saja. Emm ... Pak, Bu. Saya lanjutkan untuk mengajar Ribka ya? Permisi." Almira segera beranjak setelah mendapatkan anggukan dari Bayanaka.

Bayanaka mendesah dan saling bertukar pandang dengan Yohanna istrinya yang menggendong bayi Ratan yang sudah tertidur pulas. Susah sekali membujuk wanita lugu seperti Almira ini. Bayanaka berjanji akan mencari tahu kelemahan gadis baik hati itu.

Dua Minggu berlalu, saat Almira tiba di rumah Bayanaka, ia disambut oleh sang tuan rumah ada juga Bagas Pangestu yang ia ketahui sebagai seorang notaris. kebetulan beliau juga orang yang sedang mengurusi penjualan tanah dan rumah almarhumah orangtua Almira di kampung. Kemudian ia diminta untuk bergabung dengan dua pria parlente itu dan Yohanna sang istri. Almira duduk disebelah Yohanna yang kemudian merengkuh bahunya tersenyum manis.

"Jadi begini Mbak Al kami berdua, saya dan suami memutuskan memberikan sebidang tanah dan rumah di daerah Cianjur untuk Mbak dan kami berharap Mbak Al tidak menolak ya. Sebagai tanda terima kasih karena Mbak sudah menyelamatkan nyawa anak kami Ratan. Kami sudah menyiapkan semuanya Mbak Al tinggal tanda tangan saja." Yohanna memulai percakapan.

Bayanaka hanya mengangguk dan tersenyum mengiyakan ucapan sang istri.

"Tidak baik menolak rejeki lho Dek Al," timpal Bagas yang kenal betul dengan keluarga Almira di kampung sana karena kebetulan rumah mereka satu desa.

Seketika Almira tertegun dan terharu, ia tidak menyangka banyaknya orang baik di hidupnya. Sambil membekap mulutnya tak terasa airmata mengalir, bukan airmata kesedihan tapi bahagia. Ia pun tak kuasa menolak saat Bagas Pangestu sudah mengulurkan dokumen kepemilikan didepannya siap ditanda tangani. Ia juga takut menyinggung sang tuan rumah. Matanya melihat sekeliling, kearah semua orang di ruang tamu tersebut. Wajah-wajah ramah penuh ketulusan hati untuknya.

Almira membuka dokumen tersebut yang ternyata sudah dibubuhi tanda tangan Bayanaka. Jadi tinggal ia sendiri yang belum menanda tanganinya. Setelah semua selesai, dokumen kembali diberikan kepada Almira.

"Kamu bisa melihat kapanpun kamu mau atau mungkin mau pindah ke sana," ujar Bayanaka ramah.

"Akan saya pikirkan Pak, terima kasih sekali lagi. Saya tidak bisa berkata-kata lagi."

"Dengan Mbak Al menerima pemberian kami. Itu saja sudah cukup kok Mbak."

***

Setelah mengajari Ribka, Almira segera kembali dan menemui Suci yang sedang membaca majalah.

"Ibu, Al dapat rejeki," ujarnya berseri-seri.

Suci mengulum senyum dan menatap Almira yang sekarang sedang mengeluarkan sebuah dokumen dan menyerahkan kepadanya. Suci menerimanya dan matanya melotot melihat luas tanah tang tertera dalam dokumen sertifikat tanah tersebut. Tidak hanya itu di sana juga terdapat dokumen IMB.

"Nduk, luas banget ini. Perkebunan ini ya?" tanya Suci.

Almira melongo menatap Suci dengan tatapan bertanya, "Al, belum lihat kok Bu, masa luas?"

"Iya, sini coba lihat nih lima hekter lho mana ada bangunan rumahnya juga."

"Puji Tuhan ya Bu. Rejeki buat jabang bayi ini."

Suci ikut bahagia dengan apa yang dimiliki oleh Almira. "Paling tidak sekarang kamu udah punya banyak bekal ya Nak. Pikirkan masak-masak mungkin setelah anak-anak lahir kamu bisa pindah kesana. karena tanahmu ini merupakan perkebunan teh lho," terang Suci.

"Tadi Pak Naka bilang untuk sementara selama Al belum pindah urusan perkebunan dan juga rumah akan dibantu Pak Naka nanti hasil panennya akan diberikan pada Al sekalian dengan laporan bulanannya."

"Syukurlah kalau begitu. Jadi bekal masa depan kalian lebih banyak lagi."

***

Davka masih berusaha mencari tahu keberadaan Almira. Kadang kala itu menjadi sebab pertengkaran antara dirinya dan juga Lydia. Sungguh membuat Davka semakin jengkel pasalnya kandungan Lydia lemah sehingga saat usia kandungannya menginjak empat bulan Dokter tidak mengijinkan untuk pengambilan sampel DNA. Davka masih harus banyak bersabar menghadapi Lydia.

Sikap Lydia juga tidak ada baik-baiknya di sana. Ia merasa bagaikan tuan putri, selalu saja menyruh para pelayan melakukan hal-hal sepele. Membentak mereka dengan kata-kata kasar dan banyak lagi perlakuan tidak terpuji Lydia. Bahkan penjaga keamanan beberapa kali memergoki Lydia kembali dalam keadaan mabuk dan diantarkan oleh pria asing.

Mereka jelas tidak berani mengantarkan Lydia sampai di depan pintu gerbang kediaman Alsaki. Oleh karenanya ia selalu di turunkan pada ujung persimpangan jalan, persis dengan wanita jalang.

Bagaimana bisa mengharapkan jika kandungannya akan baik-baik saja. Jika kelakuan sang bunda seperti itu.  Suatu hari Davka murka setelah mengetahui kebohongan yang dibuat oleh wanita ular itu, dan mereka bertengar sehingga membuat Lidya tersulut emosi dan pergi dari kediaman Alsaki. Ia mengebut di jalan hingga terjadi kecelakan dan mengalami pendarahan pada usia kandungan menginjak enam bulan.

Saat perjalanan ke rumah sakit, janin tersebut tidak dapat di selamatkan. Ia sebenarnya tidak sampai hati tetapi demi kebenaran semuanya harus di lakukan. Walaupun begitu bayi yang meninggal itu dikuburkan juga dengan cara yang terhormat di makam keluarga Alsaki. Janin tak berdosa akibat nafsu bejat orangtuanya.

Lidya di ketemukan dengan keadaan kedua kakinya hancur dari lutut ke bawah. Ia sempat mendapatkan perawatan di ICU selama kurang lebih dua bulan. Karena memang karena keadaan fisiknya yang mengenaskan keadaan mentalnya juga tidak terlalu baik. Apalagi setelah ia mengetahui fakta Davka telah melakukan tes DNA pada janinnya yang memang bukan merupakan buah hati Davka. Hatinya sungguh tidak rela karena harta kekayaan Davka juga pastinya akan semakin jauh dari genggamannya. Ia harus mengikuti perjanjian yang telah ia tanda tangani dahulu kala. Perjanjian yang mengharuskannya membatalkan perkawinan jika janin yang di kandungnya bukan benih Davka. Suram sudah masa depan Lydia, karma harus is tanggung karena sudah berani bermain api dengan keluarga Alsaki.

***

Beberapa tahun kemudian disuatu sore yang sejuk, "Al, sepertinya si kembar bisa ikut kelas akselerasi. Kita test IQ mereka dulu yuk? Sepertinya anakmu ini jenius," ujar Suci sembari merapikan jajanan pasar di meja dapur.

"Apa tidak terlalu cepat Bu? Kita tunggu mereka SD dulu?" tanya Almira sembari menatap kedua buah hatinya Adyatama Affandra Putra Cahaya dan Anulika Sakya Putri Cahaya, yang sedang membaca buku cerita rakyat di ruang tengah. Almira sengaja menyematkan nama tengah Davka untuk anak lelakinya alih-alih nama belakangnya. Ia sengaja menyembunyikan mereka, ia takut kalau buah hatinya akan direbut oleh keluarga Alsaki.

Hanya mereka berdua miliknya, cahaya dan sumber semangat hidupnya. Anak-anaknya memang masih berusia tiga tahun tapi mereka sudah bisa membaca dengan lancar bahkan sudah mulai belajar aritmatika. Sungguh anugerah terindah untuknya. Tak pernah berhenti ia mengucap syukur.

Bab terkait

  • DIA   Chapter 8

    Almira mengajak kedua buah hatinya untuk berbelanja. Sesudah memastikan apa yang mereka butuhan sudah terambil semua. Almira segera menuju ke arah kasir. Setelah Almira membayar belanjaannya di meja kasir ia kemudian menghela kedua anaknya ke arah parkiran. Sembari menenteng belanjaan mereka. Saat ini anak-anaknya sudah berusia sepuluh tahun sekarang dan mereka mengikuti kelas akselerasi. Adyatama sudah duduk di kelas 2 SMP sama dengan Anulika.Mereka bertiga berjalan beriringan di halaman parkir luas itu. Saat sampai di depan mobilpick upmilik Suci. Terdengar suara merdu menyapanya. Suara yang

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 9

    Waktu kepindahan mereka bertiga sudah di sambut oleh mang Asep di depan pintu rumah baru mereka di Cianjur. Mang Asep dan istrinya bibi Sumiati yang akrab di panggil dengan sebutan ‘bi Sum’ adalah pengurus rumah tersebut. Awalnya mereka bekerja dengan keluarga Parvis tetapi begitu rumah itu berpindah kepemilikan mereka berdua di minta langsung oleh Yohanna untuk mengurusi rumah tersebut sampai dengan si empunya rumah yang baru datang. Jika si empunya rumah yang baru tidak berkenan dengan kehadiran mereka, keluarga Parvis akan dengan tangan terbuka menyambut mereka kembali. Syukur bagi keduanya Almira beserta dengan kedua anaknya sangat senang dengan adanya mereka. Jadi mereka tidak kembali ke rumah keluarga Parvis dan memutuskan untuk tetap membantu Almira.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 10

    Ciudad de Mexico, setelah menghabiskan makan siang Davka segera melakukan check out dari hotel tempatnya menginap untuk segera ke bandara. Pasalnya hari ini juga mereka akan segera kembali ke Indonesia, bandung kota seribu kenangan tepatnya. Tempat davka menuntut ilmu dan juga banyak kenangan kebersamaannya dengan kekasihnya Almira dahulu di sana. Perjalanan antara Mexico dan Bandung memerlukan waktu lebih dari satu hari karena mereka harus ke Jakarta terlebih dahulu.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 11

    Selama hampir dua tahun Almira tinggal bersama anak-anaknya masyarakat di sana sangat baik dengan mereka. Cuma karena parasnya yang menawan kadang membuat iri hati beberapa gadis di sana. Sofian sendiri juga selalu meluangkan waktu untuk membantu Almira. Baik urusan rumah maupun urusan kebunnya itu. Almira sendiri tidak pernah meminta bantuan, semua itu dilakukan Sofian atas kemauan pemuda itu sendiri. Kadang almira merasa tidak enak hati. Apalagi Sofian termasuk lelaki pujaan mereka.Seperti hari ini Almira akan ke Bandung menemui Vallen, mengajak serta anak-anak mereka

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 12

    Ponsel Eric berdering, dengan santai Eric mengangkat panggilan tersebut dengan menatap wajah Davka."Halo Tama, sudah sampai mana?""Kata Bunda udah deket Kebun Binatangnya.""Baik,uncledanaunty

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 13

    Sekarang mereka semua berkumpul di ruang keluarga, minus Davka dan kedua orangtuanya yang masih bersembunyi, sedangkan anak-anak dibiarkan bermain di ruang bermain.Eric memulai percakapan "Sebaiknya si kembar bersekolah di sekolahku saja dan mereka bisa tinggal denganku atau Edgar di sini, jadi kamu bisa tenang di Cianjur. Aku kurang setuju jika anak-anak tinggal di asrama, biarpun si kembar memang anak yang mandiri tapi umur mereka terlalu muda untuk tinggal di sana,” usul Eric kepada Almira.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 14

    Davka kembali mengiringi langkah dari belakang mereka hanya menggelengkan kepala. Sedangkan Anulika dari tadi berulang kali menengok kebelakang melihat kearah Davka.Begitu pintu ruang meeting terbuka sudah banyak berkumpul keluarga Alsaki dan Mahanta. Mereka ingin bertemu dengan si kembar yang jenius. Paman, bibi, sepupu Davka komplit ada di sana. Greg Alsaki paman Davka yang tinggal di Meksiko pun hadir bersama istri dan anaknya.

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-07
  • DIA   Chapter 15

    “No no no bukan begitu, Sayang." Tiba-tiba Davka berdiri, seketika dagunya di angkat dan bibirnya di lumat oleh Davka. Sebelah tangan Davka memeluk erat pinggangnya dan sebelah lagi sudah mendekap tengkuknya. Davka sudah tidak bisa menahan hasrat lagi sejak melihat Almira dan kesedihan mendengar penuturan sang kekasih.Saat Almira mencoba membuka mulutnya, kesempatan untuk Davka memasukkan lidahnya menyesap mengobrak abrik mulut Almira sampai terasa sesak kehabisan nafas. Almira menepuk- nepuk bahu Davka, seketika bibir mereka terlepas tetapi kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-27

Bab terbaru

  • DIA   Extra Part

    Ibu suci kembali datang ke bandung, dan kali ini beliau menemani Almira yang segera melahirkan putranya yang ketiga. Ini adalah kehamilan yang kedua tetapi Almira merasakan ketakutan karena usianya yang tak lagi muda, menurutnya begitu. Karena terus terang ia tidak memmiliki contoh di rumah. Pasalnya sang mertua dan pembantu di rumahnya sama-sama memiliki anak tunggal dan mereka melahirkan dalam usia muda. Kepercayaan diri Almira merosot tajam, banyak kemungkinan buruk terpintas dipikirannya terlebih perbedaan usia kehamilan pertama dan kedua ini sangat jauh enam belas tahun selisihnya. Saat ia akan m

  • DIA   EPILOG

    Adyatama sudah mendapatkan perawatan, kemudian ia ditempatkan satu ruangan dengan Anulika. Sedangkan Almira sedari tadi tak beranjak dari sisi anak-anaknya. Valentina dan sang putri sudah pulang. Davka sendiri saat ini masih di kantor polisi guna memberikan keterangan yang di butuhkan.Drtt drtt drtt."Hallo ibu," ucap Almira.

  • DIA   Chapter 24

    Suara kursi roda mendekati Adyatama yang terikat pada sebuah kursi di tengah gedung. Kedua tangan dan kakinya diikat kuat. Para penculiknya tak mau ambil resiko, karena anak itu jago beladiri. Di leher bocah tersebut sudah tergantung tali tambang.Pramana sampai di dekat gedung bersamaan dengan Michael dan polisi yang lain."Papi tunggu disini biar Mike dan teman-teman yang bereskan. Papi jaga Davka saja

  • DIA   Chapter 23

    Suara decit ban, orang-orang yang berteriak serta dentuman suara tabrakan itu terdengar sampai tempat pernikahan. Seketika keluarga Alsaki berhamburan lari keluar. Perasaan Davka dan yang lainnya semakin tak enak. Mereka berharap jika itu tidak ada hubungannya dengan Anulika. Karena mereka sudah mencari gadis kecil itu.Adyatama tertahan di dalam gedung tak boleh keluar. Secepat kilat Davka dan Pramana mendekati kerumunan orang. Wajahnya terperanjat saat melihat putri yang terkasih sudah bersimbah darah tergeletak diatas kap mobil orang.

  • DIA   Chapter 22

    Suasana belajar mengajar hari ini cukup baik, anak-anak juga sangat menikmatinya. Keadaan seperti biasa tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Si kembar sedang berada di kantin pagi ini, setelah tadi diantar sekolah oleh kakek mereka Pramana.Adyatama bersama dengan Anulika sedang berada di kantin saat ini. Setelah mereka membawa makan siang mereka di salah satu meja. Beberapa orang teman Adyatama berlari tergopoh-gopoh ke arah si kembar berada.

  • DIA   Chapter 21

    "Apa yang sedang kamu pikirkan sayang?" tanya Davka, ketika mendapati sang wanita terlalu pendiam saat ini.Almira memalingkan wajahnya ke arah Davka yang bersandar di daun pintu kamar si kembar.Davka menegakkan badannya berjalan ke arah Almira. Davka kemudian merengkuh pinggang sang kekasih merapat ke tubuhnya. Sedang tangan yang lain membelai pipi halus Almira."Apapun yang ada dalam pikiranmu, ja

  • DIA   Chapter 20

    "Sayang bisa tolong gosok punggungku?" pinta Davka melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi.Almira yang sedang membenahi tempat tidur, kemudian menghentikan kegiatannya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Davka cepat-cepat merengkuh tubuh kekasihnya, menghimpitnya Kedinding dan meloloskan daster serta dalamanAlmira dalam waktu singkat.

  • DIA   Chapter 19

    Davka membaringkan tubuhnya disamping Almira dengan merengkuh tubuh Almira kedalam pelukannya memeluknya dari belakang tubuh Almira. Menghirup aroma tengkuk Almira kembali membangkitkan hasrat Davka.Mulut Davka kembali memagut bibir almira, bersamaan dengan dia menghujamkanmiliknya kembali ke dalam inti Almira dengan perlahan tapi pasti, sampai seluruhnya terbenam."Bang Davka." Almira mendongakkan kepalanya dengan dadanya yang membusung. Davka menangkup dagu Almira agar menoleh dan menatap wajahnya.

  • DIA   Chapter 18

    Almira menatap kearah Davka yang berdiri tak jauh dari meja makan, Almira masih sibuk menata hasil masakannya."Oh itu Kang Sofian mandor perkebuna,." terang Almira."Aku sepertinya pernah melihatnya, tapi lupa dimana?" Davka menautkan kedua alis dan mengusap rahangnya dengan sebelah tangan mencoba mengingat kembali dimana pernah bertemu Sofian. Ia yakin sekali pernah bertemu dengan pria itu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status